Anda di halaman 1dari 22

PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI,

BUKTI, DAN PETUNJUK EVOLUSI

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evolusi Molekuler


yang dibina oleh Prof. Dr. Agr. Mohamad Amin, M. Si

Oleh
Kelompok 10 / Kelas B
Andika Sandrawati (150341806353)
Ita Nur Eka P. (150341805822)
Prayoga Rendra V. (150341805848)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Januari 2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata evolusi berasal dari bahasa Latin evolvere yang artinya untuk
membentangkan, membuka gulungan, atau menampakkan. Saat ini, evolusi secara
mudah diartikan sebagai perubahan. Istilah ini biasa digunakan untuk
mendeskripsikan perubahan pada individu (Futuyma, 2005). Sebenarnya, evolusi
merupakan kumpulan berbagai pendekatan yang berkembang dengan sangat baik
untuk menginterpretasikan keanekaragaman biologis dan desain organisme.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka teori evolusi mengalami
perkembangan, diantaranya dimulai dengan masa teori fixisme, masa teori J.B
Lamark, masa teori evolusi Darwin, masa teori genetika, masa Neo-Darwinian
dan yang terakhir pada masa ini adalah masa evolusi modern (Widodo, dkk.
2003).
Argumen pro dan kontra terhadap teori evolusi telah diteliti dan
diperdebatkan. Untuk menunjukkan bahwa proses evolusi itu ada, dapat
digunakan pendekatan terhadap kenyataan/fakta yang ada disekitar kita. Para ahli
berpendapat bahwa makhluk hidup selalu mengalami perubahan secara perlahan-
lahan dalam jangka waktu yang lama, dalam hitungan jutaan tahun. Perubahan-
perubahan itu dapat berjalan jauh menyimpang dan struktur aslinya sehingga
menimbulkan spesies baru. Berdasarkan data atau petunjuk yang ada, makhluk
hidup (hewan dan tumbuhan) telah menghuni bumi jutaan tahun yang lampau.
Jenis-jenis yang hidup pada masa lampau tersebut berbeda dengan jenis yang
hidup pada sekarang ini. Upaya untuk mempelajari evolusi mengarah pada
petunjuk dan bukti adanya evolusi. Pemaparan bukti evolusi harus dilakukan
dengan pendekatan multidisipliner.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka makalah yang berjudul
Perkembangan Teori Evolusi, Bukti, dan Petunjuk Evolusi perlu untuk disusun.

2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana perkembangan teori evolusi dari masa ke masa?
2. Bagaimana bukti dan petunjuk evolusi yang telah diketahui hingga saat ini?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk memaparkan perkembangan teori evolusi dari masa ke masa.
2. Untuk mendeskripsikan bukti dan petunjuk evolusi yang telah diketahui
hingga saat ini.

3
BAB II
ISI

A. Perkembangan Teori Evolusi

Pemikiran tentang evolusi selalu berubah dari kurun waktu 3 abad lebih.
Perubahan dasar pemikiran sesuai dengan kurun waktu diantaranya dimulai
dengan masa teori fixisme, masa teori J.B Lamark, masa teori evolusi Darwin,
masa teori genetika, masa Neo-Darwinian dan yang terakhir pada masa ini adalah
masa evolusi modern (Widodo, dkk. 2003).
1. Masa teori Fixisme
Pada masa teori fixisme yaitu pada abad 18 para ilmuwan beranggapan
bahwa suatu jenis organisme adalah tetap dan tidak mengalami perubahan. Setiap
jenis makhluk hidup atau spesies yang sempurna adalah stabil tanpa mengalami
perubahan (Widodo, dkk. 2003).
Kata fixisme berasal dari kata Fixed., artinya unchanging atau tetap,
tidak berubah. Teori ini muncul satu atau dua abad sebelum teori Darwin. Pada
masa itu tidak pernah dipersoalkan mengenai hubungan kekerabatan antar satu
organisme dengan organisme lain. Semua kegiatan biologis dianggap tetap seperti
apa adanya, tidak ada perubahan. Penganut teori ini adalah A.V. Leewenhoek,
Aristoteles, Plato, Linneus, dll.

2. Masa teori J.B. Lamarck


J.B. Lamarck merupakan ahli Zoologi dari Perancis. Menurut Lamarck,
organisme berubah sesuai dengan aktivitas ataupun kebiasaan saat hidup dan
perubahan/sifat yang diperoleh akan diwariskan pada generasi berikutnya. Teori
ini timbul saat manusia menyadari bahwa tidak ada satu makhluk hidup pun yang
identik.
Teori ini didasarkan atas kenyataan bahwa tidak ada satupun makluk hidup
yang identik. Ada dua konsep evolusi yang dikemukakan oleh Lamarck yaitu:
Pertama, spesies berubah dalam waktu lama menjadi spesies baru. Konsep ini
yang sangat berbeda dengan teori Darwin. Lamarck berpendapat bahwa dalam
suatu periode tertentu suatu spesies dapat berubah bentuk akibat suatu kebiasaan
atau latihan. Kedua, perubahan yang terjadi tersebut dapat diturunkan.

4
Menurut Widodo, dkk. (2003), contoh klasik dari teori evolusi J.B.
Lamarck adalah pertumbuhan leher pada jerapah. J.B. Lamarck berpendapat
bahwa nenek moyang jerapah adalah berleher pendek. Jerapah cenderung
menjulurkan lehernya untuk mencapai dedaunan dari pohon yang tinggi.
Aktivitas penjuluran leher yang berlangsung secara berulang-ulang akan
mengakibatkan leher jerapah menjadi panjang yang akan diwariskan pada
turunannya. Sedangkan untuk jerapah yang tidak melakukan aktivitas ini akan
tetap memiliki leher pendek. Aktivitas yang berulang-ulang ini adalah mekanisme
adaptasi sedangkan perubahan yang terjadi adalah sebuah proses transformasi,
dimana sifat yang didapat diturunkan kepada anaknya. Hal ini menyimpulkan
bahwa teori evolusi J.B. Lamarck ini menitikberatkan pada evolusi makhluk
hidup terjadi sebagai suatu akibat respon makhluk hidup terhadap lingkungan.

3. Masa Teori Darwin


Darwin menyatakan ada dua macam hal menurutnya mengenai evolusi.
Pertama adalah ia menyajikan sejumlah besar fakta sebagai bukti evolusi. Kedua,
ia memberikan penjelasan mengenai mekanisme evolusi, yang dikenal sebagai
teori Darwin.
Mayr (1991) membedah paradigma evolusioner Darwin menjadi lima teori
utama yang menjadi dasar dari pemikiran tentang evolusi:
a. Evolusi itu sendiri
Teori ini menyatakan bahwa dunia tidaklah konstan atau baru saja tercipta
dan tidak pula bersiklus (melingkar), melainkan terus berubah, dan bahwa
organisme mengalami transformasi (perubahan) dalam perjalanan waktu.
b. Asal usul yang sama (common descent)
Teori ini menyatakan bahwa setiap kelompok organisme diturunkan (berasal)
dari moyang yang sama, dan bahwa semua kelompok organisme akhirnya
dirunut balik ke satu asal kehidupan di bumi.
c. Perbanyakan spesies
Teori ini menjelaskan tentang asal mula keanekaragaman makhluk hidup yang
amat besar, melalui perpecahan menjadi spesies-spesies anak ataupun
pertunasan, yaitu terbentuknya populasi pendiri yang terisolasi geografis dan
akhirnya berkembang menjadi spesies baru.

5
d. Gradualisme
Menurut teori ini, perubahan evolusioner terjadi melalui perubahan populasi
secara bertahap, bukan dengan dihasilkannya individu baru secara mendadak
yang merupakan tipe baru.
e. Seleksi alam (Natural Selection)
Menurut teori ini, perubahan evolusioner tercapai melalui produksi berlimpah
variasi di setiap generasi. Sedikit individu yang bertahan hidup, berkat
karakter-karakter terwariskan yang lebih adaptif, menurunkan generasi
selanjutnya.
Inti dari teori evolusi Darwin adalah bahwa evolusi terjadi melalui seleksi
alam. Gagasannya itu lahir melalui penalaran induktif dan deduktif dalam premis
berikut.
Pengamatan 1: Kecenderungan populasi untuk bertambah besar, dengan
peningkatan secara geometrik, karena potensi reproduksi
organisme yang sangat tinggi.
Pengamatan 2: Kenyataannya, jumlah individu dalam populasi kurang lebih
konstan.
Pengamatan 3: Organisme bervariasi.
Kesimpulan 1: Adanya struggle for existence alias struggle for survival
Kesimpulan 2: Adanya natural selection alias survival of the fittest.

4. Masa Teori Genetika


Di dalam ilmu genetika menunjukkan adanya variasi genetik yang
mempunyai arti penting dalam menjelaskan evolusi, sebab variasi genetik inilah
yang menjelaskan timbulnya ciri-ciri baru yang bisa diwariskan pada generasi
berikutnya (Suripto, 2007).

a. Gregor Mendel
Gregor Mendel (1822-1844) secara umum dikenal sebagai Bapak
Genetika. Untuk eksperimennya, Mendel memilih kacang polong, Pisum
sativum, spesies yang tumbuh dengan mudah. Mendel mengetahui beberapa
varietas polong di pasar lokal. Dia mengetahui bunga hermaprodit, yaitu 2

6
kelamin berbeda dalam bunga yang sama. Mendel dapat memastikan fertilisasi
sendiri, dengan cara memindahkan stamen dan menaburkan pollen dari bunga
yang lain. Eksperimen pertama Mendel mempelajari pewarisan sifat dari satu sifat
beda. Ia mempelajari tujuh pasang sifat yang berlawanan, biji bulat dan biji
keriput, biji hijau dan biji kuning, batang tinggi dan rendah, posisi bunga di ujung
dan di ketiak,kacang polong yang menggembung dan mengkerut, kacang polong
hijau dan kuning, dan warna-warna bunga (merah-ungu, dengan lapisan biji abu-
abu) dan bunga putih dengan lapisan biji. Pada ke-tujuh sifat tersebut, satu sifat
yang muncul menunjukkan fenotip F1 pada tanaman, Mendel menyebutnya
dominan dan sifat yang tersembunyi disebut resesif (Minkoff, 1983).
Johann Gregor Mendel mengemukakan teori genetika yang menyangkut
adanya sejumlah sifat yang dikode oleh satu macam gen. Teori genetika dapat
menerangkan bagaimana persamaan dan variasi diturunkan dan juga dapat
menjelaskan darimana keanekaragaman tersebut timbul.hasil eksperimen terhadap
berbagai varietas Pisum sativum (ercis). Pembastaran dua induk tumbuhan yang
berbeda varietasnya dapat menghasilkan ciri-ciri baru pada keturunannya.
Peristiwa pembastaran atau hibridisasi dapat dipandang sebagai suatu petunjuk
evolusi. Di dalam ilmu genetika menunjukkan adanya variasi genetik yang
mempunyai arti penting dalam menjelaskan evolusi, sebab variasi genetik inilah
yang menjelaskan timbulnya ciri-ciri baru yang bisa diwariskan pada generasi
berikutnya (Widodo, dkk. 2003).

b. De Vries
Mendel telah mempelajari transmisi pewarisan sifat pada polong yang
berbeda, tetapi ia melupakan satu pertanyaan penting yang belum terjawab:
darimana datangnya perbedaan dan bagaimana mereka berasal? Jawaban pertama
berhasil dihasilkan oleh De Vries dalam teori mutasinya (Minkoff, 1983).
De Vries mengemukakan bahwa evolusi disebabkan adanya mutasi pada
makhluk hidup. De Vries melengkapi gagasannya dengan hasil pengamatan
terhadap tumbuhan Oenothera lamarckiana yang ternyata hasil perkawinannya
menghasilkan keturunan yang mengalami mutasi dan menghasilkan spesies baru.
Pada beberapa spesies baru ini dijumpai perubahan krosmosom triploid,

7
tetraploid, atau aneuploid. Sebagian spesies baru menunjukkan susunan gen-gen
resesif yang homozigot (Widodo, dkk. 2003).
Variasi baru dalam persilangan yang dihasilkan oleh De Vries diberi nama
mutasi spontan. Kata spontan secara asli berarti variasi baru tidak dipengaruhi
oleh lingkungan, dan terjadi tanpa mempedulikan nilai kemungkinan adaptif
mereka (Minkoff, 1983).

c. T.H. Morgan
Thomas Hunt Morgan (1866-1945) seorang professor yang terlahir sebagai
embriologis dan evolusionis. Pilihan Morgan yang paing menguntungkan adalah
eksperimen organisme yaitu lalat buah, Drosophilla melanogaster yang
disarankan oleh William E. Castle. Drosophila melanogaster merupakan
organisme yang kecil tetapi memiliki fenotip yang kompleks dan bisa dipelihara
di dalam botol susu kecil dalam jumlah ratusan (Minkoff, 1983).
Morgan seorang pemenang hadiah nobel menunjukkan adanya mutasi
pada Drosophila. Mutan Drosophila tersebut memiliki kelainan yang merugikan
makhluk hidup tersebut misalnya cacat pada sayap, mata, warna tubuh, bahkan
beberapa mutasi bersifat letal. Mutasi mungkin terjadi dalam proses replikasi
kromosom dan gen-gen pada sel anak tidak seluruhnya identik dengan sel induk.
Dari hasil penelitian ini dapat diterima pendapat bahwa mutasi yang memiliki
nilai terhadap kejadian evolusi adalah mutasi gen dan mutasi-mutasi kromosom.
Selain itu, mutasi tersebut adalah mutasi yang menguntungkan yang
mengakibatkan keturunan memiliki ciri-ciri yang lebih baik sehingga lolos dasri
seleksi alam, sehingga walaupun jumlah makhluk hidup yang mengalami mutai
yang menguntungkan sedikit, nantinya akan berlipat ganda jumlahnya dalam
generasi berikutnya.

5. Masa Neo-Darwinian
Pandangan yang menyatakan peristiwa seleksi alam bukanlah sebab utama
evolusi organik, tetapi hanya berperan sebagaio faktor yang menentukan arah
perubahan tersebut, dan juga merupakan faktor penuntun, adalah hasil
pengembangan dan penyempurnaan Teori Seleksi Alam Darwin yang dikenal

8
dengan Neo Darwinisme. Pada periode ini, para ahli menemukan bahwa ilmu
genetika sangat perlu dalam menerangkan proses evolusi. Ilmuwan yang bernama
Johansen (1909) menunjukan bahwa peristiwa seleksi alam tidak akan
berpengaruh terhadap populasi pada berbagai generasi turunan, populasi tidak
akan berubah kareana peristiwa seleksi alam, beberapa ahli genetika berpendapat
bahwa justru peristiwa mutasi dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa
evolusi. Jadi peristiwa seleksi alam bukan merupakan penyebab evolusi, namun
hanya sebagai faktor yang mengukuhkan varian-varian yang sesuai dan bukan
merupakan faktor yang menjadi sebab timbulnya varian-varian baru (Widodo,
dkk. 2003).
Dengan berbagai perkembangan dalam ilmu biologi, khususnya genetika
maka kemudian teori evolusi Darwin diperkaya. Secara singkat, proses evolusi
oleh seleksi alam (Neo-Darwinian) terjadi karena adanya:
a) Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b) Perubahan da genotipe yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
c) Produksi varian baru melalui pada materi genetik yang diturunkan
(DNA//RNA).
d) Kompetisi antara individu karena keberadaan besaran individu melebihi
sumber daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.
e) Generasi berikutnya mewarisi kombinasi gen yang sukses dari individu
fertil (dan beruntung) yang masih dapat bertahan hidup dari kompetisi.

6. Masa Evolusi Modern


Teori evolusi modern berpandangan bahwa sifat-sifat benda hidup berubah
dengan bertambahnya waktu dan perubahan ini diarahkan oleh seleksi alam.
Perubahan pada individu sepanjang hidupnya menyangkut suatu populasi dalam
beberapa generasi. Suatu individu tidak dapat dikatakan mengalami evolusi, tetapi
populasilah yang mengalami hal tersebut. Perubahan yang diperoleh individu
adalah perubahan dalam ekspresi dari potensi pertumbuhan yang dikandung gen
yang dibawa. Di dalam populasi baik komposisi maupun ekspresi dari potensi
pertumbuhan dapat mengalami pertumbuhan. Perubahan komposisi genetis inilah
yang disebut evolusi. Di alam terdapat dua faktor yang bekerja secara harmonis

9
yaitu factor penyebab keanekaragaman dan faktor yang bekerja untuk
mempertahankan keutuhan suatu jenis
Pada masa ini, para ilmuwan mulai berpikir untuk mengadakan
pendekatan molekuler, fisiologis, perkembanagan dan banyak pendekatan lainnya
terhadap evolusi. Penggunaan pendekatan ini misalnya dilakukan dengan cara
membandingkan protein darah dari spesies yang berbeda dengan cara
kromatografi dan elektroforesis. Dengan demikian dapat ditentukan bahwa suatu
organisme berkerabat dekat atau jauh terhadap organisme lainnya dari perbedaan
dalam semua aspek yang mungkin dipelajari (Widodo, dkk. 2003).
Konsep evolusi tidak hanya dikembangkan dengan mengandalkan ilmu
genetika namun juga tinjauan tentang struktur DNA. Saat ini telaah tentang DNA
mengungkapkan bahwa ada mekanisme perubahan pada tingkat molekul DNA,
sehingga membawa pemahaman yang lebih baik pada proses perubahan organisasi
makhluk hidup. Selain itu juga ditemukan adanya gen yang tidak banyak berubah
selama proses evolusi. Sehingga dapat dilakukan perbandinagan DNA untuk
menetukan derajat persamaan antara spesies yang berbeda. Dengan demikian
dapatlah ditentukan bahwa suatu makhluk hidup memiliki kekerabatan dekat atau
jauh terhadap makhluk hidup lainya.Pendekatan molekular ini telah dilkukan oleh
sekelompok peneliti dari Universitas California di Berkeley. Di tahun 1987 para
ahli tersebut mengemukakan hasil analisis DNA mitokondria, menunjukkan
bahwa DNA mitokondria, menunjukkan bahwa DNA mitokondria manusia
primitif terdapat di Afrika (Widodo, dkk. 2003).

B. Bukti dan Petunjuk Evolusi


1. Homologi organ tubuh
Petunjuk adanya evolusi dapat dipelajari dari studi tentang struktur organ
berbagai makhluk hidup yang memiliki berbagai kesamaan. Misalnya anggota
tubuh yang dimiliki oleh vertebrata. Semua anggota gerak vertebrata berupa
sepasang tangan, kaki, sayap. Anggota gerak tersebut memiliki jari, adanya tulang
radius dan ulna, dsb. (gambar 4-1). Anggota gerak tersebut dimiliki oleh semua
kelompok vertebrata. kesamaan anggota gerak tidak hanya meliputi tulang, tetapi
juga otot, saraf, persendian dan pembulu darah. Semua kesamaan menunjukan

10
bahwa organ tersebut berasal dari struktur yang sama dan biasa kita kenal dengan
istilah homologi.
Anggota gerak depan cecak dan kadal untuk berjalan, sayap burung dan
sayap kelelawar untuk terbang, keseluruhan anggota gerak tersebut homologi
dengan kaki depan kuda atau tangan manusia. Berlainan halnya dengan sayap
serangga atau kaki udang. Struktur sayap burung dan kelelawar berbeda dengan
sayap serangga maupun kupu-kupu, meskipun fungsinya dapat sama. Hal ini
disebabkan karena asal usul organ tersebut tidak sama. Kesamaan fungsi namun
berbeda asalnya disebut analog.
Contoh informasi dari perbandingan pertumbuhan adalah adanya celah
insang pada embrio vertebrata. Celah-celah insang pada ikan dewasa akan tumbuh
menjadi insang, sedangkan pada reptilian, aves dan mamalia dewasa tidak tumbuh
menjadi insang, kecuali pada beberapa amphibia (gambar a). kesamaan juga
diperlihatkan pada perkembangan embrio vertebrata. Ditunjukan bahwa hamper
semua embrio mempunyai struktur dasar yang sama. Hal ini diterangkan dengan
homologi (gambar b).

Gambar 1. Pola skelet anggota depan vertebrata. Perhatikan bahwa pola dasarnya
sama bagi kelompok hewan tersebut, tetapi setiap anggota tubuh
tersebut dimodifikasi untuk fungsi yang spesifik.

11
Gambar 2. Homologi anggota tubuh bagian depan berbagai vertebrata. Organ-
organ itu beradaptasi sesuai dengan tingkah laku hidupnya masing-
masing. Perubahan dapat terjadi berupa penyusutan dan
perkembangan.

Gambar 3. Perkembangan embrio vertebrata. Semua vertebrata memiliki celah-


celah insang dalam stadium embrional.

2. Data fosil
Fosil merupakan mahkluk hidup atau sebagian dari mahkluk hidup yang
tertimbun oleh tanah, pasir, lumpur dan akhirnya membatu. Kadang- kadang
hanya beberapa bekas-bekas organisme. Pada umumnya fosil-fosil yang telah
ditemukan terdapat dalam kedaanyang tidak utuh, yaitu hanya merupakan suatu
bagian atau beberapa bagian dari tubuh mahkluk. Hancurnya tubuh mahkluk
hidup yang telah mati disebabkan pengaruh air, angin, bakteri pembusuk, hewan-

12
hewan pemakan bangkai dan lain-lain. Fosil- fosil dapat ditemukan diberbagai
lapisan bumi, sehingga penentuan umurnya didasarkan atas umur lapisan yang
mengandung fosil-fosil itu. Umumnya fosil yang terdapat dilapisan yang paling
dalam, mempunyai umur yang lebih tua, sedangkan umur fosil yang ditemukan
pada lapisan yang lebih atas mempunyai umur yang lebih mudah. Dengan
membandingkan fosil-fosil yang ditemukan diberbagai lapisan bumi yaitu mulai
dari sederetan fosil-fosil yang telah ditemukan dalam lapisan batuan bumi dari
yang tua sampai ke yang muda, menunjukan adanya perubahan yang terjadi secara
berangsur-angsur, maka dapat disimpulkan bahwa fosil merupakan petunjuk
adanya evolusi.
Dari data fosil diperoleh juga tentang homologi antar fosil di suatu daerah
tertentu selain itu ditemukan pula bahwa mahkluk hidup yang ada pada kehidupan
yang paling awal bersifat lebih primitif dari mahkluk hidup sekarang.
Dengan demikian mempelajari palaentologi yaitu ilmu yang mempelajari
tentang fosil-fosil dapat diungkapkan banyaknya keterangan yang membenarkan
adanya evolusi.

Gambar 4. Rekonstruksi dari rangka lengkap kelelawar yang hidup 50 juta


tahun yang lalu.

13
(a) (b)
Gambar 5. (a) Fosil lebah madu yang hidup jutaan tahun yang lalu.
(b) Fosil capung yang hidup 135 juta tahun yang lalu.

(a) (b)
Gambar 6. (a) Fosil bintang laut yang berumur 400 juta tahun lalu.
(b) Fosil penyu juta tahun yang lalu.

Gambar 7. Fosil ikan Coelancanth yang berumur 410 juta tahun lalu

3. Organ yang mengalami rudimentasi


Rudimentasi organ merupakan petunjuk adanya evolusi. Organ yang
berguna pada suatu makhluk hidup, pada makhluk hidup lain kurang berfungsi.

14
Contoh tulang ekor pada manusia kurang berfungsi, tetapi pada kelompok
mamalia lain sangat berkembang dan berfungsi sebagai ekor.
Data fosil untuk kelompok kuda dan primata cukup lengkap untuk dapat
mendeskripsikan evolusi yang terjadi pada dua kelompok hewan tersebut. Namun,
selengkap-lengkapnya data fosil masih belum dapat menerangkan secara lengkap
apa yang terjadi pada masa silam. Dasar deskripsi evolusi kuda dan primata ini,
para ahli menggunakan metode pendekatan dengan membandingkan perubahan
struktur dari makhluk hidup yang paling erat kaitannya dengan makhluk hidup
sasaran.
a. Evolusi Kuda
Evolusi kuda merupakan suatu contoh klasik yang datanya cukup lengkap.
Hal ini disebabkan oleh kuda yang hidup berkelompok dalam jumlah yang cukup
besar sehingga meninggalkan sejumlah besar fosil dari masa ke masa.
Fosil kuda yang paling primitif dikenal dengan Eohippus. Ciri-ciri
Eohippus antara lain kuda ini sebesar kucing/kancil dan tingginya hanya sekitar
30 cm, struktur gigi sebagai pemakan semak belukar, giginya berjumlah 22
pasang dengan gigi geraham yang terspesialisasi untuk menggiling makanan. Kaki
dengan beberapa jari ikut membantu dalam mengais dan menggali akar-akar yang
lunak.
Pada masa berikutnya, terjadi perubahan pada permukaan bumi. Hutan
menjadi jarang dan timbul padang rumput yang luas. Gigi yang sebelumnya cocok
untuk memakan semak belukar tidak diperlukan lagi. Kini diperlukan suatu gigi
yang lebih lebar dan bermahkota email yang cukup tebal untuk menggigit dan
mengunyah rumput sebab rumput mengandung kadar silikat yang tinggi. Gigi seri
melebar dan pipih untuk menggigit rumput, sedangkan gigi premolar berubah
menjadi molar. Gigi geraham melebar untuk menggantikan fungsi mengunyah
menjadi menggiling. Perubahan gigi menyebabkan rahang bertambah lebar.
Perubahan pada alat gerak diperlihatkan pada bertambah panjangnya kaki,
jumlah jari yang lebih sedikit yang cocok untuk kehidupan padang rumput. Kaki
depannya terdiri dari jari dan satu jari rudimen sedang kaki belakangnya
mempunyai tiga jari dan dua jari rudimen. Bentuk jari tengahnya semakin panjang
dan besar. Selain itu, ujung jari setiap kaki ditutupi oleh kuku. Dengan

15
berkurangnya jari, postur tubuh yang lebih besar dan tengkorak memanjang yang
lebih streamline sehingga kuda lebih mudah berlari cepat untuk menghindari
predator. Begitu pula volume otaknya juga bertambah besar dan kompleks.
Evolusi Eohippus sampai menjadi Equus diperkirakan melalui tahapan
Eohippus borealis Orohippus Mesohippus bairdi Miohippus
Parahippus Merychippus paniensis Pliohippus Equus

Gambar 8. Evolusi Kuda

Gambar 9. Indeks Massa Tubuh Kuda


b. Evolusi Primata
Kalau kita berbicara mengenai evolusi manusia dan primata, tidaklah
berarti bahwa manusia berasal dari kera. Yang dipelajari dalam ilmu evolusi ialah

16
proses perubahannya. Mempelajari perubahan makhluk hidup akan ditinjau dari
banyak segi yang dapat memberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi pada
masa yang lalu. Suatu sifat akan berevolusi sesuai dengan perkembangan waktu
dan tempat. Dengan membandingkan data fosil dengan makhluk hidup yang ada
saat ini merupakan analisis yang dilakukan oleh para Paleontolog. Pada kelompok
primata adalah membandingkan kelompok primata primitif dengan kelompok
primata modern tentang perubahan struktur dari berbagai organ, yang minimal
dapat memberikan petunjuk, yaitu sebagai berikut.
1) Bentuk tengkorak yang memanjang dengan rahang yang besar. Perubahan ini
diikuti dengan perubahan cara berjalan dari empat kaki menjadi dua kaki.
Panggul menjadi kuat, gigi kuat dan membentuk moncong yang bertambah
pendek. Rongga hidung semakin mengecil.
2) Mata yang semula menghadap ke samping, menjadi berangsur-angsur
menghadap ke depan. Penglihatan berubah dari dua dimensi menjadi tiga
dimensi, dan kemampuan melihat warna meningkat dari hitam-putih untuk
membedakan terang dan gelap menjadi mampu melihat hampir semua
spektrum warna. Hal ini erat kaitannya dengan cara hidup dari malam hari
menjadi siang hari. Matapun diperlukan untuk melihat makanan di antara
ranting-ranting pohon dan dapat menyelinap dengan mudah diantara dahan.
3) Ujung jari bercakar secara berangsur-angsur berubah menjadi kuku. Hal ini
terlihat bahwa tupai mempunyai cakar, sedangkan primata lebih lanjut
mempunyai kuku yang tebal dan akhirnya manusia mempunyai kuku yang
tipis. Cakar mula-mula diperlukan untuk mengais mencari makan. Perubahan
cara hidup dari hidup di tanah menjadi kehidupan arboreal, maka cakar
menjadi penganggu kemampuan bergerak dengan cepat di atas pohon.
Kehidupan arboreal lebih membutuhkan kemampuan memegang. Dengan
demikian, terjadi pula perubahan cara memegang dengan terbentuknya ibu
jari dengan persendian yang lain daripada jari-jari yang lain. Hal tersebut erat
kaitannya dengan munculnya flora hutan sebagai habitat yang baru. Cakar
diperlukan untuk naik pohon, tetapi selalu terkait jika berpindah dari pohon
satu ke pohon yang lain. Perubahan juga terjadi pada telapak tangan, yang
berfungsi untuk memegang terlihat pada kera yang mempunyai empat tangan,
bahkan kera Amerika Selatan ekorpun dapat digunakan untuk memegang.

17
4) Kehidupan arboreal menyebabkan fungsi tangan menjadi lebih penting
daripada kaki yang terlihat pada kera memiliki tangan lebih panjang dan kuat
daripada kaki. Hal ini penting untuk dapat berayun dan berpindah tempat.
Perubahan permukaan bumi akan mengakibatkan jumlah hutan makin sedikit.
Selain itu ditemukan primata berukuran besar yang tidak mampu ditunjang
oleh hutan. Maka primata mulai turun ke permukaan bumi. Akibatnya tangan
kurang diperlukan sedangkan kaki diperlukan untuk mengejar mangsa dan
menghindarkan diri dari predator. Koordinasi otot menjadi lebih baik.
5) Volume otak mengalami perubahan yang pesat. Faktor ini sangat nyata
terlihat pada golongan kera manusia. Australopithecus hanya mempunyai
otak dengan volume 600 cc, sedangkan manusia modern sekitar dua kali lebih
besar. Data fosil menunjukan bahwa fosil manusia lainnya mempunyai
kisaran diantara keduanya. Perubahan volume otak dapat dilihat pada
perubahan dahi, yang tidak ada pada kera dan hampir tegak pada manusia.
Ramapithecus yang dianggap sebagai fosil yang erat hubungannya dengan
manusia. Fosil ini pada mulanya hanya dikenal dari sebuah tulang rahang. Namun
pandangan tersebut berubah, karena penemuan baru telah memberikan pandangan
yang lebih baik. Fosil ini identik dengan Dryopithecus. Fosil berikutnya
Kenyapithecus dan fosil Homo mungkin telah ada, namun data yang ada belum
meyakinkan. Kemudian, pada lapisan lebih muda mulai dijumpai
Paraustralopithecus aetthiopicus, yang oleh ahli yang beraliran progresif kini
disebut juga Homo aethiopicus. Australopithecus (A. africanus, A. afarensis).
Homo, Maganthropus palaeojavanicus (Homo modjokertensis) dan Paranthropus
(P. boisei, P. robustus). Kedua marga fosil terakhir dan Gigantopithecus adalah
fosil manusia atau kera berukuran besar dan disebut raksasa. Fosil-fosil yang
menempati lapisan lebih atas adalah Zinjanthropus, Homo habilis, Homo ergaster,
Homo rudolfensis. Baru kemudian mengenal manusia purba, Homo erectus
(Sinanthropus, Pithecanthropus, Atlanthropus, Telanthropus, Eoanthropus dan
Homo heidelbergensis). Fosil-fosil hominid yang paling muda semuanya sudah
dianggap sebagai Homo sapiens (Swanscombe, Steinheim, Cro-Magnon) dan
Homo sapiens neaderthalensis (H. soloensis, H. rhodensiensis).
Dibawah ini adalah ciri-ciri hewan yang diperkirakan termasuk kelompok
primata:

18
1) Fosil Ramaphitecus yang berhasil digali sampai sekarang terbatas hanya pada
rahang atas dan rahang bawah yang ditemukan di Punyab, India dan Afrika
selatan. Data fosil yang agak lengkap adalah Australophitecus, meliputi
tengkorak, rahang, dan tangan. Ciri-ciri fisiknya adalah sebagai berikut:
(a) Tengkorak tebal dengan kapasitas isi sekitar 700 cc yang menunjukan
otak kecil.
(b) Rahangnya masif dengan gigi yang sama bentuk dengan gigi genus
homo.
(c) Gigi taring kecil, gigi premolar bawah mempunyai kuspis yang
merupakan ciri khas genus hominidae.
(d) Foramen oksipital magnum bergeser ke depan (khas bagi genus Homo).
(e) Tulang ilium lebar dan datar khas bagi makhluk hidup berkaki dua. Alat
batu kasar ditemukan pada tempat ditemukannya fosil namun
jumlahnya sedikit.
2) Fosil Pithecantropus pertama ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun
1891 di Trinil Jawa Timur dalam bentuk tengkorak dan sebuah tulang paha.
Fosil yang sama juga ditemukan di Choukoutien, Cina, Afrika Selatan dan
Afrika Timur, Aljazair, Marokko, Perancis, Inggris, Jennan, dan akhir-akhir
ini ditemukan di Eropa Timur dan India. Pithecantropus dianggap termasuk
genus Homo. Cirinya adalah sebagai berikut:
(a) Tulang tengkorak tebal dan rendah, kapasitasnya 900 cc. Karena
atapnya datar, bagian terlebar dari tulang tengkorak berada di bagian
temporal. Hal ini berbeda dengan genus Homo lainnya yang bagian
terlebarnya terletak di daerah parietal.
(b) Foramen occipitale magnum bergeser ke depan (khas bagi genus
Homo).
(c) Dahinya datar dan miring.
(d) Tulang alis menonjol ke depan.
(e) Lubang hidung besar.
3) Fosil manusia neandertal pertama ditemukan di lembah Neadertal di daerah
Dusseldorf Jerman. Fosil ini juga ditemukan hampir di seluruh Eropa, yaitu
Jerman, Perancis, Belgia, Yugoslavia, Italia, dan Chekoslavia. Juga ditemukan
Afrika Utama dan Afrika Selatan. Di asia antara lain di Israel, Irak,
Uzbekistan dan di Jawa. Ciri-cirinya adalah:
(a) Tulang tengkorak tebal dan rata, lubang hidung besar, rahang masif, dan
tidak berdagu.

19
(b) Tulang belakang kepala memanjang ke belakang dan ujungnya lancip
serta menonjol.
(c) Foramen occipitale magnum bergeser ke depan (khas bagi genus
Homo).
(d) Volume tengkorak 1450 cc, lebih besar dari volume manusia modern.
Volume manusia modern 1300 cc.
(e) Tulang alis masif dan menonjol.
(f) Tulang oksipital menonjol, kemudian memiliki otot leher yang kuat.
(g) Wajah lonjong dan lebar dengan rahang yang menonjol.
(h) Gigi besar tertanam pada rahang yang besar.
(i) Tulang anggota badan bagian bawah relatif besar dan masif.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Perkembangan teori evolusi diawali dari masa teori fixisme, masa teori J.B
Lamark, masa teori evolusi Darwin, masa teori genetika, masa Neo-
Darwinian, dan yang terakhir pada masa ini adalah masa evolusi modern.
2. Bukti dan petunjuk evolusi antara lain adalah homologi organ tubuh, data
fosil, dan organ yang mengalami rudimentasi.

B. Saran
Saran dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mempelajari perkembangan teori evolusi perlu dilakukan secara seksama
agar tidak terjadi kesalahpahaman yang akan menimbulkan suatu
pertentangan.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai bukti evolusi dan penelaahan
validitasnya, berdasarkan sumber-sumber yang ada dan kemudian dibuktikan
secara ilmiah.

21
DAFTAR RUJUKAN

Futuyma, D.J. 2005. Evolution. Massachusetts: Sinauer Associates Inc.


Publishers.
Mayr, E. 2001. Evolusi: Dari Teori ke Fakta. Terjemahan Andry Primanda, J.B.
Kristianto, Parakitri T. Simbolon. 2010. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
Minkoff, E.C. 1983. Evolutionary Biology. Addison-Wesley Publishing Company:
USA.
Suripto, B.A. 2007. Teori Evolusi Charles Darwin. Universitas Airlangga,
(Online), (http://grelovejogja.pdf./2007/12/03/teori-evolusi-charles-darwin/),
diakses 22 Januari 2016.
Widodo, Lestari, U., Amin, M. 2003. Evolusi. Jurusan Biologi FMIPA: UM.

22

Anda mungkin juga menyukai