Anda di halaman 1dari 20

JURNAL TABULARASA PPS UNIMED

Vol.11 No.2, Agustus 2014

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KONSUMSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Hotmaria Sitanggang

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh PDRB,
inflasi, suku bunga deposito dan jumlah penduduk terhadap
konsumsi masyarakat provinsi Sumatera Utara. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
analisis OLS (Ordinary Least Square). Pengujian menggunakan
Uji statistik meliputi uji t, uji F dan R-square serta uji asumsi
klasik. dimana semua pengujian menggunakan alat bantu
program Eviews 5.0. Hasil estimasi menunjukkan pengaruh
variabel bebas sebesar R2 = 0,9514. Artinya 95,14% PDRB,
SBD, Inflasi dan Jumlah Penduduk mempengaruhi Konsumsi di
Sumatera Utara. Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa
PDRB dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan
pada =5% terhadap konsumsi di Sumatera Utara. Variabel suku
bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konsumsi di
Sumatera Utara. Variabel inflasi tidak signifikan terhadap
konsumsi di Sumatera Utara.

Kata Kunci : Konsumsi, PDRB, Suku Bunga, Inflasi, Jumlah


Penduduk.

Abstract
This research aimed to analyze the affect of PDRB, inflation,
deposits interest rates, and the total population towards society
consumption in North Sumatera Province. Methodology analysis
which was used in this research was OLS (Ordinary Least
Square) analysis. The test used statistical test include t-test, F-
test, R-square as well as the classical assumption where all the
tests using Eviews 5,0. The result of estimation shown that the
affect of independent variable R2 = 0,9514. The mean was
95,14%, PDRB, SBD, Inflation and Society Population affected
of consumption in North Sumatera. The result of this analysis
data also shown that the GRDP and total society affected
positively and significant on =5%. Variable interest rates

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 145


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

affected negatively and significant to consumption in North


Sumatera. While variable inflation were not significant towards
consumption in North Sumatera.

Keywords : Consumption, PDRB, Interest Rates, Inflation, Total


Society.

A. Pendahuluan
Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu
variabel makro ekonomi yang merupakan pembelanjaan yang
dilakukan oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang
melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang
dibelanjakan. Keputusan konsumsi rumah tangga mempengaruhi
keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang
maupun jangka pendek (Mankiw,2007:446). Hal ini diakibatkan
karena konsumsi agregat merupakan penjumlahan dari pengeluaran
seluruh rumah tangga yang ada dalam perekonomian merupakan
pengeluaran agregat yang terpenting. Dimana konsumsi adalah
komponen terbesar pengeluaran agregat yang secara normal mencapai
sekitar 65% dari GNP (Dernsburg, 1994:71). Sejalan dengan
Dornbusch and Fischer (2004:307) menyatakan bahwa konsumsi
menempati lebih dari 60% permintaan agregat, lebih dari jika semua
sektor lain digabungkan.
Perkembangan pengeluaran konsumsi masyarakat provinsi
Sumatera Utara dari tahun 1993 - 2012 mengalami peningkatan dari
tahun ketahun, Perkembangan konsumsi masyarakat dapat dilihat
pada grafik di bawah ini:
100,000,000.00

Rupiah
50,000,000.00

-
1993
1995
1997
1999
2001
2003
2005
2007
2009
2011

Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara.


Gambar 1.Perkembangan Konsumsi Masyarakat 1993 - 1912

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 146


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa perkembangan


konsumsi di provinsi Sumatera Utara dari tahun 1993 - 2012
menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini
terjadi karena kondisi perekonomian yang dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Namun jika dilihat dari segi
laju pertumbuhannya maka perkembangan konsumsi di provinsi
Sumatera Utara mengalami tren peningkatan yang sangat berfluktuatif
dari tahun 1993 2012. Adanya fluktuasi pertumbuhan konsumsi
masyarakat tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor faktor yang
mempengaruhi perubahan konsumsi masyarakat.
Jika dilihat dari segi rata-rata petumbuhan mulai tahun 1993
sampai dengan tahun 2010 maka rata-rata pertumbuhan konsumsi
sebesar 5,05% lebih besar dari pada rata-rata pertumbuhan PDRB
yaitu sebesar 4,06%. Sedangkan menurut teori konsumsi Keynes
mengatakan apabila pendapatan mengalami kenaikan maka konsumsi
juga akan mengalami kenaikan tetapi dengan jumlah yang lebih kecil
(Nanga, 2005:109). Hal ini menyatakan bahwa konsumsi tidak hanya
dipengaruhi oleh PDRB tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang lainnya. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh PDRB, inflasi, suku bunga deposito dan jumlah
penduduk terhadap konsumsi masyarakat provinsi Sumatera Utara?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk menganalisis pengaruh PDRB, inflasi, suku bunga deposito dan
jumlah penduduk terhadap konsumsi masyarakat provinsi Sumatera
Utara.

B. Kajian Pustaka
Konsumsi adalah komponen terbesar pengeluaran agregat
(Dernsburg, 1994:71). Konsumsi merupakan pembelanjaan atas
barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan
pembelanjaan. Pembelanjaan masyarakat atas makan, pakaian, dan
barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan
pembelanjaan atau konsumsi. Pengeluaran rumah tangga untuk
memenuhi kebutuhannya disebut konsumsi rumah tangga (Deliarnov,
1995:72). Dan barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 147


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dinamakan barang konsumsi


(Dumairy, 2004).
Mankiw (2007:447) menyatakan dalam teorinya Keynes
mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan
tentang konsumsi berdasarkan intropeksi dan observasi kausal.
Persamaan konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut :
C = + cY, > 0, 0 < c < 1
Dimana C adalah konsumsi, Y adalah pendapatan disposibel, adalah
konstanta dan c adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal
(Mankiw, 2007:448).
Teori konsumsi yang dikembangkan oleh Milton Friedman
didalam bukunya yang berjudul A Theory of the Consumption
Function tahun 1957 yang dikenal dengan teori pendapatan permanen
tentang konsumsi mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi
sekarang atau current consumption bergantung pada pendapatan
sekarang atau current income dan pendapatan yang diperkirakan
dimasa yang akan datang atau anticipated future income (Nanga,
2005:119). Jadi teori konsumsi pendapatan permanen adalah
kestabilan konsumsi yang akan dijaga sepanjang hidup, dimana
tingkat kekayaan dan pendapatan yang dibelanjakan sekarang dan
kemudian tetap (Dornbusch, 2004:313).
Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukakan oleh Franco
Modigliani yang dikenal dengan Hipotesis Daur Hidup atau Life Cycle
Hypothesis yang menyatakan bahwa konsumsi seseorang selain dari
pendapatan juga bergantung pada kekayaannya, hal mana kekayaan
ini di dapat dari penyisihan pendapatan yang tidak dikonsumsi yaitu
tabungan dan atau dari kekayaan warisan/ turun temurun. Hipotesis
daur hidup melihat bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi
dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan
mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin
selama masa hidup mereka (Dornbusch, 1996:238). Modigliani
menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama
kehidupan seseorang dan tabungan membuat konsumen dapat
mengalihkan pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi
ke masa hidup ketika pendapatan rendah (Mankiw, 2007:461).Teori
siklus hidup membagi pola konsumsi seseorang menjadi tiga bagian
yaitu (1) sebelum seseorang dapat menghasilkan sendiri pendapatan
maka ia akan mengalami tabungan negatif atau dissaving, (2) dimana

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 148


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

seseorang berusia kerja dan dapat menghasilkan sendiri pendapatan


maka dalam kondisi ini orang tersebut mengalami saving, (3) saat
dimana seseorang pada usia tua dan tidak mampu lagi untuk
menghasilkan sendiri pendapatan maka pada saat ini orang tersebut
kembali mengalami dissaving (Nanga, 2005:117). Sehingga orang
cenderung meminjam dana pada saat mereka muda untu membiayai
pendidikan dan kebutuhan rumah tangga lain dan pada usia
pertengahan mereka melunasinya (Mc earchern, 2000:178). Teori
siklus hidup memandang tabungan dan pembongkaran tabungan
(dissaving) sebagai tanggapan yang tujuannya untuk menstabilkan
konsumsi sepanjang hidup (Dernsburg, 1994:90).
Teori konsumsi yang dikemukakan oleh James S. Duesenberry
dalam bukunya yang berjudul Income, Saving dan the Theory of
Consumer Behaviour tahun1949 yang dikenal sebagai teori
pendapatan relatif tentang konsumsi (relative income theory of
consumption) atau lebih dikenal dengan hipotesis pendapatan relatif
mengatakan bahwa pengeluaran konsumsi dari individu atau rumah
tangga tidak bergantung pada pendapatan sekarang dari individu tetapi
lebih tergantung pada tingkat pendapatan tertinggi yang pernah
dicapai seseorang sebelumnya (Nanga, 2005:113). James
Duesenberry menyebutkan ada dua karakteristik penting dari perilaku
konsumsi rumah tangga yaitu adanya sifat saling ketergantungan
(interdependent) diantara rumah tangga dan tidak dapat diubah-ubah
(irreversibility) sepanjang waktu.

Model Tobin
Fungsi yang paling sering digunakan dalam meneliti konsumsi
berdasar data cross-section adalah bentuk log-linier yaitu :

Dimana Ct dan Yt merupakan pengeluaran konsumsi dan pendapatan


rumah tangga ke i dengan asumsi bahwa ei ~ (N (0, 2). Dari fungsi di
atas koefisien a1 secara langsung menunjukkan besarnya elastisitas
pendapatan.
Dalam penelitiannya pertama Tobin menghitung elastisitas
pendapatan terhadap makanan dan selanjutnya elastisitas pendapatan
digunakan untuk mengestimasi bentuk reduced dari model runtun
waktu. Model yang digunakan Tobin dalam penelitiannya adalah :

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 149


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

Dimana Cit, Yit dan Nit merupakan konsumsi makanan, pendapatan


disposibel dan jumlah anggota keluarga ke i di tahun t.
Dalam penelitiannya Tobin menghadapi permasalahan dalam
meneliti kelompok keluarga dengan pendapatan tinggi dan juga
kelompok keluarga pendapatan rendah. Untuk pendapatan rendah hal
ini dikarenakan keluarga miskin sering mendapat bantuan pangan.
Untuk pendapatan tinggi dimungkinkan karena model Tobin tidak
memasukkan faktor kekayaan, tabungan dan sumber daya lain yang
dimiliki keluarga.

Fungsi Konsumsi
Salah satu hubungan yang penting pada semua ilmu makro
ekonomi adalah fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi menunjukkan
hubungan antara tingkat pengeluaran konsumsi dengan tingkat
pendapatan pribadi yang siap dibelanjakan (Samuelson, 2004:129).
Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi tentang model
fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat
sering ditemukan dalam buku makro ekonomi adalah fungsi konsumsi
Keynes yaitu ;
C=f(Yd)
Fungsi konsumsi yang diperkenalkan oleh Keynes ini
menghubungkan konsumsi dengan pendapatan saat ini (Mankiw,
2007:450). Karena konsumsi bergantung pada pendapatan maka
konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan (Mc eachern, 2000:173).
Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori daur hidup
adalah:
C = W + Y
Dimana adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal dari
kekayaan, W adalah kekayaan riil, adalah kecenderungan
mengkonsumsi marginal dari pendapatan dan Y adalah pendapatan
(Mankiw, 2007:462).

Pengaruh PDRB Terhadap Konsumsi


Pendapatan merupakan faktor terpenting dan penentu utama (main
determinant) dari konsumsi (Nanga, 2005:123). Teori yang
dikemukakan oleh Keynes dinamakan absolute income hypothesis
atau hipotesis pendapatan mutlak didasarkan atas hukum psikologis
yang mendasar tentang konsumsi yang menyatakan apabila
pendapatan mengalami kenaikan maka konsumsi juga akan

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 150


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

mengalami kenaikan (Nanga, 2005:109). Ciri-ciri penting dari


konsumsi rumah tangga dalam teori pendapatan mutlak tersebut yaitu
bahwa faktor terpenting yang menentukan besarnya pengeluaran
rumah tangga baik perorangan maupun keseluruhan adalah
pendapatan (Herlambang, 2001:211). Fungsi konsumsi menunjukkan
terdapat hubungan positif antara tingkat disposible income dalam
perekonomian dengan jumlah belanja konsumsi dimana faktor lain
yang mempengaruhi konsumsi diasumsikan konstan (Mc earchern,
2000:174). Kajian ekonomi juga telah menunjukkan bahwa
pendapatan merupakan penentu utama dari konsumsi (Samuelson,
2004:128).
Berdasarkan latar belakang dan uraian teoritis yang telah
dipaparkan diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah : Produk
Domestik Regional Bruto, dan Jumlah Penduduk berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Konsumsi, sedangkan Suku Bunga Deposito
dan Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konsumsi di
Provinsi Sumatera Utara, cateris paribus.

C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan kajian tentang bagaimana Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi, suku bunga, dan jumlah
penduduk mempengaruhi perkembangan konsumsi masyarakat di
Provinsi Sumatera Utara selama tahun 1993 2012.
Jenis data yang digunakan dalam kajian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari berbagai lembaga dan instansi, antara
lain berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara
dan kantor Bank Indonesia Medan. Data dalam penelitian ini
merupakan data time series.
Faktor faktor yang mempengaruhi Konsumsi di Provinsi
Sumatera Utara selama tahun 1993-2012 yang digunakan dalam
penelitian ini dikembangkan dengan menggabungkan fungsi konsumsi
Keynesian, Singh (2004) dan Guritno (1998) adalah :
K = f (PDRB, SBD, INF, JP)
Selanjutnya fungsi diatas dispesifikasi dalam model estimasi
dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dengan model
regresi linier berganda yaitu:
Log(Y) = a + b1 Log(X1) + b2 Log(X2)+ ......+ bn Log(Xn) +
Melalui substitusi variabel konsumsi sebagai dependen
variable dan variabel PDRB, Suku Bunga Deposito, Inflasi dan

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 151


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

Jumlah Penduduk sebagai independen variable kedalam model, maka


diperoleh model penelitian ini adalah sebagai berikut:
Log(K) = 0 + 1 Log(PDRB)+ 2 Log(SBD)+ 3 Log(INF) + 4
Log(JP)+
dimana :
K = Konsumsi (diukur dalam satuan Milyar Rupiah)
PDRB = PDRB (yang diukur dalam satuan Milyar Rupiah).
SBD = Suku Bunga Deposito (diukur dalam satuan % )
INF = Tingkat Inflasi (diukur dalam satuan % )
JP = Jumlah Penduduk (dalam satuan Jiwa)
0 = Konstanta
1-4 = Koefisien Regresi
= Error term

Data statistik dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan


program Eviews 5.0 yang dibuat khusus untuk membantu pengolahan
data sekaligus mengurangi human error, dengan tingkat signifikansi
95% atau 0.05.
Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Of Fit) yaitu uji statistik
untuk mengetahui seberapa baik garis regresi menjelaskan datanya.
Analisis data dalam uji kesesuaian dilakukan berdasarkan uji t yaitu
uji secara individu (partial test), uji F yaitu uji secara keseluruhan
(over all test) dan perhitungan nilai koefisien determinan (R2)
Pengujian ini untuk melihat adanya pengaruh dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji statistik t
pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen dalam menerangkan variasi variabel terikat.
Hipotesis nol (Ho) yang akan di uji adalah apakah suatu parameter (1)
sama dengan nol, atau Ho : 1 = 0, artinya suatu variabel independen
bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
independen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel
tidak sama dengan nol, atau Ha : 1 0, artinya variabel tersebut
merupakan penjelas yang sigifikan terhadap variabel dependen.
Adapun cara untuk melakukan uji t adalah dengan
membandingkan nilai probability t-statistik dengan = 0,10, 0,05 dan
0,01. Dimana jika nilai probability t-statistik lebih kecil dari , maka
variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 152


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

D. Hasil Penelitian
1. Perkembangan Tingkat Konsumsi
Konsumsi masyarakat dalam penelitian ini adalah jumlah
konsumsi yang dibelanjakan rumah tangga dari tahun 1993 - 2012.
Konsumsi rumah tangga di Sumatera Utara selama tahun penelitian
tersebut dideskripsikan melalui gambar berikut ini.

Rupiah
100,000,000.00

41,924,741.68
40,862,064.57
40,075,042.17
38,525,645.90

79,721,334.01
34,612,394.02
33,125,416.09

74,017,173.18
32,225,880.19
32,048,355.11

74,120,391.29
30,811,702.33

68,475,416.56
63,566,633.01
58,465,863.77
53,771,629.72
50,500,351.13
50,000,000.00

47,217,507.64
45,131,874.95
43,510,947.36
- Tahun
1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011
Sumber : BPS Prov. Sumatera Utara
Gambar 2. Perkembangan Tingkat Konsumsi di Sumut

Gambar 1. Periode 1993 - 2012 menunjukkan perkembangan


tingkat konsumsi masyarakat yang semakin meningkat. Pada awal
tahun penelitian yaitu tahun 1993 jumlah konsumsi masyarakat
propinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 30.811.702,33 milyar.
Peningkatan jumlah konsumsi msyarakat seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk yang terus meningkat, hingga tahun 2012
peningkatan jumlah konsumsi rumah tangga sebesar Rp.
79.721.334,01 milyar.

Persen

15 11.31
6.95 8.73
8.72 8.24 7.71
7.72
6.48
10 4.59 4.49 6.06 4.62
3.36 3.78 4.62
3.73
5 -1.93
-0.55 -0.14
0
2004
1994

1996

1998

2000

2002

2006

2008

2010

2012

-5

Tahun
Sumber : BPS Prov. Sumatera Utara, diolah
Gambar 3. Pertumbuhan Tingkat Konsumsi di Sumatera Utara

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 153


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

Dari gambar 2 menunjukkan pertumbuhan tingkat konsumsi


rumah tangga selama tahun 1993 hingga tahun 2012, dimana pada
tahun 1994 pertumbuhan tercatat sebesar 4,59 persen. Sementara di
tahun 1995 terjadi penurunan hingga sebesar 0,55 persen. Peningkatan
pertumbuhan konsumsi terjadi di tahun 1998 hingga mencapai 11,31
persen, sedangkan penurunan pertumbuhan konsumsi terjadi di tahun
2012 sebesar 7,71 persen.Secara umum peningkatan pertumbuhan
konsumsi di Sumatera Utara selama tahun 1993 hingga tahun 2012
adalah positif.
PDRB propinsi Sumatera Utara cenderung mengalami
kenaikan. Tahun 1993 PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 di
Sumatera Utara mencapai Rp. 58.215.,45 milyar, relatif meningkat
secara signifikan pada tahun 2012 sebesar Rp. 134.460,10 milyar.
Gambar 3. berikut memberikan penjelasan kenaikan PDRB atas dasar
harga konstan 2000 dari tahun 1993 sampai tahun 2012.
99,792.27
106,172.36
111,559.22
118,640.90
126,590.21
134,460.10
Milyar Rp
93,347.40
87,897.79

150,000.00
83,328.95
78,805.61
75,189.14
71,908.36
69,154.11
68,910.08
68,065.40
67,714.73

66,332.68
64,753.80
61,942.02
58,215.45

100,000.00

50,000.00

-
1993 19951997 1999 2001 2003 20052007 2009 2011
Tahun
Sumber : BPS Prov. Sumatera Utara, diolah

Gambar 4. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan


2000 di Sumatera Utara Tahun 1993-2012

Dari gambar 3. menunjukkan Perkembangan PDRB atas dasar


konstan tahun 2000 di Sumatera Utara selama tahun 1993 hingga
tahun 2012 menunjukkan kearah perkembangan yang positif dalam
setiap tahunnya. Namun, di sisi lain jika dianalisis perkembangan
pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 di propinsi

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 154


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

Sumatera Utara selama tahun 1993 hingga tahun 2012 dideskripsikan


pada gambar 5 berikut.

Persen
10
6.35 6.70
6.40 5.745.486.206.906.39
5 4.57 4.81 5.07 6.22
4.54 3.89 3.984.56

0 0.52 0.35
1994

2011
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010

2012
-2.55
-5
Sumber : BPS Prov. Sumatera Utara, diolah

Gambar 5. Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000


di Sumatera Utara Tahun 1993-2012

Di awal tahun penelitian yaitu tahun 1994 tercatat


pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 di Sumatera
Utara sebesar 6,40 persen, namun terjadi penurunan di tahun 1995
hingga sebesar 4,54 persen. Tahun 1996 meskipun terjadi
peningkatan, namun peningkatan tersebut tidak signifikan, yaitu
sebesar 4,57 persen. Tahun 1997 kembali terjadi penurunan hingga
sebesar 0.52 persen, puncak runtuhnya perekonomian Sumatera Utara
akibat dampak krisis ekonomi adalah di tahun 1998, dimana
pertumbuhan PDRB anjlok hingga turun ke level -2,55 persen.
Kondisi ini hanya berselang setahun, dimana di tahun 1999 PDRB
Sumatera Utara kembali meningkat mencapai 3,89 persen, namun di
tahun berikutnya, yaitu tahun 2000 kembali pertumbuhan PDRB
terpuruk hingga ke level 0,35 persen.
Kinerja perekonomian Sumatera Utara kembali menunjukkan
pengaruh yang positif, dimana PDRB di tahun 2001 meningkat
kembali ke level 3,98 persen. Kondisi ini terus meningkat hingga
tahun 2005 hingga mencapai level 5,74 persen. Meskipun di tahun
2006 terjadi penurunan hingga ke level 5,48 persen, namun di tahun
2007 meningkat hingga 6,90 persen. Pertumbuhan di tahun 2007 ini
merupakan pertumbuhan PDRB tertinggi selama periode tahun 1993
hingga tahun 2012.

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 155


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

Tahun 2008 dan tahun 2009 terjadi penurunan PDRB, masing-


masing sebesar 6,39 persen di tahun 2008 dan sebesar 5,07 persen di
tahun 2009. Tahun 2010 PDRB kembali meningkat sebesar 6,35
persen, serta di tahun 2011 dan tahun 2012 masing-masing PDRB
sebesar 6,70 persen dan 6,22 persen.
20.00
Persen 16.70 17.62
15.74
15.00 14.2016.28 16.06 14.26
12.99 11.03 10.63 9.93
10.00 10.90 8.56
6.29 6.00
5.00 5.59 6.03 6.91 6.65 6.45

- Tahun
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber : Bank Indonesia
Gambar 6. Perkembangan Suku Bunga Deposito di Sumatera
Utara Tahun 1993-2012

Jika dianalisis gambar 5 diatas menunjukkan bahwa suku


bunga deposito di tahun 1993 sebesar 14,20 persen menurun di tahun
1994 sebesar 12,99 persen. Tahun 1995 dan 1996 meningkat masing-
masing sebesar 16,28 persen dan 16,70 persen. Tahun 1997 kembali
turun hingga sebesar 15,74 persen. Tahun 1998 hingga tahun 1999
kembali meningkat masing-masing sebesar 16,06 persen dan 17,62
persen.
Di tahun 2000 suku bunga deposito anjlok hingga sebesar
10,90 persen, kembali meningkat di tahun 2001sebesar 14,26 persen.
Tahun 2001 hingga tahun 2003 posisi suku bunga deposito kembali
turun, bahkan penurunan tertinggi selama tahun penelitian yaitu
sebesar 5,59 persen di tahun 2003. Tahun 2004 dan tahun 2005
kembali meningkat menjadi 6,03 persen di tahun 2004 dan 10,63
persen di tahun 2005. Tahun 2006 hingga tahun 2007 posisi suku
bunga deposito di Sumatera Utara bergeser sedikit hingga pada posisi
8,56 persen di tahun 2006 dan 6,91 persen di tahun 2007. Namun di
tahun 2008 posisi suku bunga deposito berada pada posisi 9,93 persen.
Posisi suku bunga deposito kembali meningkat hingga pada level 6,65
persen di tahun 2009 dan 6,29 persen di tahun 2010. Di tahun 2011

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 156


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

dan tahun 2012 posisi suku bunga deposito masing-masing sebesar


6,45 persen dan 6,00 persen.
Berdasarkan data BPS perkembangan tingkat inflasi di
Sumatera Utara Indonesia selama tahun 1993 hingga tahun 2012
disajikan pada gambar 6. berikut.
Persen
100.00
83.56
50.00
9.75 8.70
8.287.24 13.10 5.739.59 22.41
- 1.37 4.23 6.806.11 10.72
14.79 2.61
199319951997 6.60 8.003.67
1999 2001 3.86
2003 2005
2007 2009
2011
Tahun

Sumber : BPS
Gambar 7. Perkembangan Tingkat Inflasi Sumatera Utara
Tahun 1993-2012

Perkembangan tingkat inflasi Sumatera Utara dari tahun 1993


hingga tahun 2012 secara umum tidak mengalami peningkatan
ataupun penurunan yang signifikan. Dimana pada tahun 1993 tingkat
inflasi sebesar 9,75 persen terus mengalami peningkatan hingga tahun
1997 masing-masing sebesar 8,28 persen di tahun 1994, 7,24 persen di
tahun 1995, 8,70 persen di tahun 1996 dan 13,10 persen di tahun
1997. Tahun 1998 yang merupakan krisis ekonomi berdampak pula
pada tingkat inflasi di Sumatera Utara. Akibatnya tingkat inflasi pada
tahun 1998 menembus angka 83,56 persen.
Berakhirnya krisis ekonomi di tahun 1998, ditandai dengan
turunnya secara signifikan tingkat inflasi di tahun 1999 berada pada
level 1,37 persen. Hingga tahun 2002, posisi tingkat inflasi pada level
5,73 persen di tahun 2000, 14,79 persen di tahun 2001 dan 9,59 persen
di tahun 2002. Tahun 2003 mencapai level 4,23 persen sementara di
tahun 2004 sebesar 6,80 persen.
Tahun 2005 tingkat inflasi kembali mengalami peningkatan
hingga ke posisi 22,41 persen. Tahun 2006 hingga tahun 2012
berturut-turut tingkat inflasi sebesar 6,11 persen tahun 2006; 6,60
persen di tahun 2007; 10,72 persen di tahun 2008 dan 2,61 persen di

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 157


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

tahun 2009; 8,00 persen di tahun 2010; 3,67 persen di tahun 2011 dan
sebesar 3,86 persen di tahun 2012.

Hasil Uji Prasyarat Analisis


Estimasi model dalam penelitian ini menggunakan perangkat
lunak Eviews 5.0 dengan metode OLS untuk melihat Model konsumsi
(K) dimana, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Suku Bunga
Deposito (SBD), inflasi (INF), dan Jumlah Penduduk (JP) mempunyai
pengaruh terhadap konsumsi rumah tangga (K) di Sumatera Utara.
Dari hasil estimasi model peneltian selanjutnya akan di uji analisis
ekonomi, analisis statistik dan analisis ekonometrika dengan model
yang dilakukan dengan estimasi persamaan regresi linier barganda
(OLS). Model regressi juga harus memenuhi asumsi clasiccal normal
liniear regression model sering disebut juga sebagai uji kenormalan
atau uji normalitas. Uji normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera
(J-B) Test. Suatu model dianggap berdistribusi normal bila nilai
probabilitas J-B hitung lebih besar dari = 0,05.
Berdasarkan gambar 8 dibawah menunjukan nilai probabilitas
J-B hitung untuk Konsumsi rumah tangga (K) di Sumatera Utara
adalah 2.548782 dengan nilai probabilitas sebesar 0,279601 lebih
besar dari = 0,05. Ini berarti model penelitian memiliki data
berdistribusi normal.
Didalam penelitian ini pengujian terhadap gejala autokorelasi
dengan Uji Durbin-Watson (D-W test). Model penelitian dianggap
tidak mengandung gejala autokorelasi bila probability Obs* R-
Squared lebih besar dari tingkat signifikan ( = 5%) atau nilai Obs*R-
Squared lebih besar dari Chi-Squared ( . DW tabel
pada taraf signifikan = 0,05, dengan jumlah sampel n = 120 serta
jumlah variabel bebas k = 4 adalah nilai dL = 0,8943 dan dU =
1,8283. Nilai hitung DW = 1.918358, berada di sebelah dL yang
berarti berada pada daerah tidak ditolak. Berdasarkan hasil estimasi
model nilai DW adalah sebesar 1.918358 berada pada area tidak
ditolak.
Salah satu penyimpangan terhadap asumsi klasik adalah
terdapatnya multikolinieritas, atau terjadinya hubungan linier yang
sempurna (perfect) atau exact diantara beberapa atau semua variabel
bebasnya.

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 158


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

Tabel 1. Nilai Matriks Korelasi Variabel-Variabel Bebas


PDRB SBD INF JP
PDRB 1.000000 0.165022 -0.570216 0.049165
SBD 0.165022 1.000000 0.209271 0.344115
INF -0.570216 0.209271 1.000000 -0.291231
JP 0.049165 0.344115 -0.291231 1.000000
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari tabel nilai matriks korelasi menunjukkan bahwa tidak
terdapat multikolineritas data. Suatu variabel dikatakan terdapat
multikolineritas apabila korelasi antar kedua variabel lebih dari nilai R
squared. Berdasarkan hasil perhitungan regresi maka tidak ada
variabel yang memiliki nilai lebih tinggi dari 0.95 untuk fungsi
Konsumsi.
Nilai VIF yang semakin besar menunjukkan masalah
multikolinearitas yang semakin serius. Kaidah yang digunakan adalah
jika VIF lebih besar dari 10 dan R 2j lebih besar dari 0,90 maka
variabel tersebut memiliki kolinearitas yang tinggi.
Tabel 2. Nilai VIF dari Korelasi Variabel-Variabel Bebas
PDRB SBD INF JP
PDRB
SBD 1.027995
INF 1.481803 1.0458
JP 1.002423 1.13432 1.092676
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari nilai VIF dari korelasi variabel-variabel bebas pada tabel
4.2 tidak terdapat variabel yang memiliki nilai VIF yang lebih besar
dari 10, jadi tidak ada variabel yang terjadi kolinieritas ganda
(multicollinearity).

Uji Model
Analisis statistik digunakan untuk melihat validasi dari model
yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian secara statistik
dilakukan terhadap hasil regresi model. Adapun pengujian secara
statistik meliputi pengujian terhadap besaran t-Statistik F Statistik , dan nilai
R2. Dalam penelitian ini hasil estimasi regresi untuk fungsi konsumsi
seperti tampak pada table 4.3 di bawah ini.

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 159


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

Tabel 3. Hasil Uji Model Konsumsi

Dependent Variable: K
Method: Least Squares
Date: 09/06/13 Time: 22:22
Sample: 1991 2012
Included observations: 22
Weighting series: INF

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -7.410854 2.799484 -2.647221 0.0169


PDRB 1.699643 0.453997 3.743734 0.0016
SBD -0.069184 0.030998 -2.231913 0.0394
INF 0.032791 0.006705 4.890843 0.0001
JP 2.110472 0.337880 6.246219 0.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.951421 Mean dependent var 6.322030


Adjusted R-squared 0.939990 S.D. dependent var 23.48668
S.E. of regression 5.753505 Akaike info criterion 6.534212
Sum squared resid 562.7480 Schwarz criterion 6.782176
Log likelihood -66.87633 F-statistic 28.32326
Durbin-Watson stat 1.918358 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.233533 Mean dependent var 4.485305


Adjusted R-squared 0.053188 S.D. dependent var 3.874657
S.E. of regression 3.770206 Sum squared resid 241.6457
Durbin-Watson stat 1.831858

Sumber: Hasil Estimasi Model


Hasil analisis regresi konsumsi (K) dapat di tuliskan dalam
persamaan linier sebagai berikut :
K = -7.410854+1.699643*PDRB-
0.069184*SBD+0.032791*INF+2.110472*JP

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 160


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

Hasil estimasi Konsumsi (K), variabel bebas Produk Domestik


Regional Bruto (PDRB), Inflasi (INF) dan Jumlah Penduduk (JP)
berpengaruh positif dan signifikan pada = 5 persen terhadap
konsumsi rumah tangga (K) di Sumatera Utaraa, sedangkan variabel
suku bunga deposito (SBD) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Konsumsi rumah tangga (K) di Sumatera Utara pada = 10
persen.
Uji F atau uji serepak ini dilakukan untuk melihat pengaruh
variabel bebas secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel
terikat. Dari hasil estimasi model untuk Konsumsi diperoleh nilai F
hitung sebesar 28.32326 dengan tingkat probabilitas sebesar
0.000000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas untuk
Konsumsi yaitu PDRB, SBD, INF, dan JP secara simultan dan
signifikan bersama-sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu
Konsumsi pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat
seberapa besar variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel
terikat. Dari hasil estimasi untuk Konsumsi diperoleh nilai R2 sebesar
0.951421. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar 95,14% variabel
Konsumsi dapat dijelaskan oleh variabel PDRB, SBD, INF, dan JP.
Sedangkan sisanya sebesar 4,86% dijelaskan oleh variabel lain diluar
model.

E. Penutup
Hasil analisis dapat diambil kesimpulan yaitu: 1) Dari nilai
koefisien determinasi pada hasil estimasi maka variabel konsumsi di
Sumatera Utara mampu dijelaskan oleh variabel-variabel Produk
Domestik Regional Bruto, suku bunga deposito, inflasi dan jumlah
penduduk mampu dijelaskan dengan model yang digunakan. 2)
Variabel-variabel yang digunakan menjelaskan variabel konsumsi
menunjukkan arah pengaruh yang sesuai dengan hipotesis. Produk
Domestik Regional Bruto dan jumlah penduduk berpengaruh positif
dan signifikan dan inflasi berpengaruh positif dan signifikan
sedangkan suku bunga deposito berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap konsumsi. 3) Besarnya nilai koefiasien variabel-variabel
yang menjelaskan variabel konsumsi, yang terbesar adalah variabel
jumlah penduduk, diikuti berturut-turut oleh variabel PDRB, suku
bunga deposito dan inflasi.

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 161


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

DAFTAR PUSTAKA

Attanasio, O. P, 1999, Consumption, in Handbook of


Macroeconomics, ed by J.B. Taylor, and M. Woodford, vol 1B,
Elsevier Science North-Holland, New York and Oxford, pp.
741-812.
Anwar, Khairil, 2001, Dampak Krisis Moneter Terhadap Konsumsi
Masyarakat Provinsi Aceh, Unsyiah, Banda Aceh.
-----------, 2007, Analisis Determinan Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga Masyarakat Miskin di Kabupaten Aceh Utara,
Universitas Sumatera Utara, USU-Medan.
Boediono, 2000, Ekonomi Moneter, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.
Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Berbagai
Edisi Tahun Penerbitan 2000-2008.
-----------, Laporan Tahunan, Berbagai Tahun Penerbitan 2000-
2008.
Badan Pusat Statistik (BPS), Indikator Ekonomi, Berbagai tahun
Penerbitan 2000-2008.
-------------, Statistik Tahunan, Berbagai Tahun Penerbitan 2000-
2008.
Domowitz dan Elbadawi, 2006, An Error Approach to Money
Demand (The Case of Sudah), Journal of Development
Economics, Vol 26 pp 257-275.
Dornbusch, R dan fisher, S, 2004, Makroekonomi, Edisi keempat,
Alih Bahasa Mulyadi, JA, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dumairy, 2004, Perekonomian Indonesia, Cetakan Keempat,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Godam, 2007, Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga-Pendidikan Ekonomi
Dasar,http://organisasi.org/faktor-yang-mempengaruhi-tingkat-
konsumsi-pengeluaran-rumah-tangga-pendidikan-ekonomi-
dasar

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 162


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

Gujarati, Damodar, 1998, Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa,


Sumarno Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Guritno, Mangkusubroto, 1998, Teori Ekonomi Makro, Yogyakarta,
STIE YKPN
Ilhamuddin, Tasdik, 2006, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Rumah Tangga di Nangroe-Aceh Darussalam
Tahun 2004, Unsyiah, Banda Aceh.
Isnawati, Cut, 2001, Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Konsumsi
dan Tabungan Masyarakat Aceh, Unsyiah Banda Aceh.
Isyani & Mulidyah Hasmarini, 2005, Analisis Konsumsi Masyarakat
di Indonesia Tahun 1989-2002 (Tinjauan Terhadap Hypotesis
Keynes dan Post Keynes, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.
VI, Desember No. 2, pp. 143-162.
Insukrindo, 2003, Ekonomi Uang dan Bank, BPFE, UGM
Yogyakarta.
Khairani Siregar, 2008, Analisis Determinan Konsumsi Masyarakat
di Indonesia, Tesis, USU-Medan.
Mankiw, N. Gregory, 2003, Teori Makro Ekonomi, Terjemahan,
Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
-------------, 2007, Makro Ekonomi, Jakarta, Erlangga.
Nanga, Muara, 2005, Makro Ekonomi, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Nicholson, Walter, 1991, Teori Ekonomi Mikro I, Terjemahan
Deliarnov, Rajawali, Jakarta.
Putong, Iskandar and Andjaswati ND, Pengantar Ekonomi Makro,
Mitra Wacana Media, Jakarta.
Rahmadana, M.Fitri, 2008, Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pola
Konsumsi Msyarakat di Indonesia, Jurnal Visi Ekonomi, Vo;. 7
No.1.
Samuelson, paul A, 2004, Ilmu Makro Ekonomi, PT. Media Global
Edukasi, Jakarta.

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 163


JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.11 No.2, Agustus 2014

Singh, Bimal, 2004, Mpdelling Real Private Consumtion


Expenditure An Empirical Study on Fiji, Working paper,
Economic Departement Reserve Bank of Fiji, Fiji.
Suparmoko, M, 2001, Pengantar Ekonomika Makro, BPFE,
Yogyakarta.
Susanti, C Yuniar, 2000, Analisis Pengaruh PDRB Terhadap Jumlah
Konsumsi Masyarakat di Provinsi Daerah Istimewa Aceh,
Journal Ekonomi Pembangunan, Volume 6 Nomor 3 hal. 332-
345.
Rinanda, Teja, 2010, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Konsumsi Masyarakat di Provinsi Sumatera Utara, Tesis,
USU, Medan.
Veralisna dan Nila Rifai, 2008, Analisis Faktor-Faktor Ekonomi
Makro Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Era
Pemerintahan SBY Jilid I (2004-2008), Tesis, IPB-Bogor.

Analisis Faktor (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 164

Anda mungkin juga menyukai