Oleh :
Kelas : F
Kelompok : 2
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2017
I
PENDAHULUAN
manusia sebagai bahan makanan, selain mempunyai penampakan yang menarik selera,
juga merupakan sumber protein hewani berkualitas tinggi (Lawrie 1995 dikutip dari
Soeparno 1998). Sedangkan menurut Soeparno (1998), daging segar adalah daging
yang telah melalui perubahan fisik dan kimia setelah proses pemotongan, tetapi belum
Daging terdiri dari tiga komponen utama yaitu jaringan otot, jaringan lemak,
dan jaringan ikat. Jaringan otot dapat dibedakan menjadi jaringan otot kerangka
(skeletal muscle) yang langsung menempel pada tulang/kerangka, otot polos (smooth
muscle) yang terdapat pada organ tubuh, dan otot jantung (cardiac muscle).
maupun bagi para pengolah ditingkat restaurant atau hotel pada saat membeli daging.
Pengolahan lebih lanjut daging segar bisa dikaitkan dengan sifat-sifat daging tersebut
pada saat masih segar. Beberapa sifat daging segar yang menjadi pertimbangan adalah
daya ikat air (water holding capacity), warna, dan tekstur otot.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana komposisi dan nilai gizi yang terkandung pada daging sapi.
2. Apa kelebihan dan kekurangan daging sapi ditinjau dari komposisi dan nilai
gizinya.
daging sapi.
2.1 Daging
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil
beku), 4) daging masak, 5) daging asap, dan 6) daging olahan (Soeparno, 1998).
Soputan (2004) menyatakan bahwa jaringan otot, jaringan lemak, jaringan ikat,
tulang dan tulang rawan merupakan komponen fisik utama pada daging. Jaringan otot
terdiri dari jaringan otot bergaris melintang, jaringan otot licin, dan jaringan otot
spesial. Sedangkan jaringan lemak pada daging dibedakan menurut lokasinya, yaitu
Jaringan ikat yang penting adalah serabut kolagen, serabut elastin, dan serabut
retikulin. Secara garis besar struktur daging terdiri atas satu atau lebih otot yang
masing-masing disusun oleh banyak kumpulan otot, maka serabut otot merupakan unit
Komposisi kimia daging tergantung spesies hewan, kondisi hewan, jenis daging
daging dan kandungan air menyebabkan kandungan protein akan menurun (Soeparno,
1998).
2.2 Daging Sapi
Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan asal ternak yang mengandung
nutrisi berupa air, protein, lemak, mineral, dan sedikit karbohidrat sehingga dengan
kandungan tersebut menjadikan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan
merupakan daging merah yang sering dikonsumsi oleh rakyat Indonesia. Komponen
bahan kering yang terbesar dari daging adalah protein sehingga nilai nutrisi dagingnya
pun tinggi (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Di setiap daerah penggunaan daging ini
berbeda-beda tergantung dari cara pengolahannya. Sebagai contoh khas luar dating t-
bone sangat umum digunakan di Eropa dan Amerika Serikat (Larwrie, 2003).
Daging sapi memiliki warna merah terang, mengkilap, dan tidak pucat. Secara
fisik daging elastis, sedikit kaku dan tidak lembek. Jika dipegang masih terasa basah
dan tidak lengket di tangan. Dari segi aroma, daging sapi sangat khas (gurih) (Usmiati,
2010). Sapi pedaging dapat dibedakan dari jenis kelamin dan umur, dimana dengan
perbedaan tersebut akan membedakan mutu dari daging sapi. Pada saat hewan dipotong
akan diperoleh karkas dan non karkas. Dari seekor sapi yang beratnya 500 kg, akan
Daging merupakan salah satu pangan yang terpenting dalam pemenuhan gizi.
Selain mutu proteinya tinggi, pada daging terdapat juga kandunggan asam amino
essensial yang lengkap dan seimbang. Seperti bahan pangan lainnya, daging juga
memiliki komposisi kimia yang menyusun daging tersebut, antara lain air, protein
Gambar 1. Daging
A. Protein
Protein adalah komponen bahan kering yang tersebar dari daging. Nilai nutrisi
daging yang tinggi disebabkan karena daging mengandung asam-asam amino esensial
yang lengkap dan seimbang. Nilai kalori daging banyak ditentukan oleh kandungan
lemak intraselular di dalam serabut-serabut otot yang disebut lemak marbling atau
itramuskular. Nilai kalori daging juga tergantung pada jumlah daging yang dimakan.
Komposisi daging sapi menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981)
dalam Soputan (2004), dalam 100 gram daging dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan
perbandingan persentase komposisi kimia daging sapi dengan daging lain dapat dilihat
pada Tabel 2.
