Dengan senantiasa memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Penyayang, Konsultan Manajemen PT. Alam Mataram Sejahtera
Yogyakarta menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak terkait yang secara
langsung maupun tidak langsung berkontribusi dalam pelaksanaan pekerjaan Studi Kelayakan
BUMD Sektor Pertambangan. Dokumen Laporan Pendahuluan terdiri atas 4 (empat) Bab,
masing-masing:
BAB-1. Pendahuluan
BAB-2. Dasar Teori
BAB-3. Metode Kegiatan
Penyusunan, Presentasi dan Penyerahan Laporan Pendahuluan adalah salah satu syarat pokok
yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan ini, olah karena itu dengan
tersusun dan terlaksananya Presentasi Laporan Pendahuluan,
Pelaksaan Pekerjaan Studi Kelayakan BUMD Sektor Pertambangan diharapkan menjadi
acuan dan sumber referensi ilmiah dan legal bagi Pemda Daerah DIY dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengembangan sentra pertambangan.
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral,
batubara, panas bumi, migas) .
Sektor pertambangan, khususnya pertambangan umum, menjadi isu yang menarik
khususnya setelah Orde Baru mulai mengusahakan sektor ini secara gencar. Pada awal Orde
Baru, pemerintahan saat itu memerlukan dana yang besar untuk kegiatan pembangunan, di satu
sisi tabungan pemerintah relatif kecil, sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut
pemerintah mengundang investor-investor asing untuk membuka kesempatan berusaha seluas-
luasnya di Indonesia.
Adanya kegiatan pertambangan ini mendorong pemerintah untuk mengaturnya dalam
undang-undang (UU). UU yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan, UU No. 11/1967
tentang Pokok-pokok Pengusahaan Pertambangan. Dalam UU tersebut pemerintah memilih
mengembangkan pola Kontrak Karya (KK) untuk menarik investasi asing. Berdasarkan
ketentuan KK, investor bertindak sebagai kontraktor dan pemerintah sebagai prinsipal. Di
dalam bidang pertambangan tidak dikenal istilah konsesi, juga tidak ada hak kepemilikan atas
cadangan bahan galian yang ditemukan investor bila eksploitasi berhasil. Berdasarkan KK,
investor berfungsi sebagai kontraktor.
Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu (tidak dapat diperbarui),
mempunyai risiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan
baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada
umumnya. Karena sifatnya yang tidak dapat diperbarui tersebut pengusaha pertambangan
selalu mencari (cadangan terbukti) baru. Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan
bertambah dengan adanya penemuan.
Ada beberapa macam risiko di bidang pertambangan yaitu (eksplorasi) yang
berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), risiko teknologi yang
berhubungan dengan ketidakpastian biaya, risiko pasar yang berhubungan dengan perubahan
harga, dan risiko kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan perubahan pajak dan harga
domestik. Risiko-risiko tersebut berhubungan dengan besaran-besaran yang mempengaruhi
keuntungan usaha yaitu produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih
tinggi menuntut pengembalian keuntungan (Rate of Return) yang lebih tinggi.
Sumber daya mineral dan batuan di DIY merupakan kekayaaan alam yang tidak dapat
diperbaharui sehingga pemanfaatannya harus direncanakan dan ditujukan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Sumber daya mineral dan batuan ini harus diperlakukan sebagai
modal pembangunan dengan kata lain harus dapat ditransformasi menjadi sumberdaya manusia
dan potensi ekonomi lain secara berkelanjutan.
Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya mineral dan batuan serta
peningkatan nilai tambah mineral dan batuan melalui kegiatan pengolahan diperlukan modal
dan manajemen dalam mengelola teknologi pengelolaannya. Bagi penambang rakyat menjual
hasil tambang dalam bentuk raw material lebih mudah dan segera dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Untuk itu diperlukan peran BUMD untuk menjadi perintis kegiatan yang
beresiko tinggi dan kurang diminati masyarakat sehingga dapat mewujudkan upaya
peningkatan nilai tambah mineral dan batuan, memenuhi kebutuhan komoditas tambang
strategis, membangun pola kemitraan dengan pertambangan rakyat, atau mengikuti penawaran
devistasi saham pemegang IUP yang dimiliki asing. Dengan demikian di samping akan
meningkatkan keuntungan bagi penambang dan BUMD, penerimaan daerah juga akan
meningkat, namun kelestarian fungsi lingkungan dan konservasi sumber daya mineral terjaga
dengan baik.
Permasalahan terkait perlunya peningkatan peran BUMD pada sektor pertambangan
adalah masih sedikitnya BUMD di DIY yang bergerak di bidang pertambangan, belum
terbangunnya pola kemitraan dengan pertambangan rakyat, belum optimalnya peran BUMD
dalam mendukung kebijakan pemerintah daerah dalam bidang pembangunan, masih sedikitnya
kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB, belum optimalnya peran BUMD dalam
mendorong peran serta masyarakat dalam bidang usaha pertambangan, memenuhi barang dan
jasa bagi kepentingan penambang rakyat, dan merintis kegiatan peningkatan nilai tambah
komoditas tambang dari raw material menjadi bahan baku industri.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Dinas PUP-ESDM DIY akan melakukan
kegiatan Penyusunan Kelayakan Potensi Peningkatan Peran BUMD pada Sektor Pertambangan
sebagai bahan masukan pemerintah daerah dalam meningkatkan peran BUMD dalam upaya
peningkatan nilai tambah mineral dan batuan, memenuhi kebutuhan komoditas tambang
strategis, dan membangun pola kemitraan dengan pertambangan rakyat di wilayah DIY.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud
Maksud dari Penyusunan Kelayakan Potensi Peningkatan Peran BUMD pada Sektor
Pertambangan ini adalah menginventarisasi, memetakan dan mengkaji kelayakan potensi peran
BUMD di DIY pada sektor pertambangan, khususnya dalam upaya peningkatan nilai tambah
mineral dan batuan, memenuhi kebutuhan komoditas tambang strategis, dan membangun pola
kemitraan dengan pertambangan rakyat di wilayah DIY
Tujuan
Tujuan Penyusunan Kelayakan Potensi Peningkatan Peran BUMD pada Sektor Pertambangan
ini adalah :
1. Mengetahui kondisi potensi dan permasalahan BUMD di DIY secara umum maupun
secara khusus pada sektor pertambangan.
2. Mengetahui kelayakan potensi peran BUMD dalam upaya peningkatan nilai tambah
mineral dan batuan, memenuhi kebutuhan komoditas tambang strategis, dan membangun
pola kemitraan dengan pertambangan rakyat di wilayah DIY.
3. Merumuskan langkah strategis, pola kerja dan skema pembiayaan untuk mendorong
BUMD berperan pada sektor pertambangan
4. Memberikan bahan pertimbangan pemerintah daerah dalam meningkatkan peran BUMD
dalam sektor pertambangan.
3. Sasaran
Untuk dapat terlaksananya kegiatan tersebut perlu disasar hal-hal sebagai berikut :
a. Tersedianya data-data yang dapat memberikan informasi kondisi potensi dan
permasalahan BUMD di DIY (provinsi/kabupaten) secara umum maupun secara khusus
pada sektor pertambangan.
b. Tersedianya data-data yang dapat memberikan informasi kondisi eksisting kegiatan
pertambangan (IUP/IPR), kondisi pengolahan mineral dan batuan di DIY dan
permasalahannya.
c. Tersedianya data-data yang dapat memberikan informasi kondisi upaya peningkatan nilai
tambah mineral dan batuan di DIY.
d. Tersedianya data-data yang dapat memberikan informasi kondisi ketersediaan dan
pemenuhan kebutuhan komoditas tambang strategis di DIY.
e. Tersedianya data-data yang dapat memberikan informasi kondisi pola kemitraan
pertambangan rakyat dengan stakeholder lain di wilayah DIY
f. Tersedianya data-data hasil koordinasi dan analisis untuk merumuskan program, langkah
strategis, pola kerja dan skema pembiayaan untuk mendorong BUMD berperan pada
sektor pertambangan.
g. Tersusunnya kelayakan potensi peran BUMD dalam upaya peningkatan nilai tambah
mineral dan batuan, memenuhi kebutuhan komoditas tambang strategis, dan membangun
pola kemitraan dengan pertambangan rakyat di wilayah DIY.
h. Saran dan rekomendasi dalam rangka meningkatkan peran BUMD dalam mendukung
kebijakan pemerintah daerah dalam bidang pembangunan serta meningkatkan kontribusi
sektor pertambangan terhadap PDRB.
4. Lokasi Kegiatan
Lokasi pekerjaan Penyusunan Kelayakan Potensi Peningkatan Peran BUMD pada
Sektor Pertambangan meliputi seluruh wilayah DIY.
2. DATA PENUNJANG
2.1. Data Dasar Data dasar yang dipakai, adalah :
a. Peta Dasar Digital yang dikeluarkan BAPPEDA Provinsi DIY
b. Peta Rupa Bumi Bakosurtanal skala 1 : 25.000
c. Peta Administrasi Daerah Penelitian Skala 1 : 50.000
d. Peta Wilayah Pertambangan Pulau Jawa dan Bali
e. Peta Kawasan Peruntukan Pertambangan DIY Skala 1 : 100.000
f. Peta eksisting kegiatan usaha pertambangan (IUP/IPR).
g. Peta RTRW Kabupaten / Provinsi.
h. Peta tata guna lahan.
2.2. Standar Teknis Standard Teknis yang dipakai, adalah :
1. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1453.K/29/MEM/2000 tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pertambangan Umum.
2. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
2.3. Studi-Studi Terdahulu
Adapun studi-studi terdahulu yang perlu diperhatikan adalah :
1. Laporan Akhir Penyusunan Grand Design Pelaksanaan Pengelolaan Pertambangan Tahun
2015.
2. Laporan Akhir Kajian Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral di DIY Tahun 2016
2.4. Referensi Hukum
a. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 tahun
1955;
b. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2013 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta;
c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
d. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
f. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
g. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
h. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan;
j. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara;
k. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1453.K/29/MEM/2000 tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pertambangan Umum;
l. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencana Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis
Daerah, dan Satuan Polisi Pamong Praja Daerah Istimewa Yogyakarta;
m.Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penetapan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
Anggaran 2017;
n. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Standar
Harga Barang dan Jasa Daerah di Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta;
o. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 88 Tahun 2016 tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun Anggaran 2017;
p. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Unit
layanan Pengadaan (ULP);
q. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 60 Tahun 2015 tentang Rincian
Tugas dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral
Daerah Istimewa Yogyakarta;
r. Peraturan Gubernur DIY Nomor 7 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Pergub
DIY Nomor 36 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu.
s. Peraturan Gubernur DIY Nomor 31 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah
Izin Usaha Pertambangan Mineral Logam, Mineral Bukan Logam dan Batuan.
t. Peraturan Gubernur DIY Nomor 46 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Izin
Usaha Per tambangan Mineral Logam, Mineral Bukan Logam dan Batuan.
u. Peraturan Gubernur DIY Nomor 110 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Izin
Pertambangan Rakyat.
v. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 15/DPA/2017 tanggal 29
Desember 2016 tentang Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Tahun
Anggaran 2017;
3. RUANG LINGKUP
3.1. Lingkup Kegiatan
a. Identifikasi data-data yang dapat memberikan informasi kondisi potensi dan
permasalahan BUMD di DIY (provinsi/kabupaten) secara umum maupun secara khusus
pada sektor pertambangan.
b. Identifikasi data-data yang dapat memberikan informasi kondisi eksisting kegiatan
pertambangan (IUP/IPR), kondisi pengolahan mineral dan batuan di DIY dan
permasalahannya.
c. Identifikasi data-data yang dapat memberikan informasi kondisi upaya peningkatan nilai
tambah mineral dan batuan di DIY.
d. Identifikasi data-data yang dapat memberikan informasi kondisi ketersediaan dan
pemenuhan kebutuhan komoditas tambang strategisdi DIY.
e. Identifikasi data-data yang dapat memberikan informasi kondisi pola kemitraan
pertambangan rakyat dengan stakeholder lain di wilayah DIY
f. Menyediakan data-data hasil koordinasi dan analisis untuk merumuskan program, langkah
strategis, pola kerja dan skema pembiayaan untuk mendorong BUMD berperan pada
sektor pertambangan.
g. Tersusunnya kelayakan potensi peran BUMD pada sektor pertambangan dalam upaya
peningkatan nilai tambah mineral dan batuan, memenuhi kebutuhan komoditas tambang
strategis, dan membangun pola kemitraan dengan pertambangan rakyat di wilayah DIY
h. Saran dan rekomendasi dalam rangka meningkatkan peran BUMD dalam mendukung
kebijakan pemerintah daerah dalam bidang pembangunan serta meningkatkan kontribusi
sektor pertambangan terhadap PDRB.
3.2. Keluaran
Keluaran/produk yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini : 1(satu) set
dokumen, dalam bentuk laporan tertulis yang berisi hasil penyusunan kelayakan potensi peran
BUMD pada sektor pertambangan dalam upaya peningkatan nilai tambah mineral dan batuan,
memenuhi kebutuhan komoditas tambang strategis, dan membangun pola kemitraan dengan
pertambangan rakyat di wilayah DIY, dengan dilengkapi :
1. Peta potensi peran BUMD pada sektor pertambangan dalam upaya peningkatan nilai
tambah mineral dan batuan, memenuhi kebutuhan komoditas tambang strategis, dan
membangun pola kemitraan dengan pertambangan rakyat di wilayah DIY.
2. Rumusan program, langkah strategis, pola kerja dan skema pembiayaan untuk
mendorong BUMD berperan pada sektor pertambangan.
3.3. Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultansi
Penyedia jasa konsultansi harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan
peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
Peralatan yang harus disediakan oleh penyedia jasa konsultansi minimal :
a. Komputer /lap Top
b. Ploter/printer
c. GPS Handheld
d. Alat komunikasi
Material
Penyedia jasa berkewajiban untuk menyiapkan segala keperluan material yang
diperlukan dalam pekerjaan Penyusunan Kelayakan Potensi Peningkatan Peran BUMD pada
Sektor Pertambangan.
3.4. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 120 (seratus dua puluh) hari kalender
sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dan dilaksanakan pada Tahun
Anggaran 2017.
3.5.Kebutuhan Personil
No Posisi Kualifikasi Jumlah Orang Bulan
Tenaga Ahli
1 Ahli Madya Tambang Ahli Madya S1/S2/S3
Pertambangan ( Pengalaman 1 x 4 OB
9/5/1 tahun)
2 Ahli Madya Ekonomi Ahli Madya S1/S2/S3 1 x 4 OB
Ekonomi Pembangunan
3 Ahli Muda Hukum Ahli Muda Hukum S1/S2 1 x 4 OB
Hukum/Kebijakan Publik (
Pengalaman 5/1 tahun)
Tenaga Pendukung
1 Administrator Lulusan SLTA 1 x 4 OB
2 Operator Komputer Lulusan SLTA 1 x 4 OB
3 Surveyor Lulusan SLTA 4 x 3 OB
3.8.Laporan
3.8.1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat tafsiran Term of Reference / Kerangka Acuan Kerja,
metodologi dan rencana kerja disertai kurva S, dan hasil orientasi lapangan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak
SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan
Sebelum menyerahkan Laporan Pendahuluan, penyedia mempresentasikan draft
Laporan Pendahuluan terlebih dahulu dalam sebuah rapat yang dihadiri oleh 20 orang.
3.8.2. Laporan Antara Laporan Antara memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan
Penyusunan Kelayakan Potensi Peningkatan Peran BUMD pada Sektor Pertambangan
yang berupa kompilasi data primer dan sekunder,pengolahan dan analisa data, kajian kelayakan
peran BUMD pada sektor Pertambangan, penggambaran peta tematik terkait, serta kesimpulan
dan rekomendasi sementara.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 90 (Sembilan puluh) hari kalender
sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
Sebelum menyerahkan Laporan Antara, penyedia mempresentasikan draft Laporan
Antara terlebih dahulu dalam sebuah rapat yang dihadiri oleh 20 orang.
3.8.3. Rapat Koordinasi
Rapat Koordinasi dilaksanakan dengan mengundang instansi terkait dan stakeholders
pertambangan sejumlah 50 orang dan dilaksanakan digedung pemerintah. Penyedia
menyediakan konsumsi bagi peserta rapat koordinasi sejumlah 50 os.
3.8.4. Laporan Akhir Keluaran/produk yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini
:
1(satu) set dokumen, dalam bentuk laporan tertulis yang berisi hasil penyusunan
kelayakan potensi peran BUMD pada sektor pertambangan dalam upaya peningkatan nilai
tambah mineral dan batuan, memenuhi kebutuhan komoditas tambang strategis, dan
membangun pola kemitraan dengan pertambangan rakyat di wilayah DIY,dengan dilengkapi :
1. Peta potensi peran BUMD pada sektor pertambangan dalam upaya peningkatan nilai
tambah mineral dan batuan, memenuhi kebutuhan komoditas tambang strategis, dan
membangun pola kemitraan dengan pertambangan rakyat di wilayah DIY.
2. Rumusan program, langkah strategis, pola kerja dan skema pembiayaan untuk
mendorong BUMD berperan pada sektor pertambangan.
Sebelum penyerahan laporan akhir, pihak konsultan membuat draft laporan akhir
untuk dipresentasikan serta membuat executive summary sejumlah 20 eksemplar.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari kalender
sejak SPMK diterbitkan sebanyak 15 (lima belas) buku laporan dan soft copy dalam bentuk
compact disc.
Sistematika laporan akhir minimal :
Bab I. Pendahuluan
Bab II. Tinjauan Umum
Bab II. Kajian Lapangan
Bab III. Analisis
Bab IV. Kesimpulan dan Rekomendasi
Lampiran-lampiran.
Sebelum menyerahkan Laporan Akhir, penyedia mempresentasikan draft Laporan
Akhir terlebih dahulu dalam sebuah rapat yang dihadiri oleh 25 orang.
BAB 2
LANDASAN TEORI
15
3. Golongan C sebagai bahan tidak strategis dan tidak vital
memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau
padu.
berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta
air tanah.
aspal.
pascatambang.
16
F. Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan.
H. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai
produksi.
khusus.
L. IUPK Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai
17
dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian,
tambang.
dampak lingkungan.
18
V. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
kegiatan.
peruntukannya.
19
aktivitas penambangan atau dapat pula menjalankan bisnis dari salah
satu aktivitas. Non renewable serta ketidakpastian yang tinggi atas kelayakan
sangat besar dalam jangka panjang dengan resiko yang tinggi dan teknologi
hidup, dan adanya peraturan perundangan yang berlaku (UUD pasal 33 tahun
1945): segala bahan galian yang berada dalam wilayah hukum Indonesia
1) Eksplorasi
20
wilayah tambang dalam jangka waktu tertentu seperti yang diatur
Uraian Kegiatan:
administrasi eksplorasi.
permukaan tanah.
21
dikorelasikan untuk batuan-batuan yang sejenis dan dapat pula
Administrasi
1 Biaya perolehan Kuasa Biaya Side Looking Air Biaya persiapan lahan, Biaya
pemboran,
5 Biaya administrasi
eksplorasi.
22
2) Pengembangan dan konstruksi
Uraian Kegiatan :
bangunan,
23
3) Produksi
Uraian Kegiatan :
24
berukuran besar menjadi ukuran sesuai dengan yang ditetapkan,
4) Lingkungan hidup
25
manusia, serta mahluk hidup lainnya. Dengan adanya kegiatan
berkesinambungan.
26
Uraian Kegiatan :
terbatas pada:
(AMDAL)
akibat erosi.
27
d) Pengendalian erosi, yaitu kegiatan berupa penanaman rumput,
menimbulkan debu.
pengaman (dike).
penambangan.
direvegetasi .
28
l) Pemantauan keberhasilan dari usaha pengendalian dan
Hidup.
rutin lainnya. Untuk lebih jelasnya, tahapan diatas dapat dilihat secara
PENYELIDIKAN
UMUM
EKSPLORASI
29
STUDY
2.1.2 Konsep Kerangka Kerja Laporan Keuangan
30
perusahaan dan hasil operasional perusahaan lewat pelaporan keuangan yang
konseptual adalah suatu sistem koheren (sesuai dengan kaidah- kaidah berpikir logis) yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi
landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-
batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Terdapat tiga tingkat tujuan dalam
laporan keuangan.
(2) untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang
berguna bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Tujuan
31
berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang berguna
untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis, yaitu arus
kas yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal
pemakai ini dengan keputusan yang mereka buat. Kaitan ini, yaitu
32
kemampuan memahami (understandability), adalah kualitas informasi yang
pengambilan keputusan.
hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan masa depan; yaitu,
masa lalu; yaitu, memiliki nilai umpan balik (feedback value). Jadi, agar
harus memiliki nilai prediktif atau nilai umpan-balik, dan harus disajikan
diverifikasi, disajikan secara tepat, serta bebas dari kesalahan dan bias.
memiliki komparabilitas jika telah diukur dan dilaporkan dengan cara yang
standar akuntansi. Itu tidak berarti bahwa perusahaan tidak boleh beralih dari
34
satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya. Perusahaan dapat
mengganti satu metode dengan metode lainnya, tetapi perusahaan harus dapat
catatan atas laporan keuangan untuk pembahasan yang lebih rinci tentang
perubahan dimaksud.
Kerugian.
35
Asumsi-asumsi Dasar
pertanggungjawaban tertentu.
yang panjang.
ekonomi dan merupakan dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisis
akuntansi.
4. Asumsi Periodisitas
ke dalam periode waktu artifisial. Periode waktu ini bervariasi, tetapi yang
5. Dasar Akrual
36
Gambar 2. 2 Konsep Kerangka Kerja Laporan keuangan
pembaharuan sejak tahun 1994 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Upaya
37
yang dapat dipercaya, dapat diandalkan, relevan dan dapat diperbandingkan
2.1.2.2 PSAK 33
mulai berlaku.
PSAK saat ini dengan cara mengadopsi IAS/IFRS. Salah satu standar yang
38
terkait dengan aktivitas eksplorasi dan perubahan SAK lain yang mengatur
39
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
hidup.
contoh, rasio pengupasan 03:01 berarti bahwa penambangan satu meter kubik
bijih tambang akan membutuhkan tiga meter kubik limbah batuan. Rasio
40
Bila dibandingkan dengan pertambangan permukaan, yang
per satuan volume) untuk volume setara menghasilkan pendapatan bijih. Jika
rasio yang terlalu tinggi mengingat harga tertentu bijih dan biaya yang terkait
41
batuan/tanah penutup terhadap taksiran ketebalan bahan galian (seperti
aktual tanah penutup (yaitu rasio antara kuantitas tanah/batuan yang dikupas
untuk periode yang sama) tidak berbeda jauh dengan rasio rata-ratanya, maka
biaya pengupasan tanah yang timbul pada periode tersebut seluruhnya dapat
dibebankan.
Dalam hal rasio aktual berbeda jauh dengan rasio rata-ratanya, maka
apabila rasio aktual lebih besar dari rasio rata-ratanya, kelebihan biaya
akan dibebankan pada periode di mana rasio aktual jauh lebih kecil dari rasio
rata-ratanya.
(a) Terdapat petunjuk yang kuat bahwa telah timbul kewajiban pada tanggal
(b) Terdapat dasar yang wajar untuk menghitung jumlah kewajiban yang
timbul.
42
Taksiran biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup yang timbul
periode lalu lebih besar dari pada jumlah akrual yang telah dibentuk, maka
2.1.2.3.3 Penyajian
2.1.2.3.4 Pengungkapan
lingkungan hidup;
43
(ii) Metode amortisasi atas biaya pengelolaan lingkungan hidup yang
ditangguhkan.
(c) Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan dan yang
sedang berjalan;
Akuntansi Keuangan.
2.1.2.4 PSAK 64
mengatur aktivitas eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral. Terdapat pro
dan kontra atas pengadopsian IFRS 6 yang mana sebagai suatu standar yang
44
International Accounting Standard Board untuk ditentukan apakah
aktivitas lintas negara dan hal ini terkait dengan program konvergensi SAK
dengan IFRS yang mana tidak terdapat alasan valid untuk menjustifikasi
berbeda secara substantif dengan PSAK 29 dan PSAK 33. Hal ini hanya
evaluasi sumber daya mineral yang dapat digambarkan dalam bagan berikut:
45
Sehingga, hal ini dianggap tidak akan memberikan dampak yang
diatur dalam IFRS 6 merupakan hal yang tidak relevan untuk diadopsi ke
dalam PSAK 64 karena hal ini akan mengakibatkan tidak ada manfaatnya
mengadopsi IFRS 6.
Dalam hal tidak ada PSAK yang secara spesifik berlaku untuk
arus kas;
46
(iii) netral, yaitu bebas dari bias;
(iv) pertimbangan sehat; dan
(v) lengkap dalam semua hal yang material
pengakuan aset eksplorasi dan evaluasi yang diukur pada biaya perolehan dan
konsisten.
berikut contoh pengeluaran yang dapat termasuk dalam pengukuran awal aset
(d) parit;
(f) aktivitas yang terkait dengan evaluasi kelayakan teknis dan kelangsungan
47
Pengeluaran yang terkait dengan pengembangan sumber daya mineral
Aset Tak berwujud memberikan panduan pengakuan aset yang timbul dari
pengembangan.
Suatu aset tidak berwujud yang timbul dari pengembangan (atau dari
tahap pengembangan pada suatu proyek internal) diakui jika, dan hanya jika,
entitas dapat menunjukkan semua hal berikut ini:
(a) Kelayakan teknis penyelesaian aset tidak berwujud tersebut
sehingga aset tersebut dapat digunakan atau dijual;
(b) niat untuk menyelesaikan aset tidak berwujud tersebut dan
menggunakannya atau menjualnya;
(c) kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tidak
berwujud tersebut;
(d) bagaimana aset tidak berwujud akan menghasilkan
kemungkinan besar manfaat ekonomis masa depan. Antara
lain entitas harus mampu menunjukkan adanya pasar bagi
keluaran aset tidak berwujud atau pasar atas aset tidak
berwujud itu sendiri, atau, jika aset tidak berwujud itu akan
digunakan secara internal, entitas harus mampu menunjukkan
kegunaan aset tidak berwujud tersebut;
(e) tersedianya sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya
lainnya untuk menyelesaikan pengembangan aset tidak
berwujud dan untuk menggunakan atau menjual aset tersebut;
dan
(f) kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang
terkait dengan aset tidak bewujud selama pengembangannya
PSAK 19 revisi 2010 (par 56).
pengambilan keputusan dan andal, atau lebih andal dan relevan bagi
48
2.1.2.4.3 Klasifikasi Aset Eksplorasi dan Evaluasi
tangible asset misalnya sarana dan drilling rigs. Sepanjang aset berwujud
menjadi aset tidak berwujud. Suatu aset tidak diklasifikasikan sebagai aset
eksplorasi dan evaluasi diuji penurunan nilainya, dan setiap rugi penurunan
49
Tabel 2. 4 Perbedaan PSAK 33 (1994) dan PSAK 33 (revisi 2011)
50
2.1.4 Hasil Penelitian Terdahulu
penelitian terdahulu ini digunakan sebagai sumber dari penelitian ini ataupun
Mazijk, Rogier van. (2010) membahas perbedaan besar yang berdampak pada
laporan laba rugi dan ekuitas pemegang saham pada perusahaan oil and gas
yang tidak tentu, membuat IFRS lebih konservatif. Dalam tahap eksplorasi
51
BAB III
PENDAHULUAN
Beberapa kegiatan usaha yang dapat menjadi peluang pasar yang dapat dilakukan
BUMD Pertambangan :
Dalam kondisi perekonomian saat ini pendirian BUMD yang melaksanakan kegiatan
pengelolaan pertambangan dimungkinkan serta dapat diandalkan untuk menambah sumber
pendapatan daerah. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dimana sumber Pendapatan Asli
Daerah dapat diperoleh antara lain dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Badan Usaha Milik Daerah dipimpin oleh suatu Direksi. Anggota Direksi diangkat
dan diberhentikan oleh Kepala Daerah, setelah mendengar pertimbangan DPRD untuk waktu
maksimal empat tahun. Tugas Direksi adalah :
Menentukan kebijaksanaan dalam pimpinan perusahaan.
Mengurus dan menguasai kekayaan Perusahaan Daerah.
Mewakili perusahaan daerah di dalam dan di luar pengadilan.
Mengirim laporan-laporan kepada Kepala Daerah.
Mengangkat dan memberhentikan pegawai Perusahaan Daerah sesuai dengan peraturan
kepegawaian yang disetujui oleh Kepala Daerah.
Dengan pendirian BUMD diharapkan dapat ikut berperan dalam menghasikan barang
dan / atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran
masyarakat daerah sekaligus sebagai upaya ekstensifikasi pendapatan daerah maupun untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada sisi lain BUMD juga diposisikan, sebagai badan usaha
yang diupayakan untuk tetap mandiri dan untuk mendapatkan laba sehingga dapat menunjang
kelangsungan usaha BUMD untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah otonom.
BUMD merupakan perusahaan daerah yang didirikan oleh pemerintah daerah yang
modalnya sebagian besar / seluruhnya adalah milik pemerintah daerah. Tujuan pendirian
perusahaan daerah untuk pengembangan dan pembangunan potensi ekonomi di daerah yang
bersangkutan. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya ketentuan bahwa setiap penyertaan
modal yang dilakukan Pemda harus dilakukan melalui Peraturan Daerah (Perda). Kewajiban
ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Dalam Pasal 75 dinyatakan Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan
apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam
peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah berkenaan.
Dalam Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal
332 ayat (1) disebutkan bahwa Sumber Modal BUMD terdiri atas: penyertaan modal Daerah;
pinjaman; hibah; dan sumber modal lainnya (kapitalisasi cadangan; keuntungan revaluasi aset;
dan agio saham). Penyertaan modal Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 332 ayat (1)
tersebut ditetapkan dengan Perda. Penyertaan modal Daerah dapat dilakukan untuk
pembentukan BUMD dan penambahan modal BUMD. Penyertaan modal Daerah pada BUMD
dapat berupa uang dan barang milik Daerah.
Permasalahan keuangan BUMD yang dapat terjadi adalah minimnya permodalan
akibat kurangnya perhatian dari pemilik (dalam hal ini pemerintah daerah/Pemda). Potensi
permasalahan lain yang akan dihadapi adalah BUMD juga masih harus menjalani pemeriksaan
atas laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena alasan keuangan negara.
