Anda di halaman 1dari 42

Kode/Nama Rumpun Ilmu: 07/Kajian Budaya

USULAN

PENELITIAN TERAPAN

SEJARAH DAN DINAMIKA BUDAYA MASYARAKAT DALAM

PERKEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KEPULAUAN NIAS

UTARA

Drs. Gustanto, M.Hum 0005086302


Drs. Yos Rizal, MSP 0017066604

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Maret 2017
DAFTAR ISI
Halaman

Daftar Isi i
Ringkasan ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan . 3
1.3 Urgensi Penelitian .3
1.4 Luaran Penelitian ...4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .... 5


2.1 Sejarah dan teori Kepariwisataan ................................ 5
2.2 Pariwisata berbasis Masyarakat ........ 5
2.3 Alur Kerja Proses Kreatif . 8

BAB III. METODE PENELITIAN 9


3.1 Disain Penelitian ..... 9
3.2 Lokasi Penelitian ..... 10
3.3 Pendekatan Penelitian ..... 10
3.4 Jenis Penelitian ..... 10
3.5 Metode Penelitian ..... 10
3.6 Data dan Sumber Data ..... 10
3.7 Informan Penelitian ..... 11
3.8 Metode Pengumpulan Data ..... 11
3.9 Teknik Analisis Data ..... 12
3.10 Tahapan Penelitian ..... 12
3.11 Teknik Keabsahan Data ..... 12
3.12 Target Luaran .......... 12
3.13 Jurnal Ilmiah yang Ditargetkan ..... 13
3.14 Kerangka Metode Penelitian . 14

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN.. 15


4.1. Anggaran Biaya 15
4.2. Jadwal Penelitian 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN-LAMPIRAN 17
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian .. 17
Lampiran 2. Susunan Tim Peneliti dan Pembagian Tugas . 21
Lampiran 3. Biodata Ketua Dan Anggota Peneliti . 23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses globalisasi yang dimotori oleh kemajuan di bidang "Triple T: Tourism,

Telecomunication, dan Transportation, mendorong berbagai negara untuk

mengembangkan ketahanan budaya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi, serta

mengembangkan pariwisata sebagai usaha kemajuan ekonomi bangsanya. Upaya ini

dilakukan oleh berbagai negara, tak terkecuali Indonesia yang juga terus berupaya

mengembangkan kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu andalan pemerintah

dalam memulihkan kondisi krisis perekonomian. Pariwisata dipersepsikan sebagai

wahana untuk meningkatkan pendapatan, khususnya perolehan devisa, sehingga

pengembangannya lebih bersifat ekonomi sentris dan berorientasi pada pertumbuhan.

Jumlah perolehan devisa ditentukan oleh jumlah kunjungan, pengeluaran, dan lama

kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia, untuk itu maka tolok ukur

keberhasilan pengembangan pariwisata seringkali dinilai dengan pencapaian target

yaitu :

1. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara;

2. Pengeluaran wisatawan mancanegara (foreign tourist expenditures)

3. Lamanya wisatawan mancanegara tinggal (foreign tourist length of stay).

Apabila kita melihat trend pariwisata tahun 2020, perjalanan wisata dunia akan

mencapai 1,6 milyar orang, di antaranya 438 juta orang akan berkunjung ke kawasan

Asia-Pasifik dan 100 juta orang ke Cina. Melihat jumlah yang demikian besar,

Indonesia yang juga memiliki potensi pariwisata perlu merebut pangsa pasar wisata
tersebut. Pada tahun 2002, pengeluaran wisatawan internasional di seluruh dunia

mencapai USD 474 miliar, dimana USD 94,7 miliar di antaranya diterima oleh

negara-negara di kawasan Asia Pasifik (WTO, 2003). Dengan perolehan sebesar USD

4,496 miliar pada tahun 2002, penerimaan devisa dari pariwisata Indonesia baru

mewakili 0,95% dari pengeluaran wisatawan dunia. Angka tersebut dinilai masih

sangat kecil. Pulihnya perekonomian Indonesia serta semakin baiknya kondisi

keamanan dan politik nasional, mendongkrak target kedatangan wisatawan

internasional ke Indonesia yang diperkirakan akan mencapai 8 juta orang pada tahun

2009 dengan perolehan devisa mencapai lebih dari USD 8 miliar.

Perjalanan wisata di dalam negeri juga diperkirakan akan mengalami pertumbuhan

sejalan dengan semakin meningkatnya rata-rata pendapatan masyarakat. Pada tahun

2004 diperkirakan terdapat 103 juta wisatawan Nusantara yang menghasilkan 195 juta

perjalanan Wisata Nusantara. Adanya angka sebesar itu diperkirakan jumlah

wisatawan nusantara di akhir tahun 2009 akan menembus angka 150 juta orang

dengan jumlah perjalanan wisata lebih dari 300 juta trips.

Angka-angka tersebut memberi harapan terhadap peningkatan di bidang investasi,

penyerapan tenaga kerja, peningkatan kontribusi kegiatan pariwisata terhadap

pendapatan masyarakat dan pemerintah. Selanjutnya pembangunan pariwisata

nasional diarahkan untuk meningkatkan penerimaan devisa, dengan kebijakan

pembangunan kepariwisataan diarahkan untuk meningkatkan efektivitas pemasaran

melalui kegiatan promosi dan pengembangan produk-produk wisata serta

meningkatkan sinergi dalam jasa pelayanan pariwisata.

Pariwisata di Kepulauan Nias juga memiliki peran yang sama, daerah paling ujung

pulau Sumatera yang menyimpan banyak potensi dalam berbagai aspek. Potensi
pariwisata merupakan salah satu endapan yang terkandung di Pulau Nias yang

memang wajar dan pantas diangkat ke permukaan. Sejarah Nias mengisahkan banyak

peninggalan sejarah di masa lalu yang dapat dijadikan sebagai daya tarik pariwisata,

termasuk pariwisata alam dan Budayanya.

Penduduk asli menyebut dirinya Oru> Niha (anak manu-sia), sedangkan pulau Nias

diberi nama Tano Niha (tanah manusia). Hal ini menunjukkan babwa suku Nias

sangat terisolir dari pulau-pulau lain di Indonesia. Karena hanya dikelilingi Iaut,

maka nenek moyang suku Nias beranggapan bahwa hanya daerah ini yang.didiami oleh

manusia. Orang. Nias secara lahiriah mempunyai warna kulit lebih kuning dari orang

Indonesia lainnya. Sebenarnya masalah kepariwisataan bukanlah hal yang baru bagi

masyarakat di Kepulauan Nias. Karena sulitnya moda trasportasi baik melalui jalur

laut maupun udara selama berapa dekadelah yang membuat seolah-olah pariwisata

adalah hal yang baru bagi Nias.

Kepariwisataan di Nias mengalami dinamika dan pasang surut. Dinamika

kepariwisataan di Nias masa sebelum dan beberapa daerah lainnya telah mempunyai

akses sendiri untuk wisatawan mancanegara. Pasca gempa dan tsunami 26 Desember

2004 dan era reformasi adalah sebagai titik balik Nias untuk menata kehidupan.

Berbagai simpati dunia tertuju pada Nias yang secara tidak langsung kembali

memperkenalkan Nias sebagai daerah yang kaya budaya dan keindahan alamnya.

Hikmah desentralisasi dan keadaan damai hingga saat ini dapat dirasakan oleh semua

kalangan, ini sebagai modal bagi pembangunan kepariwisataan.

Di Pulau Nias pariwisata telah lama dilaksanakan oleh masyarakat Nias sendiri

(wisatawan lokal). Kegiatan pariwisata dilakukan secara konvensional, artinya

masyarakat secara berkelompok mengunjungi sebuah objek wisata seperti masyarakat


pesisir utara dan timur berkunjung ke dataran tinggi atau masyarakat Nias dan pesisir

Barat- Selatan menunjungi objek-objek wisata pantai dan objek-objek wisata sejarah

dan budaya yang dulu dikenal dengan istilah "piknik". Gejala ini menunjukkan bahwa

berwisata telah menjadi kebutuhan masyarakat Nias sejak dahulu, namun dalam

pelaksanaannya masih terdapat perbedaan-perbedaan. Dahulu masyarakat berwisata

dilakukan secara berkelompok (rombongan) seperti satu keluarga, satu desa tertentu

dengan membawa perbekalan yang telah mereka persiapkan dan duduk pada suatu

tempat dengan acara tersendiri yang semata-mata menikmati objek atraksi atau

keindahan alam.

Kemajuan informasi, telekomunikasi dan meningkatnya taraf hidup masyarakat

menyebabkan konsep pariwisata juga mengalami perubahan-perubahan. Perjalanan-

perjalanan dilaksanakan telah terorganisir dengan berperannya pelaku-pelaku bisnis

pariwisata seperti perhotelan, biro perjalanan wisata serta pengusahaan objek wisata

yang sebahagian dinilai telah memisahkan diri dengan masyarakat. Keadaan ini mulai

menimbulkan paradigma negatif dalam masyarakat, dimana masyarakat menilai

wisatawan telah berbuat maksiat pada objek wisata dan usaha pariwisata seperti

perhotelan yang digunakan sebagai tempat aman untuk melakukan hal-hal yang

bertentangan dengan norma dan budaya masyarakat Nias.

Kondisi seperti di atas menjadikan pariwisata dianggap tidak sesuai dengan etika

dan budaya masyarakat Nias. Bagi pemerintah daerah di Kepulauan Nias hal ini

menjadi dilema di satu sisi potensi alam dan kebudayaan sangat strategis untuk

dikembangkan sebagai aset pembangunan di bidang perekonomian non migas, tetapi

di sisi lain pariwisata juga banyak dianggap bertentangan dengan Norma adat .
Perumusan Masalah
Dari penjelasan di atas, maka lebih khususnya penulis mengemukakan
perumusan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan kepariwisataan di Kepulauan Nias Khususnya wilayah
Utara
2. Bagaimana Dinamika budaya masyarakat Kepulauan Nias guna mendukung
kepariwisataan
3. Bagaimana Kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan kepariwisataan di
Kepulauan Nias Utara.
1.3 Urgensi Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka agar pembahasan tidak
meluas, penelitian ini difokuskan di destinasi wisata yang ada di Kepulauan Nias.
Adapun penelitian ini hanya memetakan tentang kebijakan pembangunan pariwisata
di Kepulauan Nias Utara.

1.4 Luaran Penelitian


Adapun tujuan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan :
1. Buku paket bahan ajar untuk mata kuliah Perencanaan Perjalanan Wisata di
program studi pariwisata
2. Naskah artikel penelitian untuk diterbitkan di jurnal yang terakreditasi, baik
nasional maupun internasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah dan Teori Sosial
Sejarah Sosial masih tergolong jenis penulisan sejarah yang baru. Terbitnya
majalah Comparative Study on Society and History pada tahun 1958 di Inggris
menjadi babak baru dalam tradisi penulisan sejarah Sosial. Sejarah sosial mempunyai
garapan yang sangat luas dan beraneka ragam. Kebanyakan sejarah sosial juga
mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah ekonomi sehingga menjadi semacam
sejarah sosial ekonomi. Menurut Kuntowijoyo sejarah sosial dapat mengambil fakta
sosial sebagai bahan kajian. Tema seperti kemiskinan, perbanditan, kekerasan,
kriminalitas dapat menjadi sebuah sejarah. Demikian juga sebaliknya kelimpah
ruahan, kesalehan, kesatriaan, pertumbuhan penduduk, migrasi, urbanisasi dan
sebagainya.
Institusi sosial juga merupakan bahan garapan bagi sejarah sosial. Sejarah
sosial menjadikan masyarakat sebagai bahan kajian. Sepanjang lama ia merupakan
sejarah yang menyangkut manusia sebagai mahluk bermasyarakat merupakan kajian
sejarah sosial. Perkembangan ilmu sejarah tidak lagi hanya menceritakan kejadian
dan deretan tahun-tahun tanpa melihat saling hubungan antara satu dengan yang
lainnya, tetapi akan melihat satu kejadian dengan menganalisis adanya saling
hubungan antara kejadian-kejadian sejarah dalam skala tempat dan semata-mata
bertujuan menceritakan kejadian tetapi bermaksud menerangkan kejadian itu dengan
mengkaji sebab-sebabnya. Kondisi dan lingkungannya, konteks sosial kulturalnya,
secara mendalam dilakukan analisis tentang faktor-faktor kausal, kondisional,
kontekstual serta unsur-unsur yang merupakan komponen dan eksponen dari proses
sejarah yang dikaji.
Peter Burke menyatakan teori sosial dalam konteks sejarah memberikan
sumbangan besar terhadap telaah sejarah. Ilmu sosial bukan saja menjabarkan
pentingnya teori sosial dalam menganalisis berbagai peristiwa sejarah tetapi juga telah
berabad-abad menjadi pertentangan antara sejarawan dan sosiolog. Pada awal abad 20
sejarawan dan teori sosial tidak pernah putus hubungan sama sekali, beberapa contoh
misalnya : pada tahun 1919 sejarawan terkenal Belanda Johan Huizinga, menerbitkan
buku Waning of the Middle Ages, yang mengkaji kebudayaan abad ke 14 dan ke 15
dengan memanfaatkan ide-ide ahli antropologi sosial. Tahun 1929 jurnal baru Annales
dhistoire conomique et sociale mengangkat ahli geografi politik Andre Siegfried
dan sosiologiawan Maurice Halbwachs untuk menjadi anggota dewan redaksi
bersama para sejarawan. Pada 1939 pakar ekonomi Joseph Schumpeter menerbitkan
penelitian tentang daur bisnis yang berbahaya bersumber dari sejarah. Sosiologiawan
Norbert Elias menulis buku The Civilizing Process yang kemudian dikenal sebagai
buku klasik. Pada tahun 1949 antropologiawan Edward Evans Pritchard, yang
sepanjang hayatnya mendukung hubungan erat antara antropologi dan sejarah,
menulis sejarah tentang Sanusi dari Cyrenaica.
Penulisan sejarah deskriptif naratif yang hanya menonjolkan detail apa, siapa,
kapan, dimana dan bagaimana tidak lagi aktual dibicarakan. Penulisan ini tidak
memerlukan teori dan pendekatan ilmu sosial (ilmu bantu lainnya), akibatnya
penulisan sejarah yang seperti ini membuat sejarah itu kering. Sebaliknya penulisan
sejarah deskriptif analisis membutuhkan teori dan konsep-konsep ilmu sosial
membuat sejarah itu kaya akan intepretasi dan pemahaman akan suatu peristiwa
sejarah. Penulisan sejarah konvensional yang hanya mengungkapkan fakta-fakta
bagaikan ensiklopedi kecil. Perkembanan ilmu dan dunia pendidikan ensiklopedi kecil
itu tidak dibutuhkan lagi karena dengan mengentry data melalui internet semua
informasi dapat dengan mudah diperoleh.
2.2. Pariwisata dan Pembangunan
Memasuki abad 21, pariwisata diramalkan menjadi kegiatan industri terbesar
di dunia. Dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain, pariwisata memperlihatkan
perkembangan yang stabil sejak perang dunia II, dan selama ini luput dari fluktuasi
ekstrim sebagaimana yang dialami sektor industri lain. Fenomena dahsyat ini
menyebabkan banyak negara, wilayah, masyarakat, maupun investor di dunia ini yang
mulai melirik, terjun dan melibatkan diri dalam dunia kepariwisataan. Indonesia pun
menyadari kekuatan sektor ini dan terus mengembangkan industri pariwisata di tanah
air.
Krisis multidimensi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997,
serta pemberlakuan otonomi daerah sejak tahun 2001, makin mendorong kebutuhan
untuk memperkuat sektor pariwisata sebagai sumber devisa dan pemersatu bangsa.
Dalam konteks tersebut banyak pemerintah daerah yang mulai menyadari pentingnya
pengembangan sektor pariwisata di daerah masin-masing, meski mulanya masih
dilihat sebagai sumber penghasilan PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang potensial.
Kebijakan-kebijakan di bidang pariwisata yang diambil kemudian adalah mendorong
segala potensi daerah untuk mengembangkan atraksi, produk dan destinasi wisata
baru.
Wisata menurut UU No. 9/1990 tentang kepariwisataan didefinisikan sebagai
kegiatan perjalanan yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara, seperti
perjalanan itu sebagian atau seluruhnya bertujuan untuk menikmati objek dan daya
tarik wisata. Seringkali pariwisata hanya dilihat dalam bingkai ekonomi, padahal ia
merupakan rangkaian dari kekuatan ekonomi, lingkungan dan sosial budaya yang
bersifat global. Pariwisata harus bisa menjual, namun pariwisata dapat juga
memberikan manfaat dan menyumbang antara lain kepada :
1. Pelestarian budaya dan adat istiadat.
2. Peningkatan kecerdasan masyarakat.
3. Peningkatan kesehatan dan kesegaran
4. Terjaganya sumber daya alam dan lingkungan lestari
5. Terpeliaranya peninggalan kuno dan warisan masa lalu.
Harus diakui pula kadang kala kegiatan pariwisata membawa dampak negatif
pada lingkungan alam maupun sosial budaya, tetapi dalam kegiatan pariwisata yang
terkonsep baik dan tertata rapi, dampak menjual itupun dapat diminimalisasi.
Konkretnya pariwisata tidak akan menjual hutan, melainkan keindahan hutannya. Ia
tidak akan menjual binatang langka, tetapi ia akan menjual kelangkaan binatang itu,
dan seterusnya.
Pada dasarnya prinsip pengembangan sektor pariwisata memiliki beberapa hal
yang harus dipertimbangkan yaitu :
1. Pariwisata melibatkan multisektor (perhubungan, akomodasi, objek wisata, travel
agent, dan sebagainya) yang pengembangannya tidak hanya tergantung pada
Kantor Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan pemerintah daerah.
2. Mengembangkan sektor pariwisata dengan mempertimbangkan kepekaan budaya
dan lingkungan dan tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan untuk
memperoleh devisa.
3. Pembangunan pariwisata yang inklusif yang menyertakan potensi masyarakat.
Kebijakan Pemerintah Daerah untuk pengembangan pariwisata antara lain :
2. Menganalisis potensi pariwisata daerah, serta mengkaji faktor-faktor eksternal dan
internal yang mempengaruhi pengembangan pariwisata daerah. Daerah harus
dapat mengidentifkasi kombinasi atraksi budaya yang menjadi kekuatan daerah
yang akan dijadikan prioritas pengembangan pariwisata daerah.
3. Kebijakan pengembangan kombinasi atraksi budaya daerah diselaraskan dengan
pembangunan regional secara keseluruhan serta perencanaan tata ruang provinsi.
4. Pengembangan infrastruktur daerah yang menunjang pengembangan sektor
pariwisata yang bekerjasama dengan pihak swasta. Infrastruktur daerah fasilitas
perhubungan (termasuk stasiun kereta api, bandara), sarana pendidikan bagi
tenaga kerja industri pariwisata, infrastruktur dasar bagi pengembangan atraksi
wisata potensial yang berlokasi daerah terpencil.
5. Promosi budaya dan wisata (yang menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi)
bekerjasama dengan pihak swasta dan asosiasi-asosiasi pariwisata. Jika daerah
mengalami keterbatasan dana, kegiatan promosi budaya dan wisata dapat
memanfaatkan promosi melalui pasar wisata.
6. Kebijakan pelestarian dan pemeliharaan sumber daya alam yang sangat penting
bagi pengembangan pariwisata daerah, seperti : pantai, sungai, hutan dengan
melibatkan pihak swasta dan masyarakat.
7. kebijakan pengembangan peluang bisnis dan investasi asing pariwisata yang dapat
dilakukan langsung oleh pemerintah daerah dengan adanya otonomi daerah,
termasuk kebijakan-kebijakan yang bersifat teknis seperti : pemberian izin
investasi di daerah.
8. Kebijakan pengembangan usaha kecil menengah pariwisata : mendorong
kemitraan dengan usaha besar dalam negeri dan asing, mengadakan/menfasilitasi
pengadaan fasilitas-fasilitas terpadu (pelatihan, penyediaan fasilitas keuangan,
pemasaran, teknis, pengembangan sumber daya manusia).
9. Kebijakan untuk mengakses sumber dana bagi calon investor, terutama calon
investor menengah dan kecil dengan penekanan pada kelayakan usahanya.
Memberikan informasi/penjelasan tentang berbagai skim kredit yang tersedia dan
lembaga pendamping untuk dapat mengakses sumber dana tersebut.
10. Kebijakan pengembangan sumber daya manusia. Khususnya perhatian diberikan
pada pengembangan sumber daya manusia di sektor-sektor/keahlian yang
dibutuhkan/sesuai dengan prioritas dan kekuatan daerah. Termasuk ke dalam
prioritas pengembangan sumber daya manusia adalah pengembagan wirausaha
dalam bentuk pendidikan/pelatihan ketrampilan formal maupun informal.
11. Kebijakan mendorong pariwisata mancanegara dan mendorong kerjasama antar
kota, sister cities.
Mill Roekaerta dan Kris Savat dalam Mass Tourism in South and Southeast
Asia: A Challenge to Christian and The Chuches menegaskan beberapa keuntungan
kepariwisataan sebagai berikut :
1. Membuka kesempatan kerja : Industri pariwisata merupakan kegiatan mata rantai
yang sangat panjang sehingga banyak membuka kesempatan kerja bagi
masyarakat sekitarnya.
2. Menambah masukan atau pendapatan masyarakat daerah. Di daerah pariwisata
tersebut masyarakat dapat menambah pendapatan dengan menjual barang-barang
dan jasa.
3. Menambah devisa negara : dengan semakin banyaknya wisatawan asing yang
datang ke Indonesia maka akan semakin banyak devisa yang diterima.
4. Merangsang pertumbuhan kebudayaan asli Indoneasia: kebudayaan yang ada
dapat tumbuh dan berkembang karena adanya pariwisata. Wisatawan asing yang
datang ke Indonesia banyak yang ingin melihat kebudayaan asli Indonesia
sehingga kebudayaan itu dapat tumbuh dan berkembang.
5. Menunjang gerak pembangunan daerah: di daerah pariwisata banyak timbul
pembangunan jalan, hotel, restoran dan lain-lain sehingga pembangunan di daerah
lebih maju.
Literatur pariwisata (UNESCAP 2003 : 9) menceritakan kepada kita bahwa
pariwisata menjanjikan pertumbuhan ekonomi dengan menghasilkan devisa untuk
sebuah negara, pendapatan pajak dan investasi baru, diversifikasi perekonomian
setempat dan penciptaan lapangan kerja langsung dan tidak langsung. Pariwsata juga
memberikan sumbangan pada pengembangan infrastruktur yang menguntungkan
wisatawan maupun penduduk setempat. Lebih jauh banyak pekerjaan yang tercipta
oleh pariwisata adalah pekerjaan dengan upah rendah dan tidak terampil merupakan
tahap penting untuk pengembangan peta penduduk miskin. Pekerja mengharap upah
tinggi, tetapi ketrampilan yang dimiliki minim.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengembangan pariwisata dapat
diartikan sebagai suatu rangkaian pengembangan dari berbagai macam bidang usaha
yang bersama-sama menghasilkan barang dan jasa yang mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan masyarakat dan daerah.
2.3. Konsep Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pariwisata sering juga disebut sebagai ekspor tanpa wujud (invisible export),
disebabkan banyak negara di dunia yang berhasil mengumpulkan devisa dalam
jumlah besar dari kegiatan kepariwisataan. Berbagai kegiatan pariwisata yang dapat
meningkatkan sumber pendapatan negara dan masyarakat terdiri dari aneka kegiatan,
seperti imbalan jasa transportasi, jasa boga (catering dan restorant), akomodasi
(hotel, motel, losmen), souvenir, pemandu wisata, usaha perjalanan, dan lain-lain.
Untuk mencapai hal itu dibutuhkan keseriusan dan konsistensi sikap politik
pemerintah dalam pengembangan pariwisata. Sebagai institusi yang menjalankan
fungsi fasilitasi, maka pemerintah menjadi pihak pertama yang dituntut untuk
menginisiasi arahan-arahan dan perumusan kebijakan yang mendorong pemangku
kepentingan lainnya merancang program-program yang memenuhi kriteria
kesesuaian. Kebijakan yang dirumuskan hendaknya mampu mendorong semua
pemangku kepentingan untuk mengoptimalkan perannya sehingga terbuka ruang
yang lebih besar bagi masyarakat miskin untuk memperoleh distribusi dan redistribusi
sumber daya pariwisata.
Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat secara nasional sudah dilakukan
oleh pemerintah sejak tahun 1990 dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 9
tahun 1990 tentang kepariwisataan, khusunya pada bab II azas dan tujuan pada pasal 2
dan pasal 3 huruf (d), serta bab V peran serta masyarakat pada pasal 30 yang
menyatakan :
....(Azas pasal 2) penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan
berdasarkan azas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, asli dan
merata, perikehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan pada diri
sendiri (tujuan pasal 3) penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan a)
memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan
objek dan daya tarik wisata; b) memupuk rasa cinta tanah air dan
meningkatkan persahabatan antar bangsa; c) memperluas dan
memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja; d) meningkatkan
pendapatan nasional (pasal 3). (peran serta masyarakat-pasal 30), yakni ;
(1) masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan
serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan, (2) dalam rangka proses
pengambilan keputusan, pemerintah dapat mengikutsertakan masyarakat
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) melalui penyampaian saran,
pendapat, dan pertimbangan (3) pelaksanaan peran serta masyarakat
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan peraturan
pemerintah.

Agar pariwisata secara universal mampu menghadapi kompetisi global serta


memberikan nilai tambah bagi masyarakat, maka peran pemerintah sebagai pelaku
dan sekaligus fasilitator sangatlah besar dan sangat diperlukan untuk menjamin
terlaksananya pembangunan dan pengembangan kepariwisataan yang berkelanjutan
(suistainable) dengan mengikutsertakan dan mengoptimalisasikan para pelaku
pembangunan di sektor pariwisata yakni pemerintah termasuk Pemda, masyarakat
lokal dan pihak swasta (investor). Peran tersebut diwujudkan dalam kebijaksanaan
umum pengembangan pariwisata, yaitu kebijakan untuk menjaga keseimbangan
antara peran serta pemerintah, swasta dan masyarakat.

2.3 Alur Kerja Proses Kreatif

Dinamika
Sejarah Pasang Surut
Kepariwisataa Kepariwisataan Kunjungan
DTW
n di diKepulauan wisatawan
Kepulauan
Nias
Nias
Perkembangan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Disain Penelitian

Sejarah Pembangunan Kepariwisataan


diKepulauan Nias

Observasi

Wawancara Perkembangan
Kepariwisataan Pendekatan
terstruktur
Fenome-
Indepth nologis
Dinamika Budaya
Interview
Masyarakat Kepulauan
Nias
Telaah Analisis
pustaka Kebijakan Pemerintah
Kebijakan
dalam Bidang
Sosial
Kepariwisataan

Rekonstruksi
Indepth
Interview fakta sosiokultural

Asumsi
Paradigma Analisis
Draft nilai kearifan lokal fenomenologis

Focused Persepsi
Group Konsep Sejarah Pembangunan masyarakat
Discussion Pariwisata Dalam Bentuk terhadap fakta
Buku kebijakan
kepariwisataan
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian mengenai Sejarah dan Dinamika Budaya Masyarakat dalam
Perkembangan Kepariwisataan di Kepulauan Nias ini, merupakan jenis deskriptif
analisis dengan teknik analisa data secara kualitatif. Pilihan terhadap metode
deskriptif-kualitatif ini dimaksudkan agar dapat dikumpulkan data atau informasi
tentang situasi dari kondisi terakhir berdasarkan fakta secara akurat.
Penelitian deskriptif sebagaimana dikemukakan oleh Narbuko dan Achmadi
merupakan penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, dan
mengintepretasikan. Seiring dengan itu, Travers dalam Sevilla, dkk (1993)
menyatakan bahwa tujuan utama menggunakan metode ini adalah untuk
menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian
dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Di lain pihak,
Supranto (1997) berpendapat bahwa penggunaan desain atau metode deskriptif-
kualitatif adalah untuk mencari fakta dengan intepretasi yang tepat, dengan tujuan
untuk mencari gambaran yang sistematis disertai fakta yang akurat.
Memperhatikan uraian tersebut maka maksud kajian dalam studi ini ialah
untuk mendiagnosis konsep pembangunan yang berbasis pada budaya di Kepulauan
Nias dihubungkan dengan kepariwisataan yang berbasis budaya. Mampukah satu
sama lain saling mengisi, disatu sisi kepariwisataan selalu dikonotasikan dengan sifat
yang pleesure kesenangan sementara objek wisata alam yang menjadi andalanya.

3.3. Defenisi dan Konsep


a. Sejarah
Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu sajoratun yang artinya pohon. Pohon
dalam makna harfiahnya memiliki akar sebagai unsur paling dasar memberi
kehidupan pada keseluruhan unsur pohon itu sendiri. Akar juga tidak dapat tumbuh
sendiri jika tidak ada daun yang menangkap udara sebagai nafas kehidupan bagi
pohon. Hubungan satu sama lain dan saling ketergantungan tidak ada yang paling
penting inilah yang menggambarkan rangkaian kejadian dan memberikan fakta bahwa
yang penting adalah pohon itu sendiri sebagai satu kesatuan.
Untuk menemukan identitas diri suatu masyarakat atau bangsa kajian sejarah
mutlak diperlukan. Sejarah tidak hanya memberikan informasi penting mengenai
masa lalu mereka, akan tetapi juga kondisi kekinian. Sejarah dikatakan juga mampu
memberikan prediksi mengenai kondisi masa depan. Makna dari sejarah salam hal ini
sejarah itu mampu memberikan informasi proses kehidupan manusia dalam perjalanan
waktu, sehingga keberadaan kita saat ini dapat dipahami secara utuh. Guna sejarah
salah satunya agar kesalahan-kesalahan sejarah di masa lalu tidak terulang lagi di
masa depan.
b. Dinamika Budaya
Budaya dalam konteks ilmu antropologi adalah keseluruhan gagasan dan karya
manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi
karya itu. Budaya adalah semua hasil cipta karya manusia untuk kepentingan manusia
dalam menunjang hidupnya. Budaya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Budaya berwujud (budaya materi), berupa benda-benda yang wujudnya paling
kecil, seperti jarum, kacing baju, sedang benda yang wujudnya besar seperti
gedung-gedung, bangunan dan sebagainya.
2. Budaya tak berwujud (budaya non materi) berupa tradisi-tradisi, adat-istiadat dan
sebagainya. Adapun istilah Inggrisnya, budaya berasal dari kata lain Colere, yang
berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani.
Dari pengertian ini berkembang menjadi culture, yang berarti segala daya dan usaha
manusia untuk merubah alam.
Kebudayaan adalah sebuah terminologi yang selalu melekat dalam kehidupan
keseharian manusia. Walaupun terminologi ini mudah difahami dan dihayati, namun
sulit dirumuskan dalam bentuk definisi. Pada level wacana keilmuwan (intellectual
discourse) ruang lingkup kebudayaan sangatlah luas dan amat bervariasi. Setiap
pembatasan yang diberikan terhadap makna kebudayaan sangat dipengaruhi oleh
dasar pemikiran tentang asas-asas pembentukan masyarakat dan kehidupan manusia.
A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn (1952:7) memberikan pengertian kebudayaan
sebagai keseluruhan pola-pola bertingkah laku, baik eksplisit maupun implisit yang
diperoleh dan diturunkan melalui simbol, yang akhirnya mampu membentuk suatu
yang khas dari kelompok-kelompok manusia, termasuk perwujudan dalam bentuk
benda-benda material. Sementara E.B. Tylor mendefinisikan kebudayaan sebagai
keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum,
moral, adat dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Dari beberapa pengertian di atas, terlihat bahwa pengertian
kebudayaan amat luas dan kompleks.
Kebudayaan mengandung segala hasil olah pikir dan olah krida manusia, yang
secara normatif dimiliki bersama oleh sebuah satuan sosial yang disebut
"masyarakat". Di dalam satuan masyarakat itu terdapat agen-agen, atau para pelaku
yang menentukan, yaitu yang menciptakan atau meneruskan pencapaian-pencapaian
budaya. Agar suatu kebudayaan dapat lestari, yaitu selalu ada eksistensinya (tidak
perlu selalu berarti bentuk-bentuk pernyataannya), maka upaya-upaya yang perlu
dijamin kelangsungannya meliputi: perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan.
Kebudayaan yang hidup mempunyai dinamikanya tersendiri: dinamika
pemertahanan maupun dinamika perubahan. Fungsi utama kebudayaan adalah untuk
membuat masyarakat pendukungnya tetap mempunyai kebersatuan dan sama-sama
memiliki kebudayaan tersebut sebagai jati dirinya. Dalam hal ini perlu segera
ditambahkan bahwa sejarah suatu bangsa adalah bagian dari jati dirinya, oleh karena
itulah dapat dikatakan bahwa anggota suatu masyarakat, agar dapat menjadi
komponen yang efektif dalam membangun integrasi, harus mempunyai kesadaran
budaya dan kesadaran sejarah.
Ada dua pandangan pokok mengenai apa yang dianggap komponen pokok dari
kebudayaan. Satu pandangan menyatakan bahwa kebudayaan par excellence adalah
nilai-nilai budaya beserta segala hasil pemikiran manusia dalam suatu masyarakat,
sedangkan tingkah laku dan benda-benda adalah akibat ikutan belaka daripadanya.
Pandangan yang lain menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil
pemikiran, pola tingkah laku, maupun benda-benda karya manusia.
Proses terjadi dan berkembangnya kebudayaan dilihat dari dua teori, yaitu
teori idealistik dan teori materialistik. Teori idealistik menyatakan bahwa
pembentukan kebudayaan ditentukan oleh kapasitas manusia yang dapat menciptakan
dan mengembangkan ide-ide, sedangkan teori materialistik menyatakan bahwa
pembentukan kebudayaan ditentukan oleh lingkungan alam dan peluang ekonomik
yang dihadapi manusia. Budaya terjadi melalui proses pendidikan dalam arti luas
(formal maupun non formal dan informal, terstruktur maupun tidak terstruktur,
pendidikan jalur sekolah maupun "pendidikan masyarakat"). Nilai-nilai budaya yang
dianggap baik (luhur) diinternalisasikan melalui berbagai macam program belajar,
baik yang terstruktur ke dalam kurikulum maupun yang bersifat meneruskan tradisi
atau mengikuti adat.
Amatan terhadap sejarah kebudayaan dari berbagai kawasan di dunia ini
menunjukkan bahwa suatu hal yang dapat amat berpengaruh dalam perkembangan
kebudayaan adalah interaksi antar bangsa, atau juga interaksi di antara berbagai sub
bangsa. Proses-proses penyerapan unsur-unsur budaya di antara dua atau beberapa
bangsa yang dapat berposisi sebagai 'pendatang' dan 'tuan rumah', ataupun sebagai
sesama penghuni suatu kawasan, sehingga dapat membuahkan 'adopsi', 'modifikasi',
'lokalisasi', 'pembauran', maupun 'dominasi'. Proses-proses yang pelik ini pun, dengan
segala konfigurasinya, telah terjadi di wilayah Indonesia ini, sejak zaman prasejarah
hingga kini.
Bukan tanpa alasan bahwa para perintis kemerdekaan Republik Indonesia ini
mengusung suatu penggalan karya sastra klasik, yaitu bhinneka tunggal ika (=
terpisah namun satu jua) dan mentrasposisinya dari konteks keagamaan Siwa-Budha
ke dalam konteks yang berbeda, yaitu keanekaragaman budaya di dalam satu negara
modern. Sejak masa Pergerakan Nasional, khususnya sejak Sumpah Pemuda, proses
pembentukan kebudayaan baru, yaitu kebudayaan 'nasional' Indonesia telah terjadi,
dan ini tidak perlu dipertimbangkan dengan keanekaragaman suku bangsa, yang
masing-masing juga memperkembangkan kebudayaannya.
Satu hal yang juga perlu dipahami kalangan luas adalah bahwa kebudayaan-
kebudayaan suku bangsa yang masing-masing telah membangun tradisinya, bukanlah
kebudayaan yang statis. Dari waktu ke waktu kita melihat daya cipta mencuat di
dalam tradisi, yang dapat membawakan perluasan khazanah dan bahkan penciptaan
hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah ada, namun tetap diterima di dalam
masyarakat yang bersangkutan. Kebudayaan adalah bagaikan sebuah rumah, di mana
seorang merasa aman di dalamnya. Rasa aman itu dapat menjadi pandu dalam setiap
perjalanan mencari makna hidup. Sebaliknya, ketiadaan orientasi nilai dapat membuat
orang resah atau tidak peduli.
c. Pengertian Pariwisata
Istilah Pariwisata sesungguhnya baru populer di Indonesia setelah
diselenggarakannya Musyawarah Nasional Tourisme II di Tretes, Jawa Timur pada
tanggal 2 14 Juni 1958. Sebelumnya kata Pariwisata adalah Tourisme (dalam
Bahasa Belanda) yang kemudian sering diIndonesiakan menjadi Turisme.
Berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan
disebutkan defenisi dari wisata, wisatawan, kepariwisataan dan pariwisata yaitu:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara waktu untuk menikmati objek
dan daya tarik wisata.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di
dalamnya.
4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
semua penyelenggaraan pariwisata.
Menurut Robert W. Mc.Intosh dan Charles R. Tourism may be defined as the sum
of the phenomena and relationships arising from the interaction of tourist, business
supplies, host government and host communities in the process of attracting of
hosting these tourist and other visitors Maksudnya adalah pariwisata itu
didefenisikan dengan sejumlah kejadian-kejadian yang terjadi sehingga menjadi ciri
khas sesuatu yang tertentu dan hubungan yang ditimbulkan interaksi dari turis, orang
yang berhubungan dengan bisnis, tuan rumah (pemerintah) dan penduduk asli dalam
proses menarik perhatian dan melayani tuan rumah dan turis yang lain.
Menurut definisi yang luas, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke
tempat yang lain, bersifat sementara dan dilakukan perorangan maupun kelompok
sebagai usaha mencari kesenangan atau kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya dan ilmu. Beberapa pendapat para pakar pariwisata mengenai
kepariwisataan, yang pada umumnya memandang kepariwisataan dari perspektif yang
berbeda-beda, seperti yang dikatakan oleh Salah Wahab yang memandang
kepariwisataan dari sudut ekonomi, bahwa :
"Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja,
peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor
produktivitas lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, ia juga
meliputi industri-industri klasik sebenarnya seperti industri kerajinan tangan
dan cinderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga
dipandang sebagai industri".

Pengertian pariwisata ditinjau dari segi ekonomi pada mulanya tidaklah begitu jelas
dan mudah. Ini disebabkan oleh tidak adanya konsep atau batasan (definisi) yang jelas
mengenai bidang, bentuk atau jenis pariwisata dewasa ini. Demikian pula industri-
industri yang tergolong mana dan siapa-siapa saja sebenarnya dapat dianggap sebagai
seorang wisatawan. Pada permulaan abad 21 timbul keinginan untuk merumuskan
suatu konsepsi mengenai pariwisata yang dapat dipergunakan sebagai pegangan untuk
membangun industri, yang dinamakan industri pariwisata.
Definisi kepariwisataan kemungkinan akan terus berubah, namun yang pasti
kepariwisataan memiliki dimensi-dimensi lain selain kegjatan ekonomi, artinya
terdapat kompleksitas interaksi dan akibat-akibat yang terjadi sebelumnya,
selama dan sesudah suatu perjalanan pariwisata. Lebih dari itu, terdapat dampak-
dampak psikologis, sosiologis, ekologis dan politis. Misi dalam konteks
kepariwisataan. Thoha memberikan pengertian konseptual mengenai arti
pengembangan sebagai suatu tindakan, proses, hasil atau peryataan menjadi lebih
baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan,
evolusi atas berbagai kemungkinan berkembangnya atau peningkatan atas sesuatu.
Kemajuan di bidang kepariwisataan juga didukung adanya objek wisata.
Objek wisata adalah tempat atau kedudukan yang memiliki sumber daya wisata yang
dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai
tempat yang dikunjungi wisatawan. Objek wisata juga merupakan salah satu bagian
dari berbagai macam yang termasuk dalam produk wisata, dimana objek wisata
merupakan hal yang terutama dari sebuah daerah tujuan wisata, karena objek wisata
pada umumnya memiliki daya jual tersendiri, dimana masing-masing objek wisata
memiliki kekuatan-kekuatan karakter atau daya tarik tersendiri yang mampu menarik
wisatawan. Upaya pengembangan objek-objek wisata didukung oleh faktor-faktor
yang tidak kalah pentingnya yaitu :
1. Potensi wisata, yaitu potensi yang meliputi alamnya yang indah, adat-istiadatnya,
kesenian, budaya serta peninggalan-peninggalan sejarah.
2. Fasilitas, mencakup sarana dan prasarana transportasi, penginapan, restoran dan
kelengkapan wisata lainnya.
3. Pemasaran; merupakan usaha yang dilakukan agar apa yang diperlukan dapat
mendatangkan keuntungan, dengan demikian pemasaran akan mempengaruhi
usaha yang dilakukan.
4. Partisipasi masyarakat, dalam upaya pengembangan objek wisata ini, mutlak
diperlukan adanya partisipasi dan dukungan masyarakat, karena tanpa adanya
dukungan masyarakat upaya pengembangan tersebut tidak akan berhasil.
5. Dana, adalah faktor terpenting dalam upaya pengembangan objek wisata.
Pemerintah daerah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang ditetapkan dengan undang-undang berfungsi materiil, artinya anggaran
pembiayaan dan pembangunan ini merupakan suatu perencanaan yang
diwujudkan dalam nilai nominal yang berisi jumlah-jumlah pengeluaran negara
maksimum, untuk membayar kegiatan-kegiatan non proyek untuk masa satu tahun
mendatang, dengan asumsi bahwa pengoperasian suatu program tidak akan
berjalan atau bekerja dengan baik tanpa adanya aset atau dana. Faktor dana ini
sangat menentukan kelanjutan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
proyek/program pengembangan objek wisata.
Setiap daerah kunjungan wisata harus menganalisis dengan baik dan
mengevaluasi sumber-sumber wisatanya atau kekuatan karakter objek wisatanya agar
dapat mengetahui kekuatan suatu objek dalam menyerap wisatawan. Spillane
menjelaskan bahwa di setiap objek wisata sebetulnya ada berbagai unsur yang saling
tergantung, semua ini diperlukan agar wisatawan dapat menikmati suatu pengalaman
yang memuaskan pada liburan mereka. Lima unsur yang harus dimiliki oleh suatu
objek wisata yaitu :
1. Attraction hal-hal yang menarik para wisatawan.
2. Fasilitas, adanya fasilitas yang diperlukan
3. Infrastruktur
4. Transportasi, jasa pengangkutan
5. Keramahtamahan atau kesediaan untuk menerima tamu.
Fasilitas ini bermakna bahwa pentingnya pendukung yang baik untuk
mengetengahkan suatu hal yang menarik bagi wisatawan, agar wisatawan mampu
menikmati berbagai objek wisata yang disuguhkan dengan maksimal tanpa diliputi
kekecewaan akan berbagai fasilitas yang mereka butuhkan seperti penginapan, tempat
tidur, makanan, minuman, souvenir dan pemandu penting untuk disiapkan. Selain itu
infrastruktur yang baik juga meliputi sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas
kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem pembuangan
kotoran, jalan dan sistem, serta keamanan yang terjamin.
3.4. Metode Analisis
Teknik yang digunakan teknik analisis data secara kualitatif. Pertimbangan
dipergunakannya metode penelitian kualitatif didasarkan pada tiga asumsi dasar yang
diintroduksi oleh Moeleong yaitu : pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih
mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua metode ini menyajikan
secara langsung hubungan antara peneliti dengan responden dan ketiga, metode ini
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh
bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Hasil pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi
selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Tahap-tahap proses analisis data meliputi :
1. Penelitian data, data yang sudah dikumpulkan melalui dokumentasi wawancara
dan observasi dengan memperhatikan validitas data, objektivitas data, selanjutnya
data-data tersebut diadakan pengkatagorian data dengan sistem pencatatan yang
relevan.
2. Intepretasi data dilakukan dengan cara menganalisis data dengan pemahaman
intelektual yang dibangun atas dasar pengalaman empirik terhadap data, fakta dan
informasi yang sudah dikumpulkan dan disederhanakan dalam analisis data.
Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
yang jelas dan dapat menjawab berbagai masalah menyangkut pertanyaan
penelitian.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Anggaran Biaya
Ringkasan anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp)


1 Bahan habis pakai dan peralatan 22.500.000

2 Perjalanan 38.750.000

3 Publikasi, seminar,laporan,lainya 21.250.000

4 Lain-lain 4.000.000

Jumlah 96.500.000

4.2 Jadwal Penelitian


Bulan
No Jenis Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Studi Kepustakaan
2 Persiapan Penelitian
1. Survei awal
2. Penyusunan rencana
penelitian
3. Penelitian pendahuluan
4. Penyusunan instrumen

5. Penyusunan surat-surat
izin
3 Penelitian lapangan observasi
1. Pengumpulan data
4 Analisis data
5 Penulisan laporan pendahuluan
6 Presentasi
7 Penulisan laporan akhir
DAFTAR PUSTAKA
Ankersmit, F.R., terj. Dick Hartoko, 1987, Refleksi Tentang Sejarah Pendapat-
Pendapat Modern tentang Filsafat Sejarah, Jakarta : Gramedia.
Arikunto, Suharsimi, 1998, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Arsyad, Lincolin, 1999, Ekonomi Pembangunan Edisi ke Empat, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
Azra, Azyumardi, 1994, Jaringan Ulama Timur Tengahdan Kepulauan Nusantar
Abad XVII dan XVIII, Penerbit Mizan, Bandung.
A. Yoety, Oka, 1997, Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, Pradnya
Paramita, Jakarta.
Boland, B.J., 1971, The Struggle of Islam in Modern Indonesia, The Hague :
Martinus Nijhoff.
Burke, Peter, 2003, Sejarah dan Teori Sosial, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Damanik, Janianton, Hendrie Adji Kuswowo, dan Destha T. Raharjana (eds)., 2005,
Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata: Beberapa Catatan Akhir,
dalam Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata, Kepel Yogyakarta,
Yogykarta.
Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Pariwisata Indonesia 1999, Jakarta,
Dirjen Pariwisata.
Damste, H.T. BKI 84, 1928.
Desky, 1999, Manajemen Perjalanan Wisata, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.
Gibson, James, Ivan Cevich, J.M. Donnelly, 1984, Organisasi : Prilaku, Struktur dan
Proses, Erlangga, Jakarta.
Hadinoto, Kusudianto, 1996, Perencanaan Pembangunan Destinasi Pariwisata, UI.
Press, Jakarta.
Inskeep, Edwar, 1991, Tourism Planning (An Integrated and SustainableDevelopment
Approach, Van Monstrand Reinhold, 115 th Avenue, New York, 10003.
Iskandar, Teuku, 1996, Kesusastraan Klasik Melayu Sepanjang Abad, Libra , Jakarta.
Kodhyat, H. Dan Ramaini, 199, Kamus Pariwisata dan Perhotelan, Edisi Pertama,
Cetakan Kedua, PT. Grasindo, Jakarta.

Kartodirdjo, Sartono, 1992, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodeologi Sejarah,


Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat, 1990, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta : PT. Dian
Rakyat.
Kuntowijoyo, 1994, Metodologi Sejarah Edisi Kedua, PT. Tiara Wacana,
Yogyakarta.
Marzali, Amri, 2005, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, Prenada Media,
Jakarta.
Mill, Robert Christie, 2000, Tourism The International Bussiness, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Moleong, Lexy, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Jakarta.
Pendit, Nyoman.S., 1994, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.
Pires, Tome. 1944. The Suma Oriental of Tome P ires Vol. I translated and edited by
Armando Cortesao, London : Printed for the Hakluyt, Society.
Poerwanto, Hari, 2000, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sedyawati, Edi, 2006, Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soekadijo, R.G. , 1997, Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai Systemic
Linkage), Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Spillane J., James, 1987, Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya, Cetakan
Pertama, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
______. 1994, Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan,
Kanisius, Yogyakarta.
Thoha, Miftah, 1981, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara, CV.
Rajawali, Jakarta.
Wahab, Salah, 1996, Manajemen Kepariwisataan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
_______,1997, Pemasaran Pariwisata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian


1. Peralatan Penunjang
Harga Peralatan
Justifikasi Harga Satuan
Material Kuantitas Penunjang (Rp)
Pemakaian (Rp)
Sewa Alat Berguna sebagai 20 hari Rp. 100.000,- Rp. 2.000.000,-
Perekam alat dokumentasi /Hari
saat survei dll
Sewa Berguna sebagai 20 hari Rp. 150.000,- Rp. 3.000.000,-
Handycam alat dokumentasi /Hari
saat survei dll
Sewa Camera Berguna sebagai 20 hari Rp. 150.000,- Rp. 3.000.000,-
alat dokumentasi /Hari
saat survei dll
SUBTOTAL(Rp) Rp. 8.000.000,-

3. Bahan Habis Pakai


Justifikasi Harga Satuan Biaya per Tahun
Material Kuantitas
Pemakaian (Rp) (Rp)
Kertas HVS Print Laporan, 5 Rim Rp. 60.000,- Rp. 300.000,-
Paperone A4 kuesioner.
80gram
Kertas HVS Sinar Adminstrasi 5 Rim Rp. 50.000,- Rp. 250.000,-
Dunia F4 70gram dan kuesioner
Tinta Printer Canon
Print 20 Buah Rp. 125.000,- Rp. 2.500.000,-
Pixma warna Laporan,Kuesi
oner dll.
Bolpoint Snowman Untuk 20 kotak Rp. 50.000,-/ Rp. 1.000.000,-
mencatat, dan kotak
menulis
kuesioner
Pinsil 2B Faber Analisis data 5 kotak Rp. 30.000,-/ Rp. 150.000,-
Castel kotak
Notebooks Membuat 3 lusin Rp. 50.000,- Rp. 150.000,-
catatan /lusin
Cd-RW Sony Menyimpan 1 pack Rp. 350.000,-/ Rp. 350.000,-
data pack
Flashdisc Menyimpan 2 buah Rp. 200.000,-/ Rp. 400.000,-
Kingstone 8Gb data buah
Micro SD Sandisc Menyimpan 1 buah Rp. 250.000,-/ Rp. 250.000,-
32GB Data dari buah
media(Handyc
am,Camera)
Pulsa Angota 1 Berkomunikasi 7 kali Rp. 100.000,- Rp. 700.000,-
dengan teknisi
dan informan
dan antara
anggota
Pulsa Angota2 Sda 7 kali Rp. 100.000,- Rp. 700.000,-
Pulsa Angota3 Sda 7 kali Rp. 100.000,- Rp. 700.000,-
Pulsa Modem Flash Untuk mencari 12 bulan Rp. 100.000,-/ Rp. 1.200.000,-
Ultima informasi bulan
terbaru, dan
mencari data-
data yang
terkait
Baterai ABC AAA Untuk alat 10 buah Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
rekam sebagai /buah
media
dokumentasi
Baterai Energaizer Untuk Kamera 10buah Rp. 13.000,- Rp. 130.000,-
AA sebagai media /buah
dukumentasi
Baterai Besar Sda 10 buah Rp. 20.000,- Rp. 200.000,-

DVD-Rw Menyimpan 1pack Rp. 350.000,-/ Rp. 350.000,-


data Pack
Fotokopi Untuk bahan- 25.350 Rp. 200,- Rp. 5.070.000,-
bahan pustaka lembar /lembar
dan informasi
SUBTOTAL (Rp) Rp. 14.500.000,-

4. Perjalanan
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga Satuan Harga
(Rp) (Rp)

Perjalanan Pengumpulan data Tiket Rp. 2000.000,- Rp. 2000.000,-


dari Medan lapangan, Survei, Pesawat
ke Nias Sampling, Pengisian (pp)
Kuesioner Hotel 3 Rp. 395.833,- Rp. 1.187.500,-
Hari /hari
Honor 3 Rp. 500.000,- Rp. 1.500.000,-
petugas
lapangan
Perjalanan Pengumpulan data Rental Rp. 2000.000,- Rp. 2000.000,-
dari Gunung lapangan, Survei, Mobil
Sitoli ke Sampling, Pengisian (pp)
Nias Utara Kuesioner Hotel 3 Rp. 395.833,- Rp. 1.187.500,-
dan Selatan Hari /hari
Hotel 3 Rp. 500.000,- Rp. 1.500.000,-
petugas
lapangan
Perjalanan Pengumpulan data Tiket Rp. 2000.000,- Rp. 2000.000,-
dari Medan lapangan, Survei, Pesawat
ke Pulau Nias Sampling, Pengisian (pp)
Kuesioner
Hotel 3 Rp. 395.833,- Rp. 1.187.500,-
Hari /hari
Honor 3 Rp. 500.000,- Rp. 1.500.000,-
petugas
lapangan

SUBTOTAL (Rp) Rp. 18.750.000,-

5. Lain-Lain
Harga Satuan Biaya
Kegiatan Justifikasi Kuantitas
(Rp) (Rp)
Adminstrasi Surat menyurat 4tahap Rp. 250.000,- Rp. 1.000.000,-
Pembuatan Pemberitahuan adanya 4 Rp. 100.000,- Rp. 400.000,-
Spanduk kegiatan
Seminar Kit Melakukan penelitian 30 / Rp. 25.000,- Rp 3.000.000,-
terhadap responden daerah x 4
dengan kuesioner dll lokasi
dalam sebuah kegiatan
Perizinan Izin untuk melakukan 4tahap Rp. 100.000,- Rp. 400.000,-
kegiatan dan bertemu
responden dan izin
menyebarkan kuesioner
Focus Mendapatkan data
Group
Discussion 1. Konsumsi 20orang x Rp. 30.000,- Rp. 2.400.000,-
4

2. Sewa tempat 4 Rp. 100.000,- Rp. 400.000,-


pertemuan

3. Kebersihan 4 Rp. 100.000,- Rp. 400.000,-

4. Honor Diskusi 2modera- Rp. 100.000,- Rp. 800.000,-


tor x 4

20 Rp. 20.000,- Rp. 1.600.000,-


pesertax4

Pertemuan Diskusi 5orang x 5 Rp. 34.000,- Rp. 850.000,-


anggota pertemuan
peneliti
SUBTOTAL Rp. 11.250.000,-

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN Rp. 96.500.000,-


Lampiran 2: Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
No Nama / NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu Alokasi Uraian Tugas
Waktu(jam/minggu)
1 Drs. Gustanto, Program Studi Pariwisata 12 jam/minggu - Mengkoordinasi proses
M.Hum Pariwisata FIB pengambilan data,
0005086302 USU pengumpulan data, analisis
data, penyusunan
interpretasi data, dan
penyusunan laporan
penelitian.
- Mengkoordinasi persiapan
instrument penelitian,
perlengkapan penelitian, dan
instrument penunjang.
- Mengkoordinasi
penyusunan laporan akhir
penelitian, publikasi hasil
penelitian dalam seminar
nasional/ prosiding.
- Bertanggung jawab
terhadap hasil pelaporan
penelitian mulai dari laporan
harian, laporan kemajuan,
laporan akhir dan
penggunaan anggaran
penelitian
2 Koko Program Studi Pariwisata 10 jam/minggu - Membantu ketua dalam
Sujatmoko,SE,M.Si. Pariwisata FIB proses pengambilan data,
0017107502 USU pengumpulan data, analisis
data, penyusunan
interpretasi data, dan
penyusunan laporan
penelitian.
- Membantu ketua dalam
persiapan instrument
penelitian, perlengkapan
penelitian, dan instrument
penunjang.
- Membantu ketua dalam
penyusunan laporan akhir
penelitian, publikasi hasil
penelitian dalam seminar
nasional/ prosiding.
- Turut bertanggung jawab
terhadap hasil pelaporan
penelitian mulai dari laporan
harian, laporan kemajuan,
laporan akhir dan
penggunaan anggaran
penelitian
Lampiran 3: Biodata Ketua dan Anggota Peneliti

Ketua Peneliti
1. Ketua

A. Identitas Diri
Nama : Drs. Gustanto, M.Hum.

NIP/NIK : 19630805198903.1.004

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan , 5 Agustus 1963

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Golongan / Pangkat : IV/a / Lektor Kepala

Jabatan Akademik : Staf Pengajar

Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Alamat : Jalan Universitas No. 19 Kampus USU, Medan

Telp. / Faks. : (061) 8215956

Alamat Rumah : Jalan Prof. H.M. Yamin, SH No. 210-C


Medan

Telp. / Faks. : (061) 4560890

Alamat e-mail : totogustanto@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan Perguruan Tinggi


Tahun Program Pendidikan (diploma, sarjana, Jurusan/
Perguruan Tinggi
Lulus magister, spesialis, dan doctor) Program Studi

1988 Sarjana (Drs.) Universitas Ilmu Sejarah


Sumatera Utara
(USU)

1994 Magister Humaniora (M.Hum). Pasca Sarjana Univ. Ilmu


Gajah Mada Humaniora
Bidang Studi
Sejarah
C. Pelatihan Profesional
Jangka
Tahun Jenis Pelatihan (Dalam/Luar Negeri) Penyelenggara
Waktu

Antropologi S-1 Psikologi Ganjil

Fak. Psikologi USU 2008 2009

Eko Wisata I D-III Pariwisata/ Ganjil

Perhotelan 2008 2009

Etnografi Dunia S1 Antropologi Fisip Genap


USU
2009 -2010
PENGALAMAN MENGAJAR

Jenis Bahan Ajar Sem/Tahun


Program
Mata Kuliah (cetak dan Akademik
Pendidikan
noncetak)

Eko Wisata I D-III Buku, Power Point Ganjil

2008-2009

Eko Wisata II D-III Buku, Power Point Genap 2008-


2009

Masy. Keb. Indonesia (MKI) D- III Buku, Diktat, Ganjil


Power Point
2008-2009

Hubungan Masyarakat D-III Buku, Power Point Genap

2008 2009

Antropologi S-1 Buku, Diktat, Ganjil


Power Point
2008 2009

Eko Wisata I D-III Buku, Power Point Ganjil

2008 2009

Etnografi Dunia S1 Buku, Power Point Genap

2009 -2010

D. Pengalaman Penelitian
Ketua/Anggota Sumber Dana
Tahun Judul Penelitian
Tim

2007 Sejarah Persebaran Suku Bangsa Melayu Ketua BPSNT Banda


dan Mandailing di Sumatera Utara. Aceh
F.Karya Ilmiah

1. Buku/Bab Buku/Jurnal

Tahun Judul Penerbit/Jurnal

2007 Sejarah Persebaran Suku Bangsa Melayu dan Mandailing di BPSNT Banda
Sumatera Utara. Aceh

2009 Rumah Adat Batak Toba ; Antara Kepala Singa, Payudara dan Majalah Ilmiah
Cecak. Popular
Bakosurtanal

2009 Menangkap Ikan di Danau Toba : Menjaga Danau Toba Majalah Ilmiah
Dengan Kearifan Budaya Popular
Bakosurtanal

2009 Nasionalisme Indonesia dari (di) Sumatera Utara : Het Majalah Ilmiah
Dollar Land, Exorbitante rechten, Imagine Communities Popular
Bakosurtanal

2009 Tangkahan Hidden Paradise in North Sumatera Majalah Ilmiah


Popular
Bakosurtanal

* termasuk karya ilmiah bidang ilmu


pengetahuan/teknologi/seni/desain/olahraga

2. Makalah/Poster

Tahun Judul Penyelenggara

2009 Aplikasi Pengajaran Sejarah Kontemporer Yang BPSNT Aceh


Menyenangkan Bagi Siswa

2009 Biarkan Tangkahan Alami dan Bersahaja Belajar dari OIC Medan
Rekayasa Tradisi di Thailand

G. Kegiatan Profesional/Pengabdian Kepada Masyarakat


Tahun Jenis/Nama Kegiatan Tempat

24 Pelatihan Pemandu Wisata Angkatan I di Bukit OIC Medan


maret
2009 Lawang

16 Mei Pelatihan Pemandu Wisata Angkatan II Bukit Lawang OIC Medan

2009

16 Feb Pelatihan Pemandu Wisata Angkatan III Bukit Lawang OIC Medan
2010

3 Maret Pelatihan Pemandu Wisata di Tangkahan OIC Medan


2009

2009 Serasehan Guru Guru Sejarah BPSNT

H. Jabatan Dalam Pengelolaan Institusi


Institusi (Univ.Fak,Jurusan,Lab,Studio, Manajemen
Peran/Jabatan Tahun ......s.d......
Sistem Informasi Akademik dll)

Ketua Program Studi D-III Pariwisata F.S USU 1998 2003

Ketua Program Studi D-III Pariwisata F.S USU 2003 2008

Ketua Program Studi D-III Pariwisata F.S USU 2008 2009

I. Peran DalamKegiatan Kemahasiswaan


Tahun Jenis/Nama Kegiatan Peran Tempat

2002 Study Tour Mahasiswa Program Studi Ketua Medan- Bukit


Pariwisata (Usaha Wisata) Medan Rombongan Tinggi
Sumatera Barat Padang

2003 Study Tour Mahasiswa Program Studi Ketua Medan- Bukit


Pariwisata (Usaha Wisata) Medan Rombongan Tinggi - Padang
Sumatera Barat

2004 Study Tour Mahasiswa Program Studi Ketua Medan- Bukit


Pariwisata (Usaha Wisata) Medan Rombongan Tinggi - Padang
Sumatera Barat

2005 Study Tour Mahasiswa Program Studi Ketua Medan- Bukit


Pariwisata (Usaha Wisata) Medan Rombongan Tinggi - Padang
Sumatera Barat
2006 Study Tour Mahasiswa Program Studi Ketua Mdn Jkt-
Pariwisata (Usaha Wisata) Medan Jawa Rombongan Jogja-Sby- Bali
Bali. Bdg Jkt
Mdn

2007 Study Tour Mahasiswa Program Studi Ketua Mdn Jkt-


Pariwisata (Usaha Wisata) Medan Jawa Rombongan Jogja-Sby- Bali
Bali Bdg Jkt -
Mdn

J. ORGANISASI PROFESI/ILMIAH
Jabatan/Jenjang
Tahun Jenis/Nama Organisasi
Keanggotaan

1997 Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Ketua Umum


2007 Sumatera Utara

2007 Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Ketua Bidang


Sekarang Sumatera Utara

2009 Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Koordinator Bidang


Sekarang Budaya

Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum Vitae ini adalah benar
dan apabila terdapat kesalahan, saya bersedia mempertanggungjawabkannya

Medan, Maret 2017

Yang menyatakan,

Drs. Gustanto, M.Hum.

NIP.196308051989031004
2. Anggota Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drs. Yos Rizal, MSP
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP 196606171992031003
5 NIDN 0017066604
6 Tempat dan Tanggal Lahir Sinda Raya, 17 Juni 1966
7 E-mail Rizalyos73@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 082383812228
9 Alamat Kantor Jl. Universitas No. 19 Kampus USU
10 Nomor Telepon/Faks 061-8215956
11 Lulusan yg telah dihasilkan S-1= 500orang; S-2=....orang; S-3=...orang
1. Telaah Puisi Melayu
2. Telaah Drama Melayu
12 Mata Kuliah yg diampu
3. Sosiologi Sastra
4. Stilistika

B. Riwayat Pendidikan
Program: S-1 S-2
Nama PT USU USU
Bidang Ilmu Kesusastraan Komunikasi Sosial
Tahun Masuk-Lulus 1986-1991 2004-2006
Nilai-Nilai Budaya
Analisis Psikologi Sosial Dalam Sinetron Remaja
Terhadap Hikayat Dewa Indonesia: Dampak
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
Mandu Editor Henry Televisi Terhadap
Chambert Loir Perubahan Prilaku
Remaja di Kota Medan
Nama Pembimbingan/Promotor 1. Dra. P. Sukapiring, SU 1.Dr. Safrin, M.Si.
2. Drs. Ridwan Azhar 2. Drs. Hendra Hrp, M.Si

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian
Sumber* Jml (Juta Rp)
Nilai-Nilai Budaya Hedonisme dalam
1 2009 Film-film Kartun di Stasiun Televisi Mandiri Rp 5.000.000
Swasta Indonesia
Survey Dampak Penyalahgunaan
BNN-
2 2010 Narkoba Pada Mahasiswa dan Pelajar di
Puslitkes UI
15 Provinsi Indonesia
Survei Dampak Sosial Ekonomi akibat
BNN-
3 2011 Penyalahgunaan Narkoba di 17 Provinsi
Puslitkes UI
Indonesia
Survei Penyalahgunaan Narkoba Pada BNN-
4 2012
Para Pekerja di 33 Provinsi Indonesia Puslitkes UI
Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian
Sumber* Jml (Juta Rp)
Survei Dampak Penyalahgunaan
Narkoba Pada Bidang Transportasi BNN-
5 2013
Darat, Laut, dan Udara di 25 Provinsi Puslitkes UI
Indonesia
Mo Makna dan Simbol Motif Batik
PNBP USU Rp 8.000.000
6 2014 Melayu: Suatu Kajian Semiotika
2014
Budaya
*Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber
lainnya

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Sumber* Jml (Juta Rp)
Penyuluhan tentang Pentingnya
Membaca dan Menulis Aksara Arab-
1 2009 Mandiri Rp 10.000.000
Melayu bagi Siswa-siswi SMP se-
Kabupaten Langkat
Revitalisasi Cerita Rakyat Melayu pada
2 2010 Mandiri Rp 10.000.000
SMP se-Kabupaten Langkat
Revitalisasi Budaya Melayu sebagai
3 2011 Kearifan Lokal pada Siswa-siswi SMA Mandiri Rp 10.000.000
di Kabupaten Serdang Bedagai
Revitalisasi Kesenian Melayu sebagai
4 2012 Kearifan Lokal pada Siswa-siswi SMA Mandiri Rp 10.000.000
di Kabupaten Serdang Bedagai
*Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat
DIKTI maupun dari sumber lainnya
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
Nama Volume/
No. Tahun Judul Artikel Ilmiah
Jurnal Nomor/Tahun
Upacara Adat Laut Masyarakat
1 2009 Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara: WACANA IV/5/2009
Suatu Kajian Semiotika Budaya
Revitalisasi dan Modernisasi Mendu: Harian
Rabu, 23
2 2013 Antara Pewarisan Nilai Budaya HALUAN
Oktober 2013
Versus Kreativitas KEPRI
Harian
Kearifan Lokal sebagai Pembentuk Rabu, 28
3 2013 HALUAN
Karakater Pemuda Oktober 2013
KEPRI

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir


Waktu dan
No. Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Jurnal Artikel Ilmiah
Tempat
Waktu dan
No. Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Jurnal Artikel Ilmiah
Tempat
Pentingnya Demokrasi dan Pilkada
1 Damai dalam Kemajemukan KNPI Kota Medan 3 Maret 2009
Masyarakat Kota Medan
Hotel Garuda
Pemuda dan Tanggung Jawab
2 KNPI Kota Medan Plaza, 10
Pembangunan
Oktober 2010
16 Juli 2011,
3 Manajemen Teater Balai Bahasa, Medan
FIB USU

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir


Jumlah
No. Judul Buku Tahun Penerbit
Halaman
1
2
3
Dst

H. Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir


No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1
2
3
Dst

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam


5 Tahun Terakhir
Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Tempat Respon
No. Tahun
Lainnya yang Telah Diterapkan Penerapan Masyarakat

J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2
3
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
Dst

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan proposal penelitian BP-PTN 2016.

Medan, 23 Maret 2017


Pengusul,

Drs. Yos Rizal, MSP


NIP 196606171992031003

Anda mungkin juga menyukai