Dilihat dari tabel perbandingan komposisi kimia antara daging sapi, domba dan
babi terlihat perbedaan jumlah protein dimana daging sapi memiliki komposisi protein
tertinggi diantara ketiga daging tersebut. Sebagaimana kita ketahui protein memiliki
peranan penting untuk tubuh. Namun selain protein yang tinggi kandungan atau
komposisi lemak daging sapi berada pada posisi kedua setelah daging domba. Sehingga
Komponen Jumlah
Kalori (kal) 207,00
Protein (gram) 18,80
Lemak (gram) 14,00
Karbohidrat (gram) 0
Kalsium (mg) 11,00
Fosfor (mg) 170,00
Besi (mg) 2,80
Vitamin A (S1) 30,00
Vitamin B1 (mg) 0,08
Vitamin C (mg) 0
Air (gram) 66,00
Sumber. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981) dalam Soputan (2004)
Tabel 2. Persentase Komposisi Kimia Macam-Macam Daging
Macam Daging
Komposisi
Sapi Domba Babi
Air (%) 66 66.3 42
Protein (%) 18.8 17.1 11.9
Lemak (%) 14 14.8 45
Ca (mg/gram) 11 10 7
P (mg/gram) 170 19 117
Fe (mg/gram) 2.8 2.6 1.8
Vitamin A (SI) 30 - -
Sumber: Soputan (2004)
Protein merupakan komponen kimia terpenting yang ada di dalam daging, yang
kesehatan. Menurut De Man (1997), protein otot terdiri atas sekitar 70% protein
struktur atau protein fibril dan sekitar 30% protein larut air. Protein miofibril
protein strom. Miosin merupakan protein yang paling banyak pada otot yaitu sekitar
38%. Nilai protein yang tinggi di daging disebabkan oleh komposisi asam amino
esensialnya yang lengkap dan seimbang hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 (Kinsman
dkk, 1992).
Tabel 3. Komposisi Asam Amino Essensial Daging Sapi
B. Lemak
Selain kaya protein, daging juga mengandung energi, yang ditentukan oleh
penting dalam fungsi organ tubuh. Kolesterol berguna dalam menyusun jaringan otak,
kombinasi berbagai asam lemak, yaitu SFA (lemak jenuh), PUFA (asam lemak tidak
jenuh ganda), dan MUFA (asam lemak tidak jenuh tunggal). Makin sedikit lemak pada
daging, maka kandungan PUFA akan semakin tinggi dan kandungan SFA akan
semakin rendah. Disamping itu daging merah juga mengandung rantai panjang n-3
PUFA yang bermanfaat bagi kesehatan jantung kita, terutama bagi orang yang telah
C. Vitamin
Daging juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat baik. Secara
umum, daging merupkan sumber vitamin B kompleks tetapi rendah vitamin C. Dalam
100g daging yang dihidangkan sangat kaya akan vitamin B12 dan sumber niasin,
vitamin B6, serta Posfor. Daging merah juga mengandung vitamin E yang larut dalam
lemak. Selain itu daging mengandung trace element seperti zat besi dan zinc.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai penyakit salah satunya Anemia.
Pentingnya zinc yang dikandug dalam daging berhubungan erat dengan aktivitas
berbagai enzim.
D. Mineral
Mineral yang paling banyak terkandung dalam daging sapi yaitu fosfor (P)
kalsium (Ca) dan besi (Fe), dimana masing masing dari mineral ini memiliki peran
yang penting bagi tubuh. Fosfor dapat membantu proses urinisasi, membantu proses
pembentukan protein daging dan menjaga proses kesehatan otot otot daging, kalsium
otot-otot dan zat besi (Fe) membantu dalam pembentukan haemoglobin yang ketika
warna merah cerah ketika daging baru dipotong sekitar 15-60 menit.
3.2 Kelebihan dan Kekurangan Daging Sapi ditinjau dari Komposisi dan Nilai
Gizi
A. Kelebihan
Daging sapi dianggap pilihan yang paling populer dari semua daging merah
Daging sapi tanpa lemak mengandung 60% dari nilai kecukupan harian untuk
Sumber vitamin B12 dan sumber vitamin B6. Vitamin B12 hanya ditemukan
dalam produk hewani dan sangat penting untuk metabolisme sel, menjaga
sistem saraf yang sehat dan produksi sel darah merah dalam tubuh.
Daging sapi tanpa lemak memiliki zinc (seng) enam kali lebih tinggi dari pada
aterosklerosis.
Sumber zat besi yang baik serta mengandung selenium dan fosfor.
Mengandung asam amino leusin, lisin, dan valin yang lebih tinggi daripada
kanker.
Daging sapi yang tidak dimasak dengan benar juga bisa mengundang
penyakit.
Untuk pilihan terbaik, pilihlah daging sapi organik yang bebas hormon dan
pula menurunkan nilai gizinya. Pengolahan atau pengawetan bahan pangan berprotein
yang tidak terkontrol dengan baik dapat menurunkan nilai gizi proteinnya karena
protein merupakan senyawa yang reaktif. Protein dengan asam amino sebagai sisi aktif
dapat bereaksi dengan komponen lain seperti gula pereduksi, polifenol, lemak, dan
produk oksidasinya serta bahan kimia aditif seperti alkali, belerang oksida atau
tersebut. Tingkat kerusakannya sangat bervariasi tergantung suhu yang digunakan serta
lamanya waktu proses pengolahan. Makin tinggi suhu yang digunakan, maka
kerusakan lemak akan semakin intens (Palupi, dkk., 2007). Salah satu penyebab
kerusakan pada lemak adalah oksidasi. Proses oksidasi tidak ditentukan oleh besar
kecilnya jumlah lemak dalam bahan sehingga bahan yang mengandung lemak dalm
jumlah kecilpun mudah mengalami proses oksidasi. Pada proses oksidasi, sebagian
besar asam-asam lemak tidak jenuh akan rusak dengan bertambahnya umur dan hasil
dari akibat kerusakan tersebut sebagian besar dapat menguap (Hardini, 2006).
A. Penggorengan
memanaskan bahan makanan di dalam ketel yang berisi minyak. Pada proses
dengan jumlah air yang menguap pada saat menggoreng. Jumlahnya yang terserap
tergantung dari perbandingan antara lapisan tengah dan lapisan dalam. Semakin tebal
lapisan tengah maka semakin banyak minyak yang akan terserap (Sartika, 2009).
Metode penggorengan ada dua cara yaitu shallow frying yang menggunakan
sedikit minyak dan deep frying yang menggunakan banyak minyak, sehingga bahan
yang digoreng terendam dalam minyak dan panasnya merata dengan suhu 150- 200oC.
Cara penggorengan abon sebaiknya dilakukan secara deep frying, karena lebih cepat
matang dan merata dengan suhu minyak goreng mencapai 200-205oC. Penggunaan
minyak goreng berfungsi sebagai penambah rasa gurih, nilai gizi dan kalori dalam
Perebusan adalah memasak bahan makanan dalam cairan. Jumlah cairan yang
digunakan lebih banyak dari makanan (makanan terendam seluruhnya). Dalam proses
dipermukaan. Daging yang direbus secara perlahan-lahan telah menjadi empuk seiring
dengan pertambahan suhu air, sehingga ketika mendidih waktu yang diperlukan untuk
mematangkan tidak terlalu lama. Pada umumnya suhu penggorengan berkisar antara
177oC 211oC, sedangkan suhu perebusan hanya 100oC yang merupakan titik didih
air. Ketika kita menggoreng daging pada suhu penggorengan tersebut, berarti suhunya
lebih tinggi dari suhu dimana air mendidih (titik didih air) (Sulistyowati dan Salirawati,
2005).
Mesin ini adalah mesin pertama untuk membuat bakso pada urutan alur proses
pembuatan bakso. Mesin meat grinder ini terdiri dari rumah grindernya, skrew
pendorong, pisau dan plat grinder. Penggeraknya bisa dengan manual tangan atau
dengan dinamo listrik. Mesin meat grinder ini fungsinya untuk memotong daging agar
terpotong dengan ukuran lebih kecil dan hal itu susah atau lama jika di lakukan dengan
Fungsi stuffer adalah alat untuk membuat sosis secara manual. Cara
Gambar 3. Stuffer
3. Meat Slicer
Fungsi meat slicer adalah untuk memotong daging menjadi tipis. Cara
pemakaiannya adalah daging disimpan pada alat, maka akan dipotong menjadi tipis
4. Vacuum Packaging
Fungsi vacuum packaging untuk mengemas hasil olahan agar tidak ada udara
dan terlihat menarik. Cara pemakaiannya hasil olahan dimasukkan ke dalam alat, maka
otomatis dipack.
KESIMPULAN
1. Komposisi yang terdapat dalam daging sapi terdiri atas proterin, lemak,
vitamin, dan mineral juga kalori, karbohidrat, serta air. Daging sapi pun
memiliki nilai gizi yang tinggi disebabkan karena daging mengandung asam-
kandungan seng enam kali lebih tinggi daripada daging lainnya, sumber zat
besi, dan asam amino leusin, lisin, dan valin lebih tinggi. Sementara,
kekurangan dari daging sapi yaitu mengandung lemak jenuh yang tinggi dan
perebusan. Setiap metode pengolahan daging harus dilakukan dengan baik dan
Nurwantoro dan S Mulyani. 2003. Buku Ajar Dasar Teknologi Hasil Ternak.
Universitas Dipoenogoro Press: Semarang.
Palupi N.S,. Zakaria F.R. Prangdimurti E. 2007. Modul e-Learning ENBP. Bogor:
Departemen Ilmu & Teknologi Pangan-Fateta IPB.
Sartika, R.A.D. 2009. Pengaruh Suhu Dan Lama Proses Menggoreng (Deep Frying)
terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. Jurnal Makara Sains 13(1): 23-28
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Soputan, J. E. M. 2004. Dendeng Sapi Sebagai Alternatif Pengawetan Daging.
Makalah Pribadi Pengantar ke Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Susilawati. 2001. Pengetahuan Bahan Hasil Hewani Daging. Buku Ajar. Universitas
Lampung: Lampung.
Usmiati S. 2010. Pengawetan Daging Segar dan Olahan. Artikel. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Kampus Penelitian
Pertanian: Bogor.
Wijaya, H., P. Retno Wikandari, Suliantan dan Sugiono. 1993. Pengaruh Cara
Pengolahan pada Komponen Aktif Cita Rasa dari Rempah-Rempah. Pusat
Antar Universitas. Insititut Pertanian Bogor: Bogor.