Padahal, sebagai perseroan terbatas (PT), BUMD juga diperiksa kantor akuntan publik (KAP)
yang independen.disisi lain pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK ini, sudah tak berlaku
lagi di BUMN. Permasalahan lain adalah tidak adanya equal treatment bagi BUMD (yaitu
sebagai perusahaan yang dituntut harus laba), menyebabkan BUMD tidak dapat bersaing
secara seimbang dengan BUMN dan swasta yang lebih lincah
1. Resiko yang dapat menghambat berkembangnya BUMD adalah institusi BUMD yang
diperlakukan sama dengan institusi pemerintah. Padahal, BUMD bukanlah institusi
pemerintah. Implikasinya, berbagai kewajiban yang melekat pada pemerintah, melekat
pula pada BUMD. Sebagai contoh, BUMD masih harus mengikuti ketentuan pengadaan
barang yang diberlakukan di pemerintahan, yang semestinya tidak perlu karena BUMD
adalah perusahaan.
2. Risko keuangan BUMD yang dapat terjadi adalah minimnya permodalan akibat kurangnya
perhatian dari pemilik (dalam hal ini pemerintah daerah/Pemda). Potensi permasalahan
lain yang akan dihadapi adalah BUMD juga masih harus menjalani pemeriksaan atas
laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena alasan keuangan negara.
Padahal, sebagai perseroan terbatas (PT), BUMD juga diperiksa kantor akuntan publik
(KAP) yang independen.disisi lain pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK ini, sudah tak
berlaku lagi di BUMN.
3. Risiko lain adalah tidak adanya equal treatment bagi BUMD (yaitu sebagai perusahaan
yang dituntut harus laba), menyebabkan BUMD tidak dapat bersaing secara seimbang
dengan BUMN dan swasta yang lebih lincah
2. Kelayakan usaha
Untuk mengetahui kelayakan suatu usaha (feasibility study) maka perlu memperhitungkan
nilai investasi yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha.
Pada era otonomi daerah saat ini setiap daerah melakukan upaya-upaya terobosan dan
usaha-usaha untuk meningkatkan sumber pendapatan daerah dengan tanpa membebani
masyarakat, tetapi membuka peluang usaha yang berbasiskan ekonomi daerah yang selaras
dengan potensi daerah. Upaya peningkatan pendapatan daerah tersebut didasarkan atas Pasal
157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 6 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pandapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Hasil Pengeloaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) memiliki karakteristik yang sama dengan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Secara legal, BUMN dan BUMD sama-sama merupakan bagian
dari keuangan negara (berdasarkan UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara).
Penyertaan modal dari pemerintah daerah pada BUMD harus dilakukan melalui
Peraturan Daerah (Perda). Kewajiban ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam Pasal 75 dinyatakan Penyertaan
modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun
anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah
berkenaan. Hal ini sesuai dengan peraturan yang lebih tinggi (undang-undang/UU), yaitu
Pasal 41 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara yang menyatakan bahwa Penyertaan
modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan
daerah. Mengacu pada UU ini, memang sudah tepat bila setiap penyertaan modal Pemda ke
BUMD harus melalui Perda (yang berarti harus mendapat persetujuan DPRD).
a. Strengths (kekuatan), yaitu segala sumberdaya kebun teh yang dapat dimanfaatkan
secara efektif untuk mencapai tujuan.
b. Weakness (kelemahan), yaitu segala keterbatasan, kesalahan, maupun kekurangan
Pengelolaan BUMD pertambangan yang dapat menghalangi pencapaian suatu tujuan.
2). Faktor Eksternal
a. Opportunities (peluang), yaitu berbagai situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang
dapat memberikan keuntungan dan manfaat dalam usaha pengembangan BUMD
Pertambangan di DIY
b. Threats (ancaman), yaitu berbagai situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang dapat
merugikan dan bahkan membahayakan usaha BUMD pertambangan di DIY
Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam analisis SWOT adalah:
1). mengidentifikasi berbagai isu dan permasalahan yang terkait dengan
pengembangan BUMD Pertambangan di DIY
2). melakukan analisis internal, yaitu dengan mengklasifikasi berbagai isu dan
permasalahan yang dapat berpotensi menjadi kekuatan dan kelemahan BUMD
Pertambangan di DIY
3). melakukan analisis eksternal, yaitu dengan mengklasifikasi berbagai isu dan
permasalahan yang dapat berpotensi menjadi peluang dan ancaman bagi
pengembangan BUMD Pertambangan di di DIY
4). penilaian (scoring), yaitu memberikan bobot masing-masing faktor berdasarkan
besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap usaha pengembangan BUMD
Pertambangan di DIY, range nilai antara 0-100%;
Tim Teknis
yang ditunjuk oleh Pejabat
Ketua Tim Pembuat Komitmen
Ahli Madya Tambang (Team Leader)
Ahli Madya Ekonomi Ahli Muda Hukum/
Pembangunan Kebijakan Publik
Tenaga Penunjang