Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

BAB I
MIX DESIGN

1. Data Perencanaan
- Kuat Tekan beton yang disyaratkan f c = 22 MPa.
- Jenis pekerjaan = Kolom
- Umur Beton 28 hari.
- Beton di dalam ruang bangunan,keadaan keliling non korosif.
- Jenis Semen Tipe I.
- Jenis kerikil : Batu Pecah.
- Ukuran maksimum kerikil : 40 mm (Hasil Analisa Saringan).
- Jenis pasir : Alami (Agregat Zona 3)

2. Perencanaan Beton/Mix Design


2.1 Kuat Tekan Beton yang Disyaratkan
Kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur (benda uji
berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk dipakai
dalam perencanaan struktur beton, dinyatakan dalam satuan Mpa. Bila
nilai di dalam tanda akar, maka hanya nilai numerik dalam tanda akar
saja yang dipakai, dan hasilnya tetap mempunyai satuan Mpa. Kuat
tekan beton yang disyaratkan pada 28 hari yaitu f c = 21 MPa.
2.2 Perhitungan Deviasi Standar
Karena Pelaksana tidak mempunyai data pengalaman maka nilai
deviasi standar=7

2.3 Perhitungan Nilai Tambah/Margin


Tabel 2.3
Jumlah Data 30 25 20 15
Faktor Pengali 1,0 1,03 1,08 1,16
(sumber : SNI 03-2847-2002)
Jika pelaksana tidak mempunyai data pengalaman pembuatan beton.
Beton yang diuji kuat tekan pada umur 28 hari dapat dipakai rumus :

KELOMPOK 23 1
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

M = K . Sd
Dimana :
M = Nilai tambah
Sd = Standar Deviasi
K = Konstanta statistik 1,64
M = 1,64 x 7 = 11,48
2.4 Menetapkan Kuat Tekan Rata-Rata yang Direncanakan
f cr = f c + M
= 22 + 11,48
= 33,48 MPa.

2.5 Menetapkan Jenis Semen


Menurut (Tjokrodimuljo, 2007) semen Portland dibagi menjadi lima
jenis:
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan
persyaratan
khusus.
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi
sedang.
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat
mengeras).
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.
Semen yang digunakan adalah semen Portland Jenis I.

2.6 Menetapkan Jenis Agregat Kasar


Dipakai batu pecah dari Katunun

KELOMPOK 23 2
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

5. Mencari Faktor Air Semen


Cara I Dari grafik 2.6.1 dengan f cr = 33,48 MPa pada umur 28 hari
didapat 0,48.

33,48

0.48

Grafik 2.6.1 Hubungan FAS dan Kuat Tekan Rata-rata Silinder Beton

Untuk f`cr = 33,48 MPa dan Umur 28 hari dan Jenis semen Tipe I maka,
Faktor air semen didapat sebesar 0,48

KELOMPOK 23 3
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Cara II
Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan
Tabel 2.6.1, sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai.
Lihat Grafik 2.6.2 untuk benda uji berbentuk silinder.
Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai
memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir 2 di atas.
Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan
sampai memotong kurva yang ditentukan pada sub butir 3 di atas.
Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan faktor air semen yang diperlukan.
Tabel 2.6.1 Perkiraan Kuat Tekan Beton (Mpa)
Jenis Jenis Umur beton (hari)
Semen Agregat 3 7 28 91
I,II,III Alami 17 23 33 40
Batu Pecah 19 27 37 45
Alami
III Batu Pecah 21 28 38 44
25 33 44 48

(sumber : SNI 03-2847-2002)

KELOMPOK 23 4
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Hubungan Antara Kekuatan Tekan Beton dan Faktor Air Semen

33,48

0,54

Grafik 2.6.2 Hubungan FAS dan Kuat Tekan Rata-rata Silinder Beton

Cara III Dari tabel 2.6.2 didapat 0,54

Dari ketiga diambil nilai yang terendah yaitu 0,48.

KELOMPOK 23 5
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

2.7 Menetapkan Faktor Air Semen


FAS minimum 0,48 (cara I) diambil nilai yang terendah yaitu 0,48 (cara
1).

Perencanaan pengujian dilakukan untuk balok di dalam ruangan.


Tabel 2.7.1 Persyaratan Faktor Air semen Maksimum untuk
Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus

Jenis Pembetonan Nilai Faktor Air Semen Maksimum

1. Beton di dalam ruang bangunan


a. Keadan keliling non korosif 0,60
b. Keadaan keliling korosif disebabkan 0,52
oleh kondensasi atau uap korosi
2. Beton di luar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 0,55
matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik 0,60
matahari langsung
c.
3. Beton yang masuk ke dalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering 0,55
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali Lihat Tabel
dari tanah
4. Beton kontinue berhubungan dengan air
a. Air tawar Lihat Tabel
b. Air laut

(sumber : SNI 03-2847-2002)

2.8 Menetapkan Nilai Slump


Dari Tabel 2.8.1 (Nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton) didapat
75 150 mm pada pembetonan massal, dan diambil nilai yang terkecil
yaitu 75 - 150 mm.

KELOMPOK 23 6
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

Tabel 2.8.1 Nilai Slump Untuk Berbagai Pekerjaan


Slump(cm)
No. Uraian
Max. Min.
1 Dinding plat pondasi telapak bertulang 12,5 5,0
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan
2 9,0 2,5
konstruksi bawah tanah
3 Plat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5

4 Pengerasan jalan 7,5 5,0

5 Pembetonan missal 7,5 2,5


(sumber : SNI 03-2847-2002)

2.9 Agregat Maksimum


Ukuran agregat maksimum dari analisa saringan adalah 40 mm (Data
Laboratorium)

2.10 Menetapkan kebutuhan air


Pada tabel 1.10.1 dari data laboratorium,ukuran kerikil maksimum 40
mm jenis batu pecah dengan nilai slump 75 - 150 mm, maka kebutuhan
air (A) adalah 205 Lt/m3 = 205 Kg/ m3 .
Tabel 2.10.1 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton
(liter)
Besar ukuran Slump (mm)
maks. Kerikil Jenis Batuan
0-10 10-30 30-60 60-180
(mm)
Alami 150 180 205 225
10
Batu Pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 195
20
Batu Pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40
Batu Pecah 155 175 190 205
(sumber : SK SNI 03-2847-2002)

KELOMPOK 23 7
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

2.11 Menentukan Kebutuhan Semen


= kebutuhan air/faktor air semen
= 205/0,48
= 427,08 kg/m3
2.12 Menetapkan Kebutuhan Semen minimum
Dari tabel 2.12 didapat 275 kg/m3

Tabel 2.12 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai


Pembetonan dan Lingkungan Khusus

Kandungan Semen Minimum


Jenis Pembetonan
(kg/m3)
1. Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadan keliling non korosif
b. Keadaan keliling korosif disebabkan 275
oleh kondensasi atau uap korosi

2. Beton di luar ruang bangunan


a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 325
matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik 275
matahari langsung
c.
3. Beton yang masuk ke dalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering 325
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali Data tabel
dari tanah
4. Beton kontinue berhubungan dengan air
a. Air tawar Data tabel
b. Air laut

((sumber : SNI 03-2847-2002)

2.13 Kebutuhan semen yang sesuai


Dari langkah 2.12 didapat 427,09kg/m3
Ditetapkan kebutuhan semen yang dipakai 427,09 kg/m3

KELOMPOK 23 8
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

2.15 Penyesuaian Jumlah Air Atau Faktor Air Semen


Karena pada langkah 2.13 tidak mengubah jumlah kebutuhan semen
yang dihitung pada langkah 2.12 maka tidak perlu ada penyesuaian
jumlah air maupun air semen.

2.16 Menentukan golongan pasir


Pasir Barito yang dipakai termasuk dalam gradasi Zona III.
Perbandingan pasir dan kerikil (pasir terhadap campuran)
Dengan grafik 2.16.1 jika faktor air semen 0,48, pasir gradasi zona III,
slump 7,5-15 cm dan agregat maksimum 40 mm didapat persentase
agregat pasir.

27

0,48

Grafik 2.16.1 Hubungan FAS dengan persentase agregat halus dan nilai slump tertentu

KELOMPOK 23 9
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

2.17 Menentukan berat jenis agregat campuran pasir dari kerikil


BJ SSD Agregat halus = 2,64
BJ SSD Agregat kasar = 2,71
P K
Bj campuran * Bjpasir * Bj ker ikil
100 100
27 73
Bj campuran * 2,64 * 2,71
100 100
Bj campuran 2,69

Dimana :
Bjcampuran = Berat jenis campuran.
P = Persentasi pasir terhadap agregat campuran.
K = Persentasi kerikil terhadap agregat campuran.

2.18 Menentukan berat jenis beton


Dari grafik 2.18.1 jika berat jenis campuran 2,69 kebutuhan air (langkah
10) = 205 Lt/m3 didapat berat total betonnya = 2350 kg/m3.

2450

2350
2,69

205

Grafik 2.18.1 Hubungan kandungan air, berat jenis campuran dan berat beton

KELOMPOK 23 10
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

2.19 Berat Agregat Gabungan ( pasir dan kerikil )


Berat pasir + kerikil = Berat beton kebutuhan air kebutuhan semen
= 2350 205 427,08
= 1717,92 kg/m3. 1 liter = 1 kg

2.20 Menentukan Kebutuhan Pasir


Kebutuhan pasir = (berat pasir+kerikil)* Persentase berat pasir
= 1717,92 kg/m3 * 27 %
= 463,84 kg/m3.

2.21 Menentukan Kebutuhan Kerikil


Kebutuhan kerikil = (berat pasir+kerikil) Kebutuhan pasir
=1717,92 kg/m3 463,84 kg/m3.
=1254,08 kg/m3.

KELOMPOK 23 11
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II

PERENCANAAN CAMPURAN BETON

Kelompok : 5 Pekerjaan : Balok


1. Tegangan Karakteristik : 22 MPa
2. Standart Deviasi : 7 MPa
3. Margin : 11,48 MPa
4. Rencana tegangan rata-rata : 33,48 MPa
5. Type semen : Portland Tipe I
6. Type agregat kasar : Batu Pecah
7. Type agregat halus : Alami
8. Faktor Air Semen maks. : 0,60
9. Faktor Air Semen Rencana : 0,48
10. Slump : 75-150 mm mm
11. Ukuran agregat maks. : 40 mm
12. Kebutuhan air bebas : 205 Ltr
13. Kadar Semen Rencana : 427,08 kg
14. Kadar Semen min. : 275 kg
15. Berat jenis gabungan kondisi SSD : 5,35
16. Berat Jenis Beton : 2350 kg/m3
17. Berat agregat total : 1717,92 kg/m3
18. Grading agregat halus : Zona 3
19. Persen agregat halus : 27 %
20. Berat agregat halus : 663,84 kg/m3
21. Berat agregat kasar : 1254,08 kg/m3

PROPORSI CAMPURAN BETON :


Tidak memakai aditif
VOLUME Semen (Kg) Air (ltr) Ag.halus(Kg) Ag.kasar( Kg)
Tiap m3
427,86 205 663,84 1254,08

Per Adukan 24,49 11,73 37,99 71,78


Per trial sampel (0,00640 m3) 1 0,479 1,551 2,931

KELOMPOK 23 12

Anda mungkin juga menyukai