Anda di halaman 1dari 5

Nama kelompok 4 :

1. Deswitha paramitha sari 15.601040.001


2. Hulwanun lika hanifa 15.601040.007
3. Risca novita sari 15.601040.009
4. Widya destiyanti adjie 15.601040.023

Pendidikan matematika (a1)

A. Pengertian perkembangan fisik dan psikomotorik pada remaja

1. Perkembangan fisik
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis. Fisik
atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang lengkap dan sangat mengagumkan.
Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem syaraf, otot-otot,
kelenjar endokrin dan struktur/fisik tubuh. Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya
kondisi jasmani seseorang akan mempengaruhi kepribadiannya. Perkembangan fisik ini
mencakup aspek-aspek struktur tubuh dan fungsi tubuh.
2. Perkembangan psikomotorik
Perkembangan psikomotorik merupakan perkembangan terkait dengan perilaku
motorik dan fungsi psikis. Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua
bentuk perilaku psikomotorik ialah bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang
sederhana ke kompleks, dari yang kasar ke halus dan dari yang umum ke khusus tetapi
terkoordinasikan.

B. Karakteristik perkembangan fisik dan psikomotorik pada masa remaja

Perkembangan fisik pada masa remaja yang paling menonjol adalah perkembangan
kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan
yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer dan sekunder serta timbulnya hasrat
seksual yang tinggi (masa pubertas).
Perkembangan psikomotorik pada masa remaja ditandai dengan keterampilannya
berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan
fisiologi. Kemampuan psikomotorik terus meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan daya
tahan. Secara umum, perkembangan psikomotorik pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan
karena perkembangan psikomotorik pada perempuan akan terhenti setelah mengalami
menstruasi.

C. Implikasi perkembangan psikomotor dan fisik terhadap pendidikan

Pemahaman terhadap pekembangan fisik dan psikomotorik berkaitan erat dengan


perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini dapat membantu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih efektif dan efisien.

. Implikasi pendidikan pada remaja

Remaja berpikir dengan mengkaitkan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu.
Terjadi proses asimilasi yakni penggabungan informasi baru dalam pengetahuan yang ada.
Orientasi pendidikan remaja lebih ditekankan pada aspek pemahaman dan keterampilan. Remaja
lebih banyak diminta untuk terampil melakukan suatu tindakan yang diawali dengan
pertimbangan-pertimbangan. Materi yang diajarkan lebih berkaitan dengan konsep yang
mengharuskan peserta didik mengerti akan suatu hal. Pendidikan membimbing remaja mencapai
hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial, mencapai
kemandirian emosional dan mengembangkan kemampuan intelektual.

D. Perkembangan kognitif

Fatimah (2006:31) menyatakan bahwa pada dasarnya, kemampuan kognitif merupakan


hasil belajar. Hasil belajar ini merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan faktor
lingkungan. Dari hasil belajar yang diukur terus belajar ini, tingkat kognitif seorang individu
dapat diketahui. Test hasil belajar menggambarkan kemampuan kognitif yang bervariasi. Variasi
nilai tersebut menggambarkan perbedaan kemampuan kognitif tiap-tiap individu.
Yusuf(2012:195) menyatakan bahwa ditinjau dari perkembangan kognitif mrnurut piaget,
masa remaja sudah mencapai tahap oprasi formal (oprasi=kegiatan-kegiatan mental tentang
berbagai gagasan). Remaja, secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan
yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotetis dan abstrak, serta
sistematis dan ilmiah dalam memecahkan maslah daripada berpikir kongkret.

E. Karakteristik perkembangan kognitif pada masa remaja

Ada 5 perubahan perkembangan kognitif anak remaja:


1. Remaja sudah bisa melihat ke depan (future) ke hal-hal yang mungkin, termasuk mengerti
keterbatasannya dalam memahami realita. Atau sistem abstraksi, pendekatan dan penalaran yang
sistematis (logis-idealis), sampai ke berfikir hipotetis adalah berdampak pada perilaku sosial,
berperan dalam meningkatkan kemampuan membuat keputusan.
2. Remaja mampu berfikir abstrak. Kemampuan ini berdampak dan dapat diaplikasikan dalam
proses penalaran dan berfikir logis.
3. Remaja mulai berfikir lebih sering tentang berfikir. Berfikir itu sendiri biasa dikenal dengan
istilah metacognition, yaitu monitoring tentang aktivitas kognitifnya sendiri selama proses
berfikir, menjadikannya instrospektif, terkait dengan adolescence egocentrism.
4. Pemikirannya lebih multidimensional dibandingkan singular karena mampu melihat dari
berbagai perspektif dan lebih sensitif pada kata-kata sarkastik, sindiran double entendres.
5. Remaja mengerti hal-hal yang bersifat relatif, tidak selalu absolut dan sering muncul saat
remaja meragukan sesuatu dan ditandai dengan seringnya berargumentasi dengan orang tua
terutama tentang nilai-nilai moral.

Karakteristik pemikiran remaja berupa :


1. perkembangan kognisi sosial : remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus,
remaja yakin bahwa orangtua memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya
sendiri.
2. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun dapat
mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya.
Ada beberapa ciri pemikiran praoperasional formal pada remaja :
a. abstrak : mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil
dan penalaran yang benar-benar abstrak.
b. idealis : mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia,
dan membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini.
c. logis : mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar
suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan
menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis.

F. Implikasi perkembangan kognitif masa remaja dalam pendidikan

Andi (2011:online) implikasi karakteristik remaja terhadap pendidikan. Lingkungan sekolah


mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain memberikan
fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Dalam kaitan pendidikan sekolah dalam istilahnya
rumah kedua bagi siswa, merupakan tempat rujukan dan perlindungan jika remaja mengalami
masalah. Upaya-upaya yang dapat dilakukan pengajar dalam hal memahami siswa sebagai sosok
remaja, yaitu:
1. Membantu siswa dalam menemukan jati diri dan menghadapi kegagalan yang
dihadapinya.
2. Emosi yang memuncak adalah karakteristik dari remaja. Guru dapat membimbing remaja
untuk pengendalian emosi negative.
3. Mengajari cara memahami orang lain dan toleransi merupakan cara guru dalam mendidik
remaja.
4. Dengan mempelajari berbagai karakteristik remaja akan sangat membantu siswa yang
masih dalam masa remaja, untuk keberhasilan proses pengajaran. Karena setiap remaja
berbeda, maka guru mau tidak mau harus bisa menjadi teman dan orang tua bagi remaja
itu sendiri. Diperlukan sikap polos, objektif terhadap siswa, adil dan menunjukkan
perhatian serta rasa simpatik dalam menghadapi remaja.
Referensi :

http://ugenthekalbu.blogspot.co.id/2015/05/implikasi-perkembangan-anak-terhadap.html

http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=558:agusrida
&catid=41:top-headlines

http://nadhirin.blogspot.co.id/2010/04/implikasi-teori-kognitif-piaget-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai