Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH CARA PEMBERIAN OBAT TERHADAP

ADBSORBSI OBAT

I.TUJUAN

Mahasiswa dapat memahami,mengenal,mempraktekan dan membandingkan pengaruh cara


pemberian obat pada hewan percobaan terhadap kecepatan adsorbsi obat menggunakan data
farmakologi sebagai tolak ukur.

II.DASAR TEORI

Adsorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam darah tergantung
pada cara pemberiannya.Tempat pemberiannya obat adalah saluran cerna (mulut sampai dengan
rectum),kulit,paru-paru,otot dan lain-lain.Adsorbsi sebagian obat secara difusi posif maka
sebagian barieradsorbsi adalah membran epitel saluran cerna yang seperti halnya semua
membran sel

VI.PEMBAHASAN

Praktikum kali ini mempelajari tentang pengaruh cara pemberian obat terhadap absorbsi
obat dalam tubuh.Pada dasarnya rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat
yang masuk kedalam tubuh,sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan
timbulnya efek yang merugikan.Dalam hal ini,alat uji yang digunakan adalah tubuh hewan (uji in
vivo).Mencit dipilih sebagai hewan uji karena metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat
sehingga sangat cocok untuk dijadikan objek pengamatan.

Pada kelompok A Pemberian obat pada hewan uji pada percobaan kali ini dilakukan
melalui cara oral dan intraperitoneal.Pertama,dengan cara oral (pemberian melalui mulut masuk
ke saluran intestinal) digunakan jarum injeksi 1 ml yang berujung tumpul agar tidak
membahayakan bagi hewan uji.Pemberian secara oral merupakan bagian yang paling umum
karena mudah,murah dan aman.Namun kerugiannya adalah banyak faktor yang mempengaruhi
bioavailabilitasnya sehingga waktu onset yang didapat lebih lama,sedangkan pemberian yang
cukup efektif adalah intra peritoneal ( i.p ) karena memberikan hasil yang lebih cepat.Namun
suntikan i.p tidak dilakukan pada manusia karena bahaya injeksi dan adhesi terlalu besar
(Setiyawati,A. Dan FD Suyatna,1995)
Sedangkan pada kelompok B pemberian obat dilakukan dengan melalu icara oral dan
intravena (i.v).Pemberian obat dilakukan dengan menyuntikkan obat pada daerah ekor (terdapat
vena lateralis yang mudah dilihat dan dapat membuat obat masuk kedalam pembuluh
darah).Keuntungannya obat cepat masuk dan bioavailabilitasnya 100%,sedangkan kerugiannya
sakit,dapat terjadi iritasi ditempat injeksi,resiko terjadi kadar obat terlalu tinggi kalau diberikan
terlalu cepat.

Pada percobaan ini kelompok kami kelompok A memberikan obat secara oral dan
intraperitoneal menggunakan 3 ekor mencit jantan.Masing-masing mencit diberikan rute
pemberian obat yang berbeda,banyaknya volume obat yang akan diberikan tergantung berat
badan mencit.Pada mencit I dengan berat 15,38 gram,diberikan obat secara peroral
menggunakan larutan CMC 0,1% sebanyak 0,4 ml sebagai kontrol negatif yang memberikan
hasil negatif pada perlakuan,pada mencit II dengan berat 20,36 gram diberikan larutan injeksi
luminal 25 mg/ml sebanyak 0,03 ml melalui intra peritoneal sedangkan pada mencit III dengan
berat 17,52 gram diberikan luminal tab 30 mg/tablet yang dikonversi dalam bentuk larutan
luminal 1% dalam CMC sebanyak 0,07 ml.

Berdasarkan perlakuan dari kelompok kami,perlakuan pada mencit I tidak menghasilkan


efek dimana mencit tidak mengalami perubahan perilaku karena larutan CMC 0,1% hanya
sebagai kontrol negatif dan tidak berpengaruh pada mencit.Pada mencit II dengan pemberian
injeksi luminal secara intra peritoneal didapatkan perubahan perilaku mencit dimana mencit
lebih tenang kemudian tertidur, waktu onset yang dibutuhkan 22 menit dan mencit kembali aktif
karena efek obat yang habis ,waktu durasi yang dibutuhkan 53 menit.Pada mencit III dengan
pemberian larutan luminal dalam CMC peroral didapatkan perubahan perilaku mencit lebih
tenang kemudian tertidur,waktu onset yang dibutuhkan 25 menit dan mencit kembali aktif karena
efek obat yang habis,waktu durasi yang dibutuhkan 17 menit.

Berdasarkan hasil pengamatan dari kelompok kami,rute pemberian melalui intraperitonel


memberikan efek(onset) yang lebih cepat dan efek aktif kembali (durasi) yang lebih lama dari
peroral,sedangkan pada pemberian per oral efek (onset) lebih lama dan efek aktif kembali
(durasi) lebih cepat dibanding intraperitoneal.Hal ini menyimpang dari literatur yang seharusnya
pemberian obat secara oral memberikan efek aktif kembali (durasi) lebih lama dibanding rute
pemberian obat lain.Kemungkinan ini disebabkan obat tidak masuk seluruhnya kedalam tubuh
mencit yang menyebabkan berkurangnya dosis sehingga berpengaruh pada efek obatnya.

Berdasarkan hasil dari kelompok B,juga didapatkan data dimana waktu onset peroral lebih
lama dan waktu durasi lebih cepat dibanding dengan intravena,dimana waktu durasi juga
menyimpang dari literatur yang seharusnya pemberian oral memberikan waktu durasi lebih lama
dari rute pemberian lain.
Pada percobaan yang kami lakukan,ada efek yang tidak sesuai literatur disebabkan karena
kami belum mahir dalam pemberian obat sehingga efek yang dihasilkan tidak sesuai.

VII.KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil praktikum diatas maka didapatkan jumlah onset dan durasi untuk :
a. Kontrol negatif ,onset 0 menit dan durasi 0 menit
b. Injeksi luminal 25 mg/ml pada mencit II dihasilkan onset 22 menit dan durasi 53 menit
c. Pada luminal tablet 30 mg/tablet yang dibuat stok 1% pada mencit III dihasilkan onset 25
menit dan durasi 17 menit.
2. Dari hasil praktikum waktu onset intraperitoneal ( i.p ) lebih cepat dibanding rute pemberian
peroral
3. Dari hasil praktikum waktu durasi peroral lebih cepat dibanding rute pemberian
intraperitoneal dimana tidak sesuai literatur yang disebabkan belum mahir dalam pemberian
obat per oral yang menyebabkan kemungkinan obat tidak masuk seluruhnya dan efek yang
dihasilkan tidak sesuai

VIII.DAFTAR PUSTAKA

1. Anief, Moh.2000..Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press :Yogyakarta


2. Ganiswara,Sulistia G (Ed),1995,Farmakologi dan Terapi,Edisi IV.Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta.
3. www.scrib.com diakses pada tanggal 1 Mei 2017.
4. Katzung,Bertram G.,Farmakologi Dasar dan klinik, Salemba Medika,Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai