Anda di halaman 1dari 33

Nama : Afrian Nanda Kusuma (16080324011)

Annisa Aura Jasmine P. (16080324007)


Devi Diana Safitri (16080324005)
Masyrochatul Yusri (16080324037)
Moch Happy Shahrul C. (16080324071)
Kelas : PTN 16 A
Matkul : Metodologi Penelitian
1. TUJUAN
PENELITIAN EKSPLORASI

Penelitian eksplorasi atau penelitian penjelajahan dapat dikatakan sebagai


penelitian awal dikarenakan tipe penelitian ini mencoba menggali informasi atau
permasalahan yang relatif masih baru, gejala tersebut belum pernah menjadi bahan
kajian sebelumnya. Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa pengelompokkan
suatu gejala dan fakta, sehingga penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menjadikan penelitian lebih dekat dengan fakta
atau gejala sosial yang mendasar dan penelitian menunjukkan kepedulian
didalamnya; (2) mengembangkan pengalaman mengenai gejala sosial yang terjadi
di dalam masyarakat; (3) menghasilkan ide dan mengembangkan teori-teori tentatif
yang mampu memprediksi terjadinya gejala sosial; (4) menentukan kelayakan
untuk dapat melakukan riset tambahan atau lanjutan; (5) merumuskan pertanyaan
dan menemukan masalahmasalah untuk dapat diselidiki secara lebih sistematis;
dan (6) mengembangkan teknik dan arah bagi penelitian masa depan. (Martono;
2014:16). Penelitian eksploratif bersifat kreatif, fleksibel dan terbuka, dimana
dalam penelitian ini semua sumber dianggap penting untuk dijadikan sumber
informasi. Penelitian dapat dilakukan dengan menggali data dan informasi tentang
topik atau isu-isu baru yang ditujukan untuk kepentingan penelitian lanjutan.
Penelitian eksplorasi dilakukan sebagai penelitian awal yang hasilnya akan
digunakan dalam penelitian selanjutnya, sehingga peneliti harus memiliki teori dan
konsep yang dianggap berhubungan dengan fenomena yang akan diteliti.
Permasalahan baru dapat dikembangkan atau diperinci lebih lanjut setelah peneliti
memperoleh gambaran informasi atau mengumpulkan informasi dari lapangan.
Hasil dari penelitian eksplorasi dapat digunakan untuk menetapkan variable-
variabel terkait fenomena sosial yang akan diteliti, jadi penelitian ini belum
diperlukan rujukan teori dan belum digunakan hipotesis.
Ciri-ciri penelitian eksploratif adalah menjawab hipotesis, mencari korelasi,
dan menemukan sesuatu yang baru dimana belum pernah diketahui sebelumnya.
Contoh penelitian eksploratif adalah penelitian yang menghasilkan suatu metode
baru pembelajaran matematika yang menyenangkan siswa.
Dua orientasi dalam penelitian eksporasi dalam melihat fenomena pertama
fleksibilitas dalam melihat data dan keterbukaan cara berpikir dalam menemukan
data (Given; 2008 : 327). Dalam pengumpulan data sifat aktifitas tertumpu pada
dua orientasi pertama, fleksibilitas. Artinya, semua alat pengumpulan data, sumber
data, narasumber sebisa mungkin bersamaan, bergantian, dan tidak dalam suatu
hirarki tertentu. Kedua, keterbukaan cara berpikir yaitu peneliti tidak bisa dengan
mudahnya mengikuti alur teori dan memenjara dirinya dalam kolom alur teoritis
tertentu. Peneliti harus berpedoman pada berfikir bebas dan merambah semua
bagian dari fenomena. Karena ini bukan suatu sesi reduksi tetapi ini suatu sesi
yang menjelaskan secara khusus, secara induktif tanpa ada reduksi untuk
menemukan potongan-potongan atau penjelasan fenomena secara keseluruhan
guna membangun suatu preposisi yang diuji atau guna membangun sebuah model
yang akan dipakai secara berulangulang dan mengeneralisasasikan fenomena atau
penjelasan fenomena pada akhirnya.
Sasaran tipe penelitian eksploratif adalah untuk memformulasi beberapa
pertanyaan yang memiliki presisi yang penelitian akan datang dapat menjawab
(Nauman; 2000). Penelitian eksplorasi berusaha menjelajah atau menggambarkan
apa yang terjadi termasuk siapa, kapan, dimana, atau berhubungan dengan
karakteristik satu gejala atau masalah sosial, baik pola, bentuk, ukuran, maupun
distribusi. Pertanyaan-pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau
peristiwa dengan melakukan penjelajahan terhadap berbagai hal yang berhubungan
dengan gejala tersebut. Penjajakan dilakukan tidak secara sistematis dan terkontrol,
dalam arti tidak didasarkan atas hipotesis dan sampel dalam jumlah yang pasti.
Melalui informasi yang dikumpulkan, masalah sosial ataupun masalah komunikasi
yang diselidiki akan semakin lebih jelas. Informasi yang diperlukan sangat
longgar, fleksibel dan tidak terstruktur, sampel tidak terlalu banyak, analisis dari
data primer lebih bersifat kualitatif, sehingga hasil/ output sangat tentatif, pada
umumnya dilanjutkan dengan penelitian yang bersifat konklusif.

PENELITIAN VERIFIKASI

Riset atau penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu proses investigasi


yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan untuk
menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Menurut Sugiyono
(2013:36), penelitian verifikatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
menguji teori, dan mencoba menghasilkan metode ilmiah yakni status hipotesis
yang berupa kesimpulan, apakah suatu hipotesis diterima atau ditolak. Sehingga
penelitian verifikasi adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu
kebenaran yang sudah ada dengan menggunakan data/empiri. Penelitian verifikasi
dilakukan apabila suatu peristiwa atau suatu kebenaran yang ada dianggap
meragukan kebenarannya, sehingga peneliti dapat menggunakan hipotesis sebagai
alat analisis. Pada penelitian verifikasi menyatakan sesuatu baru layak disebut ilmu
pengetahuan jika pernyataan-pernyataannya dapat diverifikasi, yakni dapat
dibuktikan kebenarannya oleh panca indera dan menghendaki adanya bukti
empirik terhadap hipotesis sebelum menjadi sebuah teori. Dalam pembuktiannya
menggunakan metode induktif dimana fakta-fakta dikumpulkan terlebih dahulu,
kemudian membuat generalisasi. Penelitian verifikasi memperlihatkan pengaruh
dari variabel–variabel yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan perhitungan statistik. Verifikasi adalah penilaian terhadap sumber-
sumber. Penilaian meliputi dua aspek yaitu ekstern dan intern. Aspek ekstern
mempersoalkan apakah sumber itu merupakan sumber sejati yang diperlukan,
sedangkan aspek intern mempersoalkan apakah sumber itu dapat memberikan
informasi yang diperlukan. Dalam menilai sumber kedua aspek ini dilakukan
bersama-sama. Ciri-ciri penelitian verifikasi adalah melakukan pengujian dan studi
perbandingan. Contoh penelitian verifikasi misalnya masyarakat mempercayai
bahwa air sumur Pak Daryan mampu mengobati penyakit mata dan kulit.
Fenomena ini harus dibuktikan secara klinik dan farmakologik, apakah memang
air tersebut mengandung zat kimia yang dapat menyembuhkan penyakit mata.
Pada tahun 1970 diadakan penelitian tentang rasa solidaritas rakyat pedesaan dan
dihasilkan suatu kesimpulan. Dua tahun kemudian, peneliti lain mengadakan
penelitian yang sama dengan tujuan mengecek kebenaran hasil penelitian
sebelumnya.

2. PENDEKATAN
PENELITIAN KUANTITATIF

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap


bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian
kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis,
teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses
pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini
memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi
matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Menurut Jonathan Sarwonno
(2006) “Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis
terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya”. Penelitian
kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu
sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga
digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah
penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk
membedakannya dengan penelitian kualitatif. Menurut Kasiram (2008), pengertian
penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang menggunakan proses data-data
yang berupa angka sebagai alat menganalisis dan melakukan kajian penelitian,
terutama mengenai apa yang sudah di teliti. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim
(2001), definisi penelitian kuantitatif adalah penelitian yang didasari pada asumsi,
kemudian ditentukan variabel, dan selanjutnya dianalis dengan menggunakan
metode-metode penelitian yang valid, terutama dalam penelitian kuantitatif.
Menurut Suriasumantri (2005), arti penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
dilakukan dengan kajian pemikiran yang sifatnya ilmiah. Kajian ini menggunakan
proses logico-hypothetico-verifikatif pada langkah-langkah penelitian yang
dilakukan.

Dari penjelasan dan definisi penelitian kuantitatif menurut para ahli diatas,
dapat disimpulkan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menggunakan angka dalam proses penghitungan dan pengenalisas hasil penelitian.
Anggota yang di diperoleh dalam penelitian jenis ini dengan menentukan populasi
dan sempel.

Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan


statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau
penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk
menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Sebagai contoh: 240
orang, 79% dari populasi sampel, mengatakan bahwa mereka lebih percaya pada
diri mereka pribadi masa depan mereka dari setahun yang lalu hingga hari ini.
Menurut ketentuan ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari
penemuan dapat diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang telah dipilih.
pengambilan data ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian
kuantitatif.

Ukuran sampel untuk survei oleh statistik dihitung dengan menggunakan


rumusan untuk menentukan seberapa besar ukuran sampel yang diperlukan dari
suatu populasi untuk mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang dapat diterima.
pada umumnya, para peneliti mencari ukuran sampel yang akan menghasilkan
temuan dengan minimal 95% tingkat keyakinan (yang berarti bahwa jika Anda
survei diulang 100 kali, 95 kali dari seratus, Anda akan mendapatkan respon yang
sama) dan plus / minus 5 persentase poin margin dari kesalahan. Banyak survei
sampel dirancang untuk menghasilkan margin yang lebih kecil dari
kesalahan.Beberapa survei dengan melalui pertanyaan tertulis dan tes, kriteria yang
sesuai untuk memilih metode dan teknologi untuk mengumpulkan informasi dari
berbagai macam responden survei, survei dan administrasi statistik analisis dan
pelaporan semua layanan yang diberikan oleh pengantar komunikasi. Namun, oleh
karena sifat teknisnya metode pilihan pada survei atau penelitian oleh karena sifat
teknis, maka topik yang lain tidak tercakup dalam cakupan ini.
Ciri Penelitian Kuantitatif :

Beragam ciri yang terdapat dalam penelitian kuantitatif, ciri-ciri atau


karakteristik dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut;

a. Penelitian kuantitatif lebih bersifat spesifik, jelas, dan terperinci.


b. Etik, artinya dalam penelitian kuantitatif ini mementingkan pandangan orang lain.
c. Menunjukkan hubungan antar varlabel
d. Penelitian kuantitatif biasanya memulai dengan teori dan hipotesis (deduktif)
e. Komputer, kalkulator dan aplikasi stafistik menjadi instrumen utama jenis
penelitian kuantitatif ini
f. Teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif antara
lain yaitu eksperjmen survei, dan angket.
g. Analisis dilakukan setelah pengumpulan data.
h. Hubungan dengan informan memiliki jarak dan berjangka pendek.

Jenis-jenis yang terdapat dalam pendekatan kuantitatit, antara lain adalah sebagai
berikut;
a. Eksperimen

Eksperimen adalah suatu jenis penelitian untuk mencari hubungan kausalitas


(sebab akibat). Pada penelitian eksperimen peneliti mampu mengontrol atau mengubah
tentang besar kecilnya variabel independen (penyebab) dalam penelitian.
b. Survei

Survei dalam penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian untuk


memperoleh informasi tentang karakteristik, tindakan, dan perpendapat yang mewakili
populasi melajui kuesioner ataupun wawancara peneliti tidak berupaya memberikan
perlakuan khusus terhadap variabel dalam proses penelitian.
c. Deskriptif Kuantitatif
Deskriptif kuantitatif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan menggambarkan
atau melakukan deskrpsi angka-angka yang telah diolah sesual standardisasi tertentu.
d. Eksplanatif

Eksplanatif adalah suatu jenis yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan


variabel-variabeI yang memiliki kecenderungan tertentu sebagai akibat adanya variabel
bebas.
e. Komparatif

Komparatif adalah jenis penelitian yang berupaya membandingkan dua gejala atau
Iebih. Misalnya, dalam bentuk variabel yang sama untuk sampel berbeda atau variabel
berbeda untuk sampel yang sama.
f. Eksploratif

Eksploratif adalah jenis penelian kuantitatf yang bertujuan mengenali variabel


tertentu dan suatu fenomena sosial yang ingin diketahui maknanya.
g. Korelasion
Korelasion adalah jenis penelitian yang bentujuan menyelidiki sejauh mana
dampak variasi- variasi suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi lain dalam satu
faktor atau Iebih.

Teknik Pengambilan Populasi Dan Sampel Penelitian Kuantitatif


Populasi dan sampel pada dasarnya diperlukan dalam menjelaskan batasan yang
digunakan peneliti dalam menentukan responden. Populasi merupakan objek/subjek yang
beredar pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian, khususnya teknik ini dilakukan untuk analisa dalam penelitian
kuantitatif.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian kuantitatif merupakan bagian dan
populasi yang diperoleh dengan cara-cara tertentu untuk menjadi wakil dan populasi yang
akan diteliti. Penentuan sampel harus disesuaikan dengan jumlah populasi karena hasil
penelitian dan sampel akan berlaku umum pada populasi.

Langkah-Iangkah memilih sampel dapat dilakukan dengan cara menentukan


karakteristik populasi, menentukan teknik pemilihan sampel, menentukan besaran sampel,
dan memilih sampel pada penelitian kuantitatif, antara lain sebagai berikut;

a. Sampel acak (random sampling), yaitu teknik pengambilan sampel yang setiap
anggota populasinya memiliki kesempatan sama untuk menjadi anggota sampel.
b. Sampel terstratifikasi (stratified sampling), yaitu teknik pengambilan sampel yang
digunakan pada sampel apabila terdiri atas beberapa tingkat.
c. Sampel rumpun (cluster sampling), yaitu teknik pengambilan sampel secara acak
dengan perbedaan bahwa setiap unit sampelnya merupakan kumpulan atau cluster
dan unsur-unsur.
d. Proportional sampling, yaitu cara pengambilan sampel dan tiap-tiap subpopulasi
dengan memperhitungkan sub-sub populasi.
e. Area probability sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pembagian
area.
f. Incidental sampling, yaitu pengambilan sampel secara kebetulan.
g. Quota sampling, yaitu teknik untuk menentukan sampel dan popuasi yang
mempunyai kriteria tertentu dalam jumlah tertentu.

Contoh Judul Penelitian Kuantitatif


Contoh judul penelitian kuantitatif, dalam hal ini misalnya saja mengenai Tingkat
Keberhasilan PENTAS (Program Pendidikan Kewirausahaan bagi Penyandang
Disabilitas) Berbasis Kemandirian di SLB Cg Yayasan Bina Sejahtera. Dalam judul
penelitian ini ada tingkat keberhasilan, yang artinya ada data-data ibjektif dari pelatihan
kewirausahaan yang diselenggarakan dalam SLB, yang umumnya peserta didik SLB
mengalami permasalah-permasalahan, seperti tidak bisa berbicara, tidak bisa mendengar,
dan lain sebaginya. Ukuran yang diambil dalam penelitian ini bisa menggunakan sempel
setelah program selesai dijalankan.

PENELITIAN EVALUASI

Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur hasil atau dampak suatu aktivitas,
program, atau proyek dengan cara membandingkan dengan tujuan yg telah ditetapkan, dan
bagaimana cara pencapaiannya (Mulyono 2009). Sedangkan menurut Rika Dwi K. (2009)
Evaluasi adalah sebuah proses dimana keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan
seperangkat keberhasilan yang diharapkan. Perbandingan ini kemudian dilanjutkan dengan
pengidentifikasian faktor-faktor yang berpengaruh pada kegagalan dan keberhasilan.

Viviane dan Gilbert de Lansheere (dalam Inggit Kurniawan, 2009) menyatakan


bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sedangkan menurut Zulharman (2007) Evaluasi
adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi
dan efektifitas suatu program.
Evaluasi program adalah proses untuk mendeskripsikan dan menilai suatu program
dengan menggunakan kriteria tertentu dengan tujuan untuk membantu merumuskan
keputusan, kebijakan yang lebih baik. Pertimbangannya adalah untuk memudahkan
evaluator dalam mendeskripsikan dan menilai komponen-komponen yang dinilai, apakah
sesuai dengan ketentuan atau tidak (Edison, 2009). Menurut Suharsimi Arikunto (2007:
222) penelitian evaluasi dapat diartikan suatu proses yang dilakukan dalam rangka
menentukan kebijakan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan nilai-nilai positif dan
keuntungan suatu program, serta mempertimbangkan proses serta teknik yang telah
digunakan untuk melakukan suatu penelitian.

Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian


evaluasi merupakan suatu prosedur ilmiah yang sistematis yang dilakukan untuk
mengukur hasil program atau proyek (efektifitas suatu program) sesuai dengan tujuan
yang direncanakan atau tidak, dengan cara mengumpulkan, menganalisis dan mengkaji
pelaksaaan program yang dilakukan secara objektif. Kemudian merumuskan dan
menentukan kebijakan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan nilai-nilai positif dan
keuntungan suatu program.

Fungsi Dan Tujuan Penelitian Evaluasi


Michael Scriven (dalam Arikunto, 2007: 222-223) mengemukakan bahwa secara
garis besar fungsi penelitian evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yakni:

1. Evaluasi formatif difungsikan sebagai pengumpulan data pada waktu pendidikan


masih berlangsung. Data hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk “membentuk”
(to form) dan memodifikasi program kegiatan. Jika pada pertengahan kegiatan
sudah diketahui hal-hal apa yang negatif dan para pengambil keputusan sudah
dapat menentukan sikap tentang kegiatan yang sedang berlangsung maka
terjadinya pemborosan yang mungkin akan terjadi, dapat dicegah.

2. Evaluasi sumatif dilangsungkan jika program kegiatan sudah betul-betul selesai


dilaksanakan. Evaluasi sumatif dilaksanakan untuk menentukan sejauh mana
sesuatu program mempunyai nilai kemanfaatan, terutama jika dibandingkan
dengan pelaksanaan program-program yang lain. Penilaian sumatif bermanfaat
datanya bagi para pendidik yang akan mengadopsi program yang dievaluasi
berkenaan dengan hasil, program atau prosedur.

Sedangkan menurut Tayipnapis (1989: 3): Evaluasi dapat mempunyai dua kegunaan,
yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif, evaluasi digunakan untuk
perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk,
dsb). Fungsi sumatif, evaluasi digunakan untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi
atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi,
kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi,
menambah pengetahuan dan dukungan dari pihak yang terlibat.

Pada prinsipnya tujuan evaluasi program harus dirumuskan dengan titik tolak tujuan
program yang akan dievaluasi (Dwiyogo, 2006: 50). Ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum biasanya diarahkan pada program secara
keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada tiap-tiap komponen dari program.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian evaluasi


mempunyai dua fungsi yaitu; 1) Fungsi formatif, untuk pengumpulan data pada kegiatan
yang sedang berjalan dan digunakan untuk perbaikan, pengembangan, dan modifikasi
program. 2) Fungsi sumatif yang dilaksanakan setelah program selesasi dilaksanakan.
Digunakan untuk pertanggungjawaban program dan penentuan sejauh mana kemanfaatan
program. Penelitian evaluasi bertujuan untuk mengevaluasi komponen-komponen
program dan program secara menyeluruh.

Prosedur Penelitian Evaluasi


Penelitian evaluasi adalah salah satu bentuk dari berjenis-jenis penelitian yang dapat
dilaksanakan oleh peneliti. Seperti hal penelitian-penelitian lainnya, penelitian evaluasi
juga memiliki prosedur untuk melekukannya. Akan tetapi menurut Suharsimi Arikunto (
2007: 298) satu hal yang paling mencolok dalam perbedaan penelitian evaluasi dengan
penelitian-penelitian lainnya yaitu untuk mengambil keputusan maka pengambilan
kesimpulan penelitian didasarkan atas tolok ukur dan kriteria tertentu. Biasanya yang
dijadikan sebagai tolok ukur adalah sasran yang hendak dicapai melalui program yang
dilaksanakan. Tolok ukur untuk komponen-komponen program adalah kualitas maksimal
yang dikehendaki bagi setiap komponen.

Sedangkan prosedur penelitian evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2007: 299-230)


adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mengadakan pengkajian terhadap buku-buku, lapangan dan menggali


informasi dari para pakar untuk memperoleh gambaran tentang masalah yang akan
diteliti.
2. Peneliti merumuskan problematika penelitian dalm bentuk pertanyaan penelitian
setelah terlebih dahulu mengkaji lagi sumber-sumber yang relevan untuk
memperoleh ketajamn problematika.
3. Peneliti menyusun proposal penelitian dengan mencantumkan latar belakang
masalah, alasan mengadakan penelitian, problematika, tujuan, hipotesis ( disertai
dengan dukungan teori dan penemuan-penemuan penelitian), metodologi
penelitian yang memuat subjek penelitian (populasi dan sampel dengan rincian
besarnya sampel, teknik sampling dan siapa sampel penelitiannya), instrumen
pengumpulan data dan teknik analisis data.
4. Peneliti mengatur perencanaan penelitian, menyusun instrumen, menyiapkan
kancah penelitian dan melaksanakn uji coba instrumen.
5. Pelaksanan penelitian dalam bentuk yang disesuaikan dengan model penelitian
yang telah dipilih. Dalam penelitian evaluasi peneliti mungkin mengambil model
eksperimen murni (jika persyaratan-persyaratan terpenuhi) atau model eksperimen
pura-pura. Dalam hal ini penelitian berfikir bahwa dalam mengevaluasi program
dipikirkan mesti ada sesuatu yang dilaksanakan. Peneliti mengukur tingkat
keberhasilan perlakuan yang dilaksanakan dalam progran yang dievaluasi. Dalam
hal ini peneliti telah mengkaji rencana pengelola program melalui sasaran yang
dikehendaki sesudah perlakuan diberikan. Dengan kata lain pelaksana penelitian
evaluasi sudah menyiapkan tolok ukur.
6. Peneliti mengumpulkan data dengan instrumen yang telah disusun berdasrkan
rincian komponen-komponen yang akan dievaluasi.
7. Menganalisis data yang terkumpul dengan mengeterapkan tolok ukur yang telah
dirumuskan oleh peneliti sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh
pengelola program.
8. Menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan atas gambaran sejauh mana data sesuai
dengan tolok ukur.
9. Informasi mengenai hasil penelitian evaluasi disampaikan kepada pengelola
program atau pihak yang minta bantuan kepada peneliti evaluasi. Evaluasi tersebut
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi tindak lanjut program yang
dievaluasi. Wujud tindak lanjut ada tiga alternatif yatu:
a. Program disebarluaskan karena dipandang baik
b. Program direvisi karena ada hal-hal yang belum sesuai dengan tolol ukur yang
dikehendaki
c. Program dihentikan karena ada bukti bahwa kurang atau tidak baik.

Model-Model Evaluasi
Terdapat beberapa beberapa model evaluasi sebagai strategi atau pedoman kerja
pelaksanaan evaluasi program, yaitu:
1. Model Evaluasi CIPP

Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang tujuannya untuk mengambil
keputusan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan suatu program
(Fuddin, 2007). Mbulu (1995: 62) model CIPP merupakan singkatan (akronim) dari
contect evaluation, input evaluation, process evaluation, dan product evaluation yang
dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam dan kawan-kawannya pada tahun 1968 di Ohio
State University dan berorientasi pada pengambilan keputusan.

Context evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini membantu


merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan
merumuskan tujuan program (Tayibnapis, 1989: 10-11). Evaluasi konteks meliputi
penggambaran latar belakang program yang dievaluasi, memberikan perkiraan kebutuhan
dan tujuan program, menentukan sasaran program dan menentukan sejauh mana tawaran
ini cukup responsif terhadap kebutuhan yang sudah diidentifikasi (Edison, 2009). Mbulu
(1994/1995: 62-63) evaluasi konteks meliputi:
a) Analisis masalah/kebutuhan yang berhubungan dengan lingkungan. Suatu kebutuhan
dirumuskan sebagai suatu kesenjangan antara kondisi yang ada sekarang dengan kondisi
yang diharapkan. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut telah diidentifikasikan, maka
langkah selanjutnya adalah: b) menggambarkan secara jelas dan terperinci tujuan program
yang akan memperkecil kesenjangan antara kondisi yang ada sekarang dengan kondisi
yang diharapkan. Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa evaluasi konteks adalah
evaluasi terhadap kebutuhan-kebutuhan, tujuan pemenuhan kebutuhan serta karakteristik
individu yang melaksanakan evaluasi.

Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan,


menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan
strategi untuk mencapai kebutuhan. Bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya
(Tayibnapis, 1989: 11). Evaluasi ini digunakan dalam pelaksanaan program, diadakan
penjadwalan dan prosedur pelaksanaannya (Mbulu, 1994/1995: 63). Edison (2009)
evaluasi masukan dilaksanakan dengan tujuan dapat menilai relevansi rancangan program,
strategi yang dipilih, prosedur, sumber baik yang berupa manusia (guru, siswa) atau mata
pelajaran serta sarana prasarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Singkatnya masukan (input) merupakan model yang digunakan untuk
menentukan bagaimana cara agar penggunaan sumberdaya yang ada bisa mencapai tujuan
serta secara esensial memberikan informasi tentang apakah perlu mencari bantuan dari
pihak lain atau tidak. Aspek input juga membantu menentukan prosedur dan desain untuk
mengimplementasikan program.

Process evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi proses untuk


membantu mengimplementasi keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan?
Apa yang yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat
dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki (Tayibnapis, 1989; 11). Mbulu (1994/1995: 63)
evaluasi proses dipergunakan untuk membantu memberikan dan menyediakan informasi
balikan dalam rangka mengimplementasi keputusan, sampai sejauh mana rencana-rencana
atau tindakan-tindakan yang hendak dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan program
sudah sesuai dengan prosedur dan penjadwalan yang ditetapkan. Evaluasi Proses
dilaksanakan dengan harapan dapat memperoleh informasi mengenai bagaimana program
telah diimplementasikan sehari- hari didalam maupun diluar kelas, pengalaman belajar apa
saja yang telah diperoleh siswa, serta bagaimana kesiapan guru dan siswa dalam
implementasi program tersebut dan untuk memperbaiki kualitas program dari program
yang berjalan serta memberikan informasi sebagai alat untuk menilai apakah sebuah
proyek relatif sukses/gagal (Edison, 2009).

Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk menolong


keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang dilakukan setelah program
berjalan? (Tayibnapis, 1989: 11). Edison (2009) evaluasi produk mengakomodasi
informasi untuk meyakinkan dalam kondisi apa tujuan dapat dicapai dan juga untuk
menentukan jika strategi yang berkaitan dengan prosedur dan metode yang diterapkan
guna mencapai tujuan sebaiknya berhenti, modifikasi atau dilanjutkan dalam bentuk yang
seperti sekarang. Evaluasi produk meliputi penentuan dan penilaian dampak umum dan
khusus suatu program, mengukur dampak yang terantisipasi, mengidentifikasi dampak
yang tak terantisipasi, memperkirakan kebaikan program serta mengukur efektifitas
program. Mbulu (1994/1995: 64) jenis evaluasi produk digunakan untuk: a. menolong
keputusan selanjutnya, seberapa besar hasil yang telah dicapai da apa yang akan dilakukan
setelah program dilaksanakan. b. mengukur keberhasilan pencapaian tujuan program yang
telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Model evaluasi


untuk mengambil keputusan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan
suatu program dengan menggunakan evaluasi konteks, evaluasi masukan, evaluasi proses,
dan evaluasi produk.
2. Model Evaluasi UCLA
Tayibnapis (1989: 11) Alkin (1969) menulis tentang kerangka kerja evaluasi yang
hampir sama dengan model CIPP. Alkin mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses
meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis
informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat
keputusan dan memilih beberapa alternatif. Alkin mengemukakan lima macam evaluasi
yaitu: .

a. System assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi


sistem berfungsi memberikan informasi mengenai keadaan atau profil program.
b. Program plannin, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan
berhasil memenuhi kebutuhan program.
c. Program implementation, yang menyiapkan informasi mengenai apakah program
sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang
direncanakan . Program improvement yang memberikan informasi tentang
bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, atau berjalan, apakah
menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal atau masalah-masalah baru yang
muncul tak terduga. Program improvement berfungsi memberikan informasi
tentang bagaimana program tersebut bermanfaat dan bagaimana program dapat
dilaksanakan.
d. Program certification, yang memberi informasi tentang nilai atau guna program.
3. Model Evaluasi Brinkerhoff
Model ini dikembangkan oleh Brinkerhoff dan kawan-kawan, dengan mengemukakan
tiga jenis desain yaitu (dalam Dwiyogo, 2006: 54):

1) Fixed vs Emergant Evaluation Design. Desain fixed ditentukan dan


direncanakan secara sistematis dan desainnya dikembangkan dengan mengacu pada
tujuan program. Rencana analisis dibuat sebelumnya dimana si pemakai akan
menerima informasi seperti yang telah ditentukan dalam tujuan. Strategi pengumpulan
informasi dalam desain ini menggunakan tes, angket, lembar wawancara. Berbeda
dengan desain fixed, desain emergent dibuat dengan maksud menangkap fenomena
yang sedang berlangsung yang berpengaruh terhadap program seperti masukan-
masukan baru. Pada prinsipnya desain ini terus berkembang sesuai dengan kondisi dan
dapat berubah sesuai dengan kebutuhan.
2) Formatif vs Summative evaluation. Evaluasi formatif digunakan untuk
memperoleh data bagi keperluan revisi program, sedangkan evaluasi sumatif dibuat
untuk menilai kegunaan suatu program. Pada evaluasi sumatif fokus evaluasi ditujukan
pada variabel-variabel yang dipandang penting dan berkaitan dengan kebutuhan
pengambilan keputusan.

3) Desain eksperimental dan Quasi eksperimental vs Natural inquiry. Desain


eksperimental, quasi eksperimental dan natural inquiry desain merupakan hasil adopsi
dari disiplin penelitian. Desain eksperimental dan quasi eksperimental digunakan
untuk menilai suatu program yang baru diujicobakan. Sedangkan natural inquiry
dilakukan dengan cara evaluator terlibat langsung dengan sumber-sumber informasi
serta program yang dilaksanakannya.
4. Model Evaluasi Stake

Model ini dikembangkan oleh Stake (1967), analisis proses evaluasi yang
dikemukakannya membawa dampak yang cukup besar dalam bidang ini dan meletakkan
dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan
yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan
dalam evaluasi ialah Descriptions dan judgement dan membedakan adanya tiga tahap
dalam program pendidikan yaitu: Antecedents (context), transaction (process), dan
Outcomes (output) (Tayibnapis. 1989: 11).

Mbulu (1994/1995: 74-75): Tahap pendahuluan (antecedents) menyangkut kondisi


yang terlebih dahulu ada sampai pada saat dilakukan instruksi yang dihubungkan dengan
hasil yang dicapai. Tahap transaksi (transactions) menyangkut proses dilakukannya
instruksi dan hasil yang diperoleh adalah karena pengaruh dari proses tersebut. Tahap
outcomes menyangkut hasil yang dicapai setelah program diimplementasikan serta untuk
menentukan langkah kerja selanjutnya.

Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini ialah bahwa evaluator
yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Stake mengatakan bahwa
description di satu pihak berbeda dengan judgement atau menilai. Dalam model ini,
antecedents (masukan), transaction (proses) dan outcomes (hasil) data dibandingkan tidak
hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan sebenarnya, tetapi
juga dibandingkan dengan standar yang absolut, untuk menilai manfaat program
(Tayibnapis,1989:16-17).

3. TEMPAT

FIELD RESEARCH (PENELITIAN LAPANGAN)


Field research yang karakternya dapat menyelam langsung ke pusat komunitas
sasaran menawarkan solusi yang menarik untuk mengeliminasi keterbatasan-keterbatasan
penelitian yang ditimbulkan penggunaan metode lain. Di lain pihak pula, beberapa
kendala yang dihadapi tidak dapat dipandang remeh. Peneliti field research dikatakan oleh
Neuman haruslah mampu “berpikir sembari berdiri”. Maksudnya, peneliti sebagai
14tatistic14 penelitian dalam menghadapi kejadian yang serba tidak pasti di lapangan,
perlu bereaksi dengan pemikiran yang cepat. Keadaan ketidakpastian dibarengi dengan
informasi yang sangat besar jumlahnya juga membuat field research secara psikologis
maupun fisik 14tatisti lebih berat. Metode field research diperkenalkan di kancah
akademik pada paruh kedua abad 19. Pada umumnya metode ini diterapkanoleh peneliti
antropologi.[1] Menurut Bronislaw Malinoski –salah seorang pelopornya di tahun 1920an-
peneliti 14tatis harus berinteraksi langsung dan hidup bersama masyarakat pribumi,
mempelajari adat istiadat, kepercayaan serta proses sosialnya. Seiring berjalannya waktu,
metode field research mulai digunakan pula oleh disiplin ilmu lain. Penerapan metode
field research untuk penelitian lainnya merupakan langkah yang tepat, dikarenakan
kemampuannya untuk sekaligus memetakan aspek budaya, tata nilai dan aktivitas dari
masyarakat di mana sebuah objek penelitian tersebut tumbuh dan berkembang. Namun
demikian, terdapat beberapa masalah yang perlu dicermati dalam penerapan metode field
research..

Bagi banyak peneliti, field research merupakan tantangan sekaligus keasyikan


tersendiri. Bergabung dengan komunitas yang sama sekali asing, tinggal di daerah pelosok
yang jauh dari peradaban, bertemu dengan banyak hal baru dan lain sebagainya
merupakan sebuah petualangan yang tidak dapat diterangkan dengan sekedar kata-kata.
Fieldresearch, seperti halnya penelitian kualitatif lainnya dirasakan lebih dekat pada
kenyataan lapangan, ketimbang penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan 15tatistic
yang rumit serta rumus-rumus matematika yang cenderung lebih “dingin”. Field research
lebih mengutamakan interaksi antar muka dengan komunitas masyarakat dalam
lingkungannya yang natural. Kedekatan pada lingkungan yang natural ini membuat field
research memiliki kecocokan untuk diterapkan pada penelitian-penelitian kemasyarakatan
dan kebudayaan.

B. Metode Field Research


Field research adalah bentuk penelitian yang bertujuan mengungkapkan makna
yang diberikan oleh anggota masyarakat pada perilakunya dan kenyataan sekitar. Metode
field research digunakan ketika metode survai ataupun eksperimen dirasakan tidak praktis,
atau ketika lapangan penelitian masih terbentang dengan demikian luasnya. Field
researchdapat pula diposisikan sebagai pembuka jalan kepada metode survai dan
eksperimen. Dalam field research peneliti masuk ke lingkungan penelitian dengan benar-
benar defocus, bebas dari prakonsepsi dan mengalir mengikuti arus di lingkungan
penelitiannya tersebut. Observasi merupakan teknik pengumpulan informasi utama yang
dilakukan. Berbeda dengan penelitian lain, data dan informasi yang diperoleh pada field
research langsung dianalisis pada kesempatan pertama, bersamaan dengan pengumpulan
informasi berikutnya. Proses ini berlangsung terus menerus, tanpa perangkat pedoman
yang pasti dan lebih mengikuti perkembangan di lapangan. Bahkan, fokus pada aspek-
aspek yang khusus baru dilakukan menjelang akhir dari penelitian.

Neuman melukiskan langkah-langkah field research sebagai berikut:

1. Peneliti mempersiapkan diri, membaca literature dan defocus


2. Cari lapangan penelitian dan dapatkan akses kedalamnya
3. Masuki lapangan penelitian, kembangkan hubungan social dengan anggota
komunitas
4. Adopsi sebuah peran social kedalam diri, bergaul dengan anggota komunitas
5. Lihat, dengar, kumpulkan data kualitatif
6. Mulai menganalisi data dan mengevaluasi hipotesa kerja
7. Fokus pada aspek spesifik dan gunakan sampling teorikal
8. Gunakan wawancara lapangan dengan anggota komunitas dan informan
9. Putuskan hubungan dan tinggalkan lapangan penelitian secara fisik
10. Sempurnakan analisis dan tuliskan laporan penelitian

Metode survai dan eksperimen yang sering diterapkan dalam penelitian


kebudayaan dan kemasyarakatan lainnya yang dapat dikontraskan dengan field research,
seperti yang digambarkan oleh Unaradjan.[4] Survai meliputi pembatasan yang drastis,
ibarat melihat melalui teropong, tempat yang terlihat sangat terbatas. Dengan demikian,
apa yang hendak dipelajari harus sudah diketahui sebelumnya, gagasan atau prakonsepsi
yang tidak boleh ada di field research, dalam survai sangat berperan. Eksperimen,
merupakan pembatasan lebih lanjut lagi dari survai, dengan jumlah variabel sangat sedikit
serta dapat dikendalikan. Dalam penelitian berkaitan dengan arsitektur, field research
dipergunakan manakala subjek penelitian masih membuka kemungkinan eksplorasi yang
seluas-luasnya, topik penelitian merupakan suatu hal baru yang jarang atau tidak pernah
terbahas sebelumnya, sedemikian hingga gambaran seutuhnya hanya dapat diperoleh
dengan pendekatan pada real groups untuk mencapai naturalness. Sebagaimana halnya
penelitian kualitatif lainnya, field research meneliti permasalahan dalam setting yang
natural dalam upaya untuk memaknai, menginterpretasi fenomena yang teramati[5] (Groat
& Wang, 2002). Sebagai contohnya, sebuah penelitian yang dilakukan untuk
mengungkapkan ruang dan persepsi akan ruang dari sebuah komunitas sekte kepercayaan
tertentu yang sangat tertutup, akan menjadi fenomena menarik dalam masyarakat.
Penelitian survai murni tidak akan mampu menjelaskan fenomena ini, karena “peta” jalan
yang harus dilalui belum ada. Peta semacam itulah yang dapat diperoleh melalui field
research.

Berdasarkan keterangan di atas, menurut Groat & Wang (2002), ada 4 komponen kunci
berkaitan dengan field research sebagai bagian dari penelitian kualitatif:
• Penekanan pada setting natural
Seting natural berarti subjek penelitian tidak berpindah dari tempat asli kejadian.
Peneliti menerapkan berbagai taktik untuk menempatkan diri dalam konteks
penelitiannya. Konteks tidak perlu berubah demi pelaksanaan penelitian.

• Fokus pada interpretasi dan makna


Peneliti tidak hanya mendasari penelitiannya pada realitas empiris dari observasi
dan wawancara yang dilakukannya, namun juga memainkan peran penting dalam
menginterpretasi dan memaknai data.
• Fokus pada cara responden memaknai keadaan dirinya
Tujuan dari peneliti adalah mempresentasikan gambaran menyeluruh dari setting
atau fenomena studi, sesuai dengan pemahaman dari responden sendiri.

• Penggunaan beragam taktik


Sebagai bagian dari pengamatan realitas yang cenderung cair, field research tidak
memiliki kecenderungan untuk hanya mengandalkan taktik tunggal, melainkan
beragam sebagai paduan dari berbagai taktik sesuai keadaan lapangan.

Dalam field research dikenal istilah verstehen, artinya melihat kenyataan melalui
pandangan subjek di lapangan. Demikianlah observasi dilakukan. Namun begitu,
analisisnya melibatkan diri peneliti sebagai instrumen penelitian. Dengan demikian, field
research menjadi semacam pertemuan budaya, culture encounter antara budaya peneliti
sendiri di satu pihak, budaya subjek penelitian di lain pihak dan bahkan budaya dari
pembaca hasil penelitian tersebut. Titik permulaannya adalah saat di mana terjadi
penyimpangan, atau dipersepsikannya penyimpangan antara si peneliti dengan
lingkungan, suatu pengamatan terhadap budaya, kejadian, manusia dan nilai-nilainya yang
asing dan tidak dapat dimengerti serta dijelaskan menurut tradisi asli si peneliti. Hal ini
dikenal sebagai breakdown, yang timbulnya sangat tergantung pada tradisi si peneliti,
tradisi kelompok dan tradisi khalayak yang terlibat di dalamnya.

Breakdown amat penting dan menentukan apakah field research yang dilakukan
akan menghasilkan penelitian yang berhasil ataukah tidak. Oleh sebab itu, salah satu aspek
penting dalam field research adalah si peneliti sebaiknya memiliki apa yang oleh
Neuman[6] diistilahkan sebagai sikap keasingan. Peneliti sebaiknya berasal dari kalangan
yang sama sekali berbeda latar belakang dengan subjek penelitian sehingga memiliki
kemampuan untuk menyerap informasi yang terasa asing dari lingkungan penelitian, serta
menjadi peka akan detail yang sekecil mungkin. Apabila peneliti memiliki latar belakang
budaya yang relatif serupa, maka kondisi breakdown tidak tercipta. Peneliti menjadi lebih
mudah “dibutakan” oleh aspek-aspek keseharian rutin yang menurutnya sudah biasa dan
tidak perlu tercatat sebagai informasi penting, padahal di mata peneliti yang awas hal itu
merupakan informasi yang sangat berharga.

PENELITIAN PERPUSTAKAAN

Penelitian perpustakaan adalh penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas


karya tulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun belum di
publikasikan.contoh-contoh penelitian semacam ini adalah penelitian sejarah, berbagai
penemuan rumus –rumus dibidang matematika dan statistika, dan lain sebagainya.

Ada beberapa langkah efektif dan sederhana yang bisa dilakukan dala penelitian
perpustakaan.
1. Tentukan inti dari topik yang akan dibahas.
2. Teknik mencari informasi latar belakang.
3. Meilah informasi.
4. Tuliskan kutipan menggunakan format standar.

Kajian mengenai studi kepustakaan tersebut kadang-kadang terkesan bagi para


peneliti yang belum berpengalamn dalam bidang itu tampaknya cenderung mengabaikan
pendekatan ini dalam memilih dan memilah kategori yang menjadi stressing dalam
menentukan tema dan ide yang terserap dari literatur tumpuan kajian. Pada prinsipnya
verifikasi masalah tidak dapat dipisahkan dari hasil kajian kepustakaan, sebab ini lebih
mempertajam masalah walaupun masalah itu bersumber dari data itu sendiri.

4. PENGGUNAAN ILMU

PENELITIAN DASAR

Penelitian dasar atau peraturan murni yakni penelitian yang dilakukan


untukmengembangkan atau menguji teori, bukan untuk keperluan kehidupan praktis
manusia. Penelitian dilakukan untuk mencari kebenaran sebab akibat sebagaimana adanya
atau berdasarkan wujud yang sebenarnya. Apabila sebuah penelitian bersifat murni dan
mempunyai tujuan untuk menemukan suatu generalisasi atau teori atau prinsip tertentu,
maka kita dapat menggolongkannya ke dalam penelitian dasar. Penelitian dasar sama
sekali tidak mementingkan segi praktis (aplikasi) di lapangan. Penelitian dasar hanya
mengutamakan untuk mencapai tujuan “menemukan sesuatu”. Landasan yang mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian dasar adalah murni karena rasa ingin tahu tentang
sesuatu yang bersifat mendasar. Di dalam melakukan penelitiannya, para peneliti di
bidang inimelaksanakannya pada suasana “laboratoris”, di mana berbagai eksperimen
dilakukan di laboratorium (atau suasana laboratorium) alih-alih kondisi nyata di lapangan.
PENELITIAN TERAPAN
Penelitian Terapan atau Appelied Research, yakni kebalikan dari penelitian dasar.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk keperluan kehidupan praktis manusia sehari-
hari. Penelitian terapan dilakukan langsung di lapangan dalam situasi dan kondisi riil,
bukan dalam suasana laboratoris sebagaimana penelitian dasar. Karenanya, metodologi
yang digunakan juga berbeda dengan penelitian dasar yang lebih bersifat eksperimental.
Apabila sebuah penelitian dalam tujuannya lebih mengutamakan segi praktis (penerapan
di lapangan), maka penelitian tersebut dapat kita golongkan ke dalam penelitian terapan.
(Jusuf Soewadji, MA Pengantar Metodologi Penelitian).

5. BIDANG ILMU

PENELITIAN SOSIAL:
Penelitian sosial adalah suatu metode analisis situasi yang merumuskan berbagai
masalah sosial denghan maksud untuk menemukan aspek yang baru, memahami sebab
musabab beserta interrelasinya, mengoreksi, mengadakan verifikasi, dan memperluas
pengetahuan.
Tujuan Penelitian Sosial
1. Mendeskripsikan fenomena dalam masyarakat
2. Menjelaskan hubungan antar fenomena terutama hubungan sebab akibat
3. Meramalkan fenomena yang akan terjadi
4. Menemukan pengetahuan baru
5. Menguji kebenaran yang telah ada

Fungsi Penelitian Sosial


1. Sebagai cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
2. Sebagai alat pemecahan masalah dilapangan
3. Sebagai penyumbang informasi penting dalam pembuatan suatu kebijakan dan
perencanaan program pemerintah.

Syarat Penelitian Sosial


Tiga syarat penelitian:
1. Sistematis, penelitian dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling sederhana
sampai yang kompleks hingga tercapai tujuan yang efektif dan efisien.
2. Terencana, penelitian dilaksanakan dengan adanya unsuk kesengajaan dan sebelumnya
sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya.
3. Mengikuti konsep ilmiah, mulai dari awal sampai akhir kegiatan, penelitian dilakukan
menurut cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip memperoleh ilmu pengetahuan.

Rancangan Penelitian Sosial


Rancangan penelitian adalah rencana tertulis yang berisi gambaran ringkas dan
jelas mengenai keseluruhan tahap proses penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Enam tahapan dalam rancangan penelitian:
1. Latar belakang masalah
2. Perumusan masalah
3. Tujuan dan manfaat penelitian
4. Landasan teori atau tinjauan kepustakaan
5. Hipotesis
6. Metodologi penelitian
Jenis-Jenis Penelitian Sosial
1. Menurut tujuannya:
a. Penelitian dasar
b. Penelitian terapan
2. Menurut metodenya:
a. Penelitian historic
b. Penelitian survei
c. Penelitian eksperimen
d. Penelitian observasi
3. Menurut taraf pemberian informasi
a. Penelitian deskriptif
b. Penelitian eksplanasi
c. Penelitian eksplorasi

Manfaat Penelitian Sosial


Penelitian akan terlihat manfaatnya setelah dilaksanakan. Adapun manfaat
penelitian sosial sebagai berikut.
1. Dapat digunakan untuk menemukan kemungkinan terbaik dalam memecahkan
permasalahan sosial.
2. Digunakan untuk menganalisis gejala sosial dalam lingkungan masyarakat.
3. Memberikan gambaran penyebab dan akibat-akibat dan suatu kebijakan,
perubahan sosial, dan kondisi tertentu.
4. Mengetahui ketercapaian dan keberhasilan program kerja.
5. Memberikan sumbangan pemikiran agar hasH penelitian mampu mendorong
perubahan yang bersifat progres.
6. Memprediksi kemungkinan fenomena sosial yang akan terjadi berdasarkan fakta
yang sedang dihadapi.
7. Sebagai sarana memenuhi syarat akademik dan peningkatan karier.
8. Mendorong peneliti mengembangkan sikap kritis, kerja keras, dan pantang
menyerah.
PENELITIAN KOMUNIKASI
Penelitian komunikasi adalah penelitian yang dilakukan untuk meneliti berbagai
komponen/unsur komunikasi, mulai dari komponen komunikator untuk meneliti
penyampai pesan, bagaimana pesan itu disampaikan menggunakan saluran apa, pesan apa
saja yang bisa disampaikan, kepada siapa pesan tersebut disampaikan dan efek apa yang
didapat dengan adanya penyampaian pesan tersebut, sampai dengan umpan balik dari
pesan tersebut.

Komunikasi merupakan bagian paling mendasardasar dalam kehidupan manusia.


Komunikasi yang memungkinkan manusia membangun suatu kerangka rujukan dan
menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang mereka hadapi.
Dengan komunikasi, manusia mempelajari dan menerapkan cara-cara untuk mengatasi
permasalahan dalam kehidupan sosial (Mulyana, 2010). Komunikasi antarpribadi
dianggap sebagai salah satu strategi untuk membangun dan mempertahankan hubungan
yang efektif antara organisasi dengan publik. Komunikasi antarpribadi memiliki fungsi
untuk membantu mengumpulkan informasi mengenai individu sehingga dapat
memprediksikan respon yang akan timbul. Hal tersebut didukung oleh Wiryanto (2006:
32), komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap
muka antara dua orang atau lebih, baik secara teroganisasi maupun pada kerumunan orang

Komunikasi memiliki peranan penting, terutama pada konteks komunikasi di


tempat kerja. Dalam komunikasi organisasi, setiap individu dalam organisasi tersebut
mendapatkan komunikasi untuk menjalankan fungsi dan tugas masing-masing.
Komunikasi tersebut dikelola dengan Komunikasi Internal. Komunikasi internal menjadi
suatu hal yang penting dalam sebuah perusahaan. Komunikasi internal merupakan proses
pertukaran informasi dan komunikasi di antara pimpinan dan para karyawan dalam suatu
perusahaan yang menyebabkan terwujudnya struktur yang khas dan pertukaran gagasan
secara horizontal dan vertikal yang menyebabkan pekerjaan dapat berlangsung secara
efektif (Effendy, 2004). Ketika seseorang beinteraksi dengan orang lain, maka saat itulah
komunikasi mengambil peranan penting dalam hubungan yang tercipta. Komunikasi yang
sedang berlangsung antar individu terbagi atas apa yang dimaksud dengan komunikasi
verbal atau pun komunikasi non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang
bersifat lisan atau komunikasi dengan menggunakan kata-kata (lisan) maupun tulisan
(Devito, 2012). Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran,
gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta
menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran.

Komunikasi dikatakan baik apabila komunikasi itu efektif. Dengan komunikasi


yang efektif diharapkan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
komunikan. Salah satu indikator keefektifan komunikasi adalah apabila memenuhi
sejumlah syarat tertentu, dimana salah satunya adalah komunikasi yang mampu
menimbulkan kesenangan diantara pihak yang terlibat di dalamnya. Meskipun komunikasi
fatis ini cukup jarang dibicarakan dalam kajian komunikasi, namun keberadaan
komunikasi fatis di sekitar lingkungan sosial ternyata sangat diperlukan dan mudah
ditemukan. Misalnya seseorang menanyakan kabar dari lawan bicaranya, maka
sebenarnya hal itu hanya merupakan basa-basi saja. Si penanya tidak bermaksud benar-
benar ingin mencari tahu bagaimana kabar lawan bicaranya, melainkan hanya ingin
menimbulkan suasana keakraban semata. Komunikasi fatis sebenarnya mencakup seluruh
ruang lingkup komunikasi. Namun, komunikasi fatis biasanya dilakukan melalui
komunikasi verbal dan nonverbal. Bentuk komunikasi nonverbal adalah sentuhan di
pundak atau di punggung lawan bicara juga dapat mengekspresikan gaya komunikasi fatis.
Meskipun komunikasi fatis ini cukup jarang dibicarakan dalam kajian komunikasi, namun
keberadaan komunikasi fatis disekitar lingkungan sosial ternyata sangat diperlukan dan
mudah ditemukan. Menurut Tubbs dan Sylvia Moss (2009), Komunikasi fatis sangat
berguna untuk mempertahankan kelangsungan hubungan sosial dalam keadaan yang baik
dan menyenangkan. Hubungan yang baik dan menyenangkan ini sangat diperlukan bagi
seseorang untuk mengembangkan kepribadiannya.

Fokus penelitan komunikasi


Ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu social, dalam menganalisa
geala/fenomena dan peristiwa social, terutama yang berhubungan dengan aktivitas
komunikasi manusia menggunakan metode penelitian social. Fokus kajian/penelitian
komunikasi manusia mengacu pada segala proses aktifitas komunikasi didalam dan
diantara system social.

Kalau kita mengacu pada definisi Harold D. Lasswall, yang mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada
komunikan dengan media tertentu dan dengan efek tertentu, maka focus penelitian
komunikasi juga tidak lepas dari definisi tersebut. Penelitian komunikasi meliputi:

1. Penelitian mengenai proses komunikasi, konteks dan audit komunikasi.


2. Penelitian mengenai komunikator, misalnya; kredibilitas sumber komunikasi.
3. Penelitian mengenai pesan, misalnya efektifitas isi pesan komunikasi, struktur dan
makna pesan komunikasi, dsb.
4. Penelitian mengenai media komunikasi, baik media nir massa maupun media
massa (cetak & elektronik).
5. Penelitian mengenai komunikan, massa; studi khalayak media massa.
6. Penelitian mengenai efek komunikasi. Studi mengenai dampak komunikasi.
7. Penelitian mengenai umpan balik (feedback) komunikasi, dsb.
Karena lingkup penelitian komunikasi yang demikian luas maka dalam penggunaan
metode penelitiannyapun disesuaikan dengan permasalahan penelitian dan keperluan
analisisnya.
Beberapa metode penelitian yang lazim digunakan dalam penelitian komunikasi
antara lain:
 Observasi partisipatif dalam produksi berita dan program acara
 Analisis isi media
 Survey
 Eksperimental
 Focus group discussion (dalam penelitian khalayak media)
 Semiotik, fenomenologi dan hermenuetika
 Audit komunikasi
 Analisis jaringan komunikasi, dll.

Fokuskan pada penelitian komunikasi dengan menggunakan pendekatan


kualitatif. Dimana metode yang biasa digunakan dalam pendekatan kualitatif adalah Focus
Group Discussion, semiotic, audit komunikasi dan analisis jaringan komunikasi dan
berbagai penelitian kualitatif lainnya, dengan pendekatan dan metode lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa pentingnya komunikasi yang terjalin dengan baik antar
setiap pribadi dalam suatu organisasi menjadi perhatian serius, karena jika makna dalam
pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan maksud dari penyampai pesan, hal tersebut
akan menimbulkan masalah yakni perbedaan pemahaman maksud. Perbedaan pemahaman
maksud tersebut dapat memicu kesalahpahaman dalam menerima pesan dan membuat
pesan yang dimaksud tidak tersampaikan dengan baik. Terdapat empat fungsi utama
komunikasi menurut Robbins dan Coulter (2007) adalah :

a) Kontrol Komunikasi bertindak sebagai kontrol perilaku anggota dalam berbagai


cara
b) Motivasi Komunikasi mendorong motivasi dengan menjelaskan pada karyawan
apa yang harus diselesaikan, seberapa baik mereka melakukannya, dan apa yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika tidak sejajar. Ketika karyawan
menetapkan tujuan tertentu, bekerja untuk tujuan itu, dan menerima umpan balik
dari perkembangan tujuan itu, maka komunikasi diperlukan.
c) Ekspresi emosional Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok adalah
mekanisme fundamental di mana anggotanya berbagi rasa frustasi dan perasaan
puas. Komunikasi memberikan penyaluran perasaan bagi ekspresi emosional dan
untuk memenuhi kebutuhan sosial.
d) Informasi Individu dan kelompok memerlukan informasi untuk menyelesaikan
sesuatu dalam organisasi. Komunikasi menyediakan informasi tersebut.

6. TARAF PENELITIAN
PENELITIAN DESKRIPTIF

Berbagai macam definisi tentang penelitian deskriptif, di antaranya adalah


penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel
satu dengan variabel yang lain (Sugiyono: 2006)

Menurut Sukmadinata (2006) ; Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian


yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu
dengan fenomena lainnya.

Jadi kesimpulannya; Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang
tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan
untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan
jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
diteliti antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi
jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali
informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan
gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses
atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal,
menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan
mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta
untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.

Tujuan
Tujuan pengertian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah tertentu
(S.Suryabrata, 2008).

Karakteristik
Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang
dikemukakan Furchan (2004), yaitu:
(1) Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa
adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas,
dan dilakukan secara cermat.
(2) Tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan.
(3) Tidak adanya uji hipotesis.

Jenis Penelitian Deskriptif


Furchan (2004) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu;

a. Studi kasus
b. Survei
c. Studi perkembangan
d. Studi tindak lanjut
e. Analisis dokumenter
f. Analisis kecenderungan
g. Studi korelasi

Manfaat Penelitian Deskriptif


Secara garis besar, manfaat/keuntungan penelitian deskriptif adalah sebagai
berikut:

a. Relatif mudah dilaksanakan


b. Tidak membutuhkan kelompok kontrol sebagai pembanding
c. Diperoleh banyak informasi penting yang dapat digunakan untuk perencanaan
program pelayanan kesehatan pada masyarakat
d. Dari penelitian deskriptif dapat ditentukan apakah temuan yang diperoleh
membutuhkan penelitian lanjutan atau tidak.

Langkah Langkah Umum Dalam Penelitian Deskriptif


a. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan
masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
b. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari
penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisih dari masalah.
c. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan
masalah yang ingin dipecahkan.
d. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun
implisit.
e. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik
pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
f. Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah
dikumpulkan.
g. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial
yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap
masalah yang ingin dipecahkan.
h. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis
yang ingin diuji.
i. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah

PENELITIAN EKSPLANASI

Penelitian eksplanasi atau penelitian eksploratori adalah penelitian bertujuan untuk


menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau
hipotesis hasil penelitian yang sudah ada.Penelitian eksploratori bersifat mendasar dan
bertujuan untuk memperoleh keterangan, informasi, data mengenai hal-hal yang belum
diketahui. Karena bersifat mendasar, penelitian ini disebut penjelajahan (eksploration).
Penelitian eksploratori dilakukan apabila peneliti belum memperoleh data awal sehingga
belum mempunyai gambaran sama sekali mengenai hal yang akan diteliti. Penelitian
eksploratori tidak memerlukan hipotesis atau teori tertentu. Peneliti hanya menyiapkan
beberapa pertanyaan sebagai penuntun untuk memperoleh data primer berupa keterangan,
informasi, sebagai data awal yang diperlukan. Penelitian Eksplanatif atau yang bersifat
menerangkan, yaitu penelitian yang dapat dilakukan kalau pengetahuan tentang
masalahanya sudah cukup, artinya sudah ada beberapa teori tertentu dan sudah ada
berbagai penelitian empiris yang menguji berbagai hipotesa tertentu sehingga terkumpul
berbagai generalisasi empiris. Penelitian yang bisa berbentuk eksperimen selalu bertolak
dari suatu hipotesa yang diperoleh dari suatu teori tertentu.

Tujuan Penelitian Eksplanatif :


- Menguji berbagai hipotesa tertentu dengan maksud membenarkan atau
memperkuat hipotesa itu.
- Mencari sebab-musabab dari suatu gejala.
- Menentukan sifat dari hubungan antara satu atau lebih gejala atau variabel terikat
dengan satu atau lebih variabel bebas.

Kelebihan dari Penelitian eksplanatif adalah penelitian dapat dikuasai oleh peneliti,
sehingga dapat memperoleh ketepatan dalam pengukuran variabel-variabel yang diteliti.
Sedangkan kelemahannya adalah sampai di manakah hasil penelitian tersebut berlaku.
Penelitian ini bertitik pada pertanyaan dasar “mengapa”. Orang sering tidak puas
hanya sekadar mengetahui apa yang terjadi, bagaimana terjadinya, tetapi juga ingin
mengetahui mengapa terjadi. Kita ingin menjelaskan sebab terjadinya suatu peristiwa.
Untuk itu, perlu diidentifikasi berbagai variabel di luar masalah untuk mengkonfirmasi
sebab terjadinya suatu masalah. Oleh karena itu, penelitian penjelasan ini juga disebut
sebagai penelitian konfirmatori (Confirmatory research) dan makin dikenal sebagai
penelitian korelasional (Correlational research).

Melalui penelitian eksplanatori ini dapat diketahui bagaimana korelasi antara dua
atau lebih variabel baik pola, arah, sifat, bentuk, maupun kekuatan hubungannya.
Penelitian koreslasional ini dimulai dengan pertanyaan implisit atau eksplisit: “Adakah
hubungan antara X dan Y?” Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini hanya dapat
diperoleh melalui penelitian penjelasan atau korelasional. Berikut ini adalah contoh
penelitian korelasional: “Adakah hubungan antara motivasi kerja dan tingkat kemangkiran
pegawai?”, “Adakah hubungan antara motivasi kerja dan tingkat kemangkiran pegawai?”.

Tipe Penjelasan Penelitian


Tipe penjelasan yang biasa adalah sebagai berikut:

1. Causal explanations merupakan penjelasan tentang apa penyebab dari


beberapa peristiwa atau fenomena. Penjelasan kausal merupakan tipe yang sangat umum
dari penjelasan yang digunakan jika ubungan adalah satu tentang sebab dan akibat. Kita
mungkin mengatakan kemiskinan menyebabkan kejahatan, kebebasan moral
menyebabkan suatu peningkatan dalam perceraian, atau kepuasan meningkatkan prestasi.

2. Structural explanations merupakan penjelasan tentang apa peran abstrak atau


universal, kode atau hukum yang memberi keterangan memuaskan tentang hubungan
antara ciri-ciri dari sistem dan peran-peran yang menciptakan strukturmya. Penjelasan
struktural digunakan dengan teori-toeri fungsional dan pola-pola. Seorang peneliti
membuat satu penjelasan struktural dengan menggunakan satu set asumsi-asumsi
interconnected, konsep-konsep, dan hubungan –hubungan. Konsep-konsep dan hubungan-
hubungan dalam satu teori membentuk satu mutually reinforcing system. Dalam
penjelasan struktural, seorang peneliti menentukan satu sekuensi dari tahap-tahap atau
mengenalkan bagian-bagian esensial yang membentuk suatu interlocked whole. Misalnya,
mengapa industri kesehatan dari negara maju mendapat inspirasi dari kemiskinan
pedesaan dunia ketiga?.

3. Interpretive explanation yang bertujuan untuk membantu pemahaman. Para


teorist interpretif mencoba melihat makna dari satu peristiwa atau praktik melalui
penempatannya di dalam satu konteks sosial spesifik. Pemaknaannya datang dari konteks
pada satu sistem simbol kultural. Penjelasan dicapai dengan menunjukkan hubungan
antara dua atau lebih variabel. Unit-unit untuk analisis tersebut disebut dengan variabel.

Ada dua tipe utama penelitian eksplanasi, yaitu penelitian asosiasi yang disebut
juga dengan nama penelitian kovariasional, dan penelitian kausal. Ini berhubungan dengan
makna yang terkadung dalam hubungan antar-variabel yang mungkin bermakna sebagai
asosiasi (tidak menjelaskan sebab-akibat) atau hubungan kausal (menjelaskan sebab-
akibat). Baik dalam penelitian koresional maupun kausal, perhatian utama menentukan
arah, besar atau kekuatan kekuatan hubungan, dan bentuk-bentuk hubungan-hubungan
yang di observasi. Jadi, penelitian korelasional dan kausal meliputi obeservasi nilai-nilai
dari dua atau lebih variabel dan menentukan apakah terdapat hubungan di antara mereka.
Hubungan antar-variabel, apakah asosiasional atau kausal, dapat diketahui melalui survei
literatur.
Format eksplanasi dimaksud untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap
populasinya atau menjelaskan hubungan, atau pengaruh suatu variabel dengan variabel
yang lain. Karena itu penelitian ekplanasi menggunakan sampel dan hipotesis. Untuk
menguji hipotesis digunakan statistik inferensial. Beberapa pakar mengatakan bahwa
format ekplanasi digunakan untuk mengembangkan dan menyempurnakan teori. Disebut
ekplanasi memiliki kridibilitas untuk mengukur.

7. PENELITIANVARIABEL

PENELITIAN HISTORIS:
Penelitian historis adalah penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi
informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan
kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi
pada waktu penelitian dilakukan. Penelitian historis juga merupakan cara menetapkan
fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara
sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan
bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.

Tujuan Penelitian Historis


Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk
memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau
perkembangan di masa lampau. Penelitian historis juga untuk memperkaya pengetahuan
peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta
proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan
meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang
lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.

Ciri-ciri Penelitian Historis


Beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut:
a. Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di
masa-masa lampau.
b. Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan dengan
data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara internal maupun eksternal.
c. Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih
tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang
standar.
d. Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan
waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan
oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan.

Sumber Data Penelitian Historis


Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian
dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam, antara lain:
1. Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber
data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu:
a. Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai nilai-nilai
sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan
pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan
kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan
sebagainya.
b. Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-
pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan
komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen antara lain buku harian, batu
tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya.
2. Sumber Primer dan Sekunder
a. Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data sejarah.
Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari
kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat
pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya.
b. Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau catatan-catatan
yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu
perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari
sumber berita di surat kabar.

PENELITIAN EKSPERIMEN:
Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif,
sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian
eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect
relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu
atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok
kontrol yang tidak dikenai perlakuan

Tujuan Penelitian Eksperimen


Tujuan dari penelitian ekperimen adalah memungkinkan peneliti untuk
mengendalikan situasi penelitian sehingga hubungan kausal antarvariabel dapat dievaluasi
(Kuncoro: 2012). Sedangakn Puspowarsito (2008) menjelaskan bahwa tujuan penelitian
eksperimen adalah untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara menerapkan
kepada satu atau lebih kelompok eksperimen dengan suatu kondisi/perlakuan tertentu
dengan membandingkannya dengan kelompok eksperimen yang tidak dikenai
kondisi/perlakuan.

Karakteristik Penelitian Eksperimen


Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimental, yaitu:
(1)Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur secara tertib ketat
(rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung,
maupun random (rambang).
(2) Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan
kelompok eksperimental.
(3) Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan
variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi
variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi
tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan,
termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek,
serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
(4) Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian
eksperimental, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimental yang dilakukan pada
saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
(5) Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana
kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan penggeneralisasian pada
kondisi yang sama.
(6) Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara
sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian Eksperimen


Pada umumnya, penelitian eksperirnental dilakukan dengan menempuh langkah-
langkah seperti berikut, yaitu:
(1) Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan.
(2) Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
(3) Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan
hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan
definisi istilah.
(4) Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
a) Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi
memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen;
b) menentukan cara mengontrol;
c) memilih rancangan penelitian yang tepat;
d) menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih
sejumlah subjek penelitian;
e) membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen;
f) membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi
pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk
mengambil data yang diperlukan;
g) mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan hipotesis.
(5) Melaksanakan eksperimen.
(6) Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.
(7) Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telah
ditentukan.
(8) Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan
untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.
(9) Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan
laporan

Rancangan Penelitian Eksperimen


Rancangan yang akan diterapkan dalam penelitian eksperimen meliputi: pra-
eksperimental, eksperimen murni, dan eksperimen kuasi.
(1). Rancangan Pra-Eksperimental
Rancangan pra-eksperirnental yang sederhana ini berguna untuk mendapatkan
informasi awal terhadap pertanyaan pada penelitian. Ada tiga hal yang lazim digunakan
pada rancangan pra-eksperimental, yaitu:
a). Studi kasus bentuk tunggal (one-shot case study)
b). Tes awal – tes akhir kelompok tunggal (the one group pretest posttest)
c). Perbandingan kelompok statis (the static group comparison design)
(2). Rancangan Eksperimen Murni
Rancangan eksperimen murni ini mempunyai tiga karakteristik, yaitu:
a). Adanya kelompok kontrol.
b). Siswa ditarik secara ramdom dan ditandai untuk masing-masing
kelompok.
c). Sebuah tes awal diberikan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.
(3). Rancangan Eksperimen Kuasi/Semu (Quasi—Experimental Design)
Rancangan eksperimental kuasi ini memiliki kesepakatan praktis antara
eksperimen kebenaran dan sikap asih manusia terhadap bahasa yang ingin kita teliti.
Beberapa rancangan eksperimen kuasi (eksperimen semu), yaitu:
a). Rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes akhir dan kelompok kontrol (the
randomized posttest – only control group design, using matched subject).
b). Rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok
kontrol (the randomnized posttest – only control group design, using matched subject),
c). Rancangan tiga perlakuan dengan pengaruh imbangan (a three treatment counter
balanced, using matched subject)
d). Rancangan rangkaian waktu (a basic time-series design)
e). Rancangan faktorial (factorial design).

DAFTAR PUSTAKA
1) Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
2) Edison. 2009. Penelitian dan Evaluasi Dalam Bidang Pendidikan:Evaluasi CIPP,
(Online), (http://ed150n5.blogspot.com/2009/04/evaluasi-cipp.html, 11 April
2011)
3) Fuddin Van B. 2007. Evaluasi Program, (Online), (http://
fuddin. wordpress.com/2007/07/17/ evaluasi-program/, diakses 11 April 2011)
4) Inggit Kurniawan. 2009. Pengertian dan Konsep Evaluasi, Penilaian dan
Pengukuran (Online), (http:// santriw4n. wordpress. com/ 2009/ 11/ 18/pengertian
-dan-konsep -evaluasi- penilaian-dan-pengukuran/, diakses 11 April 2011)
5) Mbulu, J. 1995. Evaluasi Program Konsep Dasar, Pendekatan Model, dan
Prosedur Pelaksanaan. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas.
6) Mulyono. 2009. Penelitian Eveluasi Kebijakan, (Online), (http://
mulyono. staff.uns.ac.id /2009/ 05/13/penelitian-evaluasi-kebijakan/, diakses 11
April 2011)
7) Rika Dwi Kurniasih. 2009. Teknik Evaluasi Perencanaan, (Online), (http://
images.rikania09.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SUdfiwoKCF8AAD
uyo-81/Rika%20Eva.doc?nmid=148657139, diakses 12 April 2011)
8) http://dosensosiologi.com/pengertian-penelitian-sosial-ciri-tujuan-manfaat-dan-
contoh-lengkap/
9) https://www.materipendidikan.info/2018/02/penelitian-sosial.html
10) https://www.banjirembun.com/2012/04/penelitian-kepustakaan.html
11) https://www.materipendidikan.info/2018/02/penelitian-eksperimen.html
12) https://www.perpusku.com/2016/06/pengertian-penelitian-historis-ciri-contoh.html
13) Danier, Moehar. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
14) Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
15) Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi
Offset
16) Tayipnapis, F.Y. 1989. Evaluasi Program. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
17) Zulharman. 2007. Evaluasi Kurikulum : Pengertian, Kepentingan Dan Masalah
Yang Dihadapi, (Online), (http:// zulharman79. wordpress. com/ 2007/08/04/
evaluasi-kurikulum-pengertian-kepentingan-dan-masalah-yang-dihadapi/, diakses
12 April 2011)
18) Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga
19) Rakhmat, J. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
20) Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
21) https://www.anekamakalah.com/2012/05/field-research-penelitian-lapangan.html

Anda mungkin juga menyukai