Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS TREND DALAM PROSENTASE

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk


Tahun 2015
Makalah ini Disusun untuk memenuhi tugas Analisis Laporan Keuangan
Dosen pembimbing: Diah Ayu Susanti SE, AK, M.ACC,

Disusun oleh kelompok 4 :


Nama :
1. Evi Octaviani Sari 201412135
2. Vivi Fadhilatul hekmah 201512202
3. Nur Azizah 201512203
4. Hariyanti 201512207
Kelas : 4E

UNIVERSITAS MURIA KUDUS


TAHUN AJARAN 2015/2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
karunia, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kami masih diberi kesempatan untuk mengabdi dan
menyumbangkan pikiran untuk Nusa, Bangsa dan Negara khususnya melalui bidang
Pendidikan.Terwujudnya makalah Tentang Pengungkapan Laporan Keuangan dari berbagai
tinjauan ini merupakan kerja keras yang baik antara kelompok penyusun.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Analisis Laporan Keuangan dengan judulAnalisis Cross Section pada PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk Tahun 2015 dengan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Tahun 2015".
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah
makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari dalam makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh sebab itu kami mohon maaf atas kesalahan dalam
makalah ini. Kami mengharap saran dan kritikan yang bersifat membangun kami untuk
sempurnanya makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada penyusun
khususnya dan kepada pembaca umumnya dalam keikutsertaan mewujudkan pemuda-
pemudi yang mandiri.

Kudus, Maret 2017

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran
keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan
selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan.
Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk
berbagai pihak, seperti investor, kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Analisis keuangan akan lebih tajam apabila angka angka keuangan dibandingkan
dengan standar tertentu. Standar tersebut bisa berupa standar internal yang ditetapkan oleh
manajemen seperti target yang telah ditetapkan, perbandingan historis atau membandingkan
angka angka keuangan dengan angka angka masa sebelumnya dan perbandingan dengan
perusahaan atau industri sejenis. Tanpa perbandingan tidak akan diketahui apakah prestasi
keuangan suatu perusahaan menunjukkan perbaikan atau sebaliknya menunjukkan penurunan.
Analisis cross section adalah Teknik Analisis untuk memperbandingkan data laporan
Keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan atau industri yang sejenis dalam suatu periode
tertentu.
Perseroan didirikan oleh 3 orang yaitu Bapak Joko Mogoginta,Bapak Budhi Istanto dan
Bapak Priyo Hadisutanto (Almarhum)dengan nama PT Tiga Pilar Sejahtera pada 1992 dengan
produkutama bihun kering dan mie kering. Perkembangan Perseroansemakin meningkat, pada
1995 Perseroan lalu membangunpabrik baru di Karanganyar, Jawa Tengah.Pada 2000, sejarah
Perseroan mencatat berdirinya pabrikmakanan terintegrasi seluas 25 Ha yang berlokasi di
Sragen,Jawa Tengah. Dari pabrik inilah diproduksi bermacam produkmakanan olahan/makanan
jadi, tak hanya bihun dan mie keringsaja, tetapi juga mie instan, biskuit dan snack (TPS Food).
Pada 2002, Perseroan menerapkan sistem manajemen yangcanggih untuk mencapai
perbaikan yang berkelanjutan dalamproduktivitas dan efisiensi. Pada tahun yang sama,
demimeningkatkan mutu pengelolaan, Perseroan melengkapi diridengan mendapatkan sertifikat
ISO 9001:2000. Perseroansemakin mengukuhkan keberadaannya dengan melantai diBursa Efek
Indonesia pada 2003 menjadi perusahaan publik danberubah nama menjadi PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk dengankode emiten AISA melalui proses backdoor listing
denganmengakuisisi PT Asia Inti Selera yang merupakan produsen mietelor dengan merek
dagang Ayam 2 Telor.Pada 2008, Perseroan memasuki bisnis perkebunan kelapasawit dengan
mengakuisisi PT Bumiraya Investindo danmendapat penghargaan Best Consumer Goods
Industry PublicListed Company di tahun yang sama. Pada 2010, Perseroanmemasuki bisnis beras
dengan mengakuisisi PT Dunia Panganyang bergerak di bidang perdagangan beras dan
mengakuisisipabrik beras PT Jatisari Srirejeki.

1
Pada 2011, TPSF menjadi salah satu perusahaan yang termasukdalam daftar A List of
the Top 40 Best Performing ListedCompany dari Majalah Forbes Indonesia dan pada
2012,TPSF mendapatkan penghargaan Indonesia Best CorporateTransformation dari Majalah
SWA. Selain itu, TPSF jugadianugerahi penghargaan Asias Best Companies 2014 kategoriBest
Small Cap dari Finance Asia dan termasuk dalam daftar 20Rising Global Stars dari Forbes
Indonesia pada 2014.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Perseroanmenjalankan kegiatan usahadengan
maksud dan tujuanmelakukan usaha dalam bidang perdagangan, perindustrian,perkebunan,
pertanian, ketenagalistrikan dan jasa. Hingga2015, Perseroan telah menyelenggarakan kegiatan
usaha padabidang Perdagangan, Perindustrian dan Perkebunan. Kegiatanusaha tersebut
dijalankan melalui tiga divisi usaha yaitu DivisiMakanan atau TPS Food, Divisi Beras atau TPS
Rice dan DivisiKelapa Sawit atau TPS Palm Oil.Bisnis makanan dari TPS Food adalah bisnis
pendahulu dantetap menjadi salah satu kontributor utama TPSF yang terusmengembangkan
usahanya.Produk TPS Food antara lain miekering, mie instan (snack), bihun kering, bihun instan,
snack,biskuit dan permen.Sepanjang 2015, TPS Food secara intensifmelanjutkan strategi
pemasaran dari tahun sebelumnyameliputi branding activity, promosi, kemasan baru
maupuninovasi produk.
Pada akhir 2010, Perseroan memulai bisnis berasnya melaluiakuisisi PT Dunia
Pangan.Menancapkan eksistensi di bahanpangan pokok, TPS Rice yang bergerak dalam
pengolahan dandistribusi beras mempunyai beberapa pabrik pengolahan berasdi lokasi strategis
dimana tempat lumbung padi di Indonesiaberada. Dengan bisnis model Paddy to Rice, TPS
Rice secarajelas membedakan dirinya dengan kompetitor lain yangkebanyakan rice milling
tradisional kecil dan tersebar di banyaktempat. Pada 2015, TPS Rice memiliki kapasitas
produksisebesar 480.000 ton per tahun dengan lokasi pabrik berasberada di Jawa Barat dan Jawa
Tengah.
TPS Palm Oil melalui beberapa entitas anak bergerakdalam usaha perkebunan dan pabrik
kelapa sawit. Untukpengembangan organik, TPS Palm Oil mengoptimalisasi secarainternal
dalam proses pembibitan, penanaman, perawatan,panen dan penanganan paska panen untuk
mendapatkanpanen yang lebih baik dengan lebih efisien. Sedangkanuntuk pengembangan
anorganik, melalui entitas anakusaha, Perseroan telah melakukan akuisisi lima
perusahaanperkebunan kelapa sawit pada 2010, yaitu PT Mitra Jaya AgroPalm, PT Airlangga
Sawit Jaya, PT Charindo Palma Oetama, PTMuarabungo Plantation, PT Tugu Palma Sumatera,
juga telahmengakuisisi satu perkebunan kelapa sawit, PT Tandan AbadiMandiri pada 2012, dan
mengakuisisi PT Golden Plantationserta mengakuisisi PT PersadaAlam Hijau melalui PT
GoldenPlantation pada akhir 2014. Guna mengembangkan bisnis,Perseroan melalui PT Golden
Plantation mengakuisisi PTBailangu Capital Investment pada 2015.Sampai akhir 2015,TPS Palm
Oil memiliki lahan tertanam seluas 24.452 Ha. Melalui penguatan di tiga divisi usaha ini,
Perseroan melangkah dengan strategi yang tepat sasaran untuk mencapai visi dan misi Perseroan,
mengembangkan usaha korporasi, memberikan kesejahteraan pada karyawan, memastikan nilai

2
perusahaan bagi pemangku kepentingan dan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
Indonesia.
Perusahaan ini didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma berdasarkan Akta
Pendirian No.228 tanggal 14 Agustus 1990. berdasarkan keputusan Rapat Umum Luar Biasa
Para Pemegang Saham yang dituangkan dakam Akta Risalah Rapat No.51 tanggal 5 Februari
1994 Perseroan mengubah namanya yang semula PT Panganjaya Intikusuma menjadi PT
Indofood Sukses Makmur. Pada awalnya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. adalah
perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan makanan dan minuman yang didirikan pada
tahun 1971. PT. Indofood Sukses Makmur terus mengalami kemajuan. Hal ini dibuktikan dengan
adanya pesebaran distribusi produk yang dipasarkan. Saat ini, PT. memliki 36 pabrik, lebih
dari 10 merek dengan 150 rasa dan tipe distributor yang melayani hampir 150.000 outlet.

PT. Indofood Sukses Makmur cabang Bandung merupakan salah satu bagian darinoodle
division, PT. Indofood Sukses Makmur memiliki areal kantor dan pabrik seluas 61.640 m.
Cabang Bandung daerah cakupan pemasaran di kabupaten dan kota Bandung, Cimahi,
Cikampek, Purwakarta, Subang, Cirebon, Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Cianjur, Indramayu,
dan Sumedang.
PT. Indofood Sukses Makmur TBK cabang Indofood Grup yang bergerak dibidang mie
instan merupakan pelopor dalam industri makanan olahan di Indonesia.Saat ini perusahaan
menjadi perusahaan pengolahan mie terdepan dan memegang market leader pada masing-
masing brand yang dimilikinya.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. memiliki orientasi pasar, dimana produksi yang
dilakukan oleh perusahaan disesuaikan dengan permintaan pasar.Perusahaan selalu berusaha
memenuhi kebutuhan konsumen, baik dalam kuantitas maupun kualitas produk.Oleh karena itu,
perusahaan selalu mengembangkan inovasi guna memenuhi kepuasan pelanggan, khususnya
selera konsumen.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Analisis Cross Section.
2. Bagaimana cara menganalisis cross section (perbandingan) pada perusahaan yang sudah
ditentukan?
3. Bagaimana cara perhitungan rata-rata industry?
4. Bagaimana cara untuk mengetahui perbedaan antar industry dengan analisi cross section?
5. Apa itu Analisis Trend ?

3
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 PENGERTIAN ANALISIS CROSS SECTION
Analisis cross section adalah perbandingan data keuangan suatu perusahaan dengan
perusahaan atau industi yang sejenis. akan bermanfaaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif
terhadap industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus bagi
manjemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan
berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap industri. Atau bisa juga diartikan analisis
yang membandingkan rasio keuangan perusahan dengan rata-rata rasio perusahaan yang sejenis
dalam jangka waktu yang sama.
1.2 PERBANDINGAN CROSS SECTION
Analisis cross section ( perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis) akan
bermanfaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat
dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi
manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan
perusahaan relatif terhadap industri. Apabila perusahaan memeperoleh untung di atas industri,
manajemen perusahaan akan memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila terjadi
sebaliknya.
Mendefinisikan perusahaan sejenis bukan merupakan pekerjaan mudah. Industri yang
bisa diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa elemen yang sama dengan
perusahaan. Kesamaan tersebut antara lain :
(1) Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier.
Perusahaan bisa dikelompokan berdasarkan bahan baku yang dipakai, bisa juga
berdasarkan proses produksi yang dipunyai. Standard Industrial Classification biasanya
menggunakan kriteria semacam ini (struktur fisik dan tekhnologi proses produksi dalam
homogenitas produksi). Klasifikasi semacam ini juga banyak dipakai oleh lembaga lain.
(2) Kesamaan dari sisi permintaan.
Pendekatan ini menggunakan produk-produk yang dihasilkan sebagai kriteria
pengelompokan industri. Apabila produk-produk memenuhi kebutuhan yang sama, dan produk-
produk tersebut merupakan substitusi satu sama lainnya, maka produk-produk tersebut masuk
dalam industri yang sama. Produk-produk tersebut bisa mempunyai horizon yang pendek yaitu
produk-produk yang sama saat ini, tetapi bisa juga mempunyai horizon jangka panjang yaitu
produk-produk yang saling berkompetisi pada beberapa tahun mendatang.

4
(3) kesamaan dalam atribut keuangan.
Dari sudut pandang investasi, saham-saham yang mempunyai berapa kesamaan atribut
bisa dimasukan kedalam satu kelompok.Contoh atribut yang relevan adalah risiko, rasio PER
(Price Earning Ratio) dan kapitalisasi pasar untuk menentukan besar kecilnya kapitalisasi saham.
Investor yang ingin menginvestasi dananya kesaham kecil barang kali akan memilih 25% saham
paling kecil, dan membanding - bandingkan saham saham yang mempunyai kapitalisasi yang
kecil.
Dalam memilih perusahaan yang akan dipakai sebai perbandingan, analisis juga bisa
menggabungkan ketiga atribut diatas, misalkan perusahaan transportasi dengan asset yang tidak
terlalu besar ( misal Rp. 1,5 miliar), maka perbandingan yang tepat adalah perusahaan
transportasi lainnya yang mempunyai asset yang hampir sama besarnya. Membandingkan
perusahaan tersebut dengan perusahaan transportasi lain yang yang mempunyai asset Rp. 100
miliar barangkali tidak sepenuhnya tepat.
Di negara - negara maju, data yang berkaitan dengan industri sejenis biasanya bisa dicari
tetapi tidak demikian halnya dengan data industri di negara negara yang belum maju seperti
diIndonesia. Saat ini perusahaan yang go public dan listing di BEJ mencapai sekitar 200 saham.
Sebagian besar perusahaan di Indonesia masih belum go public. Perusahaan yang yang belum go
public biasanya tidak memberikan laporan keuangan ke public, dan dengan demikian data
perbandingan akan sulit di peroleh. Perkecualian barang kali bank-bank yang mempunyai data-
data keuangan nasabahnya.Tetapi data semacam ini barangkali akan sulit diakses oleh
perusahaan lain, meskipun untuk perbandingan. Masalah ini akan akan semakin rumit apabila
perusahaan yang tidak go public tersebut merupakan perusahaan yang dominan dalam industri
tersebut

Perusahaan Penjualan Sektor Usaha


1. Exxon $88,6 Minyak dan gas
2. General motors 74,6 Otomotif
3. Mobil
54,6 Minyak dan gas
4. Ford Motor
5. IBM 44,5 Otomotif
6. Texaco 40,2 Computer
7. Du Pont
40,1 Minyak dan gas
8. Phibro Solomon
9. Amoco 35,4 Kimia,minyak, dan gas
10. Chevron 29,8 Perdagangandan
27,6 keuangan

27,3 Minyak dan gas


Perusahaan private
Minyak dan gas

5
1. Cargill
2. Mocata Metals

28,6
26,5 Biji
Dealer Bullion

Masalah lain yang mungkin timbul adalah tidak jelasnya industri yang akan di pakai
sebagai perbandingan. Perusahaan yang besar biasanya beroperasi tidak hanya pada satu sektor
usaha saja, tetapi melakukan diversifikasi pada beberapa sektor.Konglomerasi semacam
Bimantara atau Salim Group mempunyai ratusan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha
yang sangat beragam. Apabila perusahaan semacam itu menerbitkan laporan keuanganya per
segmen usaha, maka analisis akan tertolong, karena bisa menggunakan segmen yang relevan
dalam analisis. Tetapi perusahaan semacam itu tidak menerbitkan laporan per segmen, laporan
yang di hasilkan biasanya laporan konsolidasi yang mencakup semua usaha.Laporan konsolidasi
tentu saja kurang relevan dalam analisis perbandingan.
Banyak juga perusahaan yang mempunyai usaha pokok tertentu tetapi juga mempunyai
usaha pada sektor lain yang barang kali tidak terlalu dominan proporsinya. Kebanyakan laporan
keuangan semacam ini juga bersifat konsolidasi, tidak melaporkan per segmen.Perhatikan urutan
semacam ini.
A. Perusahaan dengan kegiatan tunggal pada sektor yang relevan laporan keuangan yang tersedia.
B. Perusahaan dengan beberapa aktivitas, tetapi mempunyai kegiatan yang dominan, pada sektor
yang relevan. Laporan keuangan tersedia.
C. Perusahaan dengan banyak aktifitas, tidak ada aktivitas yang paling dominan (mirip dengan
dengan konglomerasi) sulit menentukan sektor usaha yang relevan. Laporan keuangan per
segmen tersedia.
D. Perusahaan dengan banyak aktifitas, tidak ada aktifitas yang paling dominan. Sulit menentukan
sektor usaha yang relevan. Laporan keuangan hanya berupa laporan konsolidasi.
E. Perusahaan private tidak ada laporan keuangan yang dipublikasikan. (sektor usaha yang relevan
adalah sektor usaha yang akan dijadikan bahan perbandingan).
Perhatikan bahwa industri yang relatif jelas adalah industri dengan perusahaan-perusahaan
masuk dalam ketegori A. Kategori lainya memerlukan pertimbangan tersendiri untuk
menentukan bagaimana sebaiknya suatu industri di definisikan. Perusahaan dalam kategori E
barang kali sangat sulit di analisis karena tidak adanya data relevan yang tersedia.Perusahaan
dalam kategori D. juga sulit di analisis karena laporan keuangan yang tersedia masih bersifat
konsolidasi.Menetukan industri yang paling tepat untuk perbandingan dan mengkomunikasikan
ke pihak eksternal kadang-kadang bukan merupakan pekerjaan yang mudah.

6
Sebagai contoh,Bankers Trust adalah bank yang terlibat dalam jual beli surat-surat berharga.
Sifat usaha semacam ini lebih berisiko di bandingkan dengan usaha perbankan konvensional
yang memfokuskan pada manajemen tingkat bunga (mengelola spread tingkat bunga deposito
dengan tingkat bunga pinjaman). Tetapi pasar keuangan (dan juga para analisnya)
mengelompokan BankersTrust ke dalam Kelompok perbankan, yang mengakibatkan usaha
Bankers Trust nampak lebih berisiko dibandingkan rata-rata industri .Akibatnya rasio PER
Bankers Trust lebih rendah dibandingkan rasio PER industri, karena ada persepsi bahwa bankers
trust lebih berisiko dibandingkan rata-rata industri. Misalnya bankers trust dibandingkan
dengan Kelompok investment bank yang terlibat dalam jual beli saham dan surat berharga
lainya, barang kali Bankers Trust tidak akan nampak tinggi risikonya, dengan hasil PERnya tidak
terlalu rendah PER industri.
Pada beberapa situasi barang kali tersedia angka industri di dalam negeri. Contoh yang
paling ekstrim adalah penerbangan Singapura(Singapore Airlines/SIA) yang merupakan satu -
satunya maskapai penerbangan di Singapura. Di Indonesia kita mempunyai PJKA (Perusahaan
Jawatan Kereta Api) yang merupakan satu-satunya angkutan kereta api di Indonesia. Dalam
situasi semacam ini perbandingan dengan rata-rata industri domestik tidak mungkin
dilakukan.Dalam kasus Singapore airlines,analis barangkali bisa membandingkan angka-angka
SIA dengan angka-angka dari maskapai lainya seperti Malaysian Airlines (MAS), British
airways. Dalam kasus PJKA, barang kali analis tidak bisa membandingkan secara langsung
dengan perusahaan kereta api di Negara-negara lainya, karena meskipun sama-sama bergerak
dalam industri kereta api yang merupakan BUMN akan di bebani tugas sebagai agen sosial yang
mempunyai misi menjalankan tugas sosial tanpa memikirkan keuntungan. Sementara di Negara
lain misi semacam itu barang kali tidak ada. PJKA di Indonesia memegang monopoli angkutan
kereta api, meskipun barang kali ada pengendalian harga.
Di luar negeri barang kali persaingan yang terjadi merupakan persaingan yang
sempurna.Dengan beberapa keterbatasan tadi analis memerlukan pertimbangan-pertimbangan
dalam menetukan perbandingan yang tepat untuk PJKA. Barang kali perbandingan dengan
standar internal (target) akan lebih tepat diterapkan untuk PJKA dengan asumsi target tadi di
susun secara realitis.Berikut ini rasio-rasio keuangan untuk beberapa negara.
Tabel
Perbandingan Rasio-rasio Keuangan Internasional
Jepang Korea Amerika Serikat
Rasio lancar 1,15 1.13 1,94
Total hutang ke
Total asset 0,84 0,78 0,47
Times interest
Earned 1,60 1,80 6,50

7
Perputaran
Persediaan 5,00 6,60 6,80
Rata-rata
Umur piutang 86 hari 33 hari 43 hari
Profit Margin 0,013 0,023 0,054
Return On Total
Asset 0,012 0,028 0,074

Secara umum nampak bahwa perusahaan Amerika Serikat lebih likuid, solvable,efisien,
dan menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan Jepangdan Korea.Apakah perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan akuntansi?Setelah perbedaan akuntansi disesuaikan nampak bahwa
kesimpulan di atas masih tetap berlaku, sehingga perbedaan akuntansi nampaknya tidak
mempengaruhi kesimpulan di atas.Pertanyaan berikutnya adalah apakah perbedaan ini di
sebabkan oleh perbedaan faktor budaya dan intitusional.Sampai saat ini riset belum
mengarahsampai ke riset untuk menjawab pertanyaan tersebut. Barangkali pertanyaan tersebut
akan sangat relevan untuk dijawab di atas perbedaan-perbedaan yang terjadi antar negara
tersebut.

1.3 PERHITUNGAN RATA RATA INDUSTRI


Untuk menghitung rata-rata industri seorang analis mempunyai beberapa alternatif:
(1). Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan,
(2). Menghitung nilai tunggal dengan dispersinya ( standar deviasinya),
(3). Menghitung nilai untuk percentile tertentu (misal menghitung nilai untuk perusahaan-
perusahaan yang mempunyai ukuran 25% paling kecil).
Untuk perhitungan (1) di atas ada beberapa alternatif yang bisa dipakai :
(1). Menghitung rata-rata aritmatika,
(2). Menghitung rata-rata tertimbang,
(3). Menggunakan median,
(4). Menggunakan modus.
Misalkan kita mempunyai data suatu industri yang terdiri dari beberapa perusahaan
sebagai berikut :

8
Perusahaan
A B C D E F G H
ROA 10% 12% 12% 13% 9% 12% 8% 9%
Nilai Buku Saham 300 420 250 200 250 210 310 335
Nilai Pasar Saham 350 400 420 450 460 350 340 400

Dengan perhitungan rata-rata aritmatika, ROA industri bisa dihitung sebagai berikut :
1/8 (10 + 12 + 12 + 13 + 9 + 12 + 8 + 9) = 10,625%.
Angka ini kemudian bisa dipakai sebagai standar untuk perbandingan.Alternatiflain
adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang. Misalkan analisismenggunakan nilai buku
saham sebagai pembobotnya, rata-rata ROA bisa dihitung sebagai berikut :
300/2.275(10%) + 420/2.275 (12%) + 250/2.275 (12%) + 200/2.275 (13%) + 250/2.275 (9%) +
210/ 2.275 (12%) + 310/2.275 (8%) + 335/2.275 (9%) = 1,31 +2,21 + 1,32 + 1,14 + 0,98 + 1,11
+ 1,09 + 1,33 = 10,50%.
Misalkan analis akan menggunakan nilai pasar saham sebagai pembobotnya, rata-rata
industri bisa dihitung sebagai berikut :
350/3.170 (10%) + 400/3.170 (12%) + 420/3.170 (12%) + 450/3.170 (13%) + 460/3.170 (9%) +
350/3.170 (12%) + 340/3.170 (8%) + 400/3.170 (9%) = 1,1 + 1,51 + 1,59 + 1,84 + 1,31 +1,32 +
0,86 + 1,14 = 10,67%.
Perhitungan rata-rata sangat sensitif terhadap nilai- nilai ekstrem.Misalkan ada dua
perusahaan dengan nilai ekstrem +30% (perusahaan I) dan 10% (perusahaan J). Misalkan
perusahaan J mengalami musibah kebakaran yang mengakibatkan rugi 10% dan perusahaan I
baru saja memperoleh lisensi impor, barangkali analis akan menghilangkan dua angka ekstrem
tersebut. Dengan cara semacam itu angka-angka outlier bisa dihilangkan dan tidak merusak
analisis. Cara lain yang bisa digunakan untuk menghilangkan pengaruh nilai ektrem adalah
dengan menggunakan angka median atau modus. Dengan median ROA perusahaan diurutkan
sebagai berikut : 8% 9% 9%10% 12% 12% 12% 13%, dan nilai tengahnya atau mediannya
adalah 11%. Misalkan kita menggunakan modus (nilai yang paling sering keluar), maka angka
yang dipilih untuk dijadikan rata-rata industri adalah 12%.
Dari angka-angka yang dihitung di atas, berikut ini ringkasan nilai perhitungan dengan
metode yang berbeda tersebut.

9
ROA Rata-rata Industri
Rata-rata Aritmatik 10,63%
Rata-rata tertimbang
(dengan bobot nilai buku saham) 10,5%

Rat-rata Tertimbang
(dengan bobot nilai pasar saham) 10,67%
Median 11,00%
Modus 12,00%

Pemilihan angka yang akan dijadikan rata-rata industri akan tergantung dari
pertimbangan analis. Dari angka-angka di atas, ROA rata-rata industri adalah 10-12%.

1.4 PERBEDAAN ANTAR INDUSTRI


Pada waktu analisis menggunakan perbandingan industri, analis mempunya asumsi implisit,
yaitu ada perbedaan berarti dalam rasio-rasio keuangan antarindustri. Kalau asumsi semacam itu
tidak terpenuhi maka tidak ada artinya menggunakan perbandingan dengan industri yang sejenis,
karena perbandingan dengan rasio perusahaan dalam perekonomian secara keseluruhan akan
menghasilkan analisis yang sama. Perbandingan antarindustri secara implisit juga mengakui
bahwa ada perbedaan risiko bisnis antarindustri. Apabila asumsi itu benar, maka perbandingan
dengan perusahaan-perusahaan dalam industri relevan dilakukan karena perusahaan
dibandingkan dengan perusahaan lain yang mempunyai kelas risiko bisnis yang sama. Tetapi
apabila risiko bisnis antarindustri tidak berlainan, maka perbandingan antarindustri tidak punya
dasar yang cukup kuat.
Penelitian yang dilakukan oleh David F. Scott Jr. Dan John D. Martin (1975) menunjukkan
bahwa memang ada perbedaan yang berarti dalam angka angka industri. Berikut ini hasil
penelitian yang dilakukan keduanya.

10
Tabel
Rata-rata Rasio Modal Saham (Data Amerika Serika, dalam %)
Tahun
Industri
1972 1971 1970 1969 1968
Luar Angkasa (Aerospace) 39,1 39,8 38,5 36,3 42,8
(15,3) (12,6) (14,1) (13,6) (12,9)
Komponen dan Aksesori Otomotif 51,2 51,0 52,1 51,8 51,4
(15,5) (17,4) (16,4) (16,5) (16,0)
Kimia 47,6 50,7 48,8 50,0 48,8
(11,8) (14,7) (12,5) (13,1) (14,4)
Obat obatan 63,3 64,0 61,1 61,9 57,6
(12,3) (13,3) (13,5) (14,0) (14,3)
Produk Gelas dan Kontainer 51,5 52,1 51,7 51,3 52,2
(11,0) (10,8) (11,1) (11,1) (13,0)
Mesin dan Peralatan Mesin 55,1 55,7 53,3 54,5 57,5
(12,9) (14,0) (13,6) (10,2) (9,3)
Pertambangan 63,0 63,5 62,4 65,3 60,5
(20,5) (20,1) (22,7) (17,9) (15,9)
Besi 44,4 42,0 44,6 44,2 46,1
(15,1) (7,6) (10,3) (8,3) (12,5)
Minyak 58,7 60,3 58,4 57,8 76,0
(20,3) (22,1) (21,2) (25,7) (15,9)
Kertas Produk Kehutanan 46,1 47,2 46,4 47,7 47,1
(10,4) (9,4) (9,4) (12,0) (15,1)
Retail 43,3 45,4 45,5 46,5 50,3
(14,0) (12,6) (14,0) (13,6) (13,4)
Baja 54,9 55,0 55,0 56,3 59,6
(3,6) (3,5) (2,9) (3,1) (3,3)

F rasio yang diperoleh 6,34 5.54 4,29 4,75 3,40

11
Degree of freedom 11.265 11.256 11.240 11.219 11.153
Nilai F Kritis
1% 1,83 1,83 1,83 1,83 1.83
5% 2,34 2,34 2,34 2,34 2,37

Catatan: Angka dalam kurung menunjukkan standar deviasi.

Dari tabel diatas nampak bahwa F-rasio yang diperoleh untuk setiap tahun, mulai tahun
1968 sampai tahun 1972, selalu lebih besar dibandingkan dengan F-krisis. Dengan demikian bisa
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rasio modal saham antar industri yan signifikan.
Hasil semacam itu juga didukung oleh penelitian yang serupa dengan menggunakan data
Kanada. Berikut ini hasil penelitian tersebut.

Tabel
Rasio Hutang / Modal saham per industri (Data Kanada)
Industri 1968 1969 1970 1971 1972
Kimia 2,77518 2,74996 2,72450 2,09404 2,17406
Konstruksi dan Material 1,70373 2,69152 1,52544 1,54469 1,56155
Pemrosesan Makanan 1,44119 1,45475 1,36952 1,40465 1,39697
Automobil 3,11478 3,26718 3,20768 3,05236 3,41684
Elektronik 1,42243 1,41400 1,40583 1,58551 1,82703
Pertambangan 2,26345 2,23318 2,17862 2,07911 1,88028
Perdagangan 2,35166 2,32300 2,83477 2,83144 2,95082
Minyak 2,48330 2,39289 2,40433 3,09860 3,33442
Kertas Produk Kehutanan 2,70900 2,71590 3,08647 2,56404 2,71255
Baja 2,64414 2,62368 2,56113 2,37480 2,30351
Transportasi 0,13400 0,13480 0,13500 0,25600 0,25575
Utilitas 3,38133 3,43300 3,33228 3,66126 2,98386
Manufacturing 1,94973 1,95253 2,12091 2,12809 2,12809
Nilai F rasio 1,1980 1,1967 1,3487 1,4162 1.4979
Nilai F kritis 1,83 untuk tingkat signifikansi 5%

12
Dari tabel di atas nampak bahwa tidak ada perbedaan rasio hutang/modal saham antar
industri. Nilai F hitung untuk setiap tahun lebih kecil dari nilai F-kritis dengan tingkat
signifikansi 5%. Berikut ini data rasio keuangan Indonesia untuk beberapa industri yang dipilih
secara acak.
Tabel
Rata Rata Industri BEJ (Februari 1995)
Industri DER ROI ROE NPM
Semen 0,74 2,85 5,20 9,75
Keramik, Plastik 0,66 5,00 7,70 13,80
Kimia 1,13 3,00 2,80 6,54
Kertas 1,32 3,48 8,90 14,08
Ban Karet 0,36 5,65 7,70 15,80
Otomotif 1,13 4,31 7,85 8,20
Elektronik 1,16 2,72 5,30 3,98
Tekstil 1,39 3,18 5,14 8,02
Garmen 1,30 3,50 7,55 5,98
Farmasi 1,85 9,16 18,9 11,70
Makanan, Minuman, Tembakau 0,71 9,17 15,22 13,75
Barang Konsumsi 1,16 9,66 18,6 10,45
Bank 8,90 1,58 14,19 14,10
Agribisnis 0,79 8,20 14,4 9.97
Pertambangan 1,05 3,60 6,72 16,90
Penjelasan:
DER : Debt Equity Ratio
ROI : Return On Investment
ROE : Return On Equity
NPM : Net Profit Margin

Rata rata diatas dihitung dengan rata rata aritmatika. Analis bisa mempunyai
fleksibilitas yang lebih besar dalam hal penentuan industri yang dipilih karena kualifikasi dari
BEJ barangkali tidak memuaskan juga dalam hal perhitungan rata rata industri. Analisis di atas

13
memasukkan data outlier seperti kerugian pada beberapa perusahaan. Analisis ingin
menghilangkan data outlier tersebut dari analisis. Nampak dari tabel di atas rata rata keuangan
cukup bervariasi, meskipun pengujian empiris untuk data data di Indonesia, untuk menguji
apakan ada perbedaan risiko antasbisnis belum dilakukan.

1.5 PENGERTIAN ANALISIS TREND


Analisis atau tendensi merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan
dalam presentase tertentu. Dalam analisis trend perbandingan analisis dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis horizontal atau dinamis. Data yang digunakan adalah data tahunan atau
periode yang digunakan biasanya hanya dua atau tiga periode saja. Hal ini disebabkan karena
jika lebih dari tiga periode akan mengalami kesulitan untuk menganalisis nya lebih cepat.
Jika data yang digunakan lebih dari dua atau tiga periode, metode yang digunakan adalah
angka indeks. Dengan menggunakan angka indeks akan dapat diketahui kecenderungan atau
trend atau arah dari posisi keuangan perusahaan. Apakah meningkat, menurun, atau tetap. Hasil
anlisis trend biasanya dihitung dalam presentase.
Angka indeks adalah angka yang diharapkan dapat memberitahukanperubahan-perubahan
variabel sebuah atau lebih karakteristik padawaktu dan tempat yang sama atau berlainan.
Rumus angka indeks:
I = (Xn/Xo) x 100%

Keterangan :
Xn : Pos pada tahun yang akan dianalisis
Xo : Pos pada tahun dasar

Data keuangan yang digunakan untuk mengadakan analisis trend dengan presentase
adalah data yang paling awal. Kemudian, dta tersebut dibandingkan dengan data
selanjutnya.Artinya data paling awal dianggap sebagai tahun dasar sebagai awal perhitungan.
Sebagai contoh, data normal diantara tahun yang akan dianalisis adalah tahun 2000 sampai tahun
2012. Maka tahun dasar analisis adalah tahun 2000.
Angka indeks yang digunakan untuk setiap pos pada tahun dasar dalam laporan keuangan
diberi angka 100%. Kemudian pos yang sama dalam periode dihubungkan dengan pos yang
sama pula pada tahun berikutnya. Caranya adalah dengan membagikan jumlah rupiah pos yang
sama pada tahun yang akan dianalisis dengan pos yang sama dengan tahun dasar (lihat rumus
diatas).

14
1.6 PERHITUNGAN TREND
Hasil perhitungan trend dapat ditunjukkan dalam bentuk persentase atau indeks.
Perhitungan trend dalam bentuk persentase dan indeks dapat dijelaskansebagaiberikut:
Trend dalam Bentuk PersentaseTrend dalam persentase dihitung dengan memilih tahun pertama
sebagai dasar perbandingan atau sebagai tahun dasarnya (Djarwanto, 1999: 62). Tahun dasar
menurut Jusuf (2000: 93) adalah tahun pertama dari seluruh periode yang dianalisis.Misalnya
kita mengadakan analisis trend untuk periode tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, maka tahun
yang dijadikan dasar adalah tahun 2005.Tahun dasar ini diberi angka 100%.Data tahun-tahun
lainnya dibandingkan dengan data tahun dasar tersebut.Dalam menentukan tahun dasar seperti
dikemukakan Harahap (1999: 245) ditentukan dengan melihat arti suatu tahun bisa tahun
pendirian, tahun perubahan, ataureorganisasi, dan tahun bersejarah lainnya.
Trenddalam Bentuk Index di samping dalam bentuk persentase, juga dapatdilakukan
perhitungan kecenderungan dalam bentuk index. Menurut Jusuf (2000: 97) pada prinsipnya
adalah sama kecuali tidak dikali dengan 100%. Tahun dasar ditetapkan sebagai angka 1.Data
tahun lainnya dibandingkan dengan data tahun dasar.
Rumus dari analisis trend adalah sebagai berikut :
Jumlah tahun X Jumlah tahun X-1
Fluktuasi (Rp)X
______________ x 100%
Jumlah tahun X-1

Jumlah tahun X
_____________x100%
Jumlah tahun X-1

1.7 MISLEADING DALAM ANALISIS KECENDERUNGAN (TREND)


Analisis trend persentase, menurut Djarwanto (1999: 68) penting untuk melihat hubungan
angka persentase dalam trend dengan data absolut (jumlah rupiah) yang dipakai sebagai dasar
perbandingan, karena adanya kemungkinan-kemungkinanyangmenyesatkan sebagaiberikut :
1. Tahun dasar yang dipilih mungkin tidak representatif untuk beberapa unsur dalam laporan
keuangan. Misalnya jumlah kas yang tercantum pada tahun dasar Rp 7.500.000,00 sedangkan
jumlah kas pada tahun-tahun berkutnya tidak pernah lebih dari Rp 3.500.000,00. ini berarti
jumlah kas pada tahun dasar tidak mencerminkan keadaan jumlah-jumlah kas tahun berikutnya,
sehingga perbedaan dalam persentase kelihatan menyolok padahal kenyataannya tidakdemikian.
2. Suatu unsur mungkin telah meningkat dari Rp 5.000,00 menjadi Rp 10.000,00 sedangkan
unsur lainnya meningkat dari Rp 10.000.000,00 menjadi Rp 20.000.000,00. Masing-masing
unsur menunjukkan kenaikan 100%, walaupun unsur-unsur yang pertama kenaikannya tidak
berarti.

15
3. Biasanya perubahan sebanyak 100% lebih mendapat perhatian daripada perubahan sebanyak
10% misalnya. Untuk beberapa hal sebenarnya kurang pada tempatnya.Misalnya biaya
advertensi yang dibayar di muka (prepaid advertising) mungkin telah naik 100%, sedangkan
persediaan barang hanya naik 10%.Yang jelas kenaikan persediaan barang (walaupun hanya
10%) harus mendapat perhatian daripada kenaikan biaya advertensi yangdibayar di muka
(meskipun 100%).
4. Tendensi yang tidak diinginkan mungkin dicerminkan oleh trend rasio, padahal sebenarnya
tidak demikian bila dilihat data rupiahnya. Misalnya utang jangka panjang meningkat 100%
sedangkan modal sendiri hanya meningkat 50%. Bila dilihat jumlah rupiah ternyata utang jangka
panjang naik dari Rp 50.000,00 menjadi Rp 100.000,00 dan modal sendiri naik dari Rp
800.000,00 menjadi Rp 1.200.000,00. Melihat perubahan dalam jumlah rupiah dari modal
sendirisituasinya ternyata tidak mengkhawatirkan.

16
BAB III
PEMBAHASAN
1.1 PERBANDINGAN ANALISIS CROSS SECTION
Dalam pembahasan analisis cross section akan membandingkan antara PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk dengan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dapat dilihat dari segi
kesamaannya.
1. Kesamaan dari segi permintaan
Dalam segi permintaan antara PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dengan PT.Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk sama-sama menghasilkan produk makanan dengan bahan baku yang sama.
Hal ini akan mempengaruhi kesamaan dalam segi permintaan. Apabila salah satu emiten
mempunyai trobosan membuat varian rasa yang berbeda meskipun dengan bahan baku yang
sama. Hal ini akan mempengaruhi selera konsumen dan akan berdampak pada permintaan. Misal
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk memproduksi mie superior, sedangkan PT. Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk memproduksi mie supermi. Kedua PT tersebut sama-sama menggunakan
bahan dasar tepung, tetapi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk memiliki trobosan baru dengan
varian rasa yang berbeda sehingga, konsumen yang biasanya membeli produk PT. Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk bisa saja pindah membeli produk PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
2. Kesamaan dari segi keuangan
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dengan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sama-
sama perusahaan terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia). Sehingga keduanya sama-sama
mempunyai sumber kuangan yang berasal dari penjualan saham, pinjaman bank,tetapi bagi para
investor yang diperhatikan ialah profit dari suatu perusahaan. Misalnya, investor ingin membeli
saham mereka, akan tetapi mereka akan membandingkan profit yang di hasilkan perusahaan,
rasio dan kapitalisasi pasar. Investor ingin akanmenginvestasikan banyaksaham, dan akan
memilih profit perusahaan yang tinggi dan mampu membayar kewajiban jangka pendek maupun
jangka panjang.
Selain dilihat dari kesamaannya pembahasan analisis cross section akan membandingkan
antara PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dengan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dapat
dilihat inovasinya.

1. PT. Indofood Sukses Makmur TBK cabang Indofood


PT. Indofood Sukses Makmur TBK cabang IndofoodGrup yang bergerak dibidang mie instan
merupakan pelopor dalam industri makanan olahan di Indonesia.Saat ini perusahaan menjadi
perusahaan pengolahan mie terdepan dan memegang market leader pada masing-
masing brand yang dimilikinya.

Produk yang Dihasilkan PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk

17
NO PRODUK JUMLAH VARIAN RASA
1 Indomie 8
2 Indomie Special 2
3 Indomie Vegan 2
4 Indomie Regional Flavor 11
5 Indomie Kriuk 3
6 Indomie Jumbo 2
7 Indomie SQN 6
8 Indomie Paket 4
9 Supermie Reguler 4
10 Supermie Sedaaap 3
11 Supermie Go Series 3
12 Sarimi 6
13 Sarimi Extra Besar 6
14 Sakura 6
15 Intermi 1
16 POP Mie 15
17 Mie Telor 2
18 Anak Mas 2
19 POP Bihun Spesial 4

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. memiliki orientasi pasar, dimana produksi yang
dilakukan oleh perusahaan disesuaikan dengan permintaan pasar.Perusahaan selalu berusaha
memenuhi kebutuhan konsumen, baik dalam kuantitas maupun kualitas produk.Oleh karena itu,
perusahaan selalu mengembangkan inovasi guna memenuhi kepuasan pelanggan, khususnya
selera konsumen.

Produk yang dihasilkan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. divisi mi instan terdiri dari 2
kelompok besar yaitu :

1. Bag Noodle, yaitu mie instan dalam kemasan bungkus; dan


2. Mie telor, yaitu mi yang dalam proses pembuatannya tidak digoreng melainkan

TPS Food memproduksi makanan dasar (basic food) dan makanan konsumsi (consumer
food).Makanan dasar (basicfood) merupakan jenis produk yang harus diolah terlebih dahulu
sebelum dikonsumsi.Makanan konsumsi (consumer food) adalah produk makanan yang dapat
dikonsumsi langsung oleh konsumen akhir.Produk makanan produksi TPSF telah memenuhi
persyaratan mutu dan memperoleh sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI).

18
2. Produk yang dihasilkan oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF) :

Mie Ayam 2 Telor (Mie bermerek pertama di Indonesia th.1953 mempunyai dua varian
produk )
Mie Superior (terdiri dari dua varian produk)
Bihun Superior
Bihun Jagung Tanam Jagung
Bihunku (mempunyai tiga varian produk)
Mie Kremezz
Hahamie
PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF)selalu menekankan pentingnya produk yang
berkualitas dan memberikan nilai tambah kepada konsumen. Berbekal pengalaman yang panjang,
tradisi, serta loyalitas konsumen; oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF)berhasil meraih
posisi sebagai produsen mi kering dan bihun terdepan di pasar Indonesia.Komitmen oleh PT
Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF)untuk menghasilkan produk yang terbaik, diterima oleh
pasar, dan berkualitas tinggi dibuktikan dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008, HACCP,
dan sertifikasi Halal.
Berdasarkan perbandingan ini kami dapat mengetahui bahwa oleh PT Tiga Pilar Sejahtera
Food, Tbk (TPSF) danPT. Indofood Sukses Makmur TBK,keduanya sama- sama berinovasi
untuk mengusai pangsa pasar dan sama sama mengembangkan produksinya agar lakudipasaran
dengan mengedepankan kualitas merek tersebut. Akan tetapi kedudukan PT. Indofood Sukses
Makmur TBK saat ini di pasaran lebih unggul daripada oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk
(TPSF).Sebab ICBP merupakan salah satu produsen mie terbesar di dunia dengan kapasitas
produksi lebih dari 17 milyar bungkus pertahun. Sehingga merek Indofood akan mudah dikenali
oleh konsumen daripada oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF).
Dilihat dari kinerja perusahaan di tahun 2015 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dengan PT
Indofood CBP Sukses Makmur sebagai pembanding adalah sebagai berikut :

Di tahun 2015 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk melakukan penjualan bersih sebesar
Rp6.010,90 miliar. Perseroan melalui TPS Food dan TPS Rice, meraih penghargaan SNI Award
2015.Penyelenggaraan perdana Taro Rangers berhasil meningkatkan Top of Mind (TOM) dan
Brand Usage Most Often (BUMO) Taro.Numeric distribution produk. Taro mencapai 19 basis
point distribusi atau570.000 toko / shops.Meluncurkan 33 SKU produk baru.Beras Maknyuss
telah hadir di 100 kota. Kontribusi penjualan Branded Pack Rice meningkat menjadi 17% dari
total penjualan beras TPS Rice. Pembangunan gudang baru dengan total kapasitas sebesar 53.000
ton di JSR, IBU dan SAKTI.TPS Palm oil total lahan konsesi seluas 74.340 Ha dengan lahan
tertanam seluas 24.452 Ha. SDM HR Secara berkelanjutan, menyelenggarakan program
pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan kompetensi dan menjawab setiap tantangan yang

19
ada. Perseroan menyelenggarakan jumlah pelatihan sebanyak 180 kegiatan pelatihan dengan
jumlah peserta mencapai 16.798 karyawan.Penjualan Netto/Sallesnya meningkat menjadi
6.010.895 (dalam jutaan).Laba usaha meningkat menjadi 739.434.Total ekuitas meningkat
menjadi 3.966.907.Total liabilitas meningkat mencapai 5.094.072895 (dalam jutaan)..Marjin
laba kotornya 21,19%. Laba bersihnya 5,38%.
Aset lancar terhadap Liabilitas jangka pendek 1.62 x.Jumlah liabilitas terhadap Ekuitas 1,26
x.Jumlah liabilitas terhadap jumplah aset 0,56 x.
PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), lebih unggul jika dilihat dari kenaikan
penjualan netto yaitu 31,74(dalam triliun rupiah)Devisi Mi Instan tetap memberikan contributor
terbesar terhadap penjualan netto konsolidasi dengan memberikan kontribusi sekitar
65,25%.Laba tahun berjalan yang didistribusikan ke induk 3.00(dalam triliun rupiah). Laba
usaha 3.99 (dalam triliun rupiah).

1.2 Analisis Cross Section (Perbandingan) antar industry Berdasarkan Laporan Keuangan
A. Perbandingan berdasarkan Penghasilan dan Laba Rugi Komprehensif.
PENJUALAN
ICBP membukukan penjualan neto konsolidasian sebesar Rp 31,74 triliun di Tahun 2015,
meningkat 5,7% dari Rp 30,02 triliun didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata dan volume
penjualan baik dari bisnis yang sudah ada maupun bisnis baru. Sedangkan TPSF Pada 2015,
Perseroan sukses membukukan pertumbuhanpenjualan sebesar 16,94% atau Rp870,92 miliar
menjadiRp6.010,90 miliar dibandingkan pada 2014 sebesarRp5.139,97 miliar.
Dengan begitu TPSF lebih unggul dari ICBP karena pertumbuhan penjualan yang
dimiliki ICBP lebih rendah dari TPSF. ICBP hanya mampu meningkatkan penjualan sebesar
5,7%, sedangkan TPSF mampu meningkatkan penjualan sebesar 16,94% , hanya selisih 11,24%.
LABA USAHA
Laba usaha pada ICBP pada tahun 2015 naik sebesar 25,3% menjadi Rp 3,99 triliun dari
Rp 3,29 tirliun di tahun 2014. Marjin laba usaha meningkat menjadi 12,6% dari 10,6% sejalan
dengan membaiknya marjin laba bruto meskipun beban operasional meningkat teruatama beban
iklan & promosi, serta gaji, upah dan imbalan kerja karyawan. Pada TPSF Laba usaha pada 2015
mengalami peningkatan 8,83% atau sebesar Rp59,99 miliar menjadi Rp739,43 miliar
jikadibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp679,44miliar.

20
B. Perbandingan laporam posisi keuangan
ASSET
Pada ICBP Pada tanggal 31 Desember 2015 membukukan total aset sebesar Rp 26,56
triliun, naik 6,1 % dari Rp 25,03 triliun pada tanggal 31 Desember 2014. Total aset pada akhir
tahun 2015 terdiri dari total aset lancar sebesar Rp 13,96 triliun dan total aset tidak lancar sebesar
Rp 12,60 triliun. Sedangkan pada TPS FOOD Jumlah aset Perseroan pada 2015 tercatat sebesar
Rp9.060,98miliar, tumbuh 22,88% atau sebesar Rp1.687,11 miliardibandingkan pada 2014
sebesar Rp7.373,87 miliar. Asetlancar mengalami kenaikan 12,32% atau sebesar Rp486,55miliar
menjadi Rp4.463,64 miliar dibandingkan pada 2014sebesar Rp3.977,09 miliar. Sementara aset
tidak lancermengalami peningkatan 35,34% atau sebesar Rp1.200,56miliar menjadi Rp4.597,34
miliar dibandingkan pada 2014sebesar Rp3.396,78 miliar.
Dilihat dari total aset yang dimiliki masing-masing perseroan, ternyata ICBP lebih unggul
dibandingkan dengan TPS Food dikarenakan perbedaan jumlah produk yang dimiliki masing-
masing perseroan dan juga ICBP lebih dulu beroperasi sebeum TPS Food.

LIABILITAS
Pada ICBP total liabilitas pada tanggal 31 Desember 2015 mencapai sebesar Rp 10,17
triliun, 2,6% dari Rp 10,45 triliun pada tanggal 31 Desember 2014. Total liabilitas pada akhir
tahun 2015 terdiri dari total liabilitas lancar sebesar Rp 6,00 triliun dan total liabilitas tidak
lancar sebesar Rp 4,17 triliun, sedangkan pada akhir tahun sebelumnya masing-masing mencapai
Rp 6,21 triliun dan Rp 4,24 triliun. Sedangkan pada TPS Food jumlah liabilitas Perseroan pada
2015 tercatat sebesar Rp5.094,07 miliar, meningkat 34,48% atau sebesar Rp1.306,14miliar
dibandingkan pada 2014 sebesar Rp3.787,93 miliar.Perolehan jumlah liabilitas tersebut terdiri
dari 53,99%merupakan liabilitas jangka pendek dan 46,01% merupakanliabilitas jangka panjang.
Perbedaan pada masing-masing perseroan sangat nampak yaitu terjadi pada liabilitas
jangka pendek da juga liabilitas jangka panjang. Pada ICBP terjadi penurunan pada liabilitas
jangka pendek dan jangka panjang. Sebaliknya TPS Food mengalami peningkatan pada liabilitas
jangka pendek dan jangka panjang. Dengan begitu , kita dapat melihat bahwa kinerja ICBP lebih
bagus daripada TPS Food , karena ICBP bisa menurunkan liabilitas yang terjadi di perusahaan.

EKUITAS
ICBP pada tanggal 31 Desember 2015 total ekuitas mencapai Rp 16,39 triliun, naik
dibandingkan dengan Rp 14,58 triliun pada tanggal 31 Desember 2014. Hal ini terutama karena
laba yang dihasilkan sepanjang tahun 2015 dikurangi dengan pembayaran dividen untuk tahun
buku 2014. Sedangkan pada TPS Food Pada 2015, Perseroan mencatatpeningkatan ekuitas
sebesar10,62% atau sebesar Rp380,97 miliar menjadi Rp3.966,91
miliar dari Rp3.585,94 miliar pada 2014. Peningkatan initerutama disebabkan oleh adanya
peningkatan saldo labasebesar 36,93% atau sebesar Rp327,77 miliar menjadiRp1.215,37 miliar

21
dari Rp887,60 miliar pada 2014. Peningkatansaldo laba turut meningkatkan jumlah Ekuitas yang
dapatDiatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk sebesar 10,68%menjadi Rp3.369,08 miliar dari
Rp3.043,97 miliar pada 2014.

C. Perbandingan berdasarkan Laporan Arus Kas


Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Pada tahun 2015 ICBP membukukan arus kas neto yang diperoleh dari aktivitas operasi
sebesar Rp 3,49 triliun, lebih rendah dari Rp 3,86 triliun di tahun sebelumnya terutama karena
kebutuhan modal kerja yang lebih tinggi. Pada TPSF membukukan arus kas bersih yang
diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp399,18 miliar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan
12,91% dibandingkan pada 2014 sebesar Rp353,53 miliar.

Arus Kas dari Aktivitas Investasi


Arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi naik menjadi Rp 2,05 triliun dari
Rp 1,75 triliun di tahun 2014, terutama karena naiknya pengeluaran untuk belanja modal terkait
penambahan kapasitas. Pada 2015, TPSF mencatatkan arus kas bersih digunakanuntuk aktivitas
investasi sebesar Rp1.083,15 miliar yangmeningkat 88,84% atau sebesar Rp509,58 miliar
jikadibandingkan pada 2014 sebesar Rp573,56 miliar.

Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan


Perseroan mencatatkan arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar
Rp 1,26 triliun di tahun 2015 terutama digunakan untuk pembayaran deviden, dibandingkan
dengan Rp 0,29 triliun di tahun 2014 yang terutama digunakan untuk pembayaran dividen
setelah dikurangi dengan penerimaan bersih utang bank. Pada TPSF mencatat penurunan kas
masuk dari aktivitas pendanaan pada 2015 sebesar 94,97% atau sebesar Rp1.046,51 miliar
menjadi Rp55,43 miliar jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp1.101,94 miliar.

SOLVABILITAS
Pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Rasio Interest converage naik menjadi 19,7
kali ditahun 2015 dari 17,2 kali ditahun 2014, terutama dikarenakan oleh kinerja operasional
yang baik. Sedangkan Rasio interest coverage stabil sekitar 3,04 kali di tahun 2015 dari 3,03 kali
di tahun 2014. Terkait dengan pendanaan,pertumbuhan yang berasal dari hutang cenderung
wajar
Dengan Debt to Asset Ratio pada 2015 sebesar 0,56 kali.Sementara rasio Net Debt to Equity
Perseroan pada 2015sebesar 0,89 kali.

22
LIKUIDITAS
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan Perseroan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo, salah satunya adalah rasio lancar.
Rasiolancar Perseroan pada 2015 tercatat sebesar 1,62 kali dari 2,66kali pada 2014. Sementara,
Rasio Cepat Perseroan pada 2015tercatat sebesar 1,05 kali; sedangkan Rasio kas tercatat
sebesar0,21 kali. Sedangkan Rasio lancar pada ICBP di tahun 2015 tercatat sebesar 2,32 kali
dari 2,19 pada tahun 2014. Sementara Rasio cepat pada tahun 2015 tercatat sebesar 1,9 kali dari
1,74 kali pada tahun 2014. Sedangkan Rasio kas tercatat sebesar 1,3 kali.
Berdasarkan Perbandingan Laporan Keuangan antar Industri kami dapat mengetahui
bahwa kinerja PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Lebih baik daripada Pada PT Tiga Pilar
Sejahtera food Tbk, Hal ini mungkin dikarenakan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Lebih
dulu beroperasi daripada PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk sehingga PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk lebih dulu menguasai pangsa pasar dibandingkan PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk.

PERHITUNGAN ROA PADA PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR DAN PT TIGA


PILAR SEJAHTERA TBK

TAHUN ICBP TPSF

2015 11,38% 4,12%

2014 10,16% 5,12%

Jika dilihat dari data diatas, kita dapat mengetahui bahhwa Pt Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk lebih unggul dari PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Hal ini karena Pt ICBP lebh
menguasai pangsa pasar dan mempunyai produk yang bisa dibilang terkenal. Sedangkan PT
TPSF hanya mempunyai beberapa produk tertentu yang dikenal masyarakat. Tapi bukan berarti
PT TPSF mempunyai keuangan yang buruk.

23
BAB IV
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Analisis cross section adalah analisis yang membandingkan rasio keuangan perusahan
dengan rata-rata rasio perusahaan yang sejenis dalam jangka waktu yang sama.
Berdasarkan Perbandingan Laporan Keuangan antar Industri kami dapat mengetahui bahwa
kinerja PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Lebih baik daripada Pada PT Tiga Pilar Sejahtera
food Tbk, Hal ini mungkin dikarenakan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Lebih dulu
beroperasi daripada PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk sehingga PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk lebih dulu menguasai pangsa pasar dibandingkan PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF) danPT. Indofood Sukses Makmur TBK,keduanya
sama- sama berinovasi untuk mengusai pangsa pasar dan sama sama mengembangkan
produksinya agar lakudipasaran dengan mengedepankan kualitas merek tersebut. Akan tetapi
kedudukan PT. Indofood Sukses Makmur TBK saat ini di pasaran lebih unggul daripada oleh PT
Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF).Sebab ICBP merupakan salah satu produsen mie terbesar
di dunia dengan kapasitas produksi lebih dari 17 milyar bungkus pertahun. Sehingga merek
Indofood akan mudah dikenali oleh konsumen daripada oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk
(TPSF).
Dengan begitu TPSF lebih unggul dari ICBP karena pertumbuhan penjualan yang dimiliki
ICBP lebih rendah dari TPSF. ICBP hanya mampu meningkatkan penjualan sebesar 5,7%,
sedangkan TPSF mampu meningkatkan penjualan sebesar 16,94% , hanya selisih 11,24%.
Laba usaha pada ICBP pada tahun 2015 naik sebesar 25,3%.Marjin laba usaha meningkat
menjadi 12,6% sejalan dengan membaiknya marjin laba bruto meskipun beban operasional
meningkat teruatama beban iklan & promosi, serta gaji, upah dan imbalan kerja karyawan. Pada
TPSF Laba usaha pada 2015 mengalami peningkatan 8,83% atau sebesar Rp739,43 miliar
Pada ICBP Pada tanggal 31 Desember 2015 membukukan total aset sebesar Rp 26,56 triliun,
naik 6,1.Sedangkan pada TPS FOOD Jumlah aset Perseroan pada 2015 tercatat sebesar
Rp9.060,98miliar, tumbuh 22,88% atau sebesar Rp1.687,11 miliar
Pada ICBP total liabilitas pada tanggal 31 Desember 2015 mencapai sebesar Rp 10,17
triliun, 2,6.Sedangkan pada TPS Food jumlah liabilitas Perseroan pada 2015 tercatat sebesar
Rp5.094,07 miliar, meningkat 34,48% atau sebesar Rp1.306.
ICBP pada tanggal 31 Desember 2015 total ekuitas mencapai Rp 16,39 triliunSedangkan
pada TPS Food Pada 2015, Perseroan mencatatpeningkatan ekuitas sebesarmenjadi
Rp3.966,91miliar.
Arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi naik menjadi Rp 2,05 triliun
TPSF mencatatkan arus kas bersih digunakanuntuk aktivitas investasi sebesar Rp1.083,15 miliar
24
yangmeningkat 88,84% atau sebesar Rp509,58 miliar jikadibandingkan pada 2014 sebesar
Rp573,56 miliar.
Perseroan mencatatkan arus kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar
Rp 1,26 triliun di tahun 2015 terutama digunakan untuk pembayaran deviden.Pada TPSF
mencatat penurunan kas masuk dari aktivitas pendanaan pada 2015 sebesar 94,97% atau sebesar
Rp1.046,51 miliar menjadi Rp55,43 miliar jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
Rp1.101,94 miliar.
Pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Rasio Interest converage naik menjadi 19,7
kali ditahun 2015, terutama dikarenakan oleh kinerja operasional yang baik. Sedangkan Rasio
interest coverage stabil sekitar 3,04 kali di tahun 2015.Terkait dengan pendanaan,pertumbuhan
yang berasal dari hutang cenderung wajar
denganDebt to Asset Ratio pada 2015 sebesar 0,56 kali.Sementara rasio Net Debt to Equity
Perseroan pada 2015sebesar 0,89 kali.
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan Perseroan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo, salah satunya adalah rasio lancar.
Rasiolancar Perseroan pada 2015 tercatat sebesar 1,62 kali dari 2,66kali pada 2014. Sementara,
Rasio Cepat Perseroan pada 2015tercatat sebesar 1,05 kali; sedangkan Rasio kas tercatat
sebesar0,21 kali. Sedangkan Rasio lancar pada ICBP di tahun 2015 tercatat sebesar 2,32 kali
dari 2,19 pada tahun 2014. Sementara Rasio cepat pada tahun 2015 tercatat sebesar 1,9 kali dari
1,74 kali pada tahun 2014. Sedangkan Rasio kas tercatat sebesar 1,3 kali.
Berdasarkan Perbandingan Laporan Keuangan antar Industri kami dapat mengetahui
bahwa kinerja PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Lebih baik daripada Pada PT Tiga Pilar
Sejahtera food Tbk, Hal ini mungkin dikarenakan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Lebih
dulu beroperasi daripada PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk sehingga PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk lebih dulu menguasai pangsa pasar dibandingkan PT Tiga Pilar Sejahtera food Tbk.

25
DAFTAR PUSTAKA

AISA_Annual Report_2015
http://www.indofoodcbp.com/menu/financial-statements
http://www.search.ask.com/web?l=dis&q=M+Hanafi+Mahmud%2C2007%2CAnalisis+Laporan
+Keuangan+%28Edisi+Ketiga%29%2CYogyakarta+%3A+UPP+STIM+YKPM&o=APN10655
&apn_dtid=^BND101^YY^ID&apn_ptnrs=^AG5&d=101-
0&atb=sysid%3D101%3Auid%3D0bcf04c598b21a67%3Ao%3DAPN10655%3Atg%3D&p2=^
AG5^BND101^YY^ID
http://www.tigapilar.com/images/annual_report/Final_AR_TPS_2015_low_res.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai