Anda di halaman 1dari 22

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFINISI
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin letaknya
memanjang(membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di
bawah. (Norma, 2013)
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki atau kombinasi keduanya.
Presentasi bokong (breech presentation) terjadi ketika bokong janin lebih
dulu memasuki rongga panggul. Istilah breech(bokong) mungkin berasal dari
kata yang sama dengan britches, yang menggambarkan kain yang menutupi
selangkangan dan paha. Untuk alasan tertentu, presentasi bokong terjadi jauh
sebelum aterm. Namun yang paling sering terjadi, sebelum proses persalinan,
janin berputar spontan sehingga presentasinya menjadi presentasi kepala. Oleh
karena itu, presentasi bokong hanya terjadi pada sekitar 3-4% pada kelahiran
bayi tunggal. (Kenneth, 2005)

1.2 ETIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan di dalam uterus.pada kehamilan sampai kurang dari 32 minggu ,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin
bergerak dengan leluasa . Dengan demikian janin dapat menempatkan diri
dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan
triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lenih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih
luas difundus uteri, sedangakn kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil
disegmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi.
Sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan
dalam presentasi kepala . faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam
terjadinya letak sungsang diantaranya ialah multiparitas, hamil kembar,
hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-kadang

1
letak sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus.
Plasenta yang terletak di daerah kornus fundus uteri dapat pula menyebabkan
letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruas daerah fundus.

1.3 PATOFISIOLOGI
a. Letak janin dalam uterus tergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin
bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri
dalam presentasi kepala, letak sungsang dan letak lintang.
b. Pada umumnya janin kembar tidak besar dan cairan amnion lebih banyak
dari pada biasa, sehingga sering terjadi perubahan presentasi dan posisi
janin. Demikian pula letak dapat berubah setelah kelahiran bayi pertama,
misalnya dari letak lintang menjadi letak sungsang. Berbagai kombinasi
letak serta presentasi dapat tejadi, yang paling sering ditemukan ialah
kedua janin dalam letak memanjang dengan presentasi kepala. Kemudian
menyusul presentasi kepala dan bahu, presentasi bokong dan bahu, dan
yang paling jarang keduanya presentasi bahu.
c. Pada plasenta previa karena dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah
janin tidak terfiksir kedalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah
kesalahan-kesalahan letak janin : letak kepala mengapung, letak sungsang,
letak lintang.
d. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di
daerah fundus.
e. Cairan amnion yang banyak (hidramnion) membuat janin dengan mudah
bergerak bebas dan bisa pada posisi lintang, presbo ataupun kepala.

1.4 DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit . pada pemeriksaan
luar dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat,
yakni kepala, dan kepala teraba difundus uteri. Kadang-kadang bokong janin
teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak

2
dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita mengatakan
kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu, karena terasa
penuh dibagian atas dan dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah .
denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih
tinggi dari umbilikus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat
dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau
banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan dari pemeriksaan dalam.
Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging ) .
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii dan anus . Bila dapat diraba
kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan
jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan telapak tangan. Pada
persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang
sulit membedakan bokong dengan muka. pemeriksaan yang teliti dapat
membedakan bokong dengan muka karena jari yang dimasukkan kedalam
anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam
mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan .
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping
bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba
satu kaki disamping bokong.

1.5 PENATALAKSANAAN
a. Dalam kehamilan
1) Versi Luar
Terapi yang paling penting adalah usaha untuk memperbaiki
letak anak dalam kehamilan sebelum persalinan terjadi dengan
melakukan versi luar. Versi luar adalah tindakan dari luar yang

3
dikerjakan dengan dua tangan untuk mengubah atau memperbaiki
presentasi janin.
Indikasi : presentasi bokong ( letak sungsang), presentasi bahu (letak
lintang).
Syarat: umur kehamilan setua mungkin , nulipara: kehamilan lebih dari
36 minggu, multipara:umur kehamilan lebih dari 38 minggu.
Ketuban utuh , tidak ada disproporsi kepala panggul , janin tunggal ,
hidup, bagian bawah masih dapat didorong , dalam persalinan vase
laten (pembukaan kurang dari 3 cm) , pembukaan lengkap (versi luar
dalam keadaan steril , jika ketuban pecah lakukan tindakan).
Kontraindikasi : ketuban sudah pecah , hipertensi dalam kehamilan,
pembukaan sama atau lebih dari 3cm, ruptur uteri iminens, cacat rahim
(sikatriks uterus) , dispoporsi kepala panggul tumor jalan lahir,
pendarahan anteartum , hamil ganda, gawat janin , hidramnion
hidrosefalus / anensefalus.
Penyulit : sulit, perasaan nyeri , kulit perut tebal (banyak lemak) ,
dinding perut tegang terutama nulipara, air ketuban sedikit, kaki janin
menjungkit keatas, lilitan tali pusat/ tali pusat pendek , his sering,
kelainan uterus ( bentuk pendek/uterusseptus/miomauteri).
Bahaya untuk ibu : ketuban pecah dapat terjadi infeksi, tali pusat
pendek (dapat mengakibatkan solusio plasenta) , ruptur uteri ,
pendarahan
Bahaya untuk janin : ketuban pecah dapat terjadi penumbungan tali
pusat/ ekstremitas, partus prematurus, janin mati dalam rahim, lilitan
tali pusat, plasenta (solusio plasenta), letak defleksi.
Persiapan : rektum/kandung kemih harus kosong , tidur terlentang /
trendelenburg, perut dan tangan diberi talk, DJJ dikontrol terlebih
dahulu , bantal handuk kecil dan gurita , tungkai fleksi di pangkal
paha.
Berebara teknik yang dapat dilakukan adalah :
a) Mobilitas : penolong menghadap ke kaki ibuu , berdiri disamping ,
kedua tangan memegang bagian terbawah (bokong) , pegang
sempurna dan dikeluarkan dari PAP.
b) Ekstensi: Bagian bawah yang sudah diangkat didorong ke fosa
iliaka.

4
c) Sentralisasi : penolong menghadap ke muka ibu , satu tangan pada
bokong dan tangan yang lain pada kepala, janin akan tetap fleksi
maksimal, janin membulat dan mudah diputar.
d) Versi (rotasi) : Kepala janin didorong kearah perut/ muka ( diluar
his dan lean) atau diputer kearah yang tahanannya sedikit(pada
presentasi bahu didorong kearah yang terdekat ).
e) Fiksasi : Bagian tterendah setelah diputar dimasukkan ke PAP
f) Kontrol : periksa DJJ 3 kali, interval 5 menit, DJJ buruk putar
kembali ke tempat semula , bila DJJ baik fiksasi dengan 2 bantal
atau handuk kecil disamping perut kemudian diberi gurita.
2) Kneechest
Definisi kneechest adalah posisi lutut ddada atau menungging atau
bisa disebut posisi sujud. Menurut dr.Frizrar Irmansyah,SpOG(K)
menyatakan bahwa kneechest potition adalah posisi sujud yang dapat
memutar posisi bayi sungsang menjadi posisi yang seharusnya. Knee
chest potition ini dpat dilakukan pada usia kehamilan 7 sampai 8
bulan. Durasi untuk melakukan posisi sujud ini dilakukan selama 5-10
menit dilakukan 2 kali dalam sehari.

Teknik knee chest potition


a) Melakukan posisi sujud dengan meletakkan kedua tangan dilantai ,
salah satu sisi muka menempel di lantai , kedua kaki direntangkan
selebar bahu .
b) Dada dan bahu sedapat mungkin menempel dilantai
c) Lipat kedua lutut sehingga paha tegak lurus dengan lantai.
d) Pertahankan posisi 5-10 menit.
Hal ini dapat membantu memperbaiki posisi janin tidak normal
menjadi presentasi kepala dan meningkatkan peredaran darah pada
dinding panggul.
b. Dalam persalinan

5
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak
ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan pertolongan presentasi
kepala. Sela,a terjadi kemajuan pada persalinan dan tidak ada tanda-tanda
bahaya yang mengancam kehidupan janin, maka penolong tidak perlu
melakukan tindakan yang bertujuan untuk mempercepat kelahiran
janin.pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidk ada kelainan lain
yang merupakan indikasi untuk melakukan sectio caesarea, seperti
misalnya kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam
rongga panggul. Apabila tidak didapatkan kelainan dan persalinan
diperkirakan dapat berlangsung pervaginam, hendaknya dilakukan
pengawasan kemajuan persalinan dengan seksama, terutama kemajuan
pembukaan serviks dan perununan bokong. Setelah bokong lahir, tidak
boleh melakukan tarikan pada bokong maupun mengadakan dorongan
menurut kristeller, karena kedua tindakan tersebut dapat mengakibatkan
kedua lengan menjungkit keatas dan kepala terdorong turun diantara
lengan sehingga menyulitkan kelahiran lengan dan bahu.
Pada saat kepala masuk dalam rongga panggung tali pusat tertekan
antara kepala janin , dan lengan ibu . dengan demikian lahirnya bahu dan
kepala tidak boleh memakan terlampau lama dan harus diusahakan supaya
bayi sudah lahir seluruhnya dalam waktu 8 menit sesudah umbilikus lahir.
Setelah umbilikus lahir, talu pusat ditarik sedikit sehingga kendor untuk
mencegah teregangnya tali pusat dan talipusat terjepit antara kepala dan
panggul, untuk melahirkan bahu dan kepala dapat dipilih beberapa
tindakan . pada prasat bracht bokong dan pangkal paha janin yang telah
lahir dipegang dengan dua tangan , kemudian dilakukan hiperlordosis
tubuh janin ke arah perut ibu , sehingga lambat laun badan bagian atas ,
bahu , lengan dan kepala janin dapat dilahirkan . pada prasat bracht ini
penolong sama sekali tidak melakukan tarikan, dan hanya membantu
melakukan proses persalinan sesuai dengan mekanisme persalinan letak
sungsang . tetapi perli diingat bahwa dengan prasat bracht tidak selalu
bahu dan kepala berhasil dilahirkan , sehingga untuk mempercepat
kelahiran bahu dan kepala dilakukan, manual aid atau manual bilfe . untuk
melahirkan lengan dan bahu dapat dialkukan prasat secara klasik , cara

6
mueller atau cara loevset. Pengeluaran lengan dilahirkan dengan tangan
kiri penolong , sedangkan lengan kanan janin dilahirkan dengan tangan
kanan penolong; kedua lengan dilahirkan sebagai lengan belakang.
Bokong dan pangkalpaha yang telah lahir dipegang dengan kedua tangan,
badan ditarik kebawah sampai ujung bawah skapula depan kelihatan
dibawah simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan yang
bertentangan dengan lengan yang akan dilahirkan , tubuh janin ditarik
keatas, sehingga perut janin kearah perut ibu , tangan penolong yang satu
dimasukkan kedalam jalan lahir dengan menelusuri punggung janin
menuju kelengan belakang sampai fossa kubiti. Dua jari tangan tersebut
ditempatkan sejajar dengan humerus dan lengan belakang janin
dikeluarkan dengan bimbingan jari-jari tersebut.
Untuk melahirkan lengan depan , dada dan punggung janin dipegang
dengan kedua tangan , tubuh janin diputar untuk mengubah lengan depan
supaya berada di belakang dengan arah putaran demikian rupa sehingga
punggung melewati simpisis , kemudian lengan yang sudah berada di
belakang tersebut di lahirkan dengan cara yang sama. Cara klasik tersebut
terutama dilakukan apabila lengan depan menjungkit keatas atau berada
dinbelakang leher janin. Karena memutar tubuh dapat membahayakan
janin , maka bila lengan depan letaknya normal , cara klasik dapat
dilakukan tanpa memutar tubuh janin sehingga lengan kedua tetap
dilahirjkan sebagai lengan depan. Kedua kaki dipegang dengan tangan
yang bertentangan dengan lengan depan untuk menarik tubuh janin
kebawah sehingga punggung janin mengarah kebokong ibu . tangan yang
lain menelusuri punggung janin menuju ke lengan depan sampai ke fossa
kubiti dan lengan depan dikeluarkan dengan dua jari yang sejajar dengan
humerus . lengan dapat juga dikeluarkan dengan cara mueller. Dengan
kedua tangan pada bokong dan pangkal paha, tubung janin ditarik
kebawah sampai bau depan berada dibawah simpisis, kemudian lengan
depan dikeluarkan dengan cara yang kurang lebih sama dengancara yang
telah diuraikan didepan, sesudh itu baru lengan belakang dilahirkan.
Untuk melahirkan kedua bahu dapat pula dilakukan dengan cara
loevset. Dasar pemikiran cara loevser ialah: bahu belakang janin selalu

7
berada lebih rendah daripada bahu depan karena lengkungan jalan lahir,
sehingga bila bahu belakang diputar ke depan dengan sendirinya akan lahir
dibawah simpisis. Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka
belakang , dengan kedua tangan pada bokong, tubuh janin ditarik kebawah
sampai ujung bawah skapula depan terlihat dibawah simpisis. Kemudian
tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung oleh dua
tangan sampai bahu belakang terdapat di depan dan tampak dibawah
simpisis, denagn demikian lengan depan dapat dilahirkan dengan mudah .
Bahu yang lain yang sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan
memutar kembali tubuh janin kearah yang berlawanan, sehingga bahu
belakan menjadi bahu depan dan lengan dilahirkan dengan mudah.
Kepala janin dapat dilahirkan dengan cara mauriceau (veit smeille).
Badan janin dengan perut kebawah diletakkan pada lengan kiri penolong.
Jari tengah dimasukka kedalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan
jari manis pada maksillia , unruk mempertahankan supaya kepala janin
tetap dalam keadaan fleksi , tangan kanan memegang bahu janin dengan
jari telunjukdan jari tengan berada disebelah kiri dan kanan leher. Janin
ditarik kebawah dengan tangan kanan sampai suboksiput atau batas
rambut dibawah simpisis. Kemudian tubuh janin digerakkan keatas,
sedangkan tangan kiri tetap mempertahan kan fleksi kepala , sehingga
muka lahir melewati perineum , disusul oleh bagian kepalayang lain.
Perlu ditekankan disini, bahwa tangan kiri tidak boleh ikut menarik
janin, karena dapat manyebabkan perlukaan pada mulut dan muka janin.
Apabila terjadi kesukaran melahirkan kepala janin dengan cara
maureceau, dapat digunakan cunam piper. Cara ini dianggap lebih baik
karena dengan cunam , tarikan dilakukan terhadap kepala , sedang dengan
cara maureceau tarikan dilakukan pada leher. Kedua kaki janin dipegang
oleh seorang pembantu dan diangkat keatas, kemudian cunam dipassang
melintang terhadap kepala dan melintang terhadap panggul . Cunam
ditarik curam kebawah sampai batas rambut dan suboksiput berada
dibawah simfisis, dengan suboksiput sebagai titik pemutaran, cunam
berangsur diarahkan mendatar keatas, sehingga muka janin dilahirkan
melewati perineum , disusul oleh bagian kepala yang lain. Ekstraksi

8
bokong atau ekstraksi kaki pada letak sungsang hanya dilakukan apabila
janin harus segera dilahirkan karena ibu atau janin berada dalam bahaya.
Karena ekstraksi bokong sukar dan berat sekali, sebaiknya bila masih ada
kesempatan dan ada indikasi untuk melakukan ekstraksi, hendaknya selalu
diusakhakan untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kaki,
sehingga sewaktu-waktu dapat dilakukan ekstraksi kaki. Kedua prasat
tersebut dan komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi akan dibahas
lebih lanjut pada bab lain.
Pada saat ini sectio caesar menduduki tempat yang sangat penting
dalam menghadapi persalinan letak sungsang . bila dicurigai adanya
kesempitan panggul ringan sedangkan versi luar tidak berhasil ; maka
tidak boleh dilakukan partus percobaan seperti pada presentasi kepala.
Dalam keadan ini mungkin panggul dapat dilalui oleh bokong dan bahu,
akan tetapi ada kemungkinan timbul kesulitan pada saat melahirkan
kepala. Karena itu letak sungsang pada janin yang besar dan disproporsi
sefalopelvik meskipun ringan , merupakan indikasi mutlak untuk
melakukan SC. SC primer harus dipertimbangkan pada primi tua , pada
wanita dengan riwayat infertilitas dan pada wanita dengan riwayat
obstetrik yang kurang baik . karena prognosis persalinan pervaginam pada
letak sungsang dengan janin prematur kurang baik , maka pada keadaan
tersebut dianjurkan untuk melakukan SC. Sebagai kesimpulan dapat
dikatakan bahwa letak sungsang tanpa disproporsi sefalopelvik dapat
diambil sikap menunggu sambil mengawasi dengan seksama kemajuan
persalinan , sampai umbilikus dilahirkan. Sesudah itu persalinan tidak
boleh berlangsung terlalu lama dan apabila ada hambatan bahu dan kepala
harus dilahirkan secara singkat dengan manual aid. Ekstraksi pada kaki
atau bokong hanya dilakukan apabila dalam kala II terdapat tanda-tanda
bahaya bagi ibu atau janin , apabila kala II berlangsung lama. Pada saat
ini SC memegang peranan yang pnting dalam penanganan letak sungsang .

1.6 KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin adalah sebagai berikut.
a. Komplikasi pada Ibu

9
Pada persalinan sungsang dengan penyulit, terdapat peningkatan resiko
ibu. Manipulasi manual di dalam jalan lahir akan meningkatkan risiko
infeksi pada ibu. Perasat-perasat intrauterin terutama pada segmen bawah
rahim uterus yang menipis, atau pelahiran aftercomong head pada serviks
yang belum membuka penuh dapat mengakibatkan ruptur uteri, laserasi
serviks, atau kedua-duanya. Manipulasi seperti ini dapat memperluas
episiotomi dan robekan perineum yang dalam. Meskipun demikian , secara
umum prognosis untuk ibu yang janinnya dilahirkan melalui ekstraksi
bokong lebih baik daripada SC.
b. Komplikasi pada janin
Morbiditas dan Mortalitas perinatal meningkat pada presentasi
sungsang. Mortalitas sungsang dari semua janin sungsang sekitar 25 per
1000 kelahiran hidup, versus dua sampai tiga untuk nonsungsang. Faktor-
faktor yang ikut sera dalam morbiditas dan mortalitas perinatal antara lain
adalah anomali letal bawaan, cedera kelahiran dan anoksia kelahiran.
Anoksia kelahiran biasanya disebabkan kompresi tali pusat selama
persalinan atau terperangkapnya kepala selama kelahiran pervaginam.
Menurut christian dkk (1990) melaporkan tidak adanya perbedaan
dalam skor APGAR, lama rawat, penyulit neonatal dan hasil analisis gas
darah tali pusat antara presentasi bokong murni yang dilahirkan
pervaginam dengan SC. Fraktur humerus dan klavikula sering kali tidak
dapat dihindari dan fraktur femur dapat terjadi pada ekstraksi sungsang
yang sulit.Fraktur tersebut terkait dengan persalinan pervaginam maupun
SC.

1.7 PROGNOSIS
a. Bagi ibu : kemungkinan robekan pada perinium lebih besar, juga karena
dilakukan tindakan, selain itu ketuban jadi cepat pecah dan partus lebih
lama jadi lebih mudah terkena infeksi.
b. Bagi bayi : prognosa tidak begitu baik , karena adanya gangguan darah
plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit
antara kepala dan panggul , anak bisa menderita asfiksia. Oleh karena itu
setelah tali pusat dan supaya janin hidup, janin harus dilahirkan dalam
waktu 8 menit .

10
11
BAB II
KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN
PADA KEHAMILAN DAN PERSALINAN SUNGSANG

2.1 KONSEP MANAJEMEN PADA KEHAMILAN LETAK SUNGSANG


Tanggal dan jam : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian
pada klien.
a. Data Subjektif
1) Biodata Ibu dan Suami
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
2) Keluhan Utama
Alasan mengapa klien datang dan apa yang dirasakan klien saat ini.
Pada kehamilan dengan letak sungsang keluhan yang dirasakan ibu
yaitu sering merasa ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga
dan nyeri pada daerah tulang iga karena kepala janin, serta pergerakan
janin yang dirasakan oleh ibu di perut bagian bawah. (Ai Yeyeh R,
2010)
3) Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang
Adanya riwayat rachitis, asteomalasia, TBC tulang, dapat
mengakibatkan kelainan atau perubahan bentuk panggul (kesempitan
panggul) adanya riwayat kelainan uterus maupun bentuknya, tumor
uterus ataupun panggul yang merupakan faktor predisposisi terjadinya
letak sungsang. (Hanifa W, 1999)
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :
a) Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur
wanita, dan paritas. Oleh karena itu, apabila ada yang pernah
melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai
karena hal ini bisa menurun pada ibu.

12
b) Riwayat persalinan preterm, yang juga perlu diwaspadai karena juga
dapat menurun pada ibu.
5) Riwayat Menstruasi
6) Riwayat Pernikahan
Jika lama menikah > 4 tahun tetapi belum hamil bisa menyebabkan
masalah pada kehamilannya (persalinan preterm), persalinan tidak
lancar, dan pre-eklamsia. (Norma N, 2013)
7) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
Untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki, pernahkah melahirkan
secara prematur dan jika pernah apa sebabnya, pernahkan melahirkan
anak dengan kelainan kepala seperti anensefalus ataupun hidrosefalus,
pernahkah mengalami kehamilan dengan hidramnion serta pernahkah
mengalami kehamilan atau persalinan letak sungsang sebelumnya.
(Fadlun, 2012)
8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
a) Berapa kali periksa dan dimana
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan setiap 4 minggu jika segala
sesuatu normal sampai kehamilan 28 minggu, sesudah itu
pemeriksaan dilakukan 2 minggu dan sesudah 36 minggu
pemeriksaan dilakukan setiap minggu. (Norma N, 2013)
b) Gerakan janin umumnya gerakan janin diraskan ibu pada kehamilan
18 minggu pada primigravida dan kehamilan 16 minggu pada
kehamilan multigravida. Pengamatan pergerakan janin dilakukan
setiap hari setelah usia kehamilan lebih dari 28 minggu. (Norma N,
2013)
9) Riwayat psikososial
10) Riwayat Kontrasepsi
11) Pola kebiasaan sehari-hari

b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu, tanda-tanda vital, yang akan
berpengaruh pada langkah asuhan berikutnya.
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tekanan Darah : 90/60 140/90 mmHg
d) Nadi : 60 80 x/mnt
e) Suhu : 36,1 37,6 oC
f) Pernafasan : 16 24 x/mnt

13
g) Berat badan :
Menurut Saryono (2010) berat badan dilihat dari Quetet atau Body
mass indek (Indek Masa Tubuh = IMT). Ibu hamil dengan berat
badan dibawah normal sering dihubungkan dengan abnormalitas
kehamilan, berat badan lahir rendah. Sedangkan berat badan
overweight meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan
seperti hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam
persalinan. Penilaian indeks masa tubuh diperoleh dengan rumus :
IMT = BB sebelum hamil (kg)
TB 2(meter)
h) Tinggi badan :
Kemungkinan besar dijumpai pada fungsi badan yang kurang dari
normal (<145 cm) karena keadaan ini sangat menunjang adanya
kesempitan panggul merupakan faktor predisposisi dari kehamilan
dengan letak sungsang (Rustam Mochtar, 1998)
i) LILA (Lingkar Lengan Atas) : > 23,5 cm
2) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Wajah
Mata
Leher
Dada
Abdomen
Genetalia
Ekstremitas
Palpasi
Payudara
Abdomen :
Leopold I : Pada fundus teraba keras, bulat, melenting (kemungkinan
kepala janin) dan dapat diraba dengan balotement karena
sudah menempati bagian fundus uteri. (Fadlun, 2012)
Leopold II : Pada salah salah satu sisi perut ibu teraba panjang, keras
dan datar seperti punggung dan pada sisi perut yang lain
teraba bagian-bagian kecil janin. (Fadlun, 2012)
Leopold III : Pada bagian terbawah perut (diatas simpisis) ibu teraba
bagian yang lunak dan tidak melenting (kemungkinan
bokong janin). (Ai Yeyeh, 2010)
Leopold IV : Bila sudah masuk PAP, ini menunjukkan posisi bokong
yang mapan di bawah simfisis. (Fadlun, 2012)

14
Ekstremitas
Auskultasi
Dada
DJJ : DJJ terdengar pada punggung anak setinggi pusat. DJJ
biasanya terdengar paling keras di daerah sedikit di atsa
umbilikus, sedangkan bila sudah masuk PAP, suara
jantung terdengar paling keras di bawah umbilikus.
(Fadlun, 2012)
3) Pemeriksaan panggul luar
Kemungkinan adanya kesempatan panggul (Sarwono, 1999)
4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan panggul untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
kesempitan panggul yang merupakan predisposisi dan persalinan
letak sungsang (Hanifa W, 1999)
b) Pemeriksaan USG digunakan untuk memastikan klinis presentasi
bokong, bila mungkin mengidentifikasikan adanya anomali janin.
USG dilakukan pada usia kehamilan 32 34 minggu yang berguna
baik untuk menegakkan diagnosis maupun untuk memperkirakan
ukuran dan konfigurasi panggul ibu. (Fadlun, 2014)

c. Analisa Data
1) Diagnosa
Dx : G,P, A,H, usia kehamilanmgg dengan
kehamilan letak sungsang .
Ds : Data subyektif yang berasal dari keluhan ibu untuk mendukung
diagnosa yaitu sering merasa ada benda keras (kepala) yang mendesak
tulang iga dan nyeri pada daerah tulang iga karena kepala janin, serta
pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu di perut bagian bawah.
Do : Hasil pemeriksaan petugas kesehatan untuk menegakkan
diagnosa yaitu dengan melakukan pengukuran TB, leopold, USG,
pemeriksaan panggul luar dan DJJ.
2) Masalah potensial
Masalah potensial yang akan terjadi pada bayi dengan letak sungsang
adalah
a) Perdarahan intrakranial
b) Gawat janin/fetal distress
c) Ruptur uteri
3) Kebutuhan segera

15
a) Kneechest
b) Versi luar

d. Penatalaksanaan
1) Intervensi
Dx : G,P, A,H, usia kehamilanmgg dengan
kehamilan letak sungsang
Kriteria Hasil : - Keadaan umum baik
- TTV dalam batas normal
Intervensi
a) Beritahu ibu hasil pemeriksaan
R : ibu lebih kooperatif kepada tindakan petugas
b) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang
R : memenuhi asupan gizi ibu dan unuk pertumbuhan serta
perkembangan janin.
c) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
R : memenuhi kebutuhan istirahat ibu
d) Jelaskan kepada ibu tentang ketidaknyamanan trimester III
R : ibu dapat menyesuaikan dan menerima kondisi dirinya saat ini
e) Jelaskan tentang tanda bahaya kehamilan
R : deteksi dini komplikasi kehamilan
f) Jelaskan tentang tanda-tanda persalinan
R : Kesiapan ibu menghadapi persalinan
g) Anjurkan ibu untuk sering menungging, mengajarkan kneechest
R : mengubah letak bokong janin menjadi letak kepala
h) Anjurkan ibu mengkonsumsi teratur vit C, B12, B6, mevomit.
R : meningkatkan daya tahan dan kesehatan ibu serta janin
i) Anjurkan ibu untuk makan porsi kecil tapi sering
R : menanggulangi mual muntah ibu agar asupan nutrisi tetap
terpenuhi
j) Anjurkan ibu menghindari makanan yang merangsang mual muntah
ibu
R : mengurangi mual muntah ibu
k) Ingatkan ibu untuk melakukan kontrol ulang 2 minggu lagi atau jika
terjadi keluhan
R : mengetahui perkembangan ibu dan posisi janin sehingga dapat
dilakukan tindakan segera bila terjadi masalah

2) Implementasi

16
Rencana asuhan yang telah disusun dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan
sebagian oleh klien atau Tim Kesehatan yang lain.
3) Evaluasi
Rangkaian tindakan yang saling berhubungan bertujuan untuk
mengukur kemampuan dan efektivitas pelaksanaan asuhan kebidan
berdasan tujuan dan kriteria evaluasi menggunakan format SOAP.

2.2 KONSEP MANAJEMEN PADA PERSALINAN LETAK SUNGSANG


Tanggal dan jam : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian
pada klien.
a. Data Subjektif
1) Biodata Ibu dan Suami
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
2) Keluhan Utama
Alasan mengapa klien datang dan apa yang dirasakan klien saat ini.
Pada kehamilan dengan letak sungsang keluhan yang dirasakan ibu
yaitu sering merasa ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga
dan nyeri pada daerah tulang iga karena kepala janin, serta pergerakan
janin yang dirasakan oleh ibu di perut bagian bawah. (Ai Yeyeh R,
2010)
3) Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang
Adanya riwayat rachitis, asteomalasia, TBC tulang, dapat
mengakibatkan kelainan atau perubahan bentuk panggul (kesempitan
panggul) adanya riwayat kelainan uterus maupun bentuknya, tumor
uterus ataupun panggul yang merupakan faktor predisposisi terjadinya
letak sungsang. (Hanifa W, 1999)
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :
a) Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur

17
wanita, dan paritas. Oleh karena itu, apabila ada yang pernah
melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai
karena hal ini bisa menurun pada ibu.
b) Riwayat persalinan preterm, yang juga perlu diwaspadai karena juga
dapat menurun pada ibu.
5) Riwayat Menstruasi
6) Riwayat Pernikahan
7) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
Untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki, pernahkah melahirkan
secara prematur dan jika pernah apa sebabnya, pernahkan melahirkan
anak dengan kelainan kepala seperti anensefalus ataupun hidrosefalus,
pernahkah mengalami kehamilan dengan hidramnion serta pernahkah
mengalami kehamilan atau persalinan letak sungsang sebelumnya.
(Fadlun, 2014)
8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
a) Berapa kali periksa dan dimana
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan setiap 4 minggu jika segala
sesuatu normal sampai kehamilan 28 minggu, sesudah itu
pemeriksaan dilakukan 2 minggu dan sesudah 36 minggu
pemeriksaan dilakukan setiap minggu.
b) Gerakan janin umumnya gerakan janin diraskan ibu pada kehamilan
18 minggu pada primigravida dan kehamilan 16 minggu pada
kehamilan multigravida. Pengamatan pergerakan janin dilakukan
setiap hari setelah usia kehamilan lebih dari 28 minggu.
c) Masalah dan tanda bahaya seperti perdarahan yang keluar dari
vagina, penglihatan kabur, bengkak pada muka atau kaki, nyeri
perut, sakit kepala yang hebat, muntah-muntah yang hebat, tidak
merasakan gerakan janin (Norma N, 2013)
9) Riwayat psikososial
10) Riwayat Kontrasepsi
11) Pola kebiasaan sehari-hari
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu, tanda-tanda vital, yang akan
berpengaruh pada langkah asuhan berikutnya.
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tekanan Darah : 90/60 140/90 mmHg

18
d) Nadi : 60 80 x/mnt
e) Suhu : 36,1 37,6 oC
f) Pernafasan : 16 24 x/mnt
g) Berat badan : dilihat pada riwayat ANC
h) Tinggi badan : > 145
i) LILA (Lingkar Lengan Atas) : > 23,5 cm
j) TP (Taksiran Persalinan)
2) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Wajah
Mata
Leher
Dada
Abdomen
Genetalia
Ekstremitas
Palpasi
Payudara
Abdomen :
Leopold I : Pada fundus teraba keras, bulat, melenting (kemungkinan
kepala janin) dan dapat diraba dengan balotement karena
sudah menempati bagian fundus uteri. (Fadlun, 2012)
Leopold II : Pada salah salah satu sisi perut ibu teraba panjang, keras
dan datar seperti punggung dan pada sisi perut yang lain
teraba bagian-bagian kecil janin. (Fadlun, 2012)
Leopold III : Pada bagian terbawah perut (diatas simpisis) ibu teraba
bagian yang lunak dan tidak melenting (kemungkinan
bokong janin). (Ai Yeyeh, 2010)
Leopold IV : Bila sudah masuk PAP, ini menunjukkan posisi bokong
yang mapan di bawah simfisis. (Fadlun, 2012)
Ekstremitas
Auskultasi
Dada
DJJ : DJJ terdengar pada punggung anak setinggi pusat. DJJ
biasanya terdengar paling keras di daerah sedikit di atsa
umbilikus, sedangkan bila sudah masuk PAP, suara
jantung terdengar paling keras di bawah umbilikus.
(Fadlun, 2014)
3) Pemeriksaan dalam (VT)
Teraba 3 tonjolan tulang, yaitu tuber ossis ischi dan ujung os sakrum.
Os sakrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan
deretan prosessus spinosus di tengah-tengah tulang tersebut. Pada

19
bagian di antara 3 tonjolan tersebut dapat diraba anus dan genetalia
anak, tetapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan jika edema tidak
terlalu besar. (Fadlun, 2014)
4) Pemeriksaan panggul luar
5) Pemeriksaan penunjang

c. Analisa Data
1) Diagnosa
Dx : G,P, A,H, usia kehamilanmgg dengan kehamilan
letak sungsang Ds : Data subyektif yang berasal dari keluhan ibu untuk
mendukung diagnosa yaitu sering merasa ada benda keras (kepala)
yang mendesak tulang iga dan nyeri pada daerah tulang iga karena
kepala janin, serta pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu di perut
bagian bawah. (Ai Yeyeh R, 2010)
Do : Hasil pemeriksaan petugas kesehatan untuk menegakkan
diagnosa yaitu pemeriksaan abdomen (Leopold), VT, dan DJJ.
2) Masalah potensial
Partus macet
After coming head
Asfiksia
Antisipasi :
Pemantauan persalinan dengan partograf
Berikan KIE tentang persalinan sungsang
Berikan KIE tentang cara meneran yang benar
3) Kebutuhan segera
a) Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk penatalaksanaan persalinan
sungsang
b) Kolaborasi dengan petugas perinatologi untuk melakukan resisutasi
bayi

d. Penatalaksanaan
1) Intervensi
Dx : G,P, A,H, usia kehamilanmgg dengan
kehamilan letak sungsang

20
Intervensi :
a) Beritahu kondisi janin dan kondisi ibu
R/ Ibu mengerti kondisinya sehingga lebih kompetitif
b) Observasi tanda-tanda vital, DJJ, His, kemajuan persalinan
R/ Deteksi dini adanya komplikasi dan TTV merupakan parameter
kondisi ibu
c) Ajarkan ibu cara mengejan yang benar
R/ Memimpin persalinan sesuai dengan prosedur
d) Lakukan pimpinan persalinan sesuai dengan protap
R/ Agar persalinan berjalan dengan lancer dan sesuai dengan
prosedur
e) Lakukan kolaborasi dengan petugas perinatologi untuk melakukan
resusitasi bayi
R/ Resusitasi merupakan penatalaksanaan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia
f) Lahirkan plasenta dengan manajemen aktif kala III
R/ mencegah terjadinya HPP
g) Ajarkan ibu untuk melakukan masase uterus
R/ agar pasien lebih kooperatif, dapat mencegah terjadinya HPP
h) Lakukan dekontaminasi alat
R/ dekontaminasi alat secara benar menghindarkan diri dari risiko
infeksi
i) Lakukan pendokumentasian
R/ pencatatan proses pertolongan persalinan
2) Implementasi
Penatalaksanaan tindakan yang mengacu pada intervensi yang telah
dijabarkan pada langkah sebelumnya.
3) Evaluasi
Sebagai langkah mengidentifikasi hasil akhir setelah dilakukan asuhan
kebidanan terhadap klien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun , Achmad.2011.Asuhan kebidanan patologi. Jakarta: Salemba Medika


Irmansyah, Frizrar, SpOG(K) ,dr. 2010 . http://parentsguide.co.id . Mencegah
Melahirkan Sungsang : Jakarta

Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams. Jakarta : EGC


Lisnawati, Lilis. 2011. Buku Pintar Bidan (Aplikasi Penatalaksanaan Gawat
darurat Kebidanan di Rumah Sakit). Jakarta : TIM
Manuaba, IBG.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Norma, N dan Mustika Dwi. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta :
Nuha Medika
Pavol Zubor, Imrich Zigo, Jana Sivakova, Petra Moricova, Ivana
Kapustova, Stefan Krivus, and Jan Danko. 2013. Repetitive Breech
Presentations at Term.Case report. Volume 2013 Article ID628572,4
pages. http://dx.doi.org/10.1155/2013/628572 . 2 march 2016
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Retnowati Tanti, dr. 2008. http://tentangbunda.com . Olahraga Sebelum
Melahirkan : Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai