Anda di halaman 1dari 36

SKENARIO 3

LUKA LAMA SEMBUH

Tn.Ms usia 60 tahun seorang pensiunan PNS, oleh keluarganya dia


dibawah ke UGD dengan keluhan luka pada telapak kaki kanan. Keluarga klien
mengatakan Tn.Ms tertusuk tulang ikan sejak 2 bulan yang lalu. Semakin hari
luka di kaki klien semakin melebar dan berbau odour. Pada saat dilakukan
pengkajian klien mengatakan dirinya terus merasa lemah karena tiap malam
tidurnya terganggu karena sering terbangun kencing. Keluarga klien mengatakan
berat badan klien semakin hari semakin merosot. Hasil pemeriksaan GDS : 370
mg/dl.

1. KLARIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING


1) UGD: salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan
awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam
kelangsungan hidupnya.
2) Odour adalah keadaan luka yang telah berbau busuk
3) Lemah adalah keadaan seseorang merasakan tidak kuat dan tidak
bertenaga badannya.
4) GDS ( Gula Darah Sewaktu ) adalah hasil pengukuran seketika waktu
tersebut tannpa berpuasa terlebih dahulu.
GDS normal 2 jam setelah makan : 80-180 mg/dl
GDS kondisi ideal : 80-144 mg/dl
GDS untuk kondisi cukup : 145-179 mg/dl

2. KATA/PROBLEM KUNCI
1) Luka semakin melebar dan berbau busuk.
2) Lemah
3) Odour
4) Sering Kencing (Poliuria)
5) Berat badan menurun
6) GDS : 370 mg/dl

3. MIND MAP
Luka Lama Sembuh

Diabetes Mellitus Cushing Sindrom Diabetes Incipidus

Definisi : Definisi :

suatu penyakit dimana Definisi : suatu kelainan dimana


metabolism glukosa tidak terdapat kekurangan
hiperaktivitas atau
normal, suatu resiko hiperfungsikelenjar adrenal hormonantidiuretik yang
komplikasi spesifik sehingga mengakibatkan menyebabkan rasa haus
perkembangan hieprsekresi hormone yang berlebihan (polidipsi)
mikrovaskular dan di glukokortikoid (kortisol). dan pengeluaran sejumlah
tandai dengan adanya besar air kemih (poliuri).
peningkatan komplikasi
Etiologi :
perkembangan
makrovaskuler. - Glukokortikoid yang
Etiologi :
berlebih
Etiologi : - Aktifitas korteks adrenal - Hipotalamus mengalami
- Pemberian kortikosteroid kelainan fungsi dan
- Autoimun yang berlebih menghasilkan terlalu
- Herediter - Sekresi steroid sedikithormon
- Gaya hidup adrenokortikal yang antidiuretik
- Usia berlebih terutama kortisol
- Tumor non hipofisis - Kelenjar hipofisa gagal
Manifestasi : - Adenoma hipofisis melepaskan hormon
- Tumor adrenal antidiuretik ke
- Poliuria (banyak dalam aliran darah
kencing) Manifestasi :
- Polidipsia (banyak
- Kerusakan hipotalamus
1. Rambut tipis atau kelenjar hipofisa
minum)
2. Moon face akibat pembedahan
- Poliphagia (banyak 3. Penyembuhan luka buruk
makan) 4. Mudah memar karena - Cedera otak (terutama
- Penurunan berat badan adanya penipisan kulit patah tulang di dasar
- Malaise atau 5. Petekie tengkorak)
kelemahan 6. Kuku rusak
7. Kegemukan di bagian
- Tumor
perut
Manifestasi :
8. Kurus pada ekstremitas
9. Ganggguan emosional
10. Osteoporosis - Rasa haus yang
11. Diabetes mellitus berlebihan
12. Hipertensi
13. Neuropati perifer
- Produksi urin yang
berlebihan
14. Punggung kerbau
- Kelelahan yang
berhubungan dengan
gangguan
keseimbangan
elektrolit
Tabel Ceklis
Cushing Diabetes
DM
Sindrom Incipus
Luka lama sembuh
Lemah -
Poliuria (sering kencing) -
Berat badan menurun -

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1) Mengapa luka pada kaki klien semakin melebar dan berbau busuk ?
2) Mengapa klien merasa lemah ?
3) Mengapa klien sering terbangun kencing ?
4) Mengapa berat badan klien semakin hari semakin merosot ?

5. JAWABAN PERTANYAAN
1) Karenaterjadi penyumbatan pembuluh darah dan kerusakan syaraf akibat
kadar gula darah yang tinggi, tidak terkontrol dan juga terjadi kurangnya
sirkulasi pada pembuluh darah. kurangnya sirkulasi pada pembuluh darah
mengakibatkan tersumbatnya arteri arteri . sehingga menyebabkan proses
penyembuhan luka yang buruk. Luka menjadi sukar sembuh, oksigen dan
sel darah putih sulit mencapai jaringan, imunitas tubuh menurun dan
terjadi penurunan fungsi sel darah putih dalam melawan kuman yang
masuk kedalam tubuh. Akibatnya terjadi infeksi pada luka yang sukar
sembuh tersebut dan selanjutnya dapat berakibat terjadinya pembusukan.
( konimex, 2009 )
2) Kelemahan dapat disebabkan karena glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan karbohidrat untuk
menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa
diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan sel otot. Akibatnya
penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus
(Bare & Suzanne, 2002)
3) Karenakencing berlebihan. menurut pakar Prof Dr dr Sri Hartini KS
Kariadi, SpPD, KEMD , jika kadar gula darah dalam diri seseorang
tinggi, maka glukosa yang tidak dapat di metabolisme akan ikut terbuang
bersama urin. Hal ini menyebabkan urin menjadi lebih kental, sehingga
membutuhkan air untuk mengencerkannya, air yang digunakan di ambil
dari dalam tubuh. Akibatnya tubuh mengalami dehidrasi sehingga
membutuhkan banyak minum, maka buang air kecil juga akan semakin
sering. (vera farah bararah; 2014)
4) Karena Glukosa tidak dapat di transport ke dalam sel maka sel
kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat
dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot
mengalami atrofidan penurunan secara otomatis. (Bare & Suzanne, 2002)

6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


1) Mahasiswa dapat mempelajari tentang perawatan luka teknik balutan wet-
dry dan moist wound healing
2) Mahasiswa dapat mempelajari kandungan Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
3) Mahasiswa dapat mengetahui pengobatan/perawatan luka diabetes dengan
terapi Hiperbarik oksigen

7. INFORMASI TAMBAHAN
1) Menurut Jurnal yang berjudul Perawatan Luka teknik balutan wet dry dan
moist wound healing
Proses Penyembuhan dengan teknik perawatan wet-dry
Apabila menggunakan balutan yang basah akan menjadi kering karena
dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitar. Apabila balutan menjadi
lebih kering akan sangat sulit untuk membuka balutan tersebut saat
ingin dilakukan perawatan luka kembali. Jaringan-jaringan yang ada
disekitar luka akan ikut terangkat pada saat balutan diangkat dari luka.
Tidak peduli apakah itu adalah jaringan yang sudah berepitelisasi
ataukah jaringan nekrotik. Untuk jaringan nekrotik sendiri
membutuhkan lingkungan luka yang lembab agar dapat mengakat
jaringan nekrotik tersebut. Konsistensi jaringan nekrotik adalah keras
sehingga butuh balutan yang dapat menjadikan jaringan tersebut
lunak. Sedangkan untuk jaringan epitelisasi memiliki sifat yang
berbeda dengan jaringan nekrotik.
Proses Penyembuhan dengan teknik perawatan Moist Healing
Pada penelitian ini dikaji penyembuhan dengan melakukan perawatan
luka dengan menggunakan teknik Moist Healing. Moist healing
merupakan suatu metode perawatan luka dengan memberikan
lingkungan yang tepat dibutuhkan oleh luka sehingga proses
penyembuhan luka sesuai dengan fase penyembuhan luka atau bahkan
lebih cepat. Prinsip penyembuhan luka salah satunya adalah
kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh
luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, maka
perawatan dengan menggunakan metode moist healing yaitu
menyesuaikan apa yang dibutuhkan oleh luka dalam setiap fase
penyembuhannya. Sehingga penyembuhan luka dapat menjadi lebih
optimal.
Dari hasil penelitian dapat dilihat proses penyembuhan luka dengan
menggunakan perawatan luka dengan teknik moist healing lebih
banyak mengalami waktu yang cepat dengan 60% (9 Responden),
33% (5 Responden) mengalami proses penyembuhan dalam waktu
yang sedang, dan 7% (1 Responden) mengalami proses penyembuhan
yang lambat. (
2) Menurut Jurnal yang berjudul Kandungan Kulit buah Manggis terhadap
penurunan kadar glukosa darah
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tumbuhan yang berasal dari
daerah Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan
Myanmar. Manggis merupakan tumbuhan fungsional karena sebagian
besar dari tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Akan
tetapi, banyak yang tidak mengetahui jika kulit buah manggis memiliki
khasiat. Kulit buah manggis yang selama ini dibuang sebagai limbah
setelah habis menyantap daging buah, ternyata memiliki segudang manfaat
penting bagi kesehatan. Di dalam kulit buah manggis kaya akan
antioksidan seperti xanthone dan antosianin (Moongkandi, et al)
senyawa xanthone yang terdapat didalam kulit buah manggis memiliki
sifat sebagai antidiabetes, antikanker, antiperadangan, meningkatkan
kekebalan tubuh, antibakteri, antifungi, pewarna alami dll. Xanthone
didalam kulit buah manggis yang bersifat sebagai antidiabetes telah
dibuktikan oleh seorang peneliti di Jepang, yang dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada tikus percobaan dengan kasus diabetes mellitus tipe II.
Xanthone dapat menetralkan radikal bebas dan mencegah kerusakan sel
pankreas akibat radikal bebas. Xanthone kulit manggis juga telah
dibuktikan dengan menggunakan fraksi air kulit manggis dan
menunjukkan aktivitas antidiabetes.
Berdasarkan hasil orientasi yang telah dilakukan dengan pemberian
ekstrak etanol kulit buah manggis (EEKBM) per oral dengan dosis 50,
100, 200 dan 400 mg/kg BB, penurunan kadar glukosa darah sudah terlihat
pada semua dosis. Pada dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg
BB menunjukkan penurunan kadar glukosa yang lebih cepat dibandingkan
dengan dosis 400 mg/kg BB.
3) Pengobatan/perawatan luka diabetes
Terapi Oksigen hiperbarik (HBO) adalah pengobatan medis dimana pasien
bernafas 100% oksigen (O2) di dalamruang chamber. Hal ini
meningkatkan darah dan jaringan kandungan oksigen dalam jaringan
hipoksia, yang dapat membantu menjagaintegritas selular dan fungsi.
Intermiten HBO dapat membantu menyelamatkan jaringan sedikit perfusi.
Hal ini juga meningkatkan (a) pengendalian infeksi karena mobilitas
ditingkatkan dan membunuh bakteri kemampuan leukosit, (b)
pembentukan jaringan granulasi karena stimulasi proliferasi fibroblas dan
kolagen sintesis, dan (c) mikrosirkulasi karena pengurangan edema dan
angiogenesis (berburu & Pai, 1972; Knighton, Silver, & Hunt, 1981).
Hal ini digunakan untuk mengobati berbagai infeksi, hypoperfused, dan
luka masalah hipoksia termasuk ulkus kaki diabetik kronik (Cianci &
Hunt, 1993) dan kasus yang dipilih dari lesi kaki tungkai mengancam
dengan mikrovaskuler iskemia (Faglia et al., 1996).
Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki Efek jangka panjang dari terapi
HBO tambahan pada pengobatanulkus kaki kronis pada pasien diabetes
denganhipoksia perifer.

8. KLARIFIKASI INFORMASI
1) Perawatan luka teknik balutan wet-dry dan moist wound healing
ABSTRAK: 50% hingga 75% amputasi ekstermitas bawah dilakukan
pada pasien-pasien yang menderita diabetes.Perawatan luka dewasa ini,
cenderung menggunakan metode balutan kasa wet-dry(Basah-kering),
perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknik perawatan luka terkini
Moist Wound Healing. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh
proses penyembuhan luka dengan teknik wet-dry dan dengan teknik
balutan moist wound healing Dalam penelitian ini menggunakan Quasy-
Eksperiment (Post-Test Control Group Design). Populasi dalam penelitian
ini adalah pasien diabetic di kota Tarakan, dengan menggunakan
Consecutive Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah 15 respoden
dengan perawatan teknik moist healing dan 15 respoden dengan perawatan
wet-dry Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi.
Setelah itu data dianalisa dengan menggunakan uji statistik kolmogorov
Smirnov. Hasil penelitian ini menunjukan nilai Signifikasi Kolmogorov
Smirnov sebesar 1,643 yang berada dibawah nilai P; >0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada proses penyembuhan luka dengan menggunakan teknik moist healing
dengan wet-dry. Kesimpulan dari penelitian ini perawatan luka pada ulkus
diabetik dengan teknik moist healing lebih cepat proses penyembuhannya.
2) Kandungan kulit buah manggis terhadap penurunan kadar glukosa darah
Abstrak :
Latar Belakang: Penderita diabetes mellitus dewasa ini terus meningkat
seiring dengan meningkatnya tingkat kemakmuran dan berubahnya gaya
hidup. Pengobatan diabetes mellitus menggunakan obat konvensional,
harganya relatif mahal dan dapat menimbulkan efek samping yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu, perlu dicari obat yang efektif, efek samping
yang relatif kecil dengan harga yang murah. Salah satu obat sebagai
alternatif yang berefek sebagai antidiabetes mellitus adalah kulit buah
manggis.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik simplisia
kulit buah manggis, skrining fitokimia dan efek ekstrak etanol kulit buah
manggis terhadap penurunan kadar glukosa darah. Metode: Pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode toleransi glukosa.
Dosis ekstrak etanol kulit buah manggis yang digunakan adalah dosis 50,
100 dan 200 mg/kg BB. Hasil: Hasil karakteristik simplisia kulit buah
manggis adalah kadar air 7,96%, kadar sari larut air 12,98%, kadar sari
larut etanol 20,14%, kadar abu total 9,40%, dan kadar abu tidak larut asam
0,42%. Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol kulit buah
manggis adalah alkaloida, flavonoida, glikosida, saponin, tanin, dan
steroid/triterpenoid. Data hasil pengujian KGD dengan dosis 50, 100 dan
200 mg/kg BB memberikan penurunan kadar glukosa darah yang
signifikan dan berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (CMC
0,5%) dan tidak memberikan perbedaan yang nyata dengan glibenklamid
dosis 0,65 mg/kg BB (p > 0,05). Pemberian ekstrak etanol kulit buah
manggis dengan dosis 100 mg/kg BB memberikan hasil yang lebih baik
terhadap penurunan kadar glukosa darah dibandingkan dengan dosis 50
mg/kg BB dan 200 mg/kg BB. Kesimpulan: Disimpulkan bahwa ekstrak
etanol kulit buah manggis mempunyai efek sebagai antidiabetes terhadap
mencit.
3) Pengobatan/perawatan luka diabetes dengan terapi Hiperbarik oksigen
Abstract
Background: The cause of diabetic foot ulcers is multifactorial, e.g.,
neuropathy and angiopathy, leading to functional disturbances in the
macrocirculation and skin microcirculation. Adequate tissue oxygen
tension is an essential factor in infection control and wound healing.
Hyperbaric oxygen (HBO) therapy, daily sessions of oxygen breathing at
2.5-bar increased pressure in a hyperbaric chamber, has beneficial actions
on wound healing including antimicrobial action, prevention of edema and
stimulation of fibroblasts. The aim ofthe present study was to investigate
the long-term effect of HBO in treatment of diabetic foot ulcers. Methods:
Thirty-eight diabetic patients (30 males) with chronic foot ulcers were
investigated in a prospective study. The mean age was 60 13 years and
the mean diabetes duration 27 14 years. All patients were evaluated with
measurements of transcutaneous oxygen tension (tcPO2), peripheral blood
pressure, and HbA1c. All patients had a basal tcPO2 value lower than 40
mmHg, which increased to _100 mmHg, or at leastthree times the basic
value, during inhalation of pure oxygen. Seventeen patients underwent 40
60 sessions of HBO therapy, while 21 patients were treated
conventionally. The follow-up time was 3 years. Results: 76% of the
patients treated with HBO (Group A) had healed with intact skin at a
follow-up time of 3 years. The corresponding value for patients treated
conventionally (Group B) was 48%. Seven patients (33%) in Group B
compared to two patients (12%) in Group A went to amputation.
Peripheral blood pressure, HbA1c,
diabetes duration, and basal values of tcPO2 were similar in both groups.
Conclusions: Adjunctive HBO therapy can be valuable for treating
selected cases of hypoxic diabetic foot ulcers. It seems to accelerate the
rate of healing, reduce the need for amputation, and increase the number of
wounds that are completely healed on long-term follow-up. Additional
studies are needed to further define the role of HBO, as part of a
multidisciplinary program, to preserve a functional extremity, and reduce
the short- and long-term costs of amputation and disability. D 2002
Elsevier Science Inc. All rights reserved.

9. ANALISA DAN SISTESA KASUS


Saat pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) pasien 370 mg/dL. Pasien pada
kasus tidak mengalami kebutaan atau kekaburan penglihatan tetapi pada teori
didapatkan bahwa manifestasi diabetes melitus akan terjadi penglihatan
kabur sampai kebutaan. kemungkinan besar hal ini terjadi karena kadar
glukosa dalam darah pasien belum sampai dimata dan belum menghambat
saluran aques humor. Pada pasien diabetes Walaupun glukosa telah dirubah
menjadi protein tetapi protein tersebut dapat di sekresi dengan baik, kalau
tidak di sekresi inilah yang menyebabkan kebutaan pada pasien diabetes
10. LAPORAN DISKUSI
KONSEP MEDIK
1. Definisi
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan
neuropati. (Yuliana elin, 2009)

2. Etiologi
1) DM Tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-
sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
- Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik
kearah terjadinya diabetes tipe I
- Faktor imunulogi (autoimun)
- Faktor Lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang menimbulkan ekstruksi sel beta
2) DM Tipe II
- Obesitas Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel
target diseluruh tubuh insulin yang tersedia menjadi kurang
efektif dalam meningkatkan efek metabolik
- Usia cenderung meningkat di atas usia 65 tahun
- Riwayat Keluarga
- Kelompok etnik
3) DM Malnutrisi
Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pankreas
4) DM Tipe Lain
- Penyakit Pankreas Pankreatitis, Ca Pankreas, dll
- Penyakit Hormonal acromegali yang merangsang sekresi sel-
sel beta sehingga hiperaktif dan rusak.
- Obat-obatan :
Aloxan, streptozokin Sitotoksin terhadap sel-sel beta
Derivat Thiazide menurunkan sekresi insulin

3. Manifestasi Klinis
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan
tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu
mendapat perhatian adalah :
1) Keluhan klasik
a) Banyak Kencing ( Poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam
jumlah banyak akan mengganggu penderita, terutama pada waktu
malam hari.
b) Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat
harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat
menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga yang
mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga
terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot.
Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga
menjadi kurus.
2) Keluhan lain
a. Gangguan saraf tepi/kesemutan
Penderita megeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di
waktu malam hari, sehingga mengganggu tidur
b. Gangguan penglihatan
Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan
yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya
berulang kali agar tetap dapat melihat dengan baik
c. Gatal/bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di darah kemaluan
dan daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara.
Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama
sembuhnya. Luka ini dapat timbul karena akibat hal yag sepele
seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti
d. Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena sering
tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait
dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu
membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan
atau kejantanan seseorang.
e. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala
yang dirasakan

4. Patofisiologi
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta di pulau
langerhans. Insulin diproduksi terus menerus sesuai tingkat kadar glukosa
dalam darah. Pada penderita DM produksi insulin terganggu atau tidak
diproduksi. Defisiensi insulin mengakibatkan glukosa tidak dapat masuk
sel melalui siklus krebs dan akan mengakibatkan sel mengakomodasi
protein dan lemak dari jaringan adipose untuk dipakai sebagai sumber
energi. Pemecahan ini akan menghasilkan zat sisa berupa urea dan keton
sehingga menimbulkan ketoasidosis.
Pada DM Tipe I (IDDM) adalah penyakit autoimun yang
ditentukan secara genetik dan gejala yang pada akhirnya menuju pada
proses tahap kerusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin,
yaitu kerusakan pada sel langerhans sehingga terjadi penurunan sekresi
atau defisiensi insulin sehingga metabolisme insulin menjadi terganggu.
Bila sekresi insulin berkurang atau tidak ada, maka konsentrasi glukosa
dalam darah akan meningkat (hiperglikemia), keadaan hiperglikemia
menyebabkan tekanan extra sel meningkat, karena peningkatan tekanan
ini sehingga cairan dari ekstrasel ditarik ke dalam darah sehingga terjadi
gangguan reabsorbsi pada ginjal sehingga kemampuan reabsorbsi
melebihi batas ambang ginjal dan akan tampak glukosuria akibat dari
ginjal tidak dapat menyaring semua glukosa yang keluar, ketika glukosa
yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin. Ekskresi ini akan disertai
dengan pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis
osmotik) sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia). Pasien mengalami penurunan berat badan akibat defisiensi
insulin menyebabkan gangguan metabolisme protein dan lemak. Oleh
karena menurunnya simpanan kalori pasien mengalami banyak makan
(polifagia). Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glukogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan
glukosa baru) yang dapat menyebabkan hiperglikemia. Disamping itu
akan terjadi pemecahan lemak yang akan mengakibatkan peningkatan
produksi keton dengan tanda dan gejala : nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas bau aseton, bila tidak ditangani dapat
mengakibatkan penurunan kesadaran bahkan kematian. Pemecahan
lemak yang tidak sempurna akan menyebabkan peningkatan asam lemak
bebas dan menimbulkan aterosklerosis yang memvasokonstriksi
pembuluh darah yang membuat tahanan perifer meningkat akhirnya
terjadi peningkatan tekanan darah. Aterosklerosis menyebabkan aliran
darah ke seluruh tubuh terganggu, pada organ ginjal akan terlihat adanya
proteinuria, hipertensi mencetuskan hilangnya fungsi ginjal dan terjadi
insufisiensi ginjal. Pada organ mata terjadi pandangan kabur. Sirkulasi
ekstremitas bawah yang buruk mengakibatkan neuropati perifer dengan
gejala antara lain : kesemutan, parastesia, baal, penurunan sensitivitas
terhadap panas dan dingin. Akibat lain dari gangguan sirkulasi
ekstremitas bawah yaitu lamanya penyembuhan luka karena kurangnya
O2 dan ketidakmampuan fagositosis dari leukosit yang mengakibatkan
gangren. DM Tipe II (NIDDM) terjadi resistensi insulin dan gangguan
sirkulasi insulin yang secara normal akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel.
Resistensi insulin pada tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel,
dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan

5. Komplikasi
a) Komplikasi metabolik
- Ketoasidosis diabetik
- HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik)
b) Komplikasi
- Mikrosvaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) dan Neuropati
- Makrovaskuler (MCL, Stroke, Penyakit vaskuler perifer)

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar Glukosa
b. Aseton plasma hasil (+) mencolok
c. Asam lemak bebas peningkatan lipid dan kolestrol
d. Osmolaritas serum (>330 osm/l)
e. Urinalisis proteinuria, ketonuria, glukosuria

7. Penatalaksanaan
Tujuannya :
a. Jangka panjang : mencegah komplikasi
b. Jangka pendek : mengilangkan keluhan / gejala DM
Penatalaksanaan DM :
a. Diet
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetika Amerika
merekomendasikan = 50-60 % kalori yang berasal dari :
- Karbohidrat : 60-70%
- Protein : 12-20%
- Lemak : 20-30%
b. Obat Hipogiklemik Oral (OHO)
- Sulfonilurea : obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
Menstimulasipenglepasan insulin yang tersimpan
Menurunkan ambang sekresi insulin
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa
- Biguanid : menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di
bawah normal
- Inhibitor glukosidase : menghambat kerja enzim glukosidase
di dalam saluran cerna; sehingga menurunkan penyerapan glukosa
dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial
- Insulin sensiting agent : Thoazahdine diones meningkatkan
sensivitas insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi
insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia, tetapi obat ini belum
beredar di Indonesia.
- Insulin :
Indikasi gangguan :
1. DM dengan berat badan menurun dengan cepat
2. Ketoasidosis asidosis laktat dengan koma hiperosmolar
3. DM yang mengalami stresberat (infeksi sistemik, operasi barat
dll)
4. DM dengan kehamilan atau DM gastasional yang tidak
terkendali dalam pola makan.
5. DM tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dengan dosis maksimal (kontradiksi dengan obat tersebut).
Insulin oral/sutikan dimulai dari dosis rendah, lalu dinaikkan
perlahan, sedikit demi sedikit sesuai dengan hasil pemeriksaan
gula darah pasien.
c. Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju
metabolisme istirahat, dapat menurunkan BB, stres dan menyegarkan
tubuh.
Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah,
dan hindari latihan dalam udara yang sangat panas/dingin, serta saat
pengendalian metabolik buruk.
d. Pemantauan
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
e. Terapi (jika diperlukan)
f. Pendidikan
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Tn. Ms
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Tidak dikaji
Suku/Bangsa : Tidak dikaji
Status Perkawinan : Tidak dikaji
Pendidikan : Tidak dikaji
Pekerjaan : Tidak dikaji
Penghasilan : Tidak dikaji
Alamat : Tidak dikaji
Tanggal masuk RS :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak dikaji
Umur : Tidak dikaji
Jenis kelamin : Tidak dikaji
Agama : Tidak dikaji
Suku/Bangsa : Tidak dikaji
Kawin/Belum : Tidak dikaji
Pendidikan : Tidak dikaji
Pekerjaan : Tidak dikaji
Penghasilan : Tidak dikaji
Hubungan : Tidak dikaji

2. Riwayat Kesehatan/Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : Klien mengeluh luka pada telapak
kaki kanan
b. Riwayat keluhan utama
Alasan masuk rumah sakit : Pasien masuk rumah sakit karena
tertusuk tulang ikan sejak 2 bulan yang lalu. Semakin hari luka di
kaki klien semakin melebar dan berbau busuk. Klien mengatakan
dirinya terus merasa lemah karena tiap malam tidurnya terganggu
karena sering terbangun kencing. Klien mengatakan dirinya sering
merasa haus dan lapar.
c. Riwayat kesehatan masa lalu : Tidak dikaji
d. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak dikaji
3. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran umum
Kesadaran : Tidak dikaji
GCS : Tidak dikaji
Klien tampak : Sakit
BB : Tidak dikaji
TB : Tidak dikaji
2) Tanda tanda vital
Nadi : Tidak dikaji
ND : Tidak dikaji
RR : Tidak dikaji
S : Tidak dikaji
3) Pemeriksaan Lab
GDS : 370 mg/dl
4) Kulit
Warna kulit : Tidak dikaji
Kelembaban : Tidak dikaji
Turgor kulit : Tidak dikaji
Ada atau tidaknya udem : Tidak dikaji
5) Kepala / rambut
Inspeksi : Tidak dikaji
Palpasi : Tidak dikaji
6) Mata
Fungsi penglihatan : Tidak dikaji
Ukuran Pupil : Tidak dikaji
Konjungtiva : Tidak dikaji
Lensa / iris : Tidak dikaji
Odema palpebra : Tidak dikaji
7) Telinga
Fungsi pendengaran : Tidak dikaji
Kebersihan : Tidak dikaji
Daun telinga : Tidak dikaji
Fungsi keseimbangan : Tidak dikaji
Sekret : Tidak dikaji
Mastoid : Tidak dikaji
8) Hidung dan sinus
Inspeksi : Tidak dikaji
Fungsi penciuaman : Tidak dikaji
Pembengkakan : Tidak dikaji
Kebersihan : Tidak dikaji
Pendarahan : Tidak dikaji
Sekret : Tidak dikaji
9) Mulut dan tenggorokan :
Membran mukosa : Tidak dikaji
Keadaan gigi : Tidak dikaji
Kebersihan mulut : Tidak dikaji
Tanda radang ( bibir, gusi, lidah )
Trismus : Tidak dikaji
Kesulitan menelan : Tidak dikaji
10) Leher
Trakea : Tidak dikaji
Kartoid bruid : Tidak dikaji
JVP : Tidak dikaji
Kelenjar limfe : Tidak dikaji
Kelenjar tiroid : Tidak dikaji
Kaku kuduk : Tidak dikaji
11) Thorak dan paru
Inspeksi : Tidak dikaji
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji
12) Jantung
Inspeksi : Tidak dikaji
Palpasi : Tidak dikaji
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji
13) Abdomen
Inspeksi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji
Perkusi : Tidak dikaji
Palpasi : Tidak dikaji
14) Genetalia : Tidak dikaji
15) Rektal : Tidak dikaji
16) Ekstremitas :Tidak dikaji
17) Vaskuler perifer : Tidak dikaji
Capilary reffile : Tidak dikaji
Clubbing : Tidak dikaji
Perubahan warna : Tidak dikaji
18) Neurologis
Status mental/ GCS : Tidak dikaji
Motorik : Tidak dikaji
Sensorik : Tidak dikaji
Tanda rangsangan meningeal : Tidak dikaji
Saraf kranial : Tidak dikaji
Reflek pisiologis : Tidak dikaji
Reflek ptologis : Tidak dikaji

B. Analisa Data
1) Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
Tn.Ms usia 60 tahun GDS : 370 mg/dl
mengeluh luka pada telapak
kaki kanan.
Tn.Ms tertusuk tulang ikan
sejak 2 bulan yang lalu
Semakin hari luka di
kakisemakin melebar dan
berbau busuk.
Klien merasa lemahkarena
tiap malam tidurnya
terganggu karena sering
terbangun kencing.
Berat badan semakin hari
semakin merosot
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS : Defisiensi insulin
Gangguan Eliminasi
Klien merasa Urine
Gula dalam darah
lemah karena
tidak dapat
tiap malam dibawa masuk ke
dalam sel
tidurnya
terganggu Hiperglikemia

karena sering Glukosuria


terbangun
Kompensasi klien
kencing. menjadi banyak
minum

DO : Merespon
Hipotalamus
GDS : 370
merangsang ADH
mg/dl dan Aldosteron di
ginjal

ADH hanya
mampu meretensi
air selama 3-5
hari

Pembentukan
urin tidak
terkontrol

Cepat terjadi
pemenuhan di
vesika urinaria

Rangsangan
berkemih
meningkat

Poliuria

Gangguan
Eliminasi Urin
3 DS : Ketidakseimbangan
Defisiensi insulin
Berat badan Nutrisi Kurang dari
semakin hari Gula dalam darah Kebutuhan Tubuh
tidak dapat
semakin
dibawa masuk ke
merosot dalam sel

DO :
Hiperglikemia
GDS : 370
Glukosuria
mg/dl
Kehilangan Kalori

Sel kekurangan
bahan untuk
metabolisme

Merangsang
hipotalamus

Pusat lapar
dan haus

Polidipsi
polifagi

Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
2 DS : Kerusakan Integritas
Defisiensi Insulin
Tn.Ms usia 60 Jaringan
tahun mengeluh Glukosa tidak
mampu masuk ke
luka pada jarigan
telapak kaki
Glukosa
kanan terakumulasi di
ekstrasel
Tn.Ms. tertusuk
tulang ikan Meningkatkan
Kekentalan darah
sejak 2 bulan
yang lalu Terjadi
penurunan
Semakin hari sirkulasi
luka di kaki darahke perifer

semakin
Jaringan perifer
melebar dan kekurangan
suplay O2 dan
berbau busuk Nutrisi

Metabolisme sel
DO : saraf menurun

Terjadi kerusakan
pada fungsi saraf
perifer

Neuropati sensori
perifer

Klien tidak
merasa sakit

Nekrosis Luka

Gangrene

Kerusakan
Integritas Jaringan
C. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Eliminasi Urine
Domain :3. Eliminasi dan Pertukaran
Kelas :1. Fungsi Urinarius
2) Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Domain : 2. Nutrisi
Kelas : 1. Ingesti
3) Kerusakan Integritas Jaringan
Domain : 11. Keamanan/Kenyamanan
Kelas : 2. Cedera Fisik
D. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
1 Gangguan Eliminasi Urine NOC Observasi Observasi
(00016) 1. Urinary elimination 1. Pantau eliminasi, meliputi 1. Melihat adanya
Domain : 3. Eliminasidan 2. Urinary contiunence frekuensi, konsistensi, perubahan pada warna,
Pertukaran Setelah dilakukan bau, volume, dan warna bau, volume dan
Kelas : 1. Fungsi Urinarius intervensi keperawatan 2. Lakukan penilaian kemih konsistensi urine
Definisi : selama x24 jam yang komprehensif 2. Untuk memantau
Disfungsi eliminasi urine 1. Kandung kemih kosong berfokus pada jumlah urin yang
Batasan Karakteristik : secara penuh inkontinensia (misalnya keluar dan pola
DS : 2. Tidak ada residu urine output urin, pola berkemih
Klien merasa lemah karena >100-200 cc berkemih, masalah 3. Untuk membandingkan
tiap malam tidurnya 3. Intake cairan dalam kencing praeksisten) asupan nutrisi yang
terganggu karena sering rentang normal 3. Pantau asupan dan masuk dan jumlah
terbangun kencing. 4. Bebas dari Infeksi keluaran keluaran urin
DO : saluran kemih 4. Pantau tingkat distensi 4. Meraba dan mengetuk
GDS : 370 mg/dl kandung kemih dengan untuk memastikan
palpasi atau perkusi terhadap distensi di
Mandiri area kandung kemih
5. Memasang kateter kemih Mandiri
yang sesuai dengan 5. Dengan memasang
kebutuhan Kateter dapat
6. Instruksikan pasien untuk membaantu proses
merespon segera terhadap pengeluaran urin
kebutuhan eliminasi Mandiri
7. Anjurkan pasien untuk 6. Untuk merespon
minum 200 ml cairan segera jika ingin buang
pada saat makan air kecil
Health edukasi 7. Minum air yang
8. Instruksikan kepada banyak dapat
pasien dan keluarga untuk merangsang keluaran
menghindari konstipasi urin yang keluar dalam
atau impaksi tinja jumlah banyak
Kolaborasi Health edukasi
9. Rujuk ke dokter jika 8. Memberikan informasi
terdapat tanda dan gejala pada pasien dan
infeksi saluran kemih. keluarga untuk
10. Kolaborasikan dengan menghindari makanan
dokter tentang pemberian yang bisa
obat untuk mengurangi menimbulkan
poliuria (ADH) konstipasi. Karena
dapat juga
menyebabkan
pengeluaran urin
terhambat
Kolaborasi
9. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemeriksaan jika
terdapat tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih, agar dapat
merencanakan
tindakan keperawatan
selanjutnya
10. Agar pengeluaran
urine dapat kembali
normal
2 Ketidakseimbangan Nutrisi NOC : Observasi Observasi
Kurang dari Kebutuhan 1. Status nutrisi : 1. Kaji adanya alergi 1. Untuk memastikan
Tubuh (00002) makanan dan cairan makanan pasien apakah ada
Domain : 2. Nutrisi 2. Status Gizi : nutrisi 2. Observasi makanan riwayat alergi
Kelas : 1. Ingesti cairan kesukaan pasien makanan
Definisi : 3. Kontrol Berat 3. Kaji kemampuan pasien 2. Memberikan nutrisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk mendapatkan nutrisi yang sesuai di
untuk memenuhi kebutuhan Setelah dilakukan yang di butuhkan butuhkan oleh pasien
metabolic. intervensi keperawatan 4. Monitor jumlah nutrisi 3. Makanan kesukaan
selama x24 jam dan kandungan kalori pasien dapat
Batasan Karakteristik : 1. Adanya peningkatan 5. Monitor adanya meningkatkan asupan
DS : berat badan sesuai penurunan berat badan nutrisi agar
Berat badan semakin hari dengan tujuan Mandiri kebutuhan nutrisi
semakin merosot 2. Berat badan ideal 6. Membuat perencanaan 4. Agar nutrisi dan
DO : sesuai dengan tinggi makan dengan pasien kalori yang masuk
GDS : 370 mg/dl badan 7. Menawarkan makanan dalam keadaan
3. Mampu porsi besar di siang hari seimbang
mengidentifikasi pada saat nafsu makan 5. Melakukan
kebutuhan nutrisi tinggi Penimbangan berat
4. Tidak ada tanda-tanda 8. Menciptakan lingkungan badan yang tepat
malnutrisi makan yang dapat mendeteksi
5. Menunjukkan menyenangkan kehilangan cairan
peningkatan fungsi HE Mandiri
pengecapan dari 9. Merujuk ke dokter untuk 6. Perencanaan
menenan menentukan penyebab makanan berguna
6. Tidak terjadi gangguan nutrisi agar pola makanan
penurunaan berat 10. Memberikan informasi pasien terencana dan
badan yang berarti yang tepat tentang terjadwal
kebutuhan nutrisi 7. Agar pasien bisa
Kolaborasi memenuhi kebutuhan
11. Kolaborasi dengan ahli nutrisinya dengan
gizi untuk menentukan baik
jumlah kalori dan nutrisi 8. Lingkungan yang
yang di butuhkan pasien menyenangkan dapat
12. Kolaborasi dengan dokter menambah nafsu
untuk pemberian insulin makan pasien
HE
9. Mengetahui
penyebab gangguan
nutrisi yang terjadi
10. Agar pasien dapat
memenuhi kebutuhan
nutrisinya dengan
makanan yang
berigizi
Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan
ahli gizi dapat
menetukan makanan-
makanan yang tepat
bagi pasien agar
kebutuhan nutrisi
dalam tubuh
12. Untuk meningkatkan
kadar insulin dalam
darah
3 Kerusakan Integritas NOC Observasi Observasi
Jaringan (00044) 1. Tissue integrity : skin 1. Monitor tanda tanda vital ; 1. Untuk melihat apakah
Domain : 11. and mucous suhu, tekanan darah, TTV pasien normal
Keamanan/Kenyamanan 2. Wound healing : denyut nadi, pernapasan atau tidak
Kelas : 2. Cedera Fisik primary and secondary 2. Observasi luka ; lokasi, 2. Untuk melihat lokasi
Definisi : intention. dimensi, kedalaman luka, luka, kedalaman lukan
Kerusakan jaringan membran jaringan nakrotik, taanda dan tanda tanda infeksi
mukosa , kornea, integumen, Kriteria Hasil : tanda infeksi lokal Mandiri
atau subkutan. Setelah dilakukan Mandiri 3. Untuk menjaga
Batasan Karakteristik : intervensi keperawatan 3. Oleskan lotion atau kelembaban kulit,
DS : selama x 24 jam minyak/baby oil pada dimana kulit semakin
Tn.Ms usia 60 tahun 1. Perfusi jaringan normal daerah tepi luka lembab maka semakin
mengeluh luka pada 2. Tidak ada tanda tanda 4. Cegah terjadinya baik
telapak kaki kanan infeksi kontaminasi feses dan urin 4. Untuk mencegah
Tn.Ms. tertusuk tulang ikan 3. Ketebalan dan tekstur 5. Lakukan teknik perawatan terjadinya infeksi yang
sejak 2 bulan yang lalu jaringan normal luka dengan steril semakin memperparah
Semakin hari luka di kaki 4. Menunjukan 6. Berikan posisi yang luka
pemahaman dalam mengurangi tekanan pada 5. Untuk menjaga
semakin melebar dan proses perbaikan kulit luka kontaminasi bakteri
berbau busuk dan mencegah Health edukasi yang berlebih
terjadinya cedera 7. Ajarkan keluarga tentang 6. Untuk menguragi
DO : 5. Menunjukan terjadinya luka dan perawatan luka resiko terjadinya kalus
proses penyembuhan 8. Jaga kulit agar tetap bersih ( kulit tebal ) disekitar
luka dan kering luka. Dimana tersebut
Kolaborasi dapat menghambat
9. Kolaborasikan pemberian proses pembentukan
antibiotik luka.
Health Eduacation
7. Agar keluarga dapat
melakukan perawatan
luka dengan sendirinya
dirumah
8. Mencegah terjadi
kontaminasi bakteri
dan untuk kulit lembab
semakin lembab
semakin baik
Kolaborasi
9. Untuk mencegah
terjadinya infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 12.
Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Imaculata, m. (n.d.). PENGARUH PERAWATAN LUKA TEKNIK BALUTAN


WET-DRY DAN MOIST WOUND HEALING DENGAN HYDROCOLOID
DRESSING PADA PENYEMBUHAN ULKUS DIABETIK.

Kalani, M., & dkk. (2002). Hyperbaric oxygen (HBO) therapy in treatment of
diabetic foot ulcers .

Nurarif, Amin huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : MediaAction

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT


Alumni

Pasaribu, F. 2012. Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
L) Terhadap Glukosa Darah

Wijaya, Andra Saferi. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta :


Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai