Anda di halaman 1dari 32

ASPEK KEUANGAN

KELOMPOK 5:
HARIYANTI 201512207
ESRIN NADIA 201512235
PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN
Investasi yang dilakukan dalam berbagai bidang
bisnis(usaha),sudah tentu memerlukan sejumlah modal (uang),
disamping keahlian lainnya. Modal yang digunakan untuk
membiayai suatu bisnis , mulai dari biaya pra-investasi, biaya
investasi dalam aktiva tetap, hingga modal kerja.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aspek
keuangan merupakan aspek yang digunakan aspek yang digunakan
untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek ini
sama pentingnya dengan aspek lainnya, bahkan ada beberapa
perusahaan menganggap justru aspek inilah yang paling utama
untuk dianalisis karena dari apek ini tergambar jelas hal-hal yg
berkaitan dengan keuntungan perusahaan, sehingga merupakan
salah satu aspek yang sangat penting untuk diteliti kelayakannya.
CV. INSYAALLAH SUKSES
Aspek Hukum pada Usaha Pengolahan Ikan Tuna Loin

Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan


Untuk analisa kelayakan usaha pengolahan
tuna loin diasumsikan bahwa awal produksi adalah
pada bulan Januari. Analisa kelayakan menggunakan
asumsi parameter teknologi proses produksi dan
biaya sebagaimana disajikan pada Tabel 5.1. dan
Lampiran 1. Asumsi ini diperoleh berdasarkan kajian
terhadap usaha pengolahan tuna loin di Makassar,
Provinsi Sulawesi Selatan serta informasi dari
pengusaha.
Usaha ini diasumsikan dilakukan oleh punggawa (nelayan
pengumpul) dengan rata-rata produksi tuna loin per bulan sebesar
2.000 kg, dengan penggunaan bahan baku rata-rata per bulan
sebanyak 3.636 kg. Untuk kebutuhan produksi sebesar 2.000 kg
per bulan diasumsikan membutuhkan bahan pembantu berupa
plastik PE rata-rata 10 kg per bulan dan es sebesar Rp 400.000,-
per bulan.
Untuk kapasitas produksi rata-rata 2.000 kg per bulan
diasumsikan dibutuhkan tenaga kerja 4 orang. Penentuan usia
proyek adalah 3 (tiga) tahun, dengan proposal modal 60% kredit
dan 40% modal sendiri.
Komponen dan Struktur Biaya Investasi
dan Biaya Operasional

Komponen biaya dibedakan menjadi


dua, yaitu biaya investasi dan biaya
operasional (modal kerja). Biaya investasi
adalah komponen biaya yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dana awal kegiatan
produksi yang meliputi peralatan produksi dan
bangunan. Biaya operasional adalah semua
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi,
yang merupakan modal kerja.
Biaya Investasi

Biaya investasi yang dibutuhkan pada


tahap awal proses produksi pengolahan tuna
loin adalah sebesar Rp44.970.000,-, masing-
masing digunakan untuk bangunan ruang
produksi sebesar Rp30.000.000,- dan
peralatan produksi sebesar Rp14.970.000,-.
Uraian komposisi untuk biaya investasi yang
terdiri dari bangunan ruang produksi dan
peralatannya disajikan pada Tabel 5.2. dan
Lampiran 2.
Lanjutan
Biaya Operasional

Biaya operasional atau modal kerja dalam usaha


pengolahan tuna loin ini meliputi biaya variabel dan biaya
tetap. Total biaya operasional rata-rata per bulan adalah
Rp99.901.727,- atau dalam satu tahun sebesar
Rp1.198.820.727,- dengan asumsi usaha ini sejak bulan
pertama sudah beroperasi secara penuh dengan kapasitas
100%.
Biaya operasional per tahun terdiri dari biaya variabel
sebesar rp1.055.240.727,- dan biaya tetap sebesar
rp143.580.000,-. Biaya variable rata-rata per bulan sebesar
rp87.936.727,- dan biaya tetap rata-rata per bulan adalah
rp11.965.000,- (tabel 5.3.). Rincian kebutuhan biaya variabel
dan biaya tetap dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4.
Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Total kebutuhan biaya awal proyek untuk investasi


adalah sebesar Rp44.970.000,- dengan rincian sebesar
Rp26.982.000,- atau 60% berasal dari kredit bank, dengan
jangka waktu pinjaman selama 3 tahun dan suku bunga 14%
per tahun. Kebutuhan modal kerja rata-rata per bulan adalah
sebesar Rp99.901.727,-. Untuk kebutuhan investasi usaha
ini diperlukan modal kerja selama 1.5 bulan, yaitu sebesar
Rp149.852.591,-. Modal kerja tersebut selain digunakan
untuk pembelian bahan baku ikan tuna dan operasional,
juga sebagai uang muka kepada nelayan untuk modal
melaut yang diperkirakan selama 2 minggu sampai 1 bulan.
Kebutuhan modal kerja tersebut sebesar 60% diperoleh dari
kredit. Pada Tabel 5.4. berikut disajikan rincian kebutuhan
proyek dan sumber pembiayaannya
Perhitungan angsuran pokok dan bunga kredit per bulan dapat dilihat pada
Lampiran 6 dan 7. Angsuran pokok dan bunga ini dibayarkan setiap bulan
selama jangka waktu kredit.
Produksi dan Pendapatan
Produksi tuna loin per bulan rata-rata sebanyak 2.000
kg, dengan komposisi grade A sebanyak 600 kg
(30%), grade B sebanyak 800 kg (40%), grade C
sebanyak 400 kg (20%) dan grade D sebanyak 200 kg
(10%), dimana usaha ini diproyeksikan untuk dapat
berproduksi secara optimal mulai bulan pertama
hingga akhir sesuai umur proyek.
Dengan harga rata-rata untuk grade A sebesar
Rp67.000,- per kg, grade B sebesar Rp57.000,- grade
C sebesar Rp46.000,- dan grade D sebesar Rp24.000,-
; maka dapat diproyeksikan perolehan pendapatan
untuk satu bulan produksi sebesar Rp109.000.000,-
atau sebesar Rp1.308.000.000,- per tahun. Tabel 5.5.
dan Lampiran 5 menampilkan Proyeksi Produksi dan
Pendapatan Proyek..
Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Event Point
Hasil proyeksi rugi laba usaha menunjukkan bahwa usaha
pengolahan tuna loin telah menghasilkan laba (setelah pajak) pada
tahun pertama sebesar Rp144.503.739,- tahun kedua sebesar
Rp149.140.516,- dan tahun ketiga sebesar Rp153.777.294,-
dimana rata-rata per tahun sebesar Rp149.140.516,25 dan rata-
rata per bulan sebesar Rp12.428.376,35, dengan nilai profit on
sales rata-rata per tahun sebesar 11,40 %.
Break Event Point (BEP) dihitung dengan
membandingkan pengeluaran untuk biaya tetap terhadap biaya
variabel dan total penerimaan. BEP usaha ini terjadi pada
penjualan rata-rata per bulan sebesar Rp12.294.123,21 (grade A),
Rp13.945.572,60 (grade B), Rp5.627.160,87 (grade C) dan
Rp1.467.955,01 (grade D). Proyeksi rugi laba usaha disajikan
pada Tabel 5.6 dan Lampiran 8.
Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

Aliran kas (cash flow) dibagi dalam dua


aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus
keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari
penjualan tuna loin per bulan selama setahun,
sedangkan arus keluar meliputi biaya investasi,
biaya variabel, biaya tetap, angsuran pokok dan
angsuran bunga serta pajak penghasilan.
Evaluasi profi tabilitas rencana usaha pengolahan
tuna loin skala kecil dilakukan dengan menilai kriteria
kelayakan usaha, yaitu NPV (Net Present Value), IRR
(Internal Rate of Return) dan Net B/C Ratio (Net
Benefit Cost Ratio). Berdasarkan asumsi yang ada
didapat NPV sebesar Rp140.422.993,-, IRR sebesar
49,89% dan Net B/C Ratio 1,72 kali. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha pengolahan tuna loin ini
layak untuk dilaksanakan, dengan Pay Back Period
(PBP) selama 1,81 tahun.
Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha
pengolahan tuna loin dapat dilihat pada Tabel 5.7 dan
Lampiran 9.
Lanjutan
Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Biaya
Variabel dan Pendapatan Tetap
(a) Kenaikan Biaya Variabel 5%, Pendapatan
Tetap
Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan
biaya variabel sebesar 5% dengan pendapatan
tetap didapat nilai NPV Rp17,928,960,-, IRR
18,77% dan Net B/C Ratio 1,09 kali dengan masa
pengembalian modal selama 2,7 tahun. Hasil
analisis ini menunjukkan bahwa usaha ini layak
dilaksanakan dengan kenaikan biaya variabel 5%.
Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 5.8. dan
Lampiran 10.
(b) Kenaikan Biaya Variabel 6%, Pendapatan
Tetap
Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan
biaya variabel sebesar 6% dengan pendapatan
tetap didapat nilai NPV Rp(31.068.653,-), IRR
5,53% dan Net B/C Ratio 0,84 kali dengan masa
pengembalian modal selama lebih dari 3 tahun.
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa usaha ini
tidak layak dilaksanakan dengan kenaikan biaya
variabel 6%. Hasil analisis dapat dilihat pada
Tabel 5.9. dan Lampiran 11.

Anda mungkin juga menyukai