1
BAB I
TIPOLOGI KLASSEN
2
BAB I
TIPOLOGI KLASSEN
Alat Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola
dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah.
1.2 Pola Pertumbuhan Provinsi Jawa Timur II Berdasarkan Tipologi Klassen
3
1.3 Interpretasi Sektoral
Berdasarkan analisa Tipologi Klassen, dapat dijelaskan bahwa pola perekonomian
Provinsi Jawa Timur II terbagi atas empat klasifikasi. Kabupaten/Kota yang termasuk
klasifikasi daerah cepat maju dan tumbuh adalah:
1. Kota Blitar
2. Kota Madiun
3. Kota Batu.
Klasifikasi daerah berkembang cepat adalah :
1. Kabupaten Magetan
2. Kabupaten Ngawi
3. Kabupaten Bojonegoro
4. Kabupaten Lamongan
5. Kabupaten Gresik
6. Kota Malang
7. Kota Probolinggo
8. Kota Pasuruan
9. Kota Surabaya
Klasifikasi daerah maju tapi tertekan adalah :
1. Kabupaten Kediri
2. Kabupaten Mojokerto.
Sedangkan untuk klasifikasi daerah terbelakang adalah :
1. Kabupaten Tuban
2. Kabupaten Bangkalan
3. Kabupaten Sampang
4. Kabupaten Pamekasan
4
BAB II
ANALISIS SLQ DAN DLQ
5
BAB II
LOCATION QUOTIENT (LQ)
6
2.2 Interpretasi SLQ
Dari hasil output diatas dengan analisis SLQ pada tahun 2015 Kabupaten Magetan
menunjukkan hasil bahwa yang merupakan sektor basis antara lain : Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Informasi dan
Komunikasi, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial, Jasa
Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor tersebu dapat
dikatakan menjasi sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ > 1).
Hal ini berarti bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat terus
dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut
dikatakan sektor basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi
dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang merupakan sektor non basis adalah sektor : Pertambangan dan
Penggalian, Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Konstruksi, Perdagangan
Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum, Jasa Keuangan dan Asuransi, dan Jasa Perusahaan. Sektor sektor tersebut
dikatakan sektor non basis karena memiliki nilai SLQ kurang dari satu (SLQ < 1) serta
tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut. Sektor sektor tersebut dikatakan
7
sektor non basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih kecil dibandingkan
sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Nilai SLQ Kabupaten Ngawi pada tahun 2015 yang menunjukkan sektor basis antara
lain: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah,
Informasi dan Komunikasi, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial,
Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor tersebut
dapat dikatakan menjasi sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ >
1). Hal ini berarti bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat terus
dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut
dikatakan sektor basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi
dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang merupakan sektor non basis Kabupaten Ngawi adalah sektor :
Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas,
Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, Jasa Keuangan dan Asuransi, dan Jasa Perusahaan.
Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena memiliki nilai SLQ kurang
dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut. Sektor
sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut
lebih kecil dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah
referensi.
Nilai SLQ Kabupaten Bojoegoro tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pertambangan dan Penggalian, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Informasi
dan Komunikasi, dan Administrasi Pemerintahan. Sektor tersebu dapat dikatakan menjasi
sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ > 1). Hal ini berarti
bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat terus dikembangkan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor basis karena
pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kabupten Bojonegoro adalah : Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan, Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Konstruksi, Perdagangan bEsar dan Eceran,
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa Keuangan Asuransi, Real Estate, Jasa
8
Perusahaan, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Jasa Lainnya.
Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena memiliki nilai SLQ kurang
dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut. Sektor
sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut
lebih kecil dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah
referensi.
Nilai SLQ Kabupaten Tuban tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan penggalian, Industri
Pengolahan, Konstruksi, Informasi dan Komunikasi. Sektor tersebu dapat dikatakan
menjasi sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ > 1). Hal ini
berarti bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat terus dikembangkan
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor basis
karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama
di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kabupten Tuban adalah : Pengadaan
Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Perdagangan Besar dan
Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa
Keuangan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Jasa
Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Jasa Lainnya. Sektor sektor
tersebut dikatakan sektor non basis karena memiliki nilai SLQ kurang dari satu (SLQ < 1)
serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut. Sektor sektor tersebut dikatakan
sektor non basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih kecil dibandingkan
sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Nilai SLQ Kabupaten Lamongan tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah,
Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran, Informasi dan Komunikasi, Real Estate,
Administrasi Pemerintahan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya .
Sektor tersebu dapat dikatakan menjasi sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih
dari satu (SLQ > 1). Hal ini berarti bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi
yang dapat terus dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor
tersebut dikatakan sektor basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi
dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
9
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kabupten Lamongan adalah :
Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas,
Transportasi Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa Keuangan
dan Asuransi, Jasa Perusahaan, Jasa Pendidikan. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor
non basis karena memiliki nilai SLQ kurang dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif
untuk dikembangkan lebih lanjut. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis
karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih kecil dibandingkan sektor yang sama
di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Nilai SLQ Kabupaten Gresik tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas . Sektor
tersebu dapat dikatakan menjasi sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu
(SLQ > 1). Hal ini berarti bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat
terus dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut
dikatakan sektor basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi
dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kabupten Gresik adalah : Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan, Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah, Konstruksi,
Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate,
Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial, dan jasa Lainnya. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis
karena memiliki nilai SLQ kurang dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk
dikembangkan lebih lanjut. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena
pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih kecil dibandingkan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Nilai SLQ Kabupaten Bangkalan tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Konstruksi,
Informasi dan Komunikasi, Administrasi Pemerintahan, dan Jasa Pendidikan . Sektor
tersebu dapat dikatakan menjasi sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu
(SLQ > 1). Hal ini berarti bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat
terus dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut
10
dikatakan sektor basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi
dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kabupten Bangkalan adalah : Pengadaan
Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah, Perdagangan Besar dan
Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa
Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena
memiliki nilai SLQ kurang dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk
dikembangkan lebih lanjut. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena
pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih kecil dibandingkan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Nilai SLQ Kabupaten Sampang tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Informasi dan
Komunikasi, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan . Sektor tersebu dapat
dikatakan menjasi sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ > 1).
Hal ini berarti bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat terus
dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut
dikatakan sektor basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi
dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kabupten Sampang adalah : Pengadaan
Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah, Konstruksi, Perdagangan
Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis
karena memiliki nilai SLQ kurang dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk
dikembangkan lebih lanjut. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena
pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih kecil dibandingkan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Nilai SLQ Kabupaten Pamekasan tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran,
Informasi dan Komunikasi, Real Estate, Administrasi Pemerintah, Jasa Pendidikan.
Sektor tersebu dapat dikatakan menjasi sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih
11
dari satu (SLQ > 1). Hal ini berarti bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi
yang dapat terus dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor
tersebut dikatakan sektor basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi
dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Nilai SLQ Kabupaten Sumenep tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Informasi dan
Komunikasi, Administrasi Pemerintah. Sektor tersebu dapat dikatakan menjasi sektor
basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ > 1). Hal ini berarti bahwa
sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat terus dikembangkan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor basis karena
pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kabupten Sumenep adalah : Industri
Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah,
Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa
Perusahaan, Jasa Pendidikan, jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya.
Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena memiliki nilai SLQ kurang
dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut. Sektor
sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut
lebih kecil dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah
referensi.
Nilai SLQ Kota Kediri tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain : Industri
Pengolahan. Sektor tersebu dapat dikatakan menjasi sektor basis karena mempunyai nilai
12
SLQ lebih dari satu (SLQ > 1). Hal ini berarti bahwa sektor sektor tersebut merupakan
potensi yang dapat terus dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor
sektor tersebut dikatakan sektor basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih
tinggi dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kota Kediri adalah : Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan
Air, Pengelolaan sampah, Limbah, Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran,
Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan
Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi
Pemerintah, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya.
Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena memiliki nilai SLQ kurang
dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut. Sektor
sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut
lebih kecil dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah
referensi.
Nilai SLQ Kota Blitar tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain : Pengadaan
Air, Pengelolaan sampah, Limbah, Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan
Pergudangan, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa
Perusahaan, Administrasi Pemerintah, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor tersebu dapat dikatakan menjasi sektor basis karena
mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ > 1). Hal ini berarti bahwa sektor sektor
tersebut merupakan potensi yang dapat terus dikembangkan untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor basis karena
pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kota Blitar adalah : Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik
dan Gas, Konstruksi, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Sektor sektor tersebut
dikatakan sektor non basis karena memiliki nilai SLQ kurang dari satu (SLQ < 1) serta
tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut. Sektor sektor tersebut dikatakan
sektor non basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih kecil dibandingkan
sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
13
Nilai SLQ Kota Malang tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah, Konstruksi, Perdagangan Besar dan
Eceran, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa
Perusahaan, Administrasi Pemerintah, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor tersebu dapat dikatakan menjasi sektor basis karena
mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ > 1). Hal ini berarti bahwa sektor sektor
tersebut merupakan potensi yang dapat terus dikembangkan untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor basis karena
pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kota Malang adalah : Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan,
Pengadaan Listrik dan Gas, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi
Pemerintahan. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena memiliki nilai
SLQ kurang dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut.
Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena pertumbuhan sektor sektor
tersebut lebih kecil dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai
daerah referensi.
Nilai SLQ Kota Probolinggo tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah, Perdagangan Besar dan Eceran,
Transportasi dan Pergudangan, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi,
Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintah, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor tersebu dapat dikatakan menjasi sektor
basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ > 1). Hal ini berarti bahwa
sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat terus dikembangkan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor basis karena
pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kota Probolinggo adalah : Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan,
Pengadaan Listrik dan Gas, Konstruksi, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa
14
Perusahaan. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena memiliki nilai
SLQ kurang dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut.
Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena pertumbuhan sektor sektor
tersebut lebih kecil dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai
daerah referensi.
Nilai SLQ Kota Pasuruan tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah, Perdagangan Besar dan Eceran,
Transportasi dan Pergudangan, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi,
Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintah, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor tersebu dapat dikatakan menjasi sektor
basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ > 1). Hal ini berarti bahwa
sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat terus dikembangkan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor basis karena
pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kota Pasuruan adalah : Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan,
Pengadaan Listrik dan Gas, Konstruksi, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa
Perusahaan. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena memiliki nilai
SLQ kurang dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut.
Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena pertumbuhan sektor sektor
tersebut lebih kecil dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai
daerah referensi.
Nilai SLQ Kota Mojokerto tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah, Konstruksi, Perdagangan Besar dan
Eceran,Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa
Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Administrasi Pemerintah, Jasa Pendidikan, Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor tersebu dapat dikatakan menjasi
sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ > 1). Hal ini berarti
bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat terus dikembangkan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor basis karena
15
pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kota Mojokerto adalah : Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan,
Pengadaan Listrik dan Gas, Transportasi dan Pergudangan, Jasa Perusahaan. Sektor
sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena memiliki nilai SLQ kurang dari satu
(SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut. Sektor sektor
tersebut dikatakan sektor non basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih
kecil dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Nilai SLQ Kota Madiun tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain :
Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah, Perdagangan Besar dan Eceran, Informasi
dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Administrasi Pemerintah,
Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor tersebut
dapat dikatakan menjasi sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ >
1). Hal ini berarti bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat terus
dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut
dikatakan sektor basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi
dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kota Madiun adalah : Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan,
Pengadaan Listrik dan Gas, Konstruksi, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, Jasa Perusahaan. Sektor sektor tersebut dikatakan
sektor non basis karena memiliki nilai SLQ kurang dari satu (SLQ < 1) serta tidak
prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor
non basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih kecil dibandingkan sektor
yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Nilai SLQ Kota Surabaya tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain:
Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah, Konstruksi,
Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real
Estate, Jasa Perusahaan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor
tersebu dapat dikatakan menjasi sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu
16
(SLQ > 1). Hal ini berarti bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat
terus dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut
dikatakan sektor basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi
dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kota Surabaya adalah : Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan,
Administrasi Pemerintah, Jasa Pendidikan. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non
basis karena memiliki nilai SLQ kurang dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk
dikembangkan lebih lanjut. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena
pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih kecil dibandingkan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Nilai SLQ Kota Batu tahun 2015 yang tergolong sektor basis antara lain: Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan, Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah, Konstruksi,
Perdagangan Besar dan Eceran, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi
dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Administrasi Pemerintah,
Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor tersebut
dapat dikatakan menjasi sektor basis karena mempunyai nilai SLQ lebih dari satu (SLQ >
1). Hal ini berarti bahwa sektor sektor tersebut merupakan potensi yang dapat terus
dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Sektor sektor tersebut
dikatakan sektor basis karena pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih tinggi
dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
Sedangkan yang menujukkan sektor non basis Kota Surabaya adalah : Pertambangan dan
Penggalian, Industri Pengolahan, Pengadan Listrik dan Gas, Transportasi dan
Pergudangan, Jasa Perusahaan. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena
memiliki nilai SLQ kurang dari satu (SLQ < 1) serta tidak prospektif untuk
dikembangkan lebih lanjut. Sektor sektor tersebut dikatakan sektor non basis karena
pertumbuhan sektor sektor tersebut lebih kecil dibandingkan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timut II sebagai daerah referensi.
17
2.3 Hasil Analisis DLQ
18
2.4 Interpretasi DLQ
Dari output hasil analisis gabungan antara SLQ dan DLQ hasil rerata menunjukkan hasil:
Kabupaten Magetan :
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
19
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ <
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
Kabupaten Ngawi:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
20
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ <
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
Kabupaten Bojonegoro:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
21
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ >
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ >
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
Kabupaten Tuban:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan
DLQ > 1.
22
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ >
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
Kabupaten Lamongan:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
23
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ >
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
24
Kabupaten Gresik:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
25
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
Kabupaten Bangkalan:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ >
1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ >
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
26
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ >
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
Kabupaten Sampang:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
27
10. Sektor Informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
Kabupaten Pamekasan:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
28
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ <
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
Kabupaten Sumenep:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
29
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan
DLQ < 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
30
Kota Kediri:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
31
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ >
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
Kota Blitar:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan
DLQ < 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ >
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
32
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ >
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
Kota Malang:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
33
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ >
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
Kota Probolinggo:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
34
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ <> 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ <
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
Kota Pasuruan:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
35
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan
DLQ < 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ >
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ <
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
36
Kota Mojokerto:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan
DLQ < 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ <
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
37
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ >
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
Kota Madiun:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ <
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
38
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ <
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
Kota Surabaya:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Andalan
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan
DLQ < 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ <
1.
39
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ >
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
Kota Batu:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ
< 1.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
3. Sektor Industri Pengolahan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
4. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Andalan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ > 1.
5. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dari hasil rerata menunjukkan
hasil tergolong Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan
DLQ > 1.
6. Sektor Konstruksi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
40
8. Sektor Transportasi dan Pergudangan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Tertinggal yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
9. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ <
1.
10. Sektor informasi dan Komunikasi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Unggulan yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
11. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
12. Sektor Real Estate dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ > 1.
13. Sektor Jasa Perusahaan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Tertinggal
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ < 1 dan DLQ < 1.
14. Sektor Administrasi Pemerintah dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong
Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
15. Sektor Jasa Penddidikan dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Prospektif
yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
16. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dari hasil rerata menunjukkan hasil
tergolong Prospektif yang berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ <
1.
17. Sektor Jasa Lainnya dari hasil rerata menunjukkan hasil tergolong Unggulan yang
berarti sektor tersebut memiliki nilai SLQ > 1 dan DLQ < 1.
41
BAB III
INDEKS TOTAL KEBASISAN
DAERAH
(ITKD)
42
BAB III
INDEKS TOTAL KEBASISAN DAERAH
43
4. Kabupaten Tuban pada tahun 2012 menunjukkan bahwa kabupaten Tuban mampu
bersaing dengan daerah lain, Pada tahun 2013 Kabupaten Tuban menunnjukan bahwa
kabupaen Tuban tidak mampu bersaing, Pada tahun 2014 kabupaten Tuban
menunjukkan bahwa kabupaten ini tidak mampu bersaing dengan daerah lain dan
pada tahun 2015 kabupaten Tuban memnunjukkan bahwa kabupaten Tuban tidak
mampu bersaing dengan daerah lain dengan hasil perhitungan ITKD rata-rata sebesar
0,9.
5. Kabupaten Lamongan dari tahun 2012 hingga tahun 2015 menunjukkan bahwa
kabupaten lamongan selalu mampu bersaing dengan daerah lain dengan hasil ITKD
rata-rata sebesar 1,25.
6. Kabupaten Gresik pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Kabupaten Gresik mampu
bersaing dengan daerah lain namun pada tahun 2013 menunjukkan bahwa Kabupaten
Gresim tidak mampu bersaing. Pada tahun 2014 dan tahun 2015 menunjukkan hasil
bahwa kabupaten Gresik mampu bersaing dengan hasil ITKD rata-rata sebesar 1,06.
7. Kanupaten Bangkalan pada tahun 2012 hingga tahun 2013 menunjukkan bahwa
kabupaten Bangkalan tidak mampu bersaing, Pada tahun 2014 Kabupaten Bangkalan
menunjukkan bahwa Kabupaten Bangkalan mampu bersaing dengan daerah lain,
namun pada tahun 2015 Kabupaten Bangkalan menunjukkan bahwa Kabupaten ini
tidak mampu bersaing dengan daerah lain, dengan hasil perhitungan ITKD rata-rata
sebesar -0,02.
8. Kabupaten Sampang dari tahun 2012 hingga tahun 2015 menunjukkan bahwa
Kabupaten Sampang tidak mampu bersang deangan hasil perhitungan ITKD rata-rata
sebesar 0,44.
9. Kabupaten Pamekasan dari tahun 2012 hingga tahun 2015 menunjukkan bahwa
Kabupaten Pamekasan tidak mampu bersaing dengan daerah lain, dengan hasil
perhitungan ITKD rata-rata sebesar 0,91.
10. Kabupaten Sumenep dari tahun 2012 hingga tahun 2014 menunjukkan bahwa
Kabupaten Sumenep mampu bersaing dengan daerah lain, sedangkan pada tahun 2015
menunjukkan bahwa Kabupaten Sumenep tidak mampu bersaing dengan daerah lain,
dengan hasil perhitungan ITKD rata-rata sebesar 1,41.
11. Kota Kediri pada tahun 2012 dan tahun 2013 menunjukkan bahwa Kota Kediri tidak
mampu bersaing dengan daerah lain, pada tahun 2014 menunjukkan bahwa Kota
Kediri tidak mampu bersaing dengan daerah lain dan pada tahun 2015 menunjukkan
bahwa Kota Kediri tidak mampu bersaing dengan daerah lain, denagn hasil
perhitungan ITKD rata-rata 0,84.
44
12. Kota Blitar dari tahun 2012 hingga tahun 2015 menunjukkan bahwa Kabupaten Blitar
selalu mampu bersaing dengan daerah lain, dengan hasil perhitungan ITKD rata-rata
sebesar 1,04.
13. Kota Malang pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Kota Malang mampu bersaing
dengan daerah lain namun pada tahun 2013 menunjukkan hasil bahwa Kota Malang
tidak mampu bersaing dengan daerah lain . Sedangkan pada tahun 2014 hingga tahun
2015 menunjukkan bahwa Kota Malang mampu bersaing dengan daerah lain dengan
hasil perhitungan ITKD rata-rata sebesar 1,03.
14. Kota Probolinggo pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Kota Probolinggo tidak
mampu bersaing dengan daerah lain , pada tahun 2013 menunjukkan bahwa Kota
Probolinggo mampu bersaing dengan daerah lain , namun pada tahun 2014
menunjukkan bahwa Kota Probolinggo tidak mampu bersaing dengan daerah lain,
sedangkan pada tahun 2015 menunjukkan bahwa Kota Probolinggo mampu bersaing
dengan daerah lain, dengan hasil perhitungan ITKD rata-rata 1,00.
15. Kota Pasuruan pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Kota Pasuruan mampu bersaing
dengan daerah lain, pada tahun 2013 menunjukkan hasil bahwa Kota Pasuruan tidak
mampu bersaing dengan daerah lain, sedangkan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa
Kota Pasuruan mampu bersaing dan pada tahun 2015 mennukkan hasil bahwa Kota
Pasuruan tidak mampu bersaing dengan daerah lainnya, dengan hasil perhitungan
ITKD rata-rata 1,01.
16. Kota Mojokerto pada tahun 2012 dan tahun 2013 menunjukkan bahwa Kota
Mojokerto tidak mampu bersaing dengan daerah lain, pada tahun 2014 dan tahun 2015
Kota Mojokerto menunjukkan bahwa Kota Mojokerto mampu bersaing dengan hasil
perhitungan ITKD rata-rata sebesar 1,00.
17. Kota Madiun dari tahun 2012 hingga tahun 2015 menunjukkan bahwa Kota Madiun
selalu mampu bersang dengan daerah lainnya, dengan hasil perhiungan ITKD rata-rata
sebesar 1,25.
18. Kota Surabaya dari tahun 2012 hingga tahun 2015 menunjukkan bahwa Kota
Surabaya selalu mampu bersang dengan daerah lainnya, dengan hasil perhiungan
ITKD rata-rata sebesar 1,26
19. Kota Batu dari tahun 2012 hingga tahun 2015 menunjukkan bahwa Kota Batu selalu
mampu bersang dengan daerah lainnya, dengan hasil perhiungan ITKD rata-rata
sebesar 1,18.
45
46
BAB IV
MODEL RASIO PERTUMBUHAN,
INDEKS WILLIAMSON DAN
ENTROPI THEIL
47
BAB IV
MRP, IW, IE
48
4.2 Interpretasi MRP
Alat analisis MRP atau yang disebut dengan GRM (Growth Ratio Model) untuk
membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam skala yang lebih luas maupun
dalam skala yang lebih kecil.
Berdasarkan perhitungan MRP, maka diperoleh MRP untuk hasil rata-rata Kabupaten
Magetan Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor dari 17 sektor: Pertanian
kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan,
Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi;
Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan Pergudangan;
Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan
dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa
Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kabupaten Magetan maupun di
Provinsi Jawa Timur.
Hasil rata-rata MRP Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor
dari 17 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian;
Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi;
Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Jasa Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kabupaten Ngawi
maupun di Provinsi Jawa Timur.
Hasil rata-rata MRP Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis
sektor dari 16 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Industri Pengolahan,
Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi;
Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan Pergudangan;
Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan
dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa
Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kabupaten Bojonegoro maupun di
Provinsi Jawa Timur. Dan pada hasil rerata MRP Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa
49
Timur terdapat 1 sektor yang tidak baik dikembangkan di Kabupaten Bojonegoro maupun
Provinsi Jawa Timur yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian.
Hasil rata-rata MRP Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor
dari 17 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian;
Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi;
Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Jasa Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kabupaten Tuban
maupun di Provinsi Jawa Timur.
Hasil rata-rata MRP Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis
sektor dari 17 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian;
Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi;
Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Jasa Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kabupaten Lamongan
maupun di Provinsi Jawa Timur.
Hasil rata-rata MRP Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor
dari 17 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian;
Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi;
Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Jasa Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kabupaten Gresik
maupun di Provinsi Jawa Timur.
Hasil rata-rata MRP Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis
sektor dari 16 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Industri Pengolahan,
Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi;
Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan Pergudangan;
Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan
50
dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa
Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kabupaten Bangkalan maupun di
Provinsi Jawa Timur. Dan pada hasil rerata MRP Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa
Timur terdapat 1 sektor yang tidak baik dikembangkan di Kabupaten Bangkalan maupun
Provinsi Jawa Timur yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian.
Hasil rata-rata MRP Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis
sektor dari 17 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian;
Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi;
Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Jasa Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kabupaten Sampang
maupun di Provinsi Jawa Timur.
Hasil rata-rata MRP Kabupaten Pamekasan Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis
sektor dari 17 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian;
Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi;
Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Jasa Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kabupaten Pamekasan
maupun di Provinsi Jawa Timur.
Hasil rata-rata MRP Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis
sektor dari 17 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian;
Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi;
Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Jasa Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kabupaten Sumenep
maupun di Provinsi Jawa Timur.
51
Hasil rata-rata MRP Kota Kediri Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor dari
16 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik
dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar
dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akonomdasi dan
Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate;
Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa
Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya, adalah sektor yang baik
dikembangkan di Kota Kediri maupun di Provinsi Jawa Timur. Dan pada hasil rerata MRP
Kota Kediri Provinsi Jawa Timur terdapat 1 sektor yang tidak baik dikembangkan di Kota
Kediri maupun Provinsi Jawa Timur yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian.
Hasil rata-rata MRP Kota Blitar Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor dari 16
sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan
Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar dan
Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akonomdasi dan
Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate;
Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa
Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya, adalah sektor yang baik
dikembangkan di Kota Blitar maupun di Provinsi Jawa Timur. Dan pada hasil rerata MRP
Kota Blitar Provinsi Jawa Timur terdapat 1 sektor yang tidak baik dikembangkan di Kota
Blitar maupun Provinsi Jawa Timur yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian.
Hasil rata-rata MRP Kota Malang Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor dari
16 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik
dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi; Perdagangan Besar
dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akonomdasi dan
Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate;
Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa
Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya, adalah sektor yang baik
dikembangkan di Kota Malang maupun di Provinsi Jawa Timur. Dan pada hasil rerata
MRP Kota Malang Provinsi Jawa Timur terdapat 1 sektor yang tidak baik dikembangkan
di Kota Blitar maupun Provinsi Jawa Timur yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian.
Hasil rata-rata MRP Kota Probolinggo Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor
dari 16 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Industri Pengolahan, Pengadaan
Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi; Perdagangan
Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan
52
Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan
Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa
Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kota Probolinggo maupun di Provinsi
Jawa Timur. Dan pada hasil rerata MRP Kota Probolinggo Provinsi Jawa Timur terdapat 1
sektor yang tidak baik dikembangkan di Kota Probolinggo maupun Provinsi Jawa Timur
yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian.
Hasil rata-rata MRP Kota Pasuruan Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor
dari 16 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Industri Pengolahan, Pengadaan
Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi; Perdagangan
Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan
Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan
Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa
Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kota Pasuruan maupun di Provinsi
Jawa Timur. Dan pada hasil rerata MRP Kota Pasuruan Provinsi Jawa Timur terdapat 1
sektor yang tidak baik dikembangkan di Kota Pasuruan maupun Provinsi Jawa Timur
yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian.
Hasil rata-rata MRP Kota Mojokerto Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor
dari 16 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Industri Pengolahan, Pengadaan
Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi; Perdagangan
Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan
Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan
Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa
Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kota Mojokerto maupun di Provinsi
Jawa Timur. Dan pada hasil rerata MRP Kota Mojokerto Provinsi Jawa Timur terdapat 1
sektor yang tidak baik dikembangkan di Kota Mojokerto maupun Provinsi Jawa Timur
yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian.
Hasil rata-rata MRP Kota Madiun Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor dari
17 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri
Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah;
Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi;
53
Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Jasa Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kota Madiun maupun di
Provinsi Jawa Timur.
Hasil rata-rata MRP Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor
dari 16 sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian;
Industri Pengolahan; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah; Konstruksi;
Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan Pergudangan;
Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan
dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Jasa
Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kota Surabaya maupun di Provinsi
Jawa Timur. Dan pada hasil rerata MRP Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur terdapat 1
sektor yang tidak baik dikembangkan di Kota Surabaya maupun Provinsi Jawa Timur
yaitu sektor Pengadaan Listrik dan Gas.
Hasil rata-rata MRP Kota Batu Provinsi Jawa Timur, yaitu semua jenis sektor dari 17
sektor: Pertanian kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri
Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah;
Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akonomdasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi;
Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial; Jasa Lainnya, adalah sektor yang baik dikembangkan di Kota Batu maupun di
Provinsi Jawa Timur.
4.3 Hasil Analisis Indeks Williamson
54
4.4 Interpretasi Indeks Williamson
Dari Grafik IW diatas dapat diketahui bahwa:
Pada tahun 2011 Provinsi Jawa Timur II memiliki rata-rata IW sebesar 0,197. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan pendapatan perkapita, karena rata-rata
kurang dari 1.
Pada tahun 2012 Provinsi Jawa Timur II memiliki rata-rata IW sebesar 0,197. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan pendapatan perkapita, karena rata-rata
kurang dari 1.
Pada tahun 2013 Provinsi Jawa Timur II memiliki rata-rata IW sebesar 0,195. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan pendapatan perkapita, karena rata-rata
kurang dari 1.
Pada tahun 2014 Provinsi Jawa Timur II memiliki rata-rata IW sebesar 0,196. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan pendapatan perkapita, karena rata-rata
kurang dari 1.
Pada tahun 2015 Provinsi Jawa Timur II memiliki rata-rata IW sebesar 0,196. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan pendapatan perkapita, karena rata-rata
kurang dari 1.
4.5 Hasil Analisis Indeks Entropi Theil
55
4.6 Interpretasi Indeks Entropi Theil
Dari Grafik Indeks Entropi Theil dapat dilihat bahwa:
Pada tahun 2011 Provinsi Jawa Timur II mengalami kesenjangan tertinggi yaitu
melebihi angka 1 yaitu sebesar 2,11.
Pada tahun 2012 Provinsi Jawa Timur II mengalami kesenjangan tertinggi yaitu
melebihi angka 1 yaitu sebesar 2,11.
Pada tahun 2013 Provinsi Jawa Timur II mengalami kesenjangan tertinggi yaitu
melebihi angka 1 yaitu sebesar 2,10.
Pada tahun 2014 Provinsi Jawa Timur II mengalami kesenjangan tertinggi yaitu
melebihi angka 1 yaitu sebesar 2,10.
Pada tahun 2015 Provinsi Jawa Timur II mengalami kesenjangan tertinggi yaitu
melebihi angka 1 yaitu sebesar 2,10.
56
BAB V
SHIFT SHARE
57
BAB V
SHIFT SHARE
58
5.2 Analisis Shift Share Esteban Maquilas
59
5.4 Analisis Shift Share Arcellus
60
5.6 Interpretasi Shift Share Arcellus
Shift Share Arcellus mempunyai asumsi dasar yang sama dengan Shift Share Klasik
namun pada pengaruh keunggulan kompetitif dibedakan faktor pertumbuhan daerah dan
bauran industri itu sendiri. Artinya pendapatan nyata dipengaruhi oleh Pertumbuhan Provinsi,
Bauran Komposisi, Pertumbuhan Derah dan Bauran Komposisi Daerah Kabupaten tersebut.
61
BAB VI
SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
62
6.1 Peta Klassen
Berdasarkan analisa Tipologi Klassen dan pada hasil peta diatas , dapat dijelaskan bahwa
pola perekonomian Provinsi Jawa Timur II terbagi atas empat klasifikasi. Kabupaten/Kota
yang termasuk klasifikasi daerah cepat maju dan tumbuh adalah: Kota Blitar, Kota Madiun ,
Kota Batu.
Klasifikasi daerah berkembang cepat adalah : Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi,
Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, Kota Malang, Kota
Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Surabaya
Klasifikasi daerah maju tapi tertekan adalah : Kabupaten Kediri dan Kabupaten
Mojokerto.
Sedangkan untuk klasifikasi daerah terbelakang adalah : Kabupaten Tuban, Kabupaten
Bangkalan, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan.
6.2 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
63
6.3 Sektor Pertambangan dan Penggalian
64
6.6 Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
65
6.9 Sektor Transportasi dan Pergudangan
66
6.12 Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
67
6.15 Administrasi Pemerintah
68
6.18 Jasa Lainnya
69
LAMPIRAN
70