Anda di halaman 1dari 27

SKOLIOSIS

Makalah

Untuk memenuhi kebutuhan nilai mata kuliah S.Muskuloskeletal

Disusun Oleh :

1. Astri Denissa Octavia (151620088)


2. Dayangsari (151620110)
3. Indah Zahrotun Nisa (151620038)
4. Muhamad Ilham Sahrul Febri (151620081)
5. Yulia Andriyani (151620113)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2017 2018

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Skoliosis
ini dengan sebaik baiknya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Muskuloskeletal.
Makalah ini terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bu Ratumas Ratih Puspita selaku Dosen Sistem Muskuloskeletal yang memberikan
motivasi, bimbingan, serta arahan.
2. Teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.

Tangerang, 20 September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 3
A. Latar Belakang........................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan .................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 5
A. Anatomi Fisiologi Tulang Belakang ...................................... 5
B. Definisi ................................................................................... 9
C. Klasifikasi ............................................................................... 10
D. Etiologi. .................................................................................. 12
E. Patofisiologi ............................................................................ 13
F. Tanda & Gejala ....................................................................... 14
G. Komplikasi. ............................................................................ 14
H. Pemeriksaan Penunjang. ......................................................... 15
I. Penatalaksanaan Medis ............................................................ 17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................... 19
A. Pengkajian ............................................................................. 19
B. Diagnosa ................................................................................. 20
C. Intervensi ................................................................................ 20
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 25
A. Kesimpulan ............................................................................. 25
B. Saran ...................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti
kondisi patologik.Vertebra servikal,torakal, dan lumbal membentuk kolumnavertikal
dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas tulang
belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional.Bentuk
skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen
lateral,anterior posterior dan rotasional.Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis
struktural dan non structural (postural). Pada skoliosis postural, deformitas bersifat
sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang,
misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul,
bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.
Pada skoliosis structural terdapat deformitas yang tidak dapat diperbaiki pada
segmen tulang belakang yangterkena. Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi
vertebra; processuss pinosus memutar kearah konkavitas kurva.Skoliosis structural dapat
dibagi menjadi tiga kategori utama : kongenital,neuromuskular, dan skoliosisidiopatik.
Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik,Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10
derajat dilaporkan dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi
dilaporkan pada kurva lebih dari 30 derajatyaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden yang
terjadi pada skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun dilaporkan paling banyak
dijumpai di Eropa daripada AmerikaUtara, dan lebih banyak laki-laki dari pada
perempuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan skoliosis?
2. Bagaimanakah konsep teori skoliosis?
3. Bagaimanakah konsep proses keperawatan pada skoliosis?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada skoliosis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami apa itu skoliosis
b. Mahasiswa mengetahui penyebab skoliosis
c. Mahasiswa mengetahui patofisiologi skoliosis
d. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala skoliosis
e. Mahasiswa mengetahui komplikasi skoliosis
f. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan dan penatalaksanaan skoliosis
g. Mahasiswa mampu memahami proses keperawatan pada skoliosis

D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan penyakit
skoliosis sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah Sistem Muskuloskeletal.
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktek di rumah sakit.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Tulang Belakang


a) Definisi
Tulang belakang sebagai anggota vertebrata, manusia memiliki tulang belakang
(vertebra). Tulang belakang terletak di tengah tubuh manusia. Tulang ini berfungsi
penting untuk menopang badan, sebagai tempat melekatnya tulang rusuk dan melindungi
organ dalam tubuh. Peran tulang belakang sangat vital karena selain sebagai penopang
tubuh, tulang ini juga merupakan tempat terdapatnya saraf utama tubuh.
Tulang Belakang adalah bagian tubuh kita yang sering kali kita diabaikan.
Padahal di tulang belakang inilah tersimpan dan terlindung dengan baik syaraf-syaraf
yang sangat penting. Kadang kala karena kesalahan kita sendiri maka terjadi kerusakan
atau cedera di tulang belakang kita, yang akibatnya bisa berbagai macam.Dalam tubuh
manusia ada susunan tulang yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan.
Susunan tulang tersebut dinamakan Tulang Belakang.

b) Fungsi tulang belakang


1. Fungsi tulang belakang sebagai structural support; menopang bagian atas tubuh
(kepala, bahu, dan dada) dan menyambungkan dengan bagian bawah tubuh (perut,
pelvis). Disaat menopang bagian-bagian tubuh, dengan bersamaan tulang belakang
juga menjaga keseimbangan dan mendistribusikan berat tubuh ke bawah. Bila kurva
natural bisa dijaga dengan baik, tulang belakang dapat mengoptimalkan fungsinya
untuk membagi berat pada tiap sektor sesuai kapasitas masing-masing. Sektor-sektor
tersebut antara lain; Bagian atas / cervical menopang kepala, bagian tengah /
thoracics menopang organ-organ pada wilayah dada, bagian bawah / lumbar
menopang abdominal (perut).
2. Fungsi keduanya yakni menempatkan persendian pada posisi yang stabil. Apabila
seseorang memiliki kelainan pada tulang belakangnya, misalnya memiliki tulang

6
belakang yang sangat lurus, tidak menutup kemungkinan ia bisa terkena cidera.
Mengeliminir kurva normal dapat menyebabkan distribusi berat lebih banyak pada
bagian bawah tubuh serta persendian beradu dan terbebani. Hal ini bisa membuat
tulang belakang menjadi ringkih. Maka dari itu, penting untuk menjaga keidealan
posisi tulang belakang agar terhindar dari cidera tulang belakang atau patah tulang.

c) Jenis - Jenis Tulang Belakang


1. Kolumna vertebralis atau rangkaian tulagn belakang.
Kolumna vertebralis adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah
tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Di antara tiap dua ruas tulang
pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian tulang
belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai 67 sentimeter. Seluruhnya
terdapat 33 ruas tulang, 24 buah di antaranya adalah tulang terpisah dan 9 ruas
sisanya bergabung membentuk 2 tulang.
Vertebra dikelompokkan dan dinamai sesuai dengan daerah yang ditempatinya,
diantaranya :
a. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah tengkuk.
b. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian
belakang torax atau dada.
c. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau
pinggang.
d. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk sakrum atau
tulang kelangkang.
e. Empat vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang koksigeus
atau tulang tungging.
Pada tulang leher, punggung dan pinggang ruasnya tetap tinggal jelas
terpisah selama hidup dan disebut ruas yang dapat bergerak. Ruas pada dua
daerah bawah, sakrum dan koksigeus, pada masa dewasa bersatu membentuk dua
tulang. Ini disebut ruas tak bergerak.

7
Dengan perkecualian dua ruas pertama dari tulang leher maka semua ruasy
ang dapat bergerak memiliki ciri khas yang sama. Seperti vertebra terdiri atas dua
bagian, yaitu anterior di sebut badan vertebra dan yang posterior disebut arkus
neuralis yang melingkari kanalis neuralis (foramen vertebra atau saluran sumsum
tulang belakang) yang dilalui sumsum tulang belakang.
2. Vertebra Servikalis atau ruas tulang leher
Vertebra servikalis adalah yang paling kecil. Kecuali yang pertama dan kedua, yang
berbentuk istimewa maka ruas tulang leher pada umumnya mempunyai ciri yang
berikut: badannya kecil dan persegi panjang, lebih panjang dari samping ke samping
daripada dari depan ke belakang. Lengkungnya besar. Prosesus spinosus atau taju duri
di ujung memecah dua atau bifida. Prosesus transversusnya atau taju sayap berlubang
karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis.
Vertebra servikalis ketujuh adalah ruas yang pertama yang mempunyai prosesus
spinosus tidak terbelah. Prosesus ini mempunyai tuberkel (benjolan) pada ujngnya.
Membentuk gambaran yang jelas di tengkuk dan tampak pada bagian bawah tengkuk.
Karena iri khususnya ini maka tulang ini disebut vertebra prominens.
3. Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung
Vertebra torakalis lebih besar daripada yang servikal dan di sebelah bawah
menjadi lebih besar. Ciri khas vertebra torakalis adalah sebagai berikut: badannya
berbentuk lebar-lonjong (bentuk jantung dengan faset atau lekukan kecil di setiap sisi
untuk menyambung iga; lengkungnya agak kecil, prosesus spinosus panjang dan
mengarah ke bawah, sedangkan prosesus transversus, yang membantu mendukung iga
adalah tebal dan kuat serta membuat faset persendian untuk iga.
4. Vertebra Lumalis atau ruas tulang pinggang
Vertebra lumalis adalah yang terbesar. Badnnya sangat besar dibandingkan
dengan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusunya
lebar dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusnya panjang dan
langsing. Ruas kelima membentuk sendi dengan sakrum pada sendi lumbo-sakral.
5. Sakrum atau tulang kelangkang
Sakrum atau tulang kelelakang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah
kolumna vertebralis, terjepit di antara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan

8
membentuk bagian belakang rongga pelvis (panggul). Dasar dari sakrum terletak di
atas dan bersendi dengan vertebra lumalis kelima dan membentuk sendi intervertebral
yang khas. Tepi anterior dari basis sakrum membentuk promontorium sakralis.
Kanalis sakralis terletak di bawah kanalis vertebralis (saluran tulang belakang) dan
memang lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis berlubang untuk dilalui saraf
sakral. Prosesus spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada pandangna posterior dari
sakrum. Permukaan anterior sakrum adalah celkung dan memperlihatkan empat gili
melintang yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis. Pada
ujng gili-gili ini, di setiap sisi terdapat lubagng kecil untuk dilewati urat saraf. Lubang
ini disebut foramina. Apex dari sakrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya,
sakrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro iliaka kanan dan
kiri.
6. Koksigeus atau tulang tungging
Koksigerus terdiri atas empat atau lima vertebra yang rudimeter yang bergabung
menjadi satu, diatasnya ia bersendi dengan sakrum.
7. Lengkung kolumna vertebralis
Lengkung kolumna kalau dilihat dari samping maka kolumna vertebralis
memperlihatkan empat kurva atau lengkung antero-posterior : lengkung vertikal pada
daerah leher melengkung ke depan, daerah torakal melengkung ke belakang, daerah
lumbal melengkung ke depan dan daerah pelvis melengkung ke belakang.
Kedua lengkung yang menghadap posterior, yaitu yang terakal dan pelvis disebut
primer karena mereka mempertahankan lengkung aslinya ke belakang dari tulang
belakang yaitu bentuk C sewaktu janin dengan kepala membengkok ke bawah
sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan ke atas ke arah depan badan.
Kedua lengkung yang menghadap ke anterior adalah sekunder-lengkung servikal
berkembang ketika kanak-kanak mengangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya
sambil menyelidiki dan lengkung lumbal di bentuk ketika ia merangkak, berdiri dan
berjalan dan mempertahankan tegak.
8. Sendi kolumna vertebra.
Sendi ini dibentuk oleh bantalan tulang rawan yang diletakkan di antara setiap dua
vertebra, di kuatkan oleh ligamentum yang berjalan di depan dan di belakang badan

9
vertebra sepanjang kolumna vertebralis. Massa otot di seitap sisi membantu dengan
sepenuhnya kestablian tulang belakang.
a. Diskus intervertebralis atau cakram antar ruas adalah bantalan tebal dari tulang
rawan fibrosa yang terdapat di antara badan vertebra yang dapat bergerak.
b. Gerakan. Sendi yang terbentuk antara cakram dan vertebra adalah persendian
dengan gerakan yang terbatas saja dan termasuk sendi jenis simpisis, tetapi
jumlahnya yang banyak memberi kemungkinan membengkok kepada
kolumnanya secara keseluruhan. Gerakannya yang mungkin adalah flexi atau
membengkok ke depan, extensi, membengkok ke depan, membengkok lateral ke
setiap sisi dan rotasi atau berputar ke kanan dan ke kiri,

Fungsi dari Kolumna vertebralis, kolumna vertebralis bekerja sebagai


pendukung badan yang kokoh dan sekaligus juga bekerja sebagai penyangga
dengan perantaraan tulang rawan cakram intervertebralis yang lengkungannya
memberi fleksibilitas dan memungkinkan membengkok tanpa pata. Cakramnya
juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakkan berat
badan seperti waktu berlaru dan meloncat, dan dengan demikian otak dan
sumsum belakang terlindung terhadap goncangan.

B. Definisi Skoliosis
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini
sepintas terlihat sangat sederhana.Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi
perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang
secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan
lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007). Skoliosis ini biasanya
membentuk kurva C atau kurva S.
Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping
kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat
dengan jelas dari arah belakang. Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah
penderita meningkat menjadi dewasa (Mion, Rosmawati, 2010).

10
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping,
yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal
(pinggang).
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana
terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan
skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana.
Skoliosis adalah melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi
vertebral.

C. Klasifikasi
1. Skoliosis berdasarkan bentuk
Pada kondisi tertentu skoliosis berbentuk huruf C atau S, pada beberapa kasus
skoliosis masih bisa dikatakan normal dan stabil, namun kadang ia bisa berkembang
seiring waktu dan menjadi buruk. Skoliosis ada tiga jenis, dilihat dari bentuk
melengkungnya tulang belakang:
a. Tulang belakang yang bengkok ke arah samping tunggal sebelah kiri, bentuknya
seperti huruf C. Skoliosis jenis ini sering disebut levosklerosis.
b. Tulang belakang yang bengkok ke arah samping tunggal sebelah kanan,
bentuknya seperti huruf C. Skoliosis ini sering disebut dextrosklerosis

11
c. Tulang belakang yang memiliki arah bengkok ke kiri dan ke kanan, memiliki
dua kurva, dan berbentuk seperti huruf S
2. Skoliosis berdasarkan penyebab
Adapun jenis skoliosis yang dikelompokkan menurut penyebabnya adalah sebagai
berikut:
a. Skoliosis idiopatik
Skoliosis idiopatik ini adalah skoliosis yang tidak diketahui penyebabnya.
Penyakit ini tidak dapat dicegah dan tidak dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
usia, olahraga, maupun bentuk tubuh. Untuk skoliosis idiopatik ini, genetik
diperkirakan adalah penyebab dari penyakit ini, namun ini pun masih belum bisa
dipastikan. Penyakit skoliosis idiopatik ini sangat banyak sekali penderitanya
dan paling sering di temui.
b. Skoliosis degenerative
Skoliosis degeneratif adalah skoliosis yang terjadi karena kerusakan tulang
belakang secara bertahap. Tipe skoliosis ini paling sering ditemui pada lansia
karena para lansia memiliki konsistensi tulang yang mulai melunak seiring
dengan bertambahnya usia. Jadi, kondisi yang menyebabkan munculnya
penyakit skoliosis degeneratif adalah penyakit osteoporosis, penyakit Parkinson,
multiple sclerosis, dan kerusakan tulang lainnya.
c. Skoliosis congenital
Jenis skoliosis ini adalah skoliosis bawaan lahir karena salahnya
pertumbuhan tulang belakang yang tidak tumbuh dengan normal sejak dalam
kandungan.
d. Skoliosis neuromuscular
Skoliosis neuromuskular adalah skoliosis yang disebabkan oleh gangguan
saraf dan otot pada penyakit tertentu seperti penyakit serebral palsy atau distropi
otot.

12
D. Etiologi
Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga
dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit
arthritis, dan infeksi. Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk yang salah.
Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti tas
punggung, bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis.
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatuh.
2. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau
kelumpuhan akibat penyakit berikut : Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio,
Osteoporosis juvenile
3. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.

13
E. Pathway

14
F. Tanda & Gejala
Gejala yang ditimbulkan berupa:
1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
2. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
3. Nyeri punggung
4. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
5. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 ) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.

G. Komplikasi
Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal
mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan
berbagai komplikasi seperti :
1. Kerusakan paru-paru dan jantung.
Ini bisa berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang
rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas
dan cepat capai. Jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam
keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.
2. Sakit tulang belakang.
Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami
masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan
menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak
masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.
3. Sakit kaki
Kasus skoliosis pada stadium lanjut menyebabkan satu kaki terlihat lebih pendek
dari yang lain karena misalignment (ketidaklurusan antara kedua poros) pada pinggul.
Hal ini dapat mengubah postur dan gaya berjalan pasien yang pada akhirnya dapat
menyebabkan otot-otot lebih cepat letih dikarenakan kompensasi yang berlebih untuk
menjaga keseimbangan.
4. Stenosis lumbar

15
Adalah penyempitan kanal tulang belakang, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan komplikasi syaraf, kelemahan atau nyeri kaki.
5. Cacat pipih
Setelah operasi untuk memperbaiki skoliosis, kurva alami sagital berbentuk C dari
punggung bagian bawah mungkin akan hilang. Hal ini disebabkan tulang punggung
pada lumbal spinal telah menyatu, sehingga menghilangkan kelengkungan alami.
Kelainan bentuk ini biasanya muncul di kenduian hari, kadang antara usia 30 dan 50
tahun.
6. Sindrom transisional
Bila tulang belakang bekerja dengan benar, setiap segmen berbagi berat dan
tekanan dari gerakan dan aktivitas sehari-hari. Namun, bila satu atau beberapa
segmen tidak berfungsi dengan benar, yang segmen lain harus menerima tekanan
lebih berat untuk mengatasi hal ini. Ini berarti, jika tulang belakang Anda menyatu,
tulang punggung terdekat ke titik fusi akan mulai mengalami tekanan berlebih dan
akhirnya dapat menjadi rusak seiring berjalannya waktu.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan
sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi. Pemeriksaan
neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
1. Skoliometer
Sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturasi. Cara pengukuran dengan
skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi
pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai
contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih
jauh dibanding kurva pada thorakal.
Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa
ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.

16
Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar
dari 50, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran
cobbs angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut.
2. Rontgen tulang belakang
Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang
belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan
metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural
akan memperlihatkan rotasi vertebra, pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang
mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan
bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.
Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari
vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior
vertebra paling bawah.Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang
diukur.
Maturitas kerangka dinilai dengan beberapa cara, hal ini penting karena kurva
sering bertambah selama periode pertumbuhan dan pematangan kerangka yang cepat.
Apofisis iliaka mulai mengalami penulangan segera setelah pubertas; ossifikasi
meluas kemedial dan jika penulangan krista iliaka selesai, pertambahan skoliosis
hanya minimal. Menentukan maturitas skeletal melalui tanda Risser, dimana
ossifikasi pada apofisis iliaka dimulai dari Spina iliaka anterior superior (SIAS) ke
posteriormedial.Tepi iliaka dibagi kedalam 4 kuadran dan ditentukan kedalam grade
0 sampai 5. Derajat Risser adalah sebagai berikut :
Grade 0 : tidak ada ossifikasi,
grade 1 : penulangan mencapai 25%,
grade 2 : penulangan mencapai 26-50%,
grade 3 : penulangan mencapai 51-75%,
grade 4 : penulangan mencapai 76%
grade 5 : menunjukkan fusi tulang yang komplit.
3. MRI ( jika di temukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen )

17
I. Penatalaksanaan Medis
Tujuan dilakukannya penatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :
1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
2. Mempertahankan fungsi respirasi
3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
4. Kosmetik
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai The three Os adalah :
a. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25o
pada tulang yang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah berhenti
pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun. Pada
pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada waktu-waktu
tertentu.Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah kunjungan pertama ke
dokter.Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang derajat <20>20.
b. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan
nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
1) Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-40
derajat
2) Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
- Milwaukee
- Boston
3) Charleston bending brace
Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan secara
teratur 23 jamdalam sehari hingga 2 tahun setelah menarche.
c. Operasi
Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya operasi pada
skoliosis adalah :
1) Terdapat derajat pembengkokan >50 derajat pada orang dewasa

18
2) Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45 derajat
pada anak yang
3) sedang tumbuh
4) Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis

19
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian (pemeriksaan fisik)


1. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor
tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik
selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
2. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang).
3. Mengkaji sistem persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya
benjolan, adanya kekakuan sendi.
4. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-
masing otot.Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
5. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas
lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan
caraberjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan
selangkah-selangkah penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar penyakit
Parkinson).
6. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yanglebih panas atau lebih dingin dari
lainnya dan adanyaedema.Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer,
warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.

20
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b.d penekanan paru.
2. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
3. Hambatan mobilitas fisik b.d postur tubuh yang tidak seimbang
4. Gangguan citra tubuh b.d biofisik
5. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit

C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Ketidakefektifan pola NOC : Mandiri :

1. napas b.d penekanan - Respiratory status : - Buka jalan nafas,


paru venrtilation gunakan teknik chin
- Respiratory status : lift atau jaw thrust bila
airway patency perlu
- Vital sign status - Posisikan pasien untuk
Kriteria hasil : memaksimalkan
- Menunjukan jalan nafas ventilasi
yang pateng - Identifikasi pasien
- Tanda-tanda vital dalam perlunya pemasangan
rentang normal alat jalan nafas buatan
- Monitor aliran oksigen
- Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR

Kolaborasi :
- Pemberian oksigen
tambahan

21
- Berikan humidifikasi
tambahan, misalnya :
nebulizer

Nyeri akut b.d agen NOC : Mandiri :

2. cidera fisik - Pain level - Kaji nyeri secara


- Pain control komprehensif
- Comfor level termasuk lokasi,

Pengkajian Nyeri : Kriteria hasil : karakteristik, durasi,

P : Provokatif/Paliatif - Mampu mengontrol frekuensi, kualitas,

Q : Qualitas/Quantitas nyeri dan faktor presipitasi

R : Region - Mampu mengenali nyeri - Observai reaksi

S : Skala - Menyatan rasa nyaman nonverbal dari

T : Timing setelah nyeri berkurang ketidaknyamanan


- Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor TD, nadi,
suhu, RR sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas

Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan
dokter dalam

22
pemberian analgesik

Hambatan mobilitas meningkatkan mobilitas Mandiri :

3. fisik b.d postur tubuh fisik - Monitoring vital sign


yang tidak seimbang sebelum/sesudah
latihan dan lihat
respon pasien saat
latihan
- Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang
rencana ambulasi
sesuai dengan
kebutuhan
- Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
- Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
- Berikan alat bantu jika
klien memerlukan

Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam
penanganan traksi
yang boleh digerakkan
dan yang belum boleh
digerakkan

23
Gangguan citra tubuh NOC : Mandiri :

4. b.d biofisik - Body image - Kaji secara verbal dan


- Self esteem non verbal respon
Kriteria hasil : klien terhadap
- Body image positif tubuhnya
- Mampu - Monitor frekuensi
mengidentifikasi mengkritik dirinya
kekuatan personal - Jelaskan tentang
- Mempertahankan pengobatan,
intraksi sosial perawatan, kemajuan
dan prognosis
penyakit
- Respon non verbal
terhadap persepsi
perubahan pada tubuh
- Mengungkapkan
persepsi yang
mencerminkan
perubahan individu
dalam penampilan

Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan
dokter pemasangan
penyangga
(spinebrace)

Gangguan rasa Mandiri :

5. nyaman b.d gejala NOC : - Jelaskan semua


terkait penyakit Ansiety prosedur dan apa yang

Fear Leavel dirasakan selama

24
Sleep Deprivation prosedur
Kriteria Hasil : - Pahami perspektif
Mampu mengontrol pasien terhadap situasi
kecemasan stress
Status lingkungan - Odentifikasi tingkat
yang nyaman kecemasan
Kualitas tidur dan - Dorong pasien untuk
istirahat adekuat mengungkapkan
Status kenyamanan perasaan, ketakutan,
meningkat persepsi
- Instrusikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi

Kolaborasi :
- Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan (misalnya
benzodiazepin)

25
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal kea rah samping,
yang dapat terjadi pada sekmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal
(pinggang). Penyebap umum dari skoliosis meliputi dari congenital, neuromuscular,
dan idiopatik, skoliosis dibagi menjadi 2 yaitu skoliosis berdasarkan bentuk dan
berdasarkan penyebap. Gejala dari skoliosis berupa kelengkungan abnormal ke arah
samping, bahu dan pinggul tidak sama tingggi, nyeri punggung, kelelahan pada tulang
belakang, dan gangguan pernafasan .
Komplikasi yang dapat terjadi pada skoliosis ialah kerusakan paru-paru dan
jantung dan sakit tulang belakang. Untuk memeriksaan penunjang yang biasa di
lakukan yaitu rontgen tulang belakang, skoliometer terapy yang dapat dipilih, di kenal
sebagai The Three Os adalah obsevasi, orthosis,operasi, prioritas.

B. Saran

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis juga membuka kesempatan bagi kritik dan saran
yang membangun dan mengembangkan makalah ini. Karna pada hakikatnya ilmu
pengetahuan akan terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M., 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta : DIVA Press


Kowalak, P. Jennifer., 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
NANDA NIC-NOC. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta :
MediAction
Syaifuddin, H. 2011. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai