Anda di halaman 1dari 27

TUGAS SISTEM MANAJEMEN K3 DAN OHSAS 18001

METODE IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN


RISIKO

Intan Safitri
R0215050
Kelas B

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu kegiatan industri tidak pernah terlepas dari potensi risiko
kecelakaan. Betapapun kecilnya suatu kecelakaan akan berdampak besar bagi
suatu perusahaan maupun masyarakat sosial. Secara garis besar penyebab
kecelakaan kerja disebebkan oleh faktor-faktor, yaitu tindakan orang yang tidak
mematuhi keselamatan kerja (unsafe action) dan keadaan-keadaan lingkungan
atau proses dan sistem yang tidak aman (unsafe condition)
Riset yang dilakukan International Labor Organization (ILO) atau
Organisasi Perburuhan Internasional di bawah PBB menghasilkan kesimpulan,
setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15
detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan
dengan pekerjaan mereka. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah
menewaskan 350.000 orang. Di Indonesia sendiri terdapat 20 korban yang fatal
akibat kecelakaan kerja dari setiap 100.000 tenaga kerja. Sisanya meninggal
karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia
beracun. (ILO dalam Suardi, 2005).
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan adanya penerapan Sistem
Manajemen K3 (SMK3) sebagai upaya peningkatan keselamatan dan kesehatan
kerja. Salah satu poin di dalam SMK3 yaitu adanya manajemen risiko yang
didalamnya terdapat proses identifikasi bahaya yang dilakukan terhadap jenis
pekerjaan, keberadaan dari peralatan dan keberadaan pekerja sebagai operator.
Bahaya (hazard) adalah suatu sumber, situasi atau tindakan yang borpotensi
menciderai manusia atau kondisi kelainan fisik atau mental yang terindentifiksi
berasal dari situasi yang terkait pekerjaan (OHSAS 18001:2007). Risiko (risk)
merupakan kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau
keparahan suatu cidera yang disebabkan oleh kejadian tersebut (OHSAS
18001:2007).
ILO (2013) menyatakan identifikasi bahaya merupakan tahapan yang
dapat memberikan informasi secara menyeluruh dan mendetail mengenai risiko
yang ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari yang paling ringan
sampai dengan yang paling berat. Tujuan dari identifikasi bahaya yaitu untuk
menjamin bahwa proses produksi bisa berjalan secara terus-menerus dengan
melindungi pekerja, peralatan dan lingkungan dari terjadinya kecelakaan kerja
sehingga diharapkan dapat meminimalkan kecelakaan yang terjadi sehingga
dapat dicapai tingkat kecelakaan dengan mendekati 0 (zero accident). Berbagai
macam teknik identifikasi telah dikembangkan di era globalisasi ini, misalnya
HAZOPS (Hazard and Operability Study), Fault Tree Analysis, What If
Analysis, Job Safety Analysis dan beberpa merode lainnya yang akan dijelaskan
lebih lanjut oleh penulis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja teknik-teknik dalam mengidentifikasi bahaya?


2. Bagaiamana implementasi teknik identifikasi bahaya dalam kasus kecelakaan
kerja ?

C. Manfaat

1. Dapat mengetahui teknik-teknik dalam mengidentifikasi bahaya


2. Dapat mengetahui implementasi teknik identifikasi bahaya dalam kasus
kecelakaan kerja
BAB II
ISI

A. Metode Identifikasi Bahaya


Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi
bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik
bahaya, kita dapat lebih berhati-hati, waspada dan melakukan langkah-langkah
pengamanan agar tidak tejadi kecelakaanm, namun tidak semua bahaya dapat
dikenali dengan mudah (Soehatman Ramli, 2010)
Organisasi harus menetapkan metoda identifiksi bahaya yang akan
dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara lain:
Lingkup identifikasi bahaya yang dilakukan, misalnya meliputi seluruh
bagian, proses atau peralatan kerja atau aspek K3 seperti bahaya kebakarran,
penyakit akibat kerja, kesehatan, ergonomi, dan lainnya.
Bentuk identifikasi bahaya, misalnya bersifat kulitatif atau kuantitatif
Waktu pelaksanaan identifikasi bahaya, misalnya di awal prroyek, pada saat
operasi, pemeliharaan atau modifikasi sesuai dengan siklus atau daur hidup
organisasi.
Metode identifikasi bahaya harus bersifat proaktif atau prediktif sehingga
diharapkan dapat menjangkau seluruh bahaya baik yang nyata maupun yang
bersifat potensial. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat
diklasifikasikan atas:
1. Tenik/ metoda pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri
secara langsung. Seseorang akan mengetahui adanya bahaya lobang di jalan
setelah tersandung atau terperosok ke dalamnya. Kita tahu ada bahaya listrik
setelah tersengat aliran listrik. Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena
kecelakaan telah terjadi, baru kita mnegenal dan mengambil langkah
pencegahan. Metoda ini sangat rawan, karena, karena tidak semua bahaya
dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat dengan mudah.
Sebagai contoh, di dalam suatu pabrik kimia, terdapat berbagai jenis bahan
dan peralatan. Selama bertahun-tahun di pabrik tersebut tidak pernah terjadi
kecelakaan atau kejadian lainnya. Dalam hal ini, belum tentu bahwa pabrik
tesebut aman dan tidak mengandung bahaya. Jika tidak dilakukan identifikasi
bahaya, mungkin masih terdapat sumber bahaya yang setiap saat dapat
menimbulkan kecelakaan.
2. Teknik / metoda semi proaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita
tidak perlu mengalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik karena tidak perlu
mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya. Namun teknik
ini juga kurang efektif karena;
a. Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak
kejadian kecelakaan.
b. Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain
untuk diambil sebagai pelajaran.
c. Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian,
walaupun menimpan pihak lain.
3. Teknik / metoda proaktif
Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif,
atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau
dampak yang merugikan.
Tindakan proaktif memiliki kelebihan:
a. Bersifat prreventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan
kecelakaan atau cedera
b. Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena
dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya perbaikan
c. Meningkatkan awareness semua pekerja setelah mengetahui dan
mengenal adanya bahaya di sekitar tempat kerjanya, dan
d. Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat
menimbulkan kerugian. Misalnya ada katup yang bocor tanpa diketahui
maka akan terus menerus mengeluarkan bahan/ bocoran sehingga
menimbulkan kerugian.
Terdapat berbagai teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara
lain:
a. Data kejadian
Teknik ini bersifat semi proaktif karena berdasarkan sesuatu yang
telah terjadi. Dari suatu kecelakaan atau kejadian akan diperoleh informasi
penting mengenai adanya suatu bahaya. Dari kejadian tersebut dapat digali
informasi yang lebih mendalam apa saja bahaya yang terdapat di
lingkungan kerja.
Misalnya ada seseorang hampir celaka akibat genangan air di
lantai. Dari kejadian ini dapat digali lebih dalam, kemungkinan adanya
kondisi tidak aman seperti pipa yang bocor, penerangan kurang baik,
rambu-rambu tidak tersedia, dan lainnya.
Berikut ini contoh formulir/dokumen data kejadian:
b. Daftar periksa
Identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan membuat suatu daftar
periksa tempat kerja (Check list ) . Melalui daftar periksa dapat dilakukan
pemeriksaan terhadap seuluruh kondisi di lingkungan kerja seperti mesin,
penerangan, kebersihan, penyimpanan material dan lainnya. Daftar
periksa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, sifat kegiatan
dan jenis bahaya yang dominan.
Berikut ini merupakan contoh dokumen daftar periksa:

c. Brainstorming
Identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan teknik Brainstroming
dalam suatu kelompok atau tim di tempat kerja. Tim ini dapat berasal dari
suatu bidang atau departemen tetapi dapat juga bersifat lintas fungsi.
Dalam pertemuan kelompok ini dibahas kondsi tempat kerja. Setiap
anggota kelompok dapat mengemukakan pendapat atau temuannya
mengenai bahaya yang ada di lingkungan masing-masing.
Metode ini meminta individu-individu yang datang dengan ide dan
pemikiran beragam yang pada awalnya mungkin tampak tidak masuk di
akal. Pada intinya, ide-ide yang beragam tersebut tentunya dapat dibuat
menjadi ide nyata, solusi kreatif, yang digunakan untuk memecahkan
masalah, sementara individu lain dapat memicu ide-ide lainnya.
Pendekatan ini membuat seorang individu keluar dari cara mereka
berpikir normal.
1) Langkah-Langkah Penggunaan Metode Brainstorming
Langkah-langkah penggunaan metode brainstorming adalah sebagai
berikut :
a) Cari lingkungan pertemuan yang nyaman dan persiapkan sebelum sesi
brainstorming dimulai.
b) Tunjuk satu orang untuk merekam ide-ide yang datang dari anggota
kelompok pada setiap sesi. Ide-ide tersebut harus direkam dengan
pencatatan di papan tulis atau di computer yang mana semua orang
harus dapat melihatnya.
c) Jika ada anggota kelompok yang belum terbiasa bekerja sama,
pertimbangkan untuk menggunakan latihan pemanasan yang sesuai.
d) Definisikan masalah yang ingin dipecahkan dengan jelas dan rancang
setiap kriteria yang harus dipenuhi. Buat dengan jelas bahwa tujuan
dari pertemuan ini adalah untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin.
e) Berikan setiap anggota kelompok waktu untuk sendiri pada awal sesi
untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin.
f) Minta orang-orang tersebut untuk memberikan ide-ide mereka dan
memastikan bahwa setiap anggota kelompok memiliki kesempatan
yang adil untuk berkontribusi.
g) Dorong orang untuk mengembangkan ide-ide orang lain atau
menggunakan ide lain untuk membuat ide yang baru.
h) Dorong sikap, antusias, dan rasa kritis di antara anggota kelompok.
Coba untuk memperoleh orang-orang yang berkontribusi penuh dan
dapat mengembangkan ide termasuk anggota yang pendiam dari
kelompok.
i) Pastikan bahwa tidak ada yang mengkritik atau mengevaluasi ide
selama sesi berlangsung. Kritik memperkenalkan unsur risiko bagi
anggota kelompok ketika mengajukan ide yang dapat menghambat
kreativitas dan melumpuhkan kebebasan menyatakan pendapat.
j) Biarkan orang menikmati dan senang dengan brainstorming. Dorong
mereka untuk datang dengan ide sebanyak mungkin baik itu dari
orang yang memiliki pemikiran kaku sampai dengan orang yang
memiliki pemikiran tidak kaku.
k) Pastikan bahwa tidak ada pemikiran yang diikuti terlalu lama selama
sesi berlangsung agar dapat menghasilkan banyak ide yang berbeda
dan mengeksplorasi ide-ide individual secara rinci.
l) Dalam sesi yang lama, luangkan waktu untuk beristirahat sehingga
setiap anggota kelompok dapat tetap berkonsentrasi.
2) Kelebihan dan Kekurangan dari Metode Brainstorming
Kelebihan Kekurangan
Membangkitkan pendatang baru Mudah terlepas dari kontrol
dalam kelompok pemecahan
masalah
Merangsang semua individu Harus dilanjutkan dengan
dalam kelompok untuk ambil evaluasi yang efektif
bagian
Menghasilkan reaksi rantai Mungkin sulit untuk
dalam pendapat memberitahu setiap individu
unutk menerima setiap
pendapat
Tidak menyita banyak waktu Individu cenderung untuk
mengadakan evaluasi segera
setelah pendapat dilanjutkan
Metode ini dapat digunakan
untuk kelompok besar maupun
kelompok kecil
Metode ini tidak memerlukan
pimpinan yang terlalu hebat
Metode ini hanya memerlukan
sedikit peralatan
Berikut ini merupakan contoh dokumen Brainstorming

d. What If Analysis
Teknik what if merupakan teknik identifikasi yang bersifat proaktif
dengan menggunakan kata bantu What If . Metoda SWIFT merupakan
metode identifikasi bahaya yang memperkirakan bahaya yang timbul
dengan kreativitas dan kemampuan analisis peneliti untuk
mengembangkan dan mempersiapkan daftar periksa yang dapat
mengungkapkan kemungkinan bahaya yang terkandung dalam unit proses.
Metode ini bersifat fleksibel, dan dapat dimodifikasi sesuai dengan setiap
aplikasi individu serta ruang lingkup analisisnya sangat luas, sehingga
hasil dari metode ini dapat lebih efisien dan efektif dalam mengidentifikasi
bahaya.
Sebagai contoh:
What If....jika pompa tiba-tiba mati.
What If... jika alat pengaman tidak berfungsi
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam melakukan metoda SWIFT
adalah:
1) Menentukan sistem yang akan diamati.
2) Mengidentifikasi potensi bahaya yang mungkin terjadi di stasiun kerja
menggunakan kata kunci checklist.
3) Membuat laporan kerja SWIFT stasiun kerja
Berikut ini merupakan conoth dokumen what if analysis:

e. Hazops (Hazards and Operability Study)


Merupakan teknik identifikasi bahaya yang sangat komprehensif
dan terstruktur. Digunakan untuk mengidentifikasi suatu proses atau unit
operasi baik pada tahap rancang bangun, kontruksi, operasi maupun
modifikasi. Hazops dilakukan dalam bentuk tim menggunakan kata bantu
(guide word) yang dikombinasikan dengan parameter yang ada dalam
proses seperti level, suhu, tekanan, aliran, dan lainnya. Kata bantu yang
digunakan antara lain More, No, Low, Less, High, dan lainnya.
Langkah-Langkah Penggunaan Metode HAZOP
1) Tentukan proses yang ingin dikaji dan jelaskan prosesnya.
2) Pilih satu bagian Simpul Studi (Node).
3) Pilih PARAMETER yang memberikan karakter intensi rancangan
dari NODE yang dipilih (misalnya: Flow, Pressure, Temperature, dll).
4) Pilih Kata Pandu (GUIDE WORD) yang meng-kualifikasikan
Parameter yang telah ditentukan (misalnya: No, More, Less, dll).
5) Gabungkan Kata Pandu dengan Parameter untuk membentuk
penyimpangan intensi rancangan (misalnya: No Flow).
6) Identifikasi sebab-sebab yang kredibel.
7) Nilai konsekuensinya.
8) Catat pengaman (safeguards) yang ada.
9) Urutkan tingkat keparahan dari akibat yang terburuk.
10) Urutkan kemungkinan kejadian dengan akibat terburuk berdasarkan
sebab-sebab dan pengaman yang ada.
11) Rekomendasikan perbaikan, tentukan kapan perbaikan tersebut akan
dilaksanakan.
12) Cek apakah kata pandu lainnya sesuai. Jika Ya, maka ulangi dari
proses nomor 4. Jika Tidak, cek parameter lainnya.
13) Parameter lainnya dilakukan pengecekan sesuai atau tidak. Jika Ya,
maka ulangi dari proses nomor 3. Jika Tidak, cek Node lainnya.
14) Node lainnya dilakukan pengecekan sesuai atau tidak. Jika Ya, maka
ulangi dari proses nomor 2. Jika Tidak, Studi Selesai.
Kelebihan dan Kekurangan dari Metode HAZOP
Kelebihan Kekurangan
Mudah dipelajari Pelaksanaannya dapat
memakan waktu yang lama
Sistematis, logis, menunjang untuk Sangat bergantung pada waktu
memperoleh hasil yang teliti dan pengalaman teknis anggota
team
Dapat digunakan untuk Memerlukan prosedur HAZOP
mengidentifikasi dan menganalisa yang baik agar dapat berjalan
bahaya dan massalah keoperasian secara konsisten
Masukan-masukan dari anggota
team yang efisien akan memperkaya
pengalaman anggota team lainnya
Mudah diadaptasikan pada beragam
jenis dan proses operasi

Berikut ini merupakan contoh dokumen HAZOP


f. Efek (Failure Mode and Effect Analysis)
FMEA Merupakan suatu teknik identifikasi bahaya yang
digunakan pada peralatan atau sistem. Teknik mengidentifikasi apa saja
kemungkinan kegagalan yang dapat terjadi serta dampak yang mungkin
ditimbulkannya. Dengan demikian dapat dilakukan upaya pengendalian
dan pengamanan yang tepat.
Berikut ini merupakan contoh dokumen FMEA

g. Task Analysis
Analisa pekerjaan digunakan untuk mengidentifikasi bahaya yang
berkaitan dengan pekerjaan atau suatu tugas. Pada dasarnya berbagai
teknik atau metoda identifikasi bahaya tersebut ditujukan untuk aspek
manusia, proses, peralatan, dan prosedur. Untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko yang berkaitan dengan keempat aspek tersebut dapat
dilakukan dengan teknik tertentu antara lain :
Aspek Manusia
Identifikasi Bahaya yang berkaitan dengan manusia dapat
dlilakukan dengan teknik Job Safety Analysis (JSA) atau Task Risk
Analysis.
Proses
Untuk mengidentifikasi bahaya berkaitan dengan proses
seperti pada industry kimia atau perminyakan dapat dilakukan
dengan berbagai pilihan metoda seperti Hazops, What If atau FTA
(Fault Tree Analysis).
Peralatan
Potensi bahaya pada peralatan dapat diakukan dengan teknik
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis).
Prosedur atau kesisteman
Untuk menganalisa prosedur atau sistem manajemen dapat
dilakukan dengan teknik What if atau PHA (Preliminary Hazards
Analysis).
Tabel task analysis
Jenis pekerjaan Bahaya dan Skenario Konsekuensi/
risiko kegiatan dampak

h. Event Tree Analysis


Adalah teknik analisis untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
urutanperistiwa dalam skenario kecelakaan yang potensial. ETA
menggunakan struktur pohon logika visual yang dikenal sebagai pohon
kejadian (ET). Tujuan dari ETA adalah untuk menentukan apakah suatu
kejadian akan berkembang menjadi sebuah kecelakaan serius atau jika
peristiwa tersebut dapat dikendalikan oleh sistem keselamatan dan
prosedur yang diterapkan dalam desain sistem. ETA dapat menghasilkan
berbagai kemungkinan hasil keluaran dari sebuah kejadianawal, dan dapat
memprediksi kemungkinan terjadinya kecelakaan untuk setiap hasil
keluaran.
Proses ETA melibatkan pengguna informasi desain secara rinci
untuk mengembangkan diagram pohon kejadian (ETDs) untuk IE yang
spesifik. Untuk mengembangkan ETD , analisis harus pertama kali
menerapkan skenario kecelakaan, IE dan PE. Setelah ETD dibuat,
frekuensi kegagalan data dapat diterapkan pada failure event dalam
diagram. Umumnya informasi ini diperoleh dari failure events pada FTA.
1) Keuntungan ETA
a) Pendekatan tertruktur dan ketat.
b) Dapat secara efektif dilakukan pada berbagai tingkat desain.
c) Model visual yang menampilkan hubungan sebab akibat.
d) Relatif mudah dipelajari,dilakukan dan diikuti.
e) Menggabungkan perangkat keras, perangkat lunak,lingkungan,
interaksi manusia.
f) Banyak tersedia software ETA.
2) Kerugian ETA:
a) ETA hanya memiliki satu kejadian awal ( IE) oleh karena itu
beberapa ETA akan diperlukan untuk mengevaluasi konsekuensi
dari beberapa kejadian awal.
b) Membutuhkan seorang analisis sudah mendapat pelatihan dan
berpengalaman.
c) Tidak mengidentifikasi IE dengan cepat.
d) Tidak mengidentifikasi semua peristiwa penting yang berkontribusi
(PE).
Berikut merupakan contoh dokumen Event Tree Analysis::

Event Tre Analyisis Of Fire


i. Analisa Pohon Kegaglan (Fault Tree Analysis)
Fault Tree Analysis (FTA) merupakan suatu teknik yang dapat
digunakan untuk memprediksi atau sebagai alat invesitgasi setelah
terjadinya kecelakaan dengan melakukan analisis proses kejadian.
FTA nantinya akan menghasilkan penilaian kuantitatif dari probabilitas
kejadian yang tidak diinginkan. FTA merupakan metode yang paling
efektif dalam menemukan inti permasalahan karena dapat menentukan
bahwa kerugian yang ditimbulkan tidak berasal dari satu kegagalan. FTA
merupakan kerangka berpikir terbalik di mana evaluasi berawal dari
insiden kemudian dikaji penyebabnya.
Konstruksi dari Fault Tree Analysis (FTA) meliputi gerbang logika
(logic gates), biasanya gerbang AND (AND Gates). Hal ini dimulai dari
terjadinya suatu kecelakaan dan dirunut kembali untk mencari penyebab-
penyebab kecelakaan. Maka setiap kecelakaan yang terjadi dapatt
digambarkan kedalam suatu bentuk pohon analisa kegagalan dengan
mentransfer komponen kecelakaan kedalam bentuk simbol (Logic
Transfer Components) dari Fault Trree Analysis. Berikut ini simbol FTA:
Langkah-langkah pembuatan FTA :
1. Menentukan event yang tidak diinginkan yang akan menjadi head event.
2. Menentukan semua event yang dapat menjadi penyebab secara langsung
dari head event
3. Menentukan hubungan antar event penyebab dan head event dengan
menggunakan hubungan AND atau OR
4. Menentukan apakah event-event penyebab tersebut memerlukan analisa
lebih lanjut, jika ya maka kembali ke langkah 2 dan 3
Kelebihan dari metode fault tree analysis adalah :
1) Mudah menjelaskan semua perbedaan interaksi penyebab
untuk menghasilkan kerugian.
2) Penyebab dasar dan logis dalam penyebab kerugian bisa
dimengerti.
3) Dapat membuat tindakan pencegahan yang tepat untuk
mengeliminir penyebab dasar sehingga kerugian yang sama
tidak akan muncul lagi.
4) Dapat menghitung evaluasi kualitatif dan kuantitatif dari
kerugian.
Berikut ini merupakan contoh dokumen dari Fault Tree Analysis
j. Analisa Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis)
Job Safety Analysis (JSA) atau dikenal juga dengan Job Hazard
Analysis merupakan upaya untuk mempelajari/menganalisa dan serta
pencatatan tiap-tiap urutan langkah kerja suatu pekerjaan, dilanjutkan
dengan identifikasi potensi-potensi bahaya di dalamnya kenudian
diselesaikan dengan menentukan upaya terbaik untuk mengurangi
ataupun menghilangkan/mengendalikan bahaya-bahaya pada pekerjaan
yang dianalisa tersebut.
Dengan menyusun/menerbitkan dan mensosialisasikan Job Safety
Analysis pada tenaga kerja merupakan salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja.
1) Langkah-langkah dalam menyusun JSA (Job Safety Analysis) antara
lain :
a) Menentuan Jenis Pekerjaan
Pekerjaan yang memiliki riwayat kecelakaan kerja paling
parah ataupun sering merupakan prioritas utama untuk dianalisa
keselamatannya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan pekerjaan yang akan dianalisa ialah sebagai berikut:
(1) Tingkat keseringan kecelakaan kerja.
(2) Tingkat kecelakaan yang menyebabkan cacat.
(3) Potensi keparahan kecelakaan kerja.
(4) Pekerjaan yang bersifat baru.
(5) Pekerjaan yang memiliki riwayat hampir celaka (nearmiss).
2) Merinci urutan-urutan / langkah-langkah pekerjaan dari awal
dimulai pekerjaan sampai dengan selesainya pekerjaan.
3) Mengidentifikasi bahaya dan potensi kecelakaan kerja terhadap tiap-
tiap urutan kerja yang dilakukan.
4) Menentukan langkah pengendalian terhadap bahaya-bahaya tiap
urutan kerja yang dilakukan.
Berikut ialah contoh JSA (Job Safety Analysis) :

k. Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls) HIRA


DC
Metoda atau teknik identifikasi bahaya yang sering digunakan oleh
perusahaan sebagai pemenuhan terhadap OHSAS 18001 : 2007 yaitu
dengan menggunakan HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment
and Determining Controls). Perusahaan harus membuat, menerapkan dan
memelihara prosedur untuk mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian
risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan. Dalam penerapan
HIRADC, perusahaan wajib melakukan perbaharuan (update) atau
peninjauan kembali apabila terdapat perubahan atau penambahan dalam
kegiatan proses kerja, material, mesin.
Berikut ini adalah contoh dokumen dari HIRA DC:
B. Contoh Implementasi Teknik Identifikasi Bahaya pada Kasus Kecelakaan
Kerja
1. Kasus Kecelakaan Kerja
Berikut ini didapat beberapa berita yang dapat digunakan sebagai
informasi kronologi kecelakaan yang terjadi.
a. Berita 1
KLATEN-Nasib tragis menimpa salah seorang buruh pabrik tekstil
Koesoemananda Putra (KP), Pedan, Klaten, Listiyana Kurniawati, 19,
warga Dukuh dan Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper, Klaten.
Perempuan yang belum genap dua bulan bekerja pada pabrik itu tewas
setelah kain kerudung yang dikenakannya tersambar mesin produksi,
sehingga menjerat leher dan kepalanya terbentur mesin.
Berdasarkan keterangan yang kami terima, kira-kira pukul 03.00
WIB Listiyana diketahui duduk terdiam di dekat mesin. Ketika itu dahi
Listiyana tersandar di mesin dan kerudung yang digunakan terjerat pada
mesin. Tapi lebih jelasnya silakan menemui saudaranya yang mengurus ke
kepolisian, ujar salah seorang kerabatnya yang enggan disebut namanya
ketika ditemui wartawan di kediaman korban, Senin (12/11/2012).
Ditanya apakah saat terjadi kecelakaan korban yang mengalami
luka di jidat dan leher dalam kondisi mengantuk, dia membantah. Sebab
berdasar keterangan dari teman-teman korban, ketika itu dia sedang makan
camilan.
Sementara itu orangtua korban yakni Sukur, 40, dan istrinya
Listiyorini Hanifah, 40, hingga kemarin sore belum bisa dikonfirmasi.
Karena keluarga yang sedang dirundung duka itu sedang rapat keluarga.
Secara terpisah salah seorang Satpam KP, Sriyadi ketika hendak
dikonfirmasi terkait kecelakaan yang menimpa salah satu karyawannya
membenarkannya. Namun dia mempersilakan menemui atasannya yang
berwenang yang sedang melayat ke rumah korban.
Tadi pejabat yang berwenang memberi keterangan soal ini
[kecelakaan] sedang melayat dan sampai sekarang belum kembali lagi ke
pabrik. Kalau ingin keterangan yang lebih komplet silakan menunggu,
terang Sriyadi.
Sedangkan Kapolsek Pedan, AKP Kamiran mewakili Kapolres
Klaten, AKBP Kalingga Rendra Raharja yang dinkonfirmasi soal kasus
tersebut, mempersilakan menanyakan ke Polres Klaten. Sebab insiden itu
ditangani petugas dari Polres Klaten.
Tempat kejadian perkara (TKP)-nya memang di sini [Pedan].
Tetapi penanganan kasus ini diambil alih langsung Polres Klaten. Karena
itu silakan tanya ke Polres [Klaten], papar dia.
Pada bagian lain salah seorang Kadus Ngawonggo, Ali Ngimron
menjelaskan dia mendapat kabar kecelakaan tetangganya kira-kira pukul
06.00 WIB.
b. Berita 2
Klaten Nasib apes menimpa Listiyana Kurniawati (19),
seorang buruh di sebuah pabrik tekstil di Pedan, Klaten. Ia tewas setelah
lehernya tergilas mesin saat bekerja, Senin (12/11).
Korban yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara
pasangan suami istri, Sukur (40) dan Listiyorini Hanifah (40), warga
Dukuh Ngawonggo, Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper, Klaten tersebut
baru tiga bulan bekerja setelah lulus MAN.
Kapolsek Pedan AKP Kamiran mewakili Kapolres Klaten AKBP
Kalingga Rendra Raharja, menolak memberikan keterangan kepada
wartawan mengenai kejadian tersebut. Ia mengaku penanganan sudah
diambilalih oleh Polres Klaten. Silahkan tanya ke Polres saja sana,
katanya singkat.
Sementara itu informasi di Mapolres Klaten menyebutkan,
peristiwa nahas itu bermula ketika korban yang bekerja sebagai operator
mesin di sebuah pabrik tekstil di Pedan, Klaten tersebut berangkat bekerja
pada sift malam sekitar pulul 23.00 WIB.
Selang beberapa jam kemudian, atau sekitar pukul 03.00 WIB,
korban mematikan mesin karena ingin membetulkan benang yang putus
pada mesin tersebut. Namun setelah benang tersambung, korban bergegas
untuk menyalakan kembali mesin tenun yang dioperasikannya itu.
Namun nahas, korban tidak menyadari saat mesin tersebut
menyala, ternyata kain kerudung yang dikenakannya masuk ke dalam
mesin. Akibatnya, kain kerudungnya ikut tertarik ke dalam mesin dan
menjerat leher korban hingga nyawanya tidak tertolong.
Terpisah, Kabid Tenaga Kerja Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Klaten, Giyanta, mengatakan, terjadi
kecelakaan atau tidak, setiap perusahaan harus mengadakan evaluasi
terkait keselamatan atau kecelakaan kerja. Tujuannya tak lain agar
kecelakaan tidak terjadi dan menimpa para pekerja.
Perusahaan harus mengevaluasi apa penyebab kecelakaan yang
menimpa karyawannya, apakah mesin atau kelalaian. Hal itu agar kejadian
serupa tidak terjadi lagi, ujarnya.
2. Hasil Identifikasi Bahaya Menggunakan Fault Tree Analysis (FTA)
a. Identifikasi Penyebab Kecelakaan
1) Penyebab langsung
Leher dan kepala pekerja tergilas mesin dapat terjadi karena
adanya faktor penyebab lanngsung yaitu:
a) Tindakan tidak aman (Unsafe Act)
Tindakan tidak aman pekerja tersebut yaitu melakukan
pekerjaan sambil makan cemilan sehingga ia melakukan
pekerjaannya tidak fokus dan tergesa-gesa, dimana ia terlalu cepat
menyalakan mesin tanpa melihat kondisi di sekitar mesin yaitu
kerudungnya berada sangat dekat dengan mesin yang berputar. Hal
ini menyebabkan korban hingga tewas tergilas mesin.
Selain itu pekerja juga tidak menggunakan APD atau Alat
Pelindung Diri. Seharusnya ia tidak menggunakan kerudung yang
panjang, yakni menggunakan penutup kepala yang sesuai.
b) Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition)
Kondisi tidak aman atau unsafe condition merupakan kondisi
lingkungan tidakn aman atau dibawah standar yang langsung
mendahului sebelum terjadinya kontak dan dapat menyebabkan
kecelakaan. Kondisi tidak aman secara langsung menyebabkan
seorang pekerja di pabrik tekstil tergilas mesin. Kondisi tidak aman
tersebut yakni adanya mesin yang berputar serta kerudung pekerja
yang panjang. Sehingga hal ini dapat membahayakan pekerja dan
pekerja harus lebih berhati-hati dalam bekerja.
2) Penyebab Tidak Langsung
Faktor penyebab tidak langsung merupakan faktor-faktor yang
ada sebelum terjadinya tindakan tidak aman, kondisi atidak aman
maupun kontak dengan bahaya. Penyebab tidak langsung terkait
dengan manajemen atau sistem yang gagal.
Faktor penyebab tidak langsung dalam kejadian pekerja tergilas
mesin di pabrik tekstil Klaten yaitu kurangnya pengawasan terhadap
pekerja sehingga pekerja tidak fokus dalam melakukan pekerjaannya
atau melakukan pekerjaan dengan seenaknya sendiri, tidak adanya SOP
yang mengatur pekerja, kurangnya pelatihan dan pengetahuan pekerja,
serta tidak disediakannya APD yang memadai oleh pperusahaan
sehingga pekerja memakai pakaian seadanya.
b. Evaluasi Hasil Fault Tree Analysis
Hasil evluasi Fault Tree, kegagalan menunjukkan bahwa:
1) Dari Hasil Fault Tree Analysis menunjukkan bahwa penyebab utama
dari tergilasnya kepala dan leher pekerja ke dalam mesin adalah
tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja yaitu bekerja terlalu
tergesa-gesa yaitu terlalu cepat menyalakan mesin tanpa
memperhatikan keadaan disekitarnya dan menggunakan pakaian kerja
yang tidak seusai yaitu kerudung yang panjang. Sehingga kerudung
pekerja terlilit ke dalam mesin.
2) Kegagalan manajemen merupakan faktor penyebab tidak langsung dari
tergilasnya kepala dan leher pekerja ke dalam mesin yang
mengakibatkan tindakan tidak aman dapat dilakukan oleh pekerja.
3) Kegagalan-kegagalan yang terjadi hampir semuanya merupakan jenis
kegagalan hubungan or gate dengan begitu apabila salah satu dari
kejadian penyebab kegagalan dipenuhi maaka kegagalan berikutnya
dapat tejadi. Oleh sebab itu tiap-tiap kegagaln dalam diagram Fault
Tree Analysis haru sdiperhatikan.
c. Bagan Fault Tree Analysis

Leher dan Kepala


Pekerja Tergilas
Mesin

Mesin berputar dan


Bekerja sambil Bekerja menggilas leher
Pekerja Tidak
makan cemilan tergesa-gesa Memakai APD pekerja

Memakai
Kerudung Tidak ada
peringatan
panjang
bahaya pada
mesin

Kegagalan
Manajemen Lalai

Kurangnya
Kurangnya pelatihan
Tidak ada SOP
Pengawasan pengetahuan
pekerja
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Teknik-teknik Identifikasi Bahaya yaitu:
a. Teknik Pasif
b. Semi proaktif
c. Proaktif :
- Data Kejadian - Task Analysis
- Daftar periksa - Event Tree Analysis
- Brainstorming - Fault Tree Aanalysis
- Wahat If Analysis - Job Safety Analysis
- Hazops (Hazards and - HIRA DC Ihazard
Operability Study) Identification Risk Assesment
- Failure Mode and Effect and Determining Control)
Analysis
2. Hasil identifikasi kasus kecelakaan kerja tergilasnya kepela pekerja ke dalam
mesin di industri tekstil Klaten menggunakan teknik Analisa Pohon
Kegagalan (Fault Tree Analysis) yaitu:
- Faktor penyebab Langsung : tindakan tidak aman yang dilakukan oleh
pekerja yaitu bekerja terlalu tergesa-gesa dan tidak fokus serta kondisi pekerja
yang memakai kerudung panjang
- Faktor penyebab tidak langsung: kegagalan manajemen yaitu kurangnya
pengawasan, tidak ada SOP, dan kurangnya pelatihan dan pengetahuan
pekerja.

B. Saran
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja, sebaiknya setiap perusahaan menerapkan
Sistem Manajemen K3 (SMK3) dan OHSAS.

Anda mungkin juga menyukai