Anda di halaman 1dari 13

Dosen pengampu : GITA MASYITA M.

Keb
Mata kuliah : OBSTETRI

MAKALAH
INFEKSI PURPERALIS PADA SAAT PASCA PERSALINAN PADA
MASA NIFAS

DISUSUN OLEH:

HASTIWI : 163020011

MARYAM INDASARI : 163020012

UNIVERSITAS PATRIA ARTHA


TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun maksud penyusunan makalah
kami adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah OBSTETRI. Selain itu
penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyampaikan kembali untuk dapat berbagi ilmu
pengetahuan baru dengan khalayak ramai.

Namun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan, tata
bahasa dan materi yang tercantum di dalamnya. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dan kemajuan kami di masa yang akan
datang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Makassar,24 Mei 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi
terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang
sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian
ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini terutama
disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, di samping ketidak tersediaan pelayanan atau
rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang
cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan
rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang
adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan. Oleh
karena itu, pelayanan pascapersalianan harus terselenggara pada masa nifas atau
puerperium untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan,
deteksi dini pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta pelayanan
pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.

1 .Tujuan

1. Mengetahui pengertian infeksi nifas


2. Mengetahui etiologi infeksi nifas
3. Mengetahui patofisiologi infeksi nifas
4. Mengetahui cara terjadinya infeksi
5. Mengetahui Faktor Predisposisi Infeksi Nifas
6. Mengetahui Tanda dan Gejala Infeksi Nifas
7. Mengetahui Klasifikasi Infeksi Nifas
8. Mengetahui Pencegahan Infeksi Nifas
9. Mengetahui Pengobatan Infeksi Nifas
10. Mengetahui Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Infeksi Nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk
ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam
pertama (Joint Committee on Maternal Welfare, AS).
B. Etiologi
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan
maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya
kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Ektogen (kuman datang dari luar)


2. Autogen (kuman dari tempat lain)
3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)

Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:

1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic


2.
Staphylococcus Aerus
3.
Escheria Coli
4.
Clostridium Welchii
1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic

Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling


berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril,
tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).

2. Staphylococcus Aerus

Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi


sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampak sehat.
3. Escheria Coli

Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat
menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini
merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius.

4. Clostridium Welchii

Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan
ditolong dukun.

C. Patofisiologi Infeksi Nifas

Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas
insersio (pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang
ditutupi oleh trombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui servik, vulva, vagina
dan perineum.

D. Cara Terjadi Infeksi


Infeksi nifas dapat terjadi karena:

1. Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulang-ulang.

2. Alat-alat tidak steril/ suci hama.


3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.
4. Infeksi nosokomial rumah sakit.
5. Infeksi intrapartum.
6. Hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini.
E. Faktor Predisposisi Infeksi Nifas

Faktor predisposisi infeksi nifas antara lain:

1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan
banyak, pre eklampsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain (pneumonia, penyakit
jantung, dsb).

2. Persalinan dengan masalah seperti partus/persalinan lama dengan ketuban pecah


dini, korioamnionitis, persalinan traumatik, proses pencegahan infeksi yang kurang
baik dan manipulasi yang berlebihan.
3. Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
5. Episiotomi atau laserasi jalan lahir.

F. Tanda dan Gejala Infeksi Nifas

Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah
infeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas
adalah sebagai berikut:

1. Infeksi local
2. Infeksi umum

a). Infeksi lokal


Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah,
mobilitas terbatas, suhu badan meningkat.
b). Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat,
pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma,
gangguan involusi uteri, lokia berbau, bernanah dan kotor.
G. Klasifikasi Infeksi Nifas
Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.


2. Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena (pembuluh darah).
3. Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
4. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium.

1. Infeksi pada perineum, vulvitis, vagina, serviks dan endometrium

Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium
meliputi:
1. Vulvitis
2. Vaginitis
3. Servisitis
4. Endometritis

a). Vulvitis

Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di
bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak,
jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.
b). Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca
melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan
mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari
daerah ulkus.
c). Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak
gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum
dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
d). Endometritis
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan
bersifat naik turun. Kumankuman memasuki endometrium (biasanya pada luka
insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada
infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan
darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-
keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran.
2. Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah Septikemia,


Piemia dan Tromboflebitis pelvica. Infeksi ini merupakan infeksi umum yang
disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi
ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.
a). Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung
masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit dan lemah
sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 160 x per menit atau
lebih; suhu meningkat antara 39-40 derajat Celcius; tekanan darah turun, keadaan
umum memburuk; sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.
b). Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu lepas
menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian terjadi
infeksi dan abses pada organ-organ yang diserangnya.
Gejala klinik piemia antara lain: rasa sakit pada daerah tromboflebitis, setelah
ada penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas; hasil laboratorium
menunjukkan leukositosis; lokia berbau, bernanah, involusi jelek.
c). Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis
femoralis. Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah pada vena ovarika,
terjadi karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri.
Sedangkan tromboflebitis femoralis dapat menjadi tromboflebitis vena safena
magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena
uterin, dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan aliran
darah lambat pada lipat paha karena tertekan ligamentum inguinale dan kadar
fibrinogen meningkat pada masa nifas.
3. Infeksi nifas yang penyebaran melalui jalan limfe
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain peritonitis dan
parametritis (Sellulitis Pelvika).
a). Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis). Gejala klinik
antara lain: demam, nyeri perut bawah, keadaan umum baik. Sedangkan peritonitis
umum gejalanya: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri,
terdapat abses pada cavum douglas, defense musculair, fasies hypocratica.
Peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kamatian karena
infeksi.
b). Parametritis (sellulitis pelvika)
Gejala klinik parametritis adalah: nyeri saaat dilakukan periksa dalam, demam
tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi
pembentukkan infiltrat yang dapat teraba selama periksa dalam. Infiltrat terkadang
menjadi abses.
4. Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium

Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah


salfingitis dan ooforitis. Gejala salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan pelvio
peritonitis.
1. Pencegahan Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga pencegahannya berbeda.
a). Selama kehamilan

Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:

1. Perbaikan gizi.
2. Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan.
b). Selama persalinan

Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:

1. Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.


2. Membatasi perlukaan jalan lahir.
3. Mencegah perdarahan banyak.
4. Menghindari persalinan lama.
5. Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.

c). Selama nifas

Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:

1. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.


2. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
3. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
4. Membatasi tamu yang berkunjung.
5. Mobilisasi dini.

2. Pengobatan Infeksi Nifas


Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:

1. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan
darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
2. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
3. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan
yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai
komplikasi yang dijumpai.
3. Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:

1. Pemberian Sulfonamid Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 gr,


sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam
kemudian peroral.
2. Pemberian Penisilin Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin G
500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah ampisilin
kapsul 4250 gr peroral.
3. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka-luka pascapersalinan harus dirawat dengan baik. Menjaga kebersihan


pada bekas luka mutlak dilakukan. Alat-alat, pakaian, dan kain yang dikenakan ibu
harus benar-benar dijaga kebersihannya. Hal lain yang juga harus diwaspadai selama
masa nifas selain infeksi adalah terjadinya anemia. Bila ibu mengalami perdarahan
yang sangat banyak, atau sudah terjadi anemia selama masa kehamilan, hal ini
dikhawatirkan akan memengaruhi proses kontraksi pada rahim untuk kembali seperti
semula. Ini terjadi karena darah tak cukup memberikan oksigen ke rahim. Bila
anemia hanya ringan, maka untuk mengatasinya cukup dengan mengonsumsi
makanan kaya zat besi. Namun bila kondisinya sangat parah, dokter akan melakukan
transfusi darah.
B. Saran
Supaya tidak terjadi infeksi pada masa nifas, saat hamil cegah jangan sampai
terjadi anemia, malnutrisi, serta munculnya penyakit-penyakit yang diderita ibu.
Sebaiknya juga tidak melakukan, mengurangi, atau melakukan dengan hati-hati
hubungan seksual saat hamil tua karena bisa menyebabkan pecahnya ketuban dan
menjadi jalan masuk kuman penyebab infeksi ke dalam jalan lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia.


Khaidir, M. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Infeksi Nifas.
khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-klien-dengan-infeksi-nifas.html diunduh
4 Oktober 2011. 01:04 AM.

Anda mungkin juga menyukai