Anda di halaman 1dari 19

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSD Madani Palu


Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Tadulako

REFARAT

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

DISUSUN OLEH:
Siti Chairunnisa
N 111 15 040

PEMBIMBING:

dr. Merry Tjandra, Sp. KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN


KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT DERAH MADANI PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan yang sering dijumpai

pada klinik psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat interaksi factor-faktor

biopsikoseksual, termasuk kerentanan genetic yang berinteraksi dengan kondisi

tertentu, stress atau trauma yang menimbulkan sindroma klinis yang bermakna.

Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% dan rasio antara

perempuan dan laki-laki sekitar 2:1,1,2 walaupun demikian tetapi rasio perempuan

banding laki-laki yang dirawat inap di rumah sakit untuk gangguan ini adalah 1:1.

Prevalensi seumur hidupnya adalah 45%.2

Gangguan ansietas menyeluruh umumnya tidak timbul secara sendiri

namun bersamaan gangguan jiwa lain, antara lain fobia sosial, fobia spesifik,

gangguan panik, gangguan depresif, gangguan distimik, serta gangguan terkait

zat. Diperkirakan 50 hingga 90 persen pasien dengan gangguan ansietas

menyeluruh memiliki gangguan jiwa lain, sedangkan 25 persen pasien dengan

gangguan ansietas menyeluruh akhirnya mengalami gangguan panik.2

Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder,GAD)

merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran

yang tidak rasional bahkan terkadang tidak realistis terhadap berbagai peristiwa

kehidupan sehari-hari. Kondisi ini hampir dialami sepanjang hari, berlangsung

sekurangnya selama 6 bulan, selain itu ansietas tidak disebabkan penggunaan zat
atau keadaan medis umum, serta tidak hanya terjadi selama gangguan mood atau

psikiatri. Kecemasan yang dirasakan sulit dikendalikan dan berhubungan dengan

gejala-gejala somatic seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan

kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang

bermakna dalam fungsi social dan pekerjaan.1,2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI & ETIOLOGI

Seperti pada kebanyakan gangguan jiwa, penyebab gangguan ansietas

menyeluruh tidak diketahui. Namun akhir-akhir ini gangguan cemas menyeluruh

didefinisikan gangguan ansietas menyeluruh mungkin mempengaruhi suatu

kelompok orang yang heterogen, kemungkinan karena suatu derajat ansietas

tertentu bersifat normal dan adaptif, membedakan ansietas normal dan ansietas

patologis serta membedakan factor penyebab biologis dan penyebab psikologis

yang mungkin memiliki hubungan sulit dilakukan.1

1. Teori biologi

Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus

oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak. Basal

ganglia, sistem limbic dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada

etiologi timbulnya GAD. Pada pasien GAD juga ditemukan sistem

serotonergic yang abnormal. Neurotransmitter yang berkaitan dengan GAD

adalah GABA, serotonin, norepinefrin, glutamate, dan kolesistokinin.

Pemeriksaan PET (Positron Emission Tomography) pada pasien GAD

ditemukan penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa putih otak. 1,2

Neurotransmiter

Tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan ansietas berdasarkan

studi hewan dan respons terhadap terapi oat adalah norepinefrin, serotonin dan
gamma-aminobutyric acid. System saraf otonom pada sejumlah pasien dengan

gangguan ansietas, terutama mereka dengan gangguan panik menunjukan

peningkatan tonus simpatik, beradaptasi lambat terhadap stimulus berulang dan

berespons berlebihan pada stimulus sedang.2

Norepinefrin dalam gangguan ansietas adalah bahwa pasien yang

mengalami ansietas dapat memiliki system adrenergic yang diatur dengan buru

dan terjadi ledakan aktivitas kadang kadang. Sel noradrenergic ini terletak

apda locus ceruleus di pins pars rostralis dan aksonya kehara korteks serebri,

system limbic, batang otak serta medulla spinalis. Eksperimen pada primate

menunjukan bahwa stimulasi pada locus ceruleus menghasilkan respon rasa

takut pada hewan, sedangkan ablasi pada area yang sama menghilangkan

kemampuan hewan membentuk respons takut.2

Serotonin terdapat banyak nya reseptor serotonin dan diawali aktivitas

antidepresan serotonergik memiliki efek terapeutik pada sejumlah gangguan

ansietas mengesankan bahwa kemungkinan hubungan serotonin dengan

ansietas. Badan sel sebagian besar neuron serotonergik terletak di raphe nuclei

di batang otak pars rostralis dan menyalurkan impulsna ke korteks serebri,

system limbic (amigdala dan hipokampus), serta hipotalamus.2

Gamma-Aminobutyric Acid atau GABA dalam gangguan cemas paling

kuat di dukung oleh efektivitas benzodiazepine yang tidak meragukan, yang

meningkatkan aktivitas GABA di reseptor GABAA , di dalam terapi beberapa

jenis gangguan ansietas. Walaupun bebzodiazepin potensi rendah paling efektif

untuk gejala gangguan cemas menyeluruh, benzodiazepine potensi tinggi


seperti alprazolam efektif dalam terapi gangguan panik. Pada studi menemukan

bahwa gejala system saraf otonom pada gangguan ansietas dicetuskan ketiga

agonis kebalikan benzodiazepine beta-karbolin 3-asam karboksilat (BCCE)

diberikan. Antagonis benzodiazepine, flumazenil menyebabkan serangan panik

berat yang sering pada pasien dengan gangguan panik.2

2. Teori genetic

Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetic pasien

GAD dan gangguan depresi mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari

keluarga tingkat pertama GAD juga menderita gangguan yang sama.

Sedangkan penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50% pada

kembar monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.1,2

3. Teori psikoanalitik

Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala dari

konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan.Pada tingkat yang paling

primitive, anxietas dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta. Pada

tingkat yang lebih matang lagi anxietas dihubungkan dengan kehilangan cinta

dari objek yang penting. Anxietas kastrasi berhubungan dengan fase oedipal

sedangkan anxietas superego merupakan ketakutan seseorang untuk

mengecewakan nilai dan pandangannya sendiri (merupakan anxietas paling

matang).1,2 Peran amigdala yang meningkatkan respons takut tanpa rujukan

apapun mengenai system memori, tujuan terapi pada pasien anxietas bukan lah

untuk menghilangkan semua ansietas tetapi meningkatkan toleransi terhadap

ansietas yaitu, kemampuan mengalami ansietas dan menggunakannya sebagai


sinyal untuk menyelidiki konflik dasar yang telah menciptakannya. Ansietas

muncul sebagai respons terhadap berbagai situasi selama siklus kehidupan, dan

upaya menghilangkanya dengan cara psikofarmakologis mungkin tidak

berfungsi apapun dalam menyelesaikan situasi yang mencetuskan keadaan

ansietas. 1,2

4. Teori kognitif-perilaku

Penderita GAD bersepons secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman,

disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal negative pada

lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang

sangat negative terhadap kemampuan diri untuk menghadapi ancaman. Teori

perilaku atau pembelajaran ansietas telah menghasilkan beberapa terapi yang

paling efektif untuk gangguan ansietas. Menurut teori ini, ansietas adalah

respons yang dipelajari terhadap stimulus lingkungan spesifik. 1,2

GAMBARAN KLINIS

Pengalaman ansietas memiliki dua komponen yaitu kesadaran akan sensasi

fisiologis (seperti palpitasi dan berkeringat) serta kesadaran bahwa ia gugup atau

ketakutan. Selain pengaruh visceral dan motorik, ansietas mempengaruhi pikiran,

persepsi dan pembelajaran. Ansietas cenderung menimbulkan kebingungan dan

distorsi persepsi, tidak hanya persepsi waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti

peristiwa. Distorsi ini dapat menggangu proses pembelajaran dengan menurunkan

konsentrasi, mengurangi daya ingat dan mengganggu kemampuan

menghubungkan satu hal dengan hal lain yaitu membuat asosiasi.2


Gejala utama GAD adalah anxietas, ketegangan motoric, hiperaktivitas

autonom,dan kewaspadaan secara kognitif. Kecemasan bersifat berlebihan dan

mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien.Ketegangan motoric

bermanifestasi bergetar, kelelahan, dan sakit kepala.Hiperaktivitas autonom

timbul dalam bentuk pernapasan yang pendek, berkeringat, palpitasi, dan diserta

gejala saluran pencernaan. Terdapat juga kewaspadaan kognitif dalam bentuk

iritabilitas.1,2

Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena keluhan somatik, atau

datang ke dokter spesialis karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien

biasanya memperlihatkan perilaku mencari perhatian (seeking behavior).

Beberapa lainnya meminta konsultasi medis tambahan untuk masalah-masalah

mereka.1,2

Aspek penting emosi adalah efeknya pada selektivitas perhatian. Orang yang

mengalami ansietas cenderung memperhatikan hal tertentu di dalam

lingkungannya dengan mengabaikan hal lain dalam upaya untuk membuktikan

bahwa mereka dibenarkan utuk menganggap situasi tersebut menakutkan. Jika

keliru dalam membenarkan rasa takutnya, mereka akan meningkatkan ansietas

dengan respons yang selektif dan menyebabkan ansietas, persepsi yang

mengalami distorsi, dan ansietas yang meningkat. Jika sebaliknya, mereka dengan

keliru menentramkan diri mereka dengan pikiran selektif, ansietas yang tepat

dapat berkurang, dan mereka dapat gagal mengambil tindakan pertahanan yang

perlu.2
DIAGNOSIS

1. Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut DSMIV-TR.2

1.1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hamper

setiap hari, sepanjang hari, terjadi sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah

aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah).

1.2. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.

1.3. Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih enam gejala berikut

ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi

dibandingkan tidak terjadi selama 6 bulan terakhir). Catatan : hanya 1

nomor yang diperlukan anak

1. Kegelisahan

2. Merasa mudah lelah

3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong

4. Iritabilitas

5. Ketegangan otot

6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur

gelisah, dan tidak memuaskan)

1.4. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I,

misalnya kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita

suatu serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada

situasi umum (seperti pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada

gangguan obesif kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara

dekat (seperti gangguan cemas perpisahan), penambahan berat badan


(seperti anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti

pada gangguan somatisasi), atau menderita penyakit serius (seperti pada

hipokondriasis) serta cemas dan kekhawatiran tidak terjadi semata mata

selama gangguan stress pascatrauma.

1.5. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan

yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi social,pekerjaan,

atau fungsi penting lain.

1.6. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari

suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis

umum (misalnya hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata selama

suatu gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan

pervasif.

2. Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut DSM V.3

Ansietas dan kekhawatiran berlebihan (perkiraan yang menakutkan),

terjadi hampir setiap hari selama setidaknya 3 bulan (atau lebih), mengenai dua

(atau lebih) kejadian atau aktivitas (cth. Keluarga, kesehatan, finansial, bekerja

atau bersekolah)

A. Ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan satu (atau lebih) dari gejala

berikut:

1. Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok

2. Otot tegang

B. Ansietas dan kekhawatiran menyebabkan kecenderungan perubahan

kepribadian ditunjukkan dengaan satu (atau lebih) dari:


1. Ditandai dengan menghindar dari kejadian atau aktivitas yang

berpotensi negatif

2. Ditandai dengan waktu dan usaha mempersiapkan kemungkinan

hasil negatif dari suatu kejadian atau aktivitas

3. Ditandai dengan penundaan dalam perilaku atau membuat

keputusan karena kekhawatiran

4. Berulang kali mencari kepastian karena kekhawatiran

3. Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ III.4

Penderita harus menunjukan anxietas sebagai gejala primer yang

berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan,

yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu

saja (sifatnya free floating atau mengambang)

Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur:

a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,

sulit konsentrasi, dsb)

b. Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai),

dan

c. Overaktivitas autonomic (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung

berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut

kering, dsb)

Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk

ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic yang berulang dan


menonjol. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa

hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan cemas

menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode

depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panic (F41.0),

atau gangguan obsesif kompulsif (F42.-).

DIAGNOSIS BANDING

Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat

kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan

zat. Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiofgrafi,

dan tes fungsi tiroid. Klinis harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein,

penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alcohol, hipnotik-

sedatif, dan anxiolitik.1,2

Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding GAD adalah

gangguan panik, fobia, gangguan obsesif kompulsif, hipokondriasis, gangguan

somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian.

Membedakan GAD dengan gangguan depresi dan distimik tidak mudah, dan

gangguan-gangguan ini seringkali bersama-sama GAD.1,2

PROGNOSIS

Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin

berlangsung seumur hidup.Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami

gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.1


TERAPI

Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh mungkin

adalah terapi yang menggabungkan pendekatan psikoterapeutik,

farmakoterapeutik, dan suportif. Terapi ini dapat memakan waktu yang cukup

lama bagi klinisi yang terlibat, baik bila klinisi tersebut adalah seorang psikiater,

dokter keluarga atau spesialis lain.

Farmakoterapi

1. Benzodiazepine

Merupakan pilihan obat pertama.Metabolisme hepar memiliki fungsi

untuk klirens benzodiazepine.Namun pola dan nilai dari metabolism

tergantung pada setiap obat sendiri.Alprazolam dan triazolam mengalami -

hidroksilasi, dan hasil metabolitnya memberikan efek farmakologi yang

pendek karena mereka secara cepat dikonjugasi membentuk glukoronida

inaktif.1,2

Benzodiazepin secara luas digunakan untuk managemen ansietas dan

mengontrol panic attacks. Bisa juga digunakan dalam terapi jangka panjang

untuk generalize anxiety disorder (GAD). Gejala ansietas dapat dikurangi

dengan pemberian benzodiazepine. Pemilihan benzodiazepine utnuk ansietas

berdasarkan dari beberapa prinsip farmakologik:1,2

1. Rapid inset of action;

2. Indeks terapi yang cukup tinggi, ditambah ketersediaan

flumazenil sebagai terapi jika terjadi overdosis;

3. Resiko rendah interaksi obat berdasarkan induksi enzim hati;


4. Efek minimal pada fungsi kardiovaskular dan otonom.

Benzodiazepin dapat menyebabkan gangguan kognitif teruatama pada

penggunaan jangka panjang. Pemberian dosis benzodiazepin dimulai dari

dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi. Penggunaan

dengan sediaan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah

terjadinya efek yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6

minggu, dilanjutkan dengan masatapering off selama 1-2 minggu sebab

penghentian benzodiazepine secara tiba-tiba dapat menimbulkan gejala putus

zat.1,2

2. Buspiron

Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD.Buspiron lebih efektif

dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatic pada GAD.

Tidak menyebabkan withdrawal.Kekurangannya adalah efek klinisnya baru

terasa 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah

menggunakan benzodiazepine tidak akan memberikan respon yang baik

dengan buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara

benzodiazepine dengan buspiron kemudian dilakukan tapering

benzodiazepine setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi buspiron sudah

mencapai maksimal.1,2

3. SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor)

SSRI menjadi lini pertama dalam pengobatan farmakoterapi pada

gangguan mood dan ansietas.Terapi awal SSRI dapat memberikan efek

seperti meningkatnya ansietas, rasa gelisah, gementar dan agitasi.Oleh karena


itu pemberian initial dose harus diberikan dalam dosis kecil, kemudian

diitrasi meningkat secara perlahan. Terapi dosis inisial rendah diberikan

selama 3 hingga 7 hari. Kemudian peningkatan dosis dilakukan perlahan

tergantung dari toleransi tiap individu hingga mencapai standar dosis terapi

rumatan. Obat diberikan selama 3 sampai 6 bulan atau lebih, tergantung

kondisi individu agar kadarnya stabil dalam darah sehingga mencegah

kekambuhan.1,2,4

Efek samping yang paling sering ditimbulkan SSRI antara lain adalah

sakit kepala, irritable, mual serta gangguan gastrointestinal lainnya, insomnia,

disfungsi seksual, meningkatnya ansietas, rasa kantuk dan tremor. Dilihat dari

efek sampingnya, SSRI lebih aman dibandingkan antidepresan jenis lain

seperti TCA (Tricyclic Antidepressan) dan MAO (Monoamine Oxidase

Inhibitor).1,2,4

Dosis pemberian obat SSRI sebaiknya diturunnkan secara perlahan

(tapering) apabila pengobatan akan dihentikan, minimal 7 hingga 10 hari

sebelum menghentikan pengobatan. Terapi SSRI yang dihentikan secara tiba-

tiba dapat menyebabkan discontinuation syndrome pada sistem neurosensorik

(parestesia, shock-like reaction, mialgia), gastrointestinal (mual, diare),

neurophsyciatric (cemas, irritable), vasomotor (berkeringat) dan berbagaia

manifestasi lainnya seperti insomnia, pusing, sakit kepala serta rasa lelah.

Apabila terjadi gejala diskontinuitas tersebut, maka terapi SSRI diberikan

kembali sesuai dosis terakhir diberikan selama beberapa hari diikuti

penurunan dosis secara perlahan.1,2,5


Pada kasus gangguan cemas menyeluruh, SSRI jenis sertraline dan

paroxetine merupakan pilihan yang lebih baik daripada fluoksetin.Pemberian

fluoksetin dapat meningkatkan anxietas sesaat.SSRI selektif terutama pada

pasien GAD dengan riwayat depresi.1,2,5

a. Paroksetin

Paroksetin memiliki efek sedative dan membuat pasien lebih

tenang.Pemberian dimulai pada dosis kecil dan dititrasi meningkat

secara perlahan. Pemberian awal 5 sampai 10 mg per hari selama 1

sampai 2 minggu pertama kemudian dosisnya ditiingkatkan 10 mg

setiap 1 sampai 2 minggu hingga dosis maksimum 60 mg. Apabila

sedasi tidak dapat ditoleransi, dosis diturunkan kembali hingga 10 mg

per hari dan diganti fluoxetine 10 mg per hari dan dititrasi meningkat.6

b. Sertralin

Sertralin merupakan penghambat ambilan (reuptake) serotonin 5-

HT yang poten dan spesifik pada Central Nervous System (CNS)

neuronal sehingga meningkatkan konsentrasi serotonin 5-HT pada

synaptic cleft. Dosis rumatan 100-200 mg/hari.6

Terapi Nonfarmakologis (Psikoterapi)

Psikoterapi merupakan terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-

cara psikologis, yang dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus yang

menjalin hubungan kerjasama secara professional dengan seseorang pasien

dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala-gejala

dan penderitaan akibat penyakit. Psikoterapi dilakukan dengan wawancara atau


interview. Hal yang terpenting dalam wawancara dalah tujuan teraupetik dan

penegakan diagnosis yang diperoleh dengan menjalin hubungan interpersonal

yang baik dari waktu ke wantu setiap kali wawancara dilakukan.7

1. Terapi kognitif perilaku

Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali

distorisi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatic secara

langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah

relaksasi dan biofeedback.1,2

2. Terapi suportif

Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi yang ada

dan belum Nampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal

dalam fungsi social dan pekerjaannya.1,2

3. Psikoterapi berorientasi tilikan

Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah

sadar, memiliki egostrength, relaksasi objek, serta keutuhan diri pasien. Dari

pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapi dapat

memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih

matur, bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat

beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.1,2


BAB III

KESIMPULAN

Gangguan ansietas menyeluruh sebagai ansietas dan kekhawatiran yang

berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampir sepanjang hari

selama sedikitnya 3 bulan. berkaitan dengan gejala somatic. Cemas tidak berfokus

pada gambaran gangguan aksis I lain, tidak disebabkan penggunaan zat atau

keadaan medis umum, serta tidak hanya terjadi selama gangguan mood atau

psikiatri. Ansietas ini sulit dikendalikan, secara subjektif menimbulkan

penderitaan dan mengakibatkan hendaya pada area penting kehidupan seseorang.

Pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh biasanya mencari dokter umum

atau dokter penyakit dalam untuk membantu gejala somatic mereka. Terapi yang

paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh mungkin adalah terapi yang

menggabungkan pendekatan psikoterapeutik, farmakoterapeutik, dan suportif.


DAFTAR PUSTAKA

1. Redayabi P. Gangguan cemas menyeluruh. Dalam: Buku ajar psikiatri

fakultas kedokteran universitas Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;

2014.h.230-234

2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi

ke-2. Jakarta: EGC; 2014.h.259-363

3. http://www.dsm5.org/Research/Documents/Andrews%20et%20al_General

ized%20Worry%20Disorder.pdf, diunduh tanggal 10 juni 2016

4. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 2010.

Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III.

Jakarta: Departemen Kesehatan; 2010

5. Stein DJ, Hollander E, et al. Textbook of anxiety disorders. American

Psychiatric Publishing; 2009.h.399-435

6. Antidepressan, anxyolitics drugs. MIMS Guideline. April 2011. Diunduh

tanggal 10 juni 2016

7. Lydiard RB, Johnson RH. Assesment and management of treatment-

resistance in panic disorder. Focus psychiatry guideline. June 1, 2011.Vol

IX; No.3. Diunduh tanggal 10 juni 2016

Anda mungkin juga menyukai