NIM : 90400114121
KELAS : AKUNTANSI C
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai
berikut:
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Program Tax Amnesty ini sangat berguna bagi negara karena dengan
diberlakukannya program tersebut akan meningkatkan penerimaan negara.
Penelitian ini diharapkan kepada wajib pajak orang pribadi agar dapat
menentukan keputusan mengenai keikutsertaan dalam program Tax Amnesty
dengan kesadaran pentingnya membayar pajak, mengetahui pengetahuan
perpajakan dan benefit Tax Amnesty tersebut.
II. TINJAUAN TEORETIS
Hambatan yang mungkin timbul pada saat berperilaku dapat berasal dari dalam diri
sendiri maupun dari lingkungan. Secara berurutan, behavioral beliefs menghasilkan
sikap terhadap perilaku positif atau negatif (attitude), control beliefs menghasilkan
perilaku yang ditampilkan (perceived behavioral control), normative beliefs
menghasilkan norma subyektif (subjective norm) (Ajzen, 1991).
C. Pengetahuan Perpajakan
D. Sanksi Pajak
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang
melanggar peraturan (Ngadiman dan Huslin, 2015). Sanksi pajak merupakan jaminan
bahwa ketentuan peraturan perundangan-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah
agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2009; dalam Rahayu,
2017). Setiap jenis pelanggaran pajak dimulai dari tingkatannya paling kecil sampai
yang paling berat sudah tersedia ancaman sanksinya.
Menurut Nugroho (2006); dalam Susmita dan Supadmi (2016) sanksi perpajakan
yang diterapkan secara tegas oleh pemerintah akan membuat wajib pajak patuh karena
mereka sadar akan adanya hukum perpajakan dan konsekuensi apabila melanggar
hukum tersebut berupa kerugian material. Agar undang-undang dan peraturan tersebut
dipatuhi, maka harus ada sanksi bagi pelanggarnya, demikian halnya untuk hukum
pajak. Peraturan ini tentang sanksi pajak dibuat untuk untuk meminimalisir tindakan
pelanggaran hukum yang dilakukan baik itu wajib maupun fiskas (Rahayu, 2017).
E. Tax Amnesty
Tax Amnesty adalah pengampunan pajak atau adanya penghapusan pajak terutang
dan bebas dari sanksi-sanksi tertentu ( Dewantari et al, 2017). Menurut Gunawan dan
Sukartha (2016) tax amnesty adalah kesempatan terbatas yang diberikan pemerintah
kepada kelompok pembayar pajak tertentu untuk membayar jumlah yang ditetapkan,
sebagai pertukaran atas pengampunan dari kewajiban pajak (termasuk bunga dan
hukuman) yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya, serta kebebasan tuntutan
hukum pidana.
Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya masih rendah, baik untuk
melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) maupun membayar pajak. Kondisi ini pun yang
membuat penerimaan negara menjadi tidak maksimal (Rahayu, 2017). Susmita dan
Supadmi (2016) menjelaskan bahwa, rendahnya tingkat kepatuhan perpajakan
disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang belum memiliki NPWP dan
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
Kesadaran Merupakan hal yang menjadi tumpuan paling utama bagi manusia untuk
melakukan suatu tindakan (Tarjo dan Suwarjono, 2005). Kesadaran wajib pajak orang
pribadi disini dimaksudkan bahwa wajib pajak mengetahui dan memahami bahwa
program Tax Amnesty memberikan banyak manfaat bagi wajib pajak itu sendiri
(Tiraada, 2013).
Pengetahuan perpajakan merupakan suatu hasil tahu dari seseorang yang diperoleh
yang melalui hasil penglihatan dan penginderaan tentang suatu objek yang berhubungan
dengan teknis perpajakan dengan baik (Trisnasari et al, 2017). Penguasaan terhadap
peraturan perpajakan bagi wajib pajak akan meningkatkan kepatuhan kewajiban
perpajakan (Rahayu, 2017).
J. Rerangka Teoretis
adanya permasalahan yang sering terjadi dengan pungutan pajak yakni masih
banyaknya masyarakat yang tidak mau memenuhi kewajiban pajaknya, atau dengan
kata lain masih banyaknya tunggakan pajak. Maka dari itu pemerintah berupaya
meningkatkan minat wajib pajak agar dapat memenuhi kewajiban pajaknya dengan cara
memberlakukan pengampunan pajak atau Tax Amnesty. Sebelum diberlakukannya
pengampunan pajak ini, pemerintah berupaya menyadarkan wajib pajak tentang
pentingnya membayar pajak dan mensosialisasikan pengetahuan perpajakan agar dapat
mengikuti tax amnesty. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelummya,
maka model rerangka teoretis penelitian ini dapat disampaikan dalam gambar di bawah
ini.
Kesadaran WP
(X1) Keputusan WP
mengikuti Tax
Amnesty (Y)
Pengetahuan
Perpajakan(X2)
Sanksi Pajak
K. Hipotesis
Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk wajib pajak, yaitu kerelaan wajib
pajak memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pajak dengan cara
membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlah (Trisnasari et al,
2017). Kesadaran merupakan hal yang menjadi tumpuan utama bagi manusia untuk
melakukan suatu tindakan. Kesadaran wajib pajak disini dimaksudkan bahwa wajib
pajak mengetahui dan memahami bahwa wajib program Tax Amnesty memberikan
banyak manfaat bagi wajib pajak itu sendiri. Ketika masyarakat khususnya wajib pajak
mengetahui dan memahami fungsi, tujuan, dan manfaat Tax Amnesty maka kesadaran
wajib pajak diduga akan mempengaruhi wajib pajak untuk mengikuti Program Tax
Amnesty.
Y= + 1X1 + 2X2 + e
Keterangan:
Y = Keputusan Wajib pajak dalam Mengikuti Tax Amnesty
= Konstanta
X1 = Kesadaran Wajib Pajak
X2 = Pengetahuan Perpajakan
1- 2 = Koefisien regresi berganda
e = error term
e.) Moderated Regression Analysis (MRA)
Untuk menguji variabel moderating, digunakan Uji Interaksi. Uji
interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA)
merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear di mana dalam persamaan
regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel
independen). Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :
Keterangan:
Y = Keputusan Wajib pajak dalam mengikuti Tax Amnesty
= Konstanta
X1 = Kesadaran Wajib Pajak
X2 = Pengetahuan Perpajakan
X3 = Sanksi Pajak
X1X3X2X3 = Interaksi antara Kesadaran Wajib pajak,
Pengetahuan Perpajakan dengan Sanksi Pajak.
1- 5 = Koefisien regresi berganda
e = error term
G. Definisi Operasional
1. Variabel Independen (X)
a) Kesadaran Wajib Pajak (X1)
Kesadaran adalah Keadaan mengetahui, sedangkan perpajakan
adalah perihal pajak sehingga kesadaran wajib pajak adalah keadaan dimana
wajib pajak mengetahui perihal pajak (Jotopurnomo dan Mangoting, 2013).
kesadaran menurut (Tarjo dan Sawarjuno, 2005; dalam Trisnasari et al,
2017; Jotopurnomo dan Mangoting, 2013) adalah rasa rela untuk melakukan
sesuatu yang sebagai kewajiban dalam kehidupan masyarakat. Variabel
Kesadaran wajib pajak dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
skala likert (likert scale) yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju
atau ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu.
Skala ini menggunakan lima angka penilaian yaitu : (1) sangat setuju, (2)
setuju, (3) ragu-ragu atau netral, (4) tidak setuju dan (5) sangat tidak setuju.
Variabel ini terdiri atas beberapa indikator, diantaranya:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Pembiayaan
4) Melaporkan
5) Kewajiban
b) Pengetahuan Perpajakan (X2)
Pengetahuan adalah Hasil tahu manusia terhadap sesuatu, segala
perbuatan manusian suatu objek tertentu yang dapat berwujud barang-
barang baik lewat akal, dapat pula objek yang dipahami manusia berbentuk
ideal, atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan ( Adiatma et al,
2015). Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang dengan tidak mendapatkan jasa timbal yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Mardiasmo, 2009; dalam Rahayu, 2017). Jadi kesimpulannya, pengetahuan
perpajakan adalah kemampuan seorang wajib pajak dalam mengetahui
peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak berdasarkan undang-undang
yang akan mereka bayar maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi
kehidupan mereka (Utomo, 2011; dalam Rahayu, 2017). Variabel
Pengetahuan Perpajakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
skala likert (likert scale) yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju
atau ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu.
Skala ini menggunakan lima angka penilaian yaitu : (1) sangat setuju, (2)
setuju, (3) ragu-ragu atau netral, (4) tidak setuju dan (5) sangat tidak setuju.
1) Ketentuan
2) Fungsi
3) Sistem
4) Kesadaran
5) Keharusan
2. Variabel Moderasi (M)
Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah sanksi pajak. Sanksi
perpajakan diharapkan dapat memberi keyakinan dan kesadaran bahwa Tax
Amnesty ialah program pemerintah yang dapat membantu penerimaan negara dan
memberikan Benefit kepada wajib pajak itu sendiri. Sanksi adalah suatu tindakan
berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar peraturan
(Ngadiman dan Huslin, 2015). Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundangan-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat
pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2009;
dalam Rahayu, 2017). Setiap jenis pelanggaran pajak dimulai dari tingkatannya
paling kecil sampai yang paling berat sudah tersedia ancaman sanksinya. Menurut
Nugroho (2006); dalam Susmita dan Supadmi (2016) sanksi perpajakan yang
diterapkan secara tegas oleh pemerintah akan membuat wajib pajak patuh karena
mereka sadar akan adanya hukum perpajakan dan konsekuensi apabila melanggar
hukum tersebut berupa kerugian material. Agar undang-undang dan peraturan
tersebut dipatuhi, maka harus ada sanksi bagi pelanggarnya, demikian halnya
untuk hukum pajak. Peraturan ini tentang sanksi pajak dibuat untuk untuk
meminimalisir tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan baik itu wajib
maupun fiskas (Rahayu, 2017). Variabel Sanksi Pajak dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan skala likert (likert scale) yang mengukur sikap dengan
menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek atau kejadian
tertentu. Skala ini menggunakan lima angka penilaian yaitu : (1) sangat setuju, (2)
setuju, (3) ragu-ragu atau netral, (4) tidak setuju dan (5) sangat tidak setuju.
Variabel ini terdiri atas beberapa indikator, diantaranya:
1) Administrasi
2) Pidana
3) Ketegasan
4) Paksaan
5) Peraturan
3. Variabel Dependen (Y)
Tax Amnesty adalah pengampunan pajak atau adanya penghapusan pajak
terutang dan bebas dari sanksi-sanksi tertentu ( Dewantari et al, 2017). Menurut
Gunawan dan Sukartha (2016) tax amnesty adalah kesempatan terbatas yang
diberikan pemerintah kepada kelompok pembayar pajak tertentu untuk membayar
jumlah yang ditetapkan, sebagai pertukaran atas pengampunan dari kewajiban
pajak (termasuk bunga dan hukuman) yang berkaitan dengan masa pajak
sebelumnya, serta kebebasan tuntutan hukum pidana. Kebijakan pemerintah di
dalam bidang perpajakan memberikan pengampunan pajak yang seharusnya
terutang dengan membayar uang tebusan dengan jumlah tertentu yang bertujuan
untuk memberikan kesempatan bagi wajib pajak yang selama ini tidak membayar
pajak dengan benar (Rahayu, 2017). Pemberian tax amnesty merupakan upaya
pemerintah menarik dana masyarakat yang selama ini parkir diperbankan negara
lain (Safrian et al, 2016). Variabel Tax Amnesty dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan skala likert (likert scale) yang mengukur sikap dengan
menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subyek, obyek atau kejadian
tertentu. Skala ini menggunakan lima angka penilaian yaitu : (1) sangat setuju, (2)
setuju, (3) ragu-ragu atau netral, (4) tidak setuju dan (5) sangat tidak setuju.
Variabel ini terdiri atas beberapa indikator, diantaranya:
1) Peningkatan
2) Kepatuhan
3) Mendorong
4) Transisi
5) Kewajiban
DAFTAR PUSTAKA
Adiatma, Adetya Erlian., Siti Ragil Handayani, dan Kadarisman Hidayat. 2015.
Pengaruh Edukasi, Sosialisasi, dan Himbauan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (Studi Pada Wajib
Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Malang Utara). Jurnal Perpajakan (JEJAK), 8(1): 1-8.
Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human
Decision Processes, 50: 179-211.
Bagiada, I Made dan I Made Darmayasa. 2016. Tax Amnesty Upaya Membangun
Kepatuhan Sukarela. Simposium Nasional Akuntansi Vokasi V: 1-24.
Dewantari, Desak Putu Ayu Diah., Gde Emi Sulindawati, dan Anantawikrama Tungga
Atmajaya. 2017. Implikasi dan Evaluasi Program Pengampunan Pajak (Tax
Amnesty) Pada Tingkat Penerimaan Pajak Pada Wilayah Kerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Singaraja. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan
Ganesha, 7(1).
Gunawan, Andri dan I Made Sukartha. 2016. Pengaruh Persepsi Tax Amnesty,
Pertumbuhan Ekonomi dan Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal
Pajak Pada Penerimaan Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 17(3):
2036-2060.
Hardiningsih, Pancawati. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar
pajak. Jurnal, 3(1).
Herryanto, Marisa dan Agus Arianto Toly. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan Di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Tax & Accounting
Review, 1(1): 124-135.
Ipek, Selcuk dkk. 2012. Considerations of taxpayers according to situation of benefiting
from tax amnesty; An Empirical Research. International Journal of Business
and Social Science, 3(13).
Jogiyanto, H.M. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Tax & Accounting Review,
2(8).
Jotopurnomo, Cindy dan Yenni Mangoting. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak
Berada Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Surabaya. TAX &
ACCOUNTING REVIEW, 1(1): 49-54.
Kesuma, Agus Iwan. 2016. Pengampunan pajak (Tax Amnesty) Sebagai Upaya
Optimalisasi Fungsi Pajak. Jurnal Ekonomi Keuangan dan Manajemen, 12(2):
270-280.
Ngadiman dan Daniel Huslin. 2015. Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi, 19(2): 225-241.
Permadi, Tedi., Azwir Nasir, dan Yuneita Anisma. 2013. Studi Kemauan Membayar
Pajak Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas
(Kasus Pada KPP Pratama Tampan Pekanbaru). JURNAL EKONOMI, 21(2): 1-
18.
Putri. Christella Pradista Riyana. 2015. Analisis Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Pengetahuan Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan dan Pelayanan Fiskus terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Hotel Melati Di Kota Yogyakarta. Jurnal Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Rahayu, Nurulita. 2017. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Ketegasan Sanksi Pajak,
dan Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Akuntansi Dewantara,
1(1): 15-30.
Safrina, Noor., Akhmad Soehartono, dan Muhammad Noer. 2016. Analisis Penerapan
Amnesty Pajak Terhadap Praktik Akuntansi Dalam Rangka Peningkatan
Penerimaan Negara. Prosiding Seminar Nasional ASBIS:234-248.
Susmita, Putu Rara dan Ni Luh Supadmi. 2016. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi
Perpajakan, Biaya Kepatuhan Pajak, dan Penerapan E-Filling pada Kepatuhan
Wajib Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(2): 1239-1269.
Tarjo dan Suwarjuwono Tjiptohadi. 2005. Kepercayaan wajib pajak terhadap Fiskus,
kesadaran wajib pajak terhadap pentingnya membayar pajak, rekayasa
akuntansi dan kepatuhan wajib pajak. Jurnal Manajemen, Akuntansi dan
Bisnis, 3(2).
Tiraada, Tryana A.M. 2013. Kesadaran perpajakan, sanksi pajak, sikap fiskus terhadap
kepatuhan WPOP diKabupaten Minahasa Selatan. Jurnal.
Trisnasari, Ayu Tut Sukma., Edy Sujana, dan Nyoman Trisna Herawati. 2017. Pengaruh
kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan dan Pengetahuan Perpajakan
Terhadap Kemauan Wajib Pajak Dalam mengikuti Program Tax Amnesty
(Studi Kasus pada wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Singaraja). E-
Jurnal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 7(1).
Ulfa, Istika Herliana. 2015. Pengaruh kesadarn, pengetahuan perpajakan dan sikap
wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pekerjaan bebas di Kpp pratama
semarang timur. Jurnal Akuntansi.
Utami, Cindy Dwi, S.E. dan Sony Devano, S.E., M.Ak, A.k. 2016. Pengaruh Persepsi
wajib pajak atas penerapan penghapusan sanksi admnistrasi tahun 2015
terhadap niat kepatuhan perpajakan. Simposium Nasional Akuntansi XIX: 1-26.