Kajian Kebahasaan Perbaikan
Kajian Kebahasaan Perbaikan
PEMBAHASAN
A. FONEM
1. Pengertian Fonem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti. Bunyi /a/
dan /i/ dalam bahasa Indonesia adalah fonem, karena keduanya membedakan arti.
Misalnya dalam pasangan dara dan dari.
Fonem ialah unit bunyi yang terkecil yang membedakan makna. Perbedaan
makna ini dapat dilihat pada pasangan minimal atau pasangan terkecil perkataan.
Misalnya pedang dengan petang. Dalam pasangan minimal perkataan pedang dengan
petang itu terdapat bunyi yang berbeda (distingtif), yaitu bunyi d dan bunyi t. Oleh
sebab perkataan pedang hampir sama, kecuali bunyi d dan bunyi t, maka dikatakan
bahwa bunyi d dan bunyi t adalah bunyi yang distingtif yang membedakan makna.
Oleh karena itu, bunyi d dan bunyi t adalah bertaraf fonem yang berbeda dan bunyi
fonem ini diletakkan dalam kurungan fonem, yaitu / d / dan / t /.
Fonem suprasegmental yang juga disebut fonem suprapenggalan ialah ciri atau
sifat bunyi yang menindihi atau menumpangi suatu fonem. Maksudnya, ciri
suprasegmental hadir bersama-sama fonem penggalan dengan cara menumpangi
bunyi segmental. Fonem suprasegmental ini bukannya bunyi segmental atau bunyi
penggalan, tetapi ciri yang hadir bersama dengan cara menindihi atau menumpangi
bunyi penggalan. Fonem suprasegmental tersebut terdiri dari:
a) Tekanan
Tekanan ialah ciri lemah atau kerasnya suara penyebutan sesuatu suku kata.
Tekanan biasanya berlaku pada suku kata dalam perkataan.
b) Kepanjangan
Kepanjangan atau juga disebut panjang pendek bunyi merupakan ciri khusus
yang terdapat pada perkataan dalam bahasa-bahasa tertentu.
c) Jeda
Jeda yang juga disebut persendian ialah ciri atau unsur hentian (senyap) dalam
ujaran sebagai tanda memisahkan unsure linguistik, iaitu perkataan, ayat atau
rangkai kata.
d) Tona
Tona merupakan naik atau turunnya suara dalam pengucapan perkataan.
e) Intonasi
Intonasi ialah turun naik nada suara dalam pengucapan ayat atau frasa. Intonasi
juga disebut sebagai lagu bahasa.
B. MORFEM
1. Pengertian Morfem
Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan
yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil; misalnya {ter}, {di}
dan {pensil}.
2. Pengenalan Morfem
Prof. Ramlan mengemukakan enam perinsip yang saling melengkapi untuk
memudahkan pengenalan morfem.
Prinsip 1 Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal
atau arti gramatik yang sama merupakan suatu morfem.
Prinsip 2 Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda
merupakan suatu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti leksikal atau
arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologik.
Prinsip 3 Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda
sekalipun perbedaannya tidak dapat tidak dapat dijelaskan secara fonologik,
masih dapat dianggap sebagai suatu morfem apabila mempunyai arti leksikal atau
arti gramatik yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.
Prinsip 4 Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berpararel dengan
suatu kekosongan, maka kekosongan itu adalah morfem, ialah yang disebut
morfem zero.
Prinsip 5 Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama
mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang
berbeda.
Prinsip 6 Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
Contoh Prinsip 1 :
a) Membeli rumah, rumah baru, menjaga rumah, berumah, satu rumah.
Dari contoh-contoh itu dapat kita lihat bahwa satuan rumah merupakan satu
morfem karena satuan itu memiliki struktur fonologik dan arti leksikal yang sama.
b) Menulis, ditulis, menuliskan, dituliskan, menulisi, ditulisi, tertulis, tertuliskan,
tertulisi, tulisan, penulis, penulisan, karya tulis.
Dari contoh-contoh tersebut dapat kita lihat bahwa satuan tulis merupakan suatu
morfem karena satuan itu memiliki struktur fonologik dan arti leksikal yang sama.
Contoh Prinsip 2 :
Menjahit, membeli, menyalin, menggendong, mengecat dan melamar. Dari
contoh-contoh tersebut nyata bahwa satuan-satuan men-, mem-, meny-, meng-,
menge-, dan me-; mempunyai arti gramatik yang sama, yaitu menyatakan tindakan
aktif: tetapi struktur fonologiknya jelas jelas berbeda.
Satuan-satuan men-, mem-, meny-, meng-, menge-, dan me- adalah alomorf
dari morfem meN-; oleh karena itu semua satuan itu merupakan satu morfem.
Contoh Prinsip 3:
beralih, beradu
berbaring, berbicara
bersua, berjumpa
bertemu, bekerja
belajar, berjuang
bersandar, beradu
Dari contoh-contoh tersebut terdapat satuan ber-, be-, dan bel-.
Berdasarkan Prinsip 2, jelas bahwa ber-, dan be-, merupakan satu morfem,
karena perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara fonologik. Tetapi
bagaimana halnya dengan bel- yang (hanya) terdapat pada belajar? Walaupun bel-
mempunyai struktur fonologik yangberbeda, dan perbedaanya itu tidak dapat
dijelaskan secara fonologik, toh mempunyai arti gramatik yang sama dan mempunyai
distribusi komplementer dengan morfem ber-.
Dengan kata lain : bel- merupakan alomorf morfem ber-; oleh karena itu
maka satuan bel- dapat dianggap sebagai satu morfem.
Perlu dicatat bahwa morfem bel- ini termasuk morfem yang produktif dalam
bahasa Indonesia.
Contoh Prinsip 4:
(1) Ibu menggoreng ikan.
(2) Ibu menyapu halaman.
(3) Ibu menjahit baju.
(4) Ibu membeli telur.
(5) Ibu minum teh.
(6) Ibu makan pecal.
(7) Ibu masak rendang.
Contoh Prinsip 5:
a) (1) Ia menanam kembang.
(2) Bunga itu telah kembang.
Pada (1) kembang bunga dan pada (2) kembang mekar; oleh karena itu kedua
kata kembang itu merupakan morfem yang berbeda walaupun mempunyai struktur
fonologik yang sama. Kenapa? Karena arti leksikalnya beda.
b) (1) Ayah sedang tidur.
(2) Tidur ayah sangat nyenyak.
Kata tidur pada (1) dan (2) mempunyai arti leksikal yang berhubungan, dan
mempunyai distribusi Yang berbeda. Kedua kata tidur itu merupakan satu morfem.
Contoh Prinsip 6:
a) Berharap, harapan
Berharap terdiri dari ber- dan harap; serta harapan terdiri dari harap dan an.
Dengan demikian maka ber-, harap, dan an masing-masing merupakan
morfem sendiri-sendiri.
a. Mendatangkan, didatangkan, mendatangi, pendatang, kedatangan, datang.
Dari contoh-contoh diatas :
Mendatangkan terdiri dari tiga morfem yaitu meN-, datang, -kan
Didatangkan terdiri dari tiga morfem yaitu di-, datang, -kan
Mendatangi terdiri dari tiga morfem yaitu meN-, datang, -i
Pendatang terdiri dari dua morfem yaitu peN-, datang
Kedatangan terdiri dari dua morfem yaitu ke-an, datang
Maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa meN-, di-, peN-, datang, -kan, -i, dan
ke-an merupakan morfem sendiri-sendiri.
1. Suku kata berpola V, suku kata ini dibangun oleh sebuah bunyi vokal saja
sebagai puncak.
(Perhatikan suku kata terdepan saja)
Contoh :
i + bu
u + mum
2. Suku kata berpola VK, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi vokal sebagai
puncak dan sebuah bunyi konsonan sebagai kode.
Contoh :
an + jing
an + tar
3. Suku kata berpola KV , suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan,
sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak.
Contoh :
Pu + nah
Pu + sing
4. Suku kata yang berpola KVK , suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan
sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal, sebagai puncak sebuah bunyi
konsonan sebagai koda suku.
Contoh :
Pan + tat
Sum + ber
5. Suku kata yang berpola KKV , suku ini dibangun oleh dua buah bunyi
konsonan sebagai tumpu suku, dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak suku.
Contoh:
Dra + ma
Gra + tis
6. Suku kata yang berpola KKVK, suku ini dibangun oleh dua buah bunyi
konsonan yang bertindak sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal sebagai
puncaknya dan sebuah bunyi konsonan sebagai koda suku.
Contoh :
Prak + tik
Dras + tis<br
></br
7. Suku kata yang berpola KV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi semi
konsonan sebagai tumpu suku, dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak.
Contoh :
Wa + jah Ya + kin
8. Suku kata yang berpola KVK, yaitu sebuah suku yang di bangun oleh bunyi
semi konsonan sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal sebagai puncak dan
sebuah bunyi konsonan sebagai koda suku. Hal ini dapat dilihat dalam contoh
di bawah ini.
Contoh :
Wak + tu
Sa + wah
9. Suku kata yang berpola KKVKK, yaitu suku kata yang dibangun oleh dua
buah bunyi konsonan yang bertindak sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal
sebagai sonarity dan dua buah bunyi konsonan yang bertindak sebagai koda
suku. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh :
Trans + mi + gra + si
Trans + por + ta + si
10. a) Suku kata berpola V, suku kata ini dibangun olh sebuah bunyi vokal saja
sebagai puncak
11. Contoh :
12. I + bu [ I ] + [ bu ]
13. a + nak [ a ] + [na? ]
14. u + mum [ u ] + [ mUm ]
15. i + par [ i ] + [ par ]
16. o + rang [ o ] + ran ]
17. e + nak [ E ] + [ na? ]
18. b) Suku kata berpola VK, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi vokal sebagai
puncak dan sebuah bunyi konsonan sebagai kode.
19. Contoh :
20. an + jing [ an ] + [ jIn ]
21. an + tar [ an ] + [ tar ]
22. un + tuk [ Un ] + [ tUk ]
23. am + bil [ am ] + [ bll ]
24. in + dah [ In ] + [ dah ]
25. ong + kos [ o n ] + [ kos ]
26. c) Suku kata berpola KV , suku ini dibangun oleh sebuah bunyi konsonan,
sebagai tumpu suku dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak.
27. Contoh :
28. Pu + nah [ pu ] + [ nah ]
29. Pu + sing [ pu ] + sIn
30. mu + al [ mu ] + [ al ]
31. bi + sul [ bi ] + [ sUl ]
32. ne + kat [ nE ] + [ kat ]
33. tu + buh [ tu ] + bUh ]
34. lu + rus [ lu ] + [ rUs ]
35. d) Suku kata yang berpola KVK , suku ini dibangun oleh sebuah bunyi
konsonan sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal, sebagai puncak sebuah
bunyi konsonan sebagai koda suku.
36. Contoh :
37. Pan + tat [ pan ] + [ tat ]
38. Sum + ber [ sUm ] + [ bor ]
39. Tun + ber [ tUn ] + [ dUk ]
40. Lin + tas [ dir ] + [ tas ]
41. Tak + dir [ tak ] + [ dIr ]
42. Pin + dah [ pIn ] + dah
43. Ling + lung [ IIn ] + [ IUn ]
44. e) Suku kata yang berpola KKV , suku ini dibangun oleh dua buah bunyi
konsonan sebagai tumpu suku, dan sebuah bunyi vokl sebagai puncak suku.
45. Contoh:
46. Dra + ma [ dra ] + [ ma ]
47. Gra + tis [ gra ] + [ tis ]
48. Pro + duk + si [ pro ] + [ duk ] + [ si ]
49. Gro + gi [ gro ] + [ gi ]
50. Pra + kar + sa [ pra ] + [ kar ] + [ sa ]
51. f) Suku kata yang berpola KKVK, suku ini dibangun oleh dua buah bunyi
konsonan yang bertindak sebagaitumpu suku, sebuah bunyi vokal sebagai
puncaknya dan sebuah bunyi konsonan sebagai koda suku.
52. Contoh :
53. Prak + tik [ prak ] + [ tIk ]
54. Dras + tis [ dras ] + [ tIs ]
55. Frak + si [ frak ] + [ si ]
56. Klas + ter [ klas ] + [ ter ]
57. Klen + teng [ klen ] + [ tEn ]
58. g) Suku kata yang berpola KV, suku ini dibangun oleh sebuah bunyi semi
konsonan sebagai tumpu suku, dan sebuah bunyi vokal sebagai puncak.
59. Contoh :
60. Wa + jah [ wa ] + [ jah ]
61. Ya + kin [ ya ] + [ kIn ]
62. Wa + ni + ta [ wa ] + [ ni ] + [ ta ]
63. Ya + tim [ ya ] + [ tim ]
64. Wa + dam [ wa ] + [ dam ]
65. h) Suku kata yang berpola KVK, yaitu sebuah suku yang di bangun oleh
bunyi semi konsonan sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal sebagai puncak
dan sebuah bunyi konsonan sebagai koda suku. Hal ini dapat dilihat dalam
contoh di bawah ini.
66. Contoh :
67. Wak + tu [ wak ] + [ tu ]
68. Sa + wah [ sa ] + [ wah ]
69. U + ang [ u ] + [ wan ]
70. Win + du [ win ] + [ du ]
71. Wi + la + yah [ wi ] + [ la ] + [ yah ]
72. Pa + yah [ pa ] + [ yah ]
73. A + yah [ a ] + [ yah ]
74. i) Suku kata yang berpola KKVKK, yaitu suku kata yang dibangun oleh dua
buah bunyi konsonan yang bertindak sebagai tumpu suku, sebuah bunyi vokal
sebagai sonarity dan dua buah bunyi konsonan yang bertindak sebagai koda
suku. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.
75. Contoh :
76. Trans + mi + gra + si [ trans ] + [ mi ] + [ gra ] + [ si ]
77. Trans + por [ tras ] + [ por ]
sajakah yang dapat disumbangkan sejarah pendidikan bagi teori pendidikan maupun
praktik pendidikan?. Meskipun ilmu mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik
histories, akan tetapi ilmu mendidik histories juga memberikan bantuan dan
memperkaya ilmu mendidik sistematis.
Selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara ilmu mendidik histories dan ilmu
mendidik praktis. Seorang maha guru ilmu mendidik JM. Guning berkata : teori tanpa
praktek adalah baik pada human cerdik cendikiawan dan praktek tanpa teori hanya
terdapat pada orang gila dan penjahat penjahat namun alangkah lebih sempurnanya
ilmu pendidikan itu dilakukan dengan cara teori dan praktek secara bersama-sama.
Untuk lebih memahami bahwa ilmu pendidikan itu adalah yang memerlukan
pemikiran yang teoritis , adalah bahwa setiap pendidik memerlukan kritik- kritik
sumbangan pemikiran dari para ahli/ orang lain, ia dapat belajar dari catatan-catatan
kritik saran dari orang lain, yang pada akhirnya dapat dikatakan bahwa ia belajar
berdasarkan teori.
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan
berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan
kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman dan
kemasyarakatan untuk mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberi
penjelasan ataupun melakukan penerapan.
Pendidikan adalah suatu proses mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta
didik. Ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan obyek pendidikan. Ilmu yang
ditransfer umumnya ilmu pengetahuan yang bersifat memberi pengetahuan peserta
didik dengan harapan peserta didik mampu mengetahui segala macam keadaan alam,
sosial dan kebudayaan yang ada di dunia. Misalnya pada pendidikan formal atau
sekolah, obyek utama dalam proses pendidikan adalah ilmu pengetahuan.
Kenapa pendidikan itu disebut ilmu? Karena ilmu merupakan obyek utama dari
pendidikan. Tanpa ilmu, segala sesuatu tidak dapat berjalan dengan.misalnya, anak
sejak kecil dididik oleh orang tuanya kalau makan supaya menggunakan tangan
kanan, itulah yang dinamakan pendidikan dan makan menggunakan tangan kanan
itulah yang disebut ilmu karena kalau menggunakan tangan kiri tidak sopan. Contoh
lain misalnya orang melamar pekerjaan, sebelum orang tersebut diterima menjadi
karyawan tetap ia harus ditraining. Training inilah yang dinamakan pendidikan dan
materi-materi yang dilakukan selama training itulah yang disebut ilmu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan merupakan suatu proses mentransfer ilmu yang pada umumnya
dilakukan melalui tiga cara yaitu lisan, tulisan dan perbuatan. Pada dasarnya,
pendidikan erat hubunganya dengan ilmu karena obyek utama dari pendidikan adalah
ilmu.
Pengertian Ilmu pendidikan adalah suatu kumpulan pengetahuan atau konsep
yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat
ilmiah yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau
suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum
dewasa untuk mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk
kehidupan yang bermakna.
Ilmu pendidikan di Indonesia saat ini, praktis hanya memperhatikan dan
menganalisis persoalan- persoalan pendidikan formal di sekolah. Perhatian ilmu
pendidikan terhadap masalah- masalah non-formal relatif kecil. Pertumbuhan
pendidikan tidak hanya ditentukan oleh pengalaman- pengalaman pendidikan formal,
tetapi juga dipengaruhi oleh pendidikan non-formal dan informal.
Ilmu pengetahuan menurut sistematikanya dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Ilmu-ilmu murni adalah ilmu yang mendahului pengalaman atau bebas dari
pengalaman. Contohnya matematika.
2) Ilmu terapan adalah ilmu yang dikaji berdasarkan pengalaman (empiris), penelitian,
pengkajian dan penyimpulan yang disusun secara teoritis dan dilaksanakan secara
praktis.
ilmu pendidikan adalah ilmu yang berdasarkan pengalaman(empiris), pendidikan,
rohani, normatif, memiliki obyek yang jelas, dapat diuji kebenarannya dan disusun
secara teoritis dan dilaksanakan secara praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pembina Mata Kuliah Pengantar Pendidikan.2006. Pengantar
Pendidikan. Padang: UNP.
The Scientist. 2012. Landasan Pendidikan Indonesia. Online. (http://tisna-
dj.blogspot.com/2012/10/landasan-pendidikan-indonesia.html, diakses tanggal 4
september 2016).
Mustofa, Habibie. Pengertian Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Online.
(http://habiebiemustofa.blogspot.com/2013/09/pengertian-pendidikan-dan-ilmu.html,
diakses tanggal 4 September 2016).
TUGAS
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Pembelajaran Seni Rupa ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Dr. Ismaniar, S.Pd.,M.Pd selaku
Dosen mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai hakekat ilmu pendidikan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun