Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama Islam, sebab kata
islam itu sendiri, dari kata dasaraslama yang artinya tunduk patuh, mempunyai makna tunduk patuh
kepada kehendak atau ketentuan Allah.

Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan


berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang
diakui dalam bidang ilmu tertentu .Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.Ilmu pengetahuan adalah produk dari
epistemologi.

Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan
dalam kehidupan kita.Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah
terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita, manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu
sebuah akal pikiran.Dengan akal pikiran tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang
baik dan benar, akan terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan
sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun, dalam mempelajari dan
mengaplikasikan iptek itu sendiri, harus memperhatikan beberapa hal yang penting.

Tidak semua sains dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan itu baik untuk kita.Terkadang ada pula
yang menggunakan bahan bahan berbahaya bagi kesehatan lingkungan sekitar. Beberapa dari mereka ada
yang menyalahgunakan hasil penelitian tsb.Sesungguhnya Allah melarang kita membuat pengrusakan di
bumi, seperti dalam firman-Nya dalam (Q.S. Al-Araf : 56).

Ilmu pengetahuan itu indah, begitu pula agama. Ilmu pengetahuan memperindah akal dan
pikiran.Agama memperindah jiwa dan perasaan.Ilmu pengetahuan dan agama sama-sama membuat
manusia merasa nyaman. Ilmu pengetahuan melindungi manusia terhadap penyakit, dan musibah-musibah
di dunia.Agama melindungi manusia terhadap keresahan, kesepian, rasa tidak aman dan pikiran yang
picik.Ilmu pengetahuan mengharmoniskan dunia dengan manusia, agama menyelaraskan manusia dengan
dirinya.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah Ilmu Pengetahuan dan Agama itu?
2. Bagaimanakah hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Agama ?

1.3. TUJUAN
1. Mengetahui ilmu pengetahuan dan Agama.
2. Mengetahui bagaimana hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Agama.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2. AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN

2.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Ilmu berasal dari kata alima(bahasa arab) yang berarti tahu, jadi ilmu maupun science secara
etimologis berarti pengetahuan. Science berasal dari kata scio, scire (bahasa latin yang artinnya tahu).
Secara terminologis ilmu dan science punya pengertian yang sama yaitu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah
berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan dan bermanfaat untuk percobaan dan pengamatan
lebih lanjut. Ilmu pengetahuan adalah kegiatan spekulatif. Kesahihan gagasan baru dan makna penemuan
eksperimental baru akan diukur dari hasilnya, yaitu hasil dalam kaitan dengan gagasan lain dan eksperimen
yang lain. Dan demikian, ilmu pengetahuan yidak dipahami sebagai pencarian kepastian, melainkan
sebagai penyelidikan yang berhasil hanya sampai pada tingkat penyelidik.

Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang bercorak empiristik dengan metode kuantitatif (matematis) lebih
dominan menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini besar kemungkinan karena banyak
dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran positivistiknya Auguste Comte yang mengajukan tiga tahapan
pembebasan ilmu pengetahuan. Pertama, menurut Auguste Comte ilmu pengetahuan harus terlepas dari
lingkungan teologik yang bersifat mistis. Kedua, ilmu pengetahuan harus bebas dari lingkungan metafisik
yang bersifat abstrak. Ketiga, ilmu pengetahuan harus menemukan otonominya sendiri dalam lingkungan
positifistik.

Adapun fungsi-fungsi ilmu pengetahuan, sebagai berikut:

1. Fungsi deskriptif : menggambarkan ,melukiskan dan memaparkan suatu obyek atau


masalah sehingga mudah dipelajari
2. Fungsi pengembangan : menemukan hasil ilmu yang baru
3. Fungsi prediksi : meramalkan kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga dapat
dicari tindakan percegahannya
4. Fungsi Kontrol : mengendalikan peristiwa yang tidak dikehendaki.

2.2. Bentuk Ilmu Pengetahuan

Secara garis besar, ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua bentuk, yakni ilmu eksakta dan ilmu
humaniora.

2
1. Ilmu eksakta adalah spesifikasi keilmuan yang menitikberatkan pada hukum sebab akibat.
Penilaian terhadap ilmu-ilmu eksakta cenderung memakai metode observasi yang digunakan
sebagai cara penelitiannya dan mengukur tingkat validitasnya. Dengan model tersebut, penelitian
terhadap ilmu-ilmu eksakta sering mendapatkan hasil yang objektif.
2. ilmu humaniora merupakan spesifikasi keilmuan yang membahas sisi kemanusian selain yang
bersangkutan dengan biologis maupun fisiologisnya. Hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan
ini lebih tertitik tekan dalam masalah sosiologis dan psikologisnya.

Menurut Jujun, cabang atau bentuk ilmu pada dasarnya berkembang dari cabang utama, yakni
filsafat alam yang kemudian berafiliasi di dalamnya ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat
moral yang kemudian berkembang menjadi menjadi cabang ilmu-ilmu social (the social sciences). Dari
kedua cabang tersebut, klasifikasi keilmuan menjadi kian tak terbatas. Diperkirakan sampai sekarang ini,
terdapat sekitar 650 cabang keilmuan yang masih belum banyak dikenal. Kepesatan kemajuan
perkembangan ilmu ini demikian cepat, hingga tidak menutup kemungkinan sepuluh tahun ke depan,
klasifikasi keilmuan bisa mencapai ribuan jumlahnya.

Sekian banyak jumlah cabang keilmuan tersebut, bermula dari ilmu alam yang membagi diri
menjadi dua kelompok, yakni ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hidup (hayat/the biological
sciences). Ilmu alam ini bertujuan untuk mempelajari zat yang membentuk alam semesta. Ilmu ini
kemudian membentuk rumpun keilmuan yang lebih spesifik, misalnya sebagai ilmu fisika yang
mempelajari tentang massa dan energi, ilmu kimia yang membahas tentang substansi zat, ilmu astronomi
yang berusaha memahami kondisi benda-benda langit dan ilmu-ilmu lainnya. Dari rumpun keilmuan ini
kemudian membentuk ranting-ranting baru, seperti kalau dalam fisika ada yang namanya mekanik,
hidrodinamika, bunyi dan seterusnya yang masih banyak lagi ranting-ranting kecil.

2.3. Syarat-syarat ilmu


Ada lima syarat ilmu pengetahuan, yaitu:
1. Objektif, Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat
hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau
mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah
kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan
subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis, adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin
kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani Metodos yang berarti: cara, jalan. Secara
umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai
dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh, menyeluruh, terpadu ,dan mampu menjelaskan rangkaiansebab akibat menyangkut
3
objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan
syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal, Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak
bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180. Karenanya universal merupakan syaratilmu
yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu social menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang
dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena
itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu
pula.
5. Religius,segala upaya yang dilakukan dalam mencari ilmu digunakan dalam upaya mendekatkan diri
kepada Sang Pencipta Ilmu, yaitu Tuhan Yang MahaEsa.

2.4. Pengertian Agama

Kata agama secara testimologi berasal dari bahasa Sansekerta gam yang dalam bahasa inggrisnya
sama dengan go yang berarti pergi. Jadi agama berarti sesuatu yang tidak pergi, langgeng, kekal. Yang
dimaksud dengan semua itu adalah Tuhan. Sedangkan agama dalam bahasa inggris berarti relegion yang
berarti kedatangan kembali, maksudnya kedatangan wahyu Tuhan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud agama adalah ajaran suci bersifat rohani yang menuntun serta mengatur kehidupan
manusia[6]. Agama memberi petunjuk bagaimana cara mengadakan hubungan antara manusia
denganmanusia, manusia dengan alam, manusia dengan Tuhan.

2.5. Tujuan, Guna, dan Fungsi Agama

Pada dasarnya, manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan yang dapat melahirkan nilai-nilai
guna menopang kehidupannya. Selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan, dalam waktu bersamaan
juga harus merupakan suatu kebenaran. Demikian juga cara berkepercayaan-pun harus benar. Disebabkan
kepercayaan itu diperlukan, maka dalam dunia nyata ditemukan bentuk-bentuk kepercayaan yang berbeda.
Hal itu dapat menimbulkan kepercayaan yang mungkin semua salah atau salah satu diantaranya benar.
Adapun salah satu kepercayaan yang dapat diakui kebenaraannya adalah kepercayaan terhadap agama.

Agama sebagai sistem kepercayaan (iman), memiliki dua pengertian:

1. Kepercayaan (iman) sebagai institusi, yaitu iman yang merupakan bagian (paling pokok) dari
agama sendiri, yang berposisi sebagai bentuk kepercayaan yang tertinggi yang diakui
kebenarannya. Seperti rukun iman dalam islam;
2. Kepercayaan (iman) sebagai sikap jiwa, sikap jiwa mempercayai dan menerima sesuatu sebagai
benar, yaitu sikap jiwa samina wa at}ana (kami mendengar dan mematuhi), serta mematuhi
firma ilahi dengan sepenuh kedirian, memusatkan segala pengabdian hanya kepada-Nya,
menyerahkan diri, hidup dan mati semata-mata untuk-Nya.

4
Eksistensi agama selain sebagai sistem kepercayaan yang mengharuskan adanya kebenaran, juga
sebagai tindakan praktis terhadap aplikasi kepercayaan (iman) yang telah diakui kebenaraanya. Dalam hal
ini Ibnu Sina memiliki dua aspek missi, yaitu missi teoritis dan praktis. Missi teoritis berfungsi
mengarahkan jiwa manusia menuju kebahagiaan abadi dengan mengajarkan ajaran dasar keimanan
terhadap eksistensi Tuhan, realitas wahyu, dan kenabian serta kehidupan sesudah mati. Adapun missi
praktis mengajarkan aspek-aspek praktis agama sebagai tindakan ritual untuk dilaksanakan oleh seseorang
yang beriman.

3. HUBUNGAN ILMU PENGETAHUAN DAN AGAMA

Dalam pandangan saintis, agama dan ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan. Bidang kajian
agama adalah metafisik, sedangkan bidang kajian sains / ilmu pengetahuan adalah alam empiris. Sumber
agama dari tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan dari alam.

Dari segi tujuan, agama berfungsi sebagai pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia
didunia dan di akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana mempermudah aktifitas
manusia di dunia. Kebahagiaan di dunia, menurut agama adalah persyaratan untuk mencapai kebahagaian
di akhirat.

Menurut Amstal, bahwa agama cenderung mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang
sudah mapan, eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu pengetahuan selalu mencari yang baru, tidak terikat
dengan etika, progesif, bersifat inklusif, dan objektif. Meskipun keduanya memiliki perbedaan, juga
memiliki kesamaan, yaitu bertujuan memberi ketenangan. Agama memberikan ketenangan dari segi batin
karena ada janji kehidupan setelah mati, Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan
bagi kehidupan di dunia. Misalnya, Tsunami dalam Konteks agama adalah cobaan Tuhan dan sekaligus
rancangan-Nya tentang alam secara keseluruhan. Oleh karena itu, manusia harus bersabar atas cobaan
tersebut dan mencari hikmah yang terkandung dibalik Tsunami. Adapun menurut ilmu pengetahuan,
Tsunami terjadi akibat pergeseran lempengan bumi, oleh karena itu para ilmuwan harus mencari ilmu
pengetahuan untuk mendeteksi kapan tsunami akan terjadi dan bahkan kalau perlu mencari cara
mengatasinya.

Karekteristik agama dan ilmu pengetahuan tidak selau harus dilihat dalam Konteks yang
berseberangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam membantu kehidupan
manusia yang lebih layak. Osman Bakar mengatakan bahwa epistemology, metafisika, teologi dan
psikologi memiliki peran penting dalam mengembangkan intelektual untuk merumuskan berbagai
hubungan konseptual agama dan ilmu pengetahuan. Peran utamanya adalah memberikan rumusan-rumusan
konseptual kepada para ilmuan secara rasional yang bisa dibenarkan dengan ilmiah dan dapat
dipertanggung jawabkan untuk digunakan sebagai premis-premis dari berbagai jenis sains. Misalnya

5
kosmologi, dengan adanya kosmologi dapat membantu meringankan dan mengkonseptualkan dasar-dasar
ilmu pengetahuan seperti fisika dan biologi.

Ilmu pengetahuan yang dipahami dalam arti pendek sebagai pengetahuan objektif, tersusun, dan
teratur. Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari agama. Sebut saja al-Quran, al-Quran merupakan
sumber intelektualitas dan spiritualitas. Ia merupakan sumber rujukan bagi agama dan segala
pengembangan ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber utama inspirasi pandangan orang islam tentang
keterpaduan ilmu pengetahuan dan agama. Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan
melalui banyak cara dan jalan, tetapi semua pengetahuan pada akhirnya berasal dari Tuhan. Dalam
pandangan al-Quran, pengetahuan tentang benda-benda menjadi mungkin karena Tuhan memberikan
fasilitas yang dibutuhkan untuk mengetahui. Para ahli filsafat dan ilmuan muslim berkeyakinan bahwa
dalam tindakan berpikir dan mengetahui, akal manusia mendapatkan pencerahan dari Tuhan Yang Maha
mengetahui sesuatu yang belum diketahui dan akan diketahui dengan lantaran model dan metode
bagaimana memperolehnya.

Al-Quran bukanlah kitab ilmu pengetahuan, tetapi ia memberikan pengetahuan tentang prinsip-
prinsip ilmu pengetahuan yang selalu dihubungkan dengan pengetahuan metafisik dan spiritual. Panggilan
al-Quran untuk membaca dengan Nama Tuhanmu telah dipahami dengan pengertian bahwa pencarian
pengetahuan, termasuk didalamnya pengetahuan ilmiah yang didasarkan pada pengetahuan tentang realitas
Tuhan. Hal ini dipertegas oleh Ibnu Sina yang menyatakan, Ilmu pengetahuan disebut ilmu pengetahuan
yang sejati jika menghubungkan pengetahuan tentang dunia dengan pengetahuan Prinsip Tuhan.

3.1. Agama dan Ilmu Pengetahuan tak ada pertentangan

Ilmu pengetahuan tak dapat menggantikan peran agama, karena agama memberikan kasih sayang,
harapan, cahaya, dan kekuatan, agama meninggikan nilai kita, membantu mewujudkan keinginan
kita. Begitu pula agama juga tak dapat menggantikan peran ilmu pengetahuan, melalui ilmu
pengetahuan kita dapat mengenal alam, kita dapat mengetahui hukum alam, dan kita pun dapat
mengenal siapa diri kita sendiri.

Dan agama tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak
dapat mencapai tujuan. Kalau tak ada ilmu pengetahuan, agama menjadi alat bagi orang-orang
pandai yang munafik.

6
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Agama dan ilmu pengetahuan memang berbeda metode yang digunakan, karena masing-masing
berbeda fungsinya.Dalam ilmu pengetahuan kita berusaha menemukan makna pengalaman secara
lahiriyah, sedangkan dalam agama lebih menekankan pengalaman yang bersifat ruhaniah sehingga
menumbuhkan kesadaran dan pengertian keagamaan yang mendalam. Dalam beberapa hal, ini mungkin
dapat dideskripsikan oleh ilmu pengetahuan kita, tetapi tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan rumus-
rumus ilmu pasti . Sekali pun demikian, ada satu hal yang sudah jelas, bahwa kehidupan jasmani dan
rohani tetap dikuasai oleh satu tata aturan hukum yang universal. Ini berarti, baik agama maupun ilmu
pengetahuan, yaitu Allah.Keduanya saling melengkapi dan membantu manusia dalam bidangnya masing-
masing dengan caranya sendiri . Fungsi agama dan ilmu pengetahuan dapat dikiaskan seperti hubungan
mata dan mikroskop. Mikroskop telah membantu indera mata kita yang terbatas, sehingga dapat melihat
bakteri-bakteri yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. Demikian pula benda langit yang
sangat kecil dilihat dengan mata telanjang, ini bisa dibantu dengan teleskop karena terlalu jauh. Demikian
halnya dengan wahyu Ilahi, telah membantu akal untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang diamati
oleh indera.Jika ini hanya dilakukan oleh akal maka akan menyesatkan manusia.

3.2. SARAN

Dengan dituliskannya makalah ini kami berharap:


1. Pembaca membaca dan memahami materi yang disajikan
2. Pembaca berkenan mengkritik hal-hal yang dianggap kurang tepat.
3. Pembaca berkenan berdiskusi tentang materi ini.

Anda mungkin juga menyukai