Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu yang
mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6 bulan pertama
kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi kehamilan, karena
bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi lahir ibu bisa segera
memberikan ASI pada bayinya.
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal
dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan
yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun
keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI
dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan
tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat
terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang menjadi rata,
ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI, wanita
kadang- kadang menjadi demam akibat ASInya tidak keluar dengan baik.
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan
nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan.
Bila terjadi pembendungan ASI maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari
untuk membendung sementara produksi ASI.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari bendungan ASI?
2) Apa penyebab dari bendungan ASI?
3) Bagaimana tanda dan gejala bendungan ASI?
4) Bagaimana pencegahan bendungan ASI?
5) Bagaimana penatalaksanaan bendungan ASI?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari bendungan ASI
2) Untuk mengetahui penyebab dari bendungan ASI
3) Untuk memahami tanda dan gejala bendungan ASI
4) Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya bendungan ASI
5) Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap bendungan ASI

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau
oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting
susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan. (Sarwono, 2005).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau
oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu
(Mochtar, 1998).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan
nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan.
Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau
perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung
sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari
keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh.
Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi,
rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan.
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran
vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan
alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI
pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI
biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara yang
terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan
puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit
menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

B. Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,
karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan
dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui.
(Sarwono, 2009)
Pada bendungan ASI payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat
nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir
dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:


1) Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi
ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai
menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa
ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya
sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.
Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
4) Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu.
Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya
terjadi bendungan ASI).
5) Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi
menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).

C. Tanda dan gejala bendungan ASI


1) Mamae panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri.
2) Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu.
3) Pengeluaran air susu kadang terhalang oleh duktus laktifer menyempit.
4) Payudara bengkak,keras,panas.
5) Nyeri bila ditekan.
6) Warnanya kemerahan.
7) Suhu tubuh sampai 38oc

D. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3
hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di
pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis.
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu,
tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel
yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika
tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas,
berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar,
namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting
susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu
kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2005)

E. Diagnosis
1) Cara inspeksi.
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu dengan tangan
keatas,selagi pasien duduk kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit
akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada
suatu tempat menjadi merah.

2) Cara palpasi.
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan jari-jari yang
harus kebagian lateral.palpasi ini harus meliputi seluruh payudara,dari parasternal kearah garis
aksila belakang,dan dari subklavikular kearah paling distal.untuk pemeriksaan orang sakit harus
duduk.tangan aksila yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa
mengadakan palpasi aksila dengan tangan yang kontralateral dari tangan si penderita.misalnya
kalau aksila kiri orang sakit yang akan diperiksa,tangan kiri dokter mengadakan
palpasi(prawirohardjo,2005)

F. Pencegahan terjadinya bendungan ASI


1) Gunakan teknik menyusui yang benar
2) Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah selesai menyusui
3) Jangan pakai Bra yang tidak dapat menyerap keringat
4) Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
5) Susui bayi tanpa jadwal atau ( on demand)
6) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
7) Perawatan payudara pasca (obserti patologi 169)
8) Menyusui yang sering
9) Hindari tekanan local pada payudara

G. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaa untuk bendungan ASI secara umum yaitu:
1) Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2) Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
3) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5) Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase)
payudara yang dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004)
Sebaiknya selama hamil atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau perawatan puting susu
dan areola mamae untuk mencegah terjadinya puting susu kering dan mudah mencegah
terjadinya payudara bengkak.

B. Penatalaksanaan untuk ibu yang menyusui:


1) Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan
bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
2) Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara
yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada
awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
3) Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi
belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
4) Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit
beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan
dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu
5) Dansecara perlahan-lahan turun kearah putting susu
6) Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
7) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
8) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

C. Penataksanaan bagi ibu yang tidak menyusui :


1) Sangga payudara
2) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
3) Bila di perlukan berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam
4) Jangan di pijat atau memakai kompres hangat payudara
5) Pompa dan kosongkan payudara

D. Terapi dan pengobatan menurut prawirohardjo (2005) adalah:


1) Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2) Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3) Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah
menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4) Gunakan BH yang menopang
5) Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk
mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3
hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan
dengan pijatan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibu yang sedang Dalam masa nifas dapat mengalami beberapa masalah yang biasanya
terjadi seperti pembendunga air susu ibu, ini dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika
payudara telah memproduksi air susu. hal ini disebabkan karena kadar estrogen dan progesteron
turun dalam 2-3 hari sesudah melahirkan.Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi
prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi
sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan reflek, yang bisa timbul dari
hisapan bayi, apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan
sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Tanda dan gejala pembendungan ASI yang biasanya dirasakan oleh ibu yaitu Mamae
panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri Warnanya kemerahan.Suhu tubuh sampai 38oc.
Penatalaksanaanya bisa dengan dikompres ataupun dengan pemberian obat paracetamol
jika ibunya mengalami deman.

B. SARAN
Bagi Tenaga Kesehatan:
Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang menyusui secara eksklusif.
Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan kebidanan yang sudah
memenuhi standart.
Bagi Pasien
Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada keluhan, dan melakukan
kunjungan ulang sesuai dengan jadwalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Internet:
http://www.ilmukesehatan.com/artikel/contoh-makalah-bendungan-asi.html
diunduh pada hari Selasa, 4 April 2013 Pkl: 14.30 WIB

http://satubidan.com/makalah-pembengkakan-payudara/diunduh pada hari Rabu, 3 April 2013,


Pkl: 19.20 WIB
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya

kembali alat kandungan yang lamanya 6 8 mgg, sedangkan yang terpenting dalam

nifas adalah masa involusi dan laktasi. Asuhan pada masa nifas diperlukan karena

masa ini merupakan masa kritis baik ibu maupun janin.

Perawatan masa nifas sangat di perlukan untuk mencegah dan mendeteksi adanya

komplikasi yang terjadi setelah persalinan ,antara lain perdarahan, infeksi, dan

gangguan psikologis. Dengan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengangkat

kasus bendungan ASI.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Ingin mengetahui pengertian dari Masa Nifas

2. Ingin mengetahui Tujuan Asuhan Masa Nifas

3. Ingin mengetahui Program dan Kebijakan Teknis dalam Asuhan Masa Nifas

4. Ingin mengetahui Konsep Bendungan ASI

5. Ingin mengetahuiPengertian Pembendungan ASI menurut bebarapa ahli

6. Ingin mengetahui Faktor Penyebab Bendungan ASI

7. Ingin mengetahui Gejala Bendungan ASI

8. Ingin mengetahui Pencegahannya

9. Ingin mengetahui Patologinya


10. Ingin mengetahui Patofisiologinya

11. Ingin mengetahui Penatalaksanaannya

12. Ingin mengetahui Upaya pengobatan untuk bendungan ASI

13. Ingin mengetahui Terapi dan Pengobatannya Menurut Prawirohardjo (2005) adalah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama 6-8

minggu (Saifuddin, 2005).

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

2. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga

berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

C. Program dan Kebijakan Teknis dalam Asuhan Masa Nifas

Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, yang dilakukan untuk

menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah yang terjadi. Kunjungan pertama dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan.
Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri. Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan dan merujuk bila perdarahan

berlanjut. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian ASI

membantu proses hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, serta menjaga bayi tetap

sehat dengan cara mencegah hipotermi (Winkjosastro dkk,2006).

Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan. Kunjungan ini

dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, yaitu uterus

berkontraksi dan fundus di bawah umbilikus. Menilai adanya tanda infeksi atau

perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda penyulit.

Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat dan merawat bayi.

Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan, yang mana

kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan yang kedua. Setelah kunjungan ketiga

maka dilakukanlah kunjungan pada 6 minggu setelah persalinan yang merupakan

kujungan terakhir selama masa nifas, yang mana kunjungan ini bertujuan untuk

menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami, juga

memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini. (Saifuddin et al,

2005).

D. Konsep Bendungan ASI

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus

laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada

payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan

ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).

Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke

empat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening.

Hal ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun

pengeluaran belum lancar.

Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi

akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol

dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara

akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi:

196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran

asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembendungan ASI Menurut Beberapa Ahli

Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu

karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan

dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri

Williams). Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa

nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2005).

Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas

dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara

untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis

untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu

atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral

tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.

Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari

keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi

sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan

pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat

berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh

dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi

terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi

bengkak, merah dan mengkilap.

Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan

ASI pada payudara adalah :

a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI

biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara

spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara

terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan

mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi

akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol

dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara

akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi:

196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran

asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).

B. Faktor Penyebab Bendungan ASI

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:

1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna

Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya

berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu & payudara tidak

dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika

tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.

2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif

Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi

tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar


Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan

menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui

bayinya dan terjadi bendungan ASI.

4. Puting susu terbenam

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak

dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi

bendungan ASI.

5. Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi

tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan

ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

C. Gejala Bendungan ASI

Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :

1. Bengkak pada payudara

2. Payudara terasa keras

3. Payudara terasa panas

4. Terdapat nyeri tekan pada payudara (Prawirohardjo, 2005)

D. Pencegahan

1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan

2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)

3. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawatan payudara pasca persalinan ( masa nifas ) menurut Depkes, RI (1993) adalah

dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak (Baby oil) lakukan pengurutan 3

macam cara :

a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut ke atas, terus

ke samping, ke bawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian

lepaskan tangan dari payudara.

b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari jari tangan saling dirapatkan,

kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting,

demikian pula payudara kanan.

c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke -2 kemudian jari tangan kanan

dikepalkan kemudian buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.

5. Menyusui yang sering

6. Memakai kantong yang memadai

7. Hindari tekanan local pada payudara (Wiknjosastro, 2006)

E. Patologi

Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :

1. Faktor hormon

2. Hisapan bayi

3. Pengosongan payudara

4. Cara menyusui

5. Faktor gizi

6. Kelainan pada puting susu

F. Patofisiologi
1. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa

panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.

2. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung

membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.

3. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu

kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar,

1998).

G. Penatalaksanaan

1. Jika ibu menyusui :

- Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian

perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang

mengeras

- Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan

payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan

penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan

efektif

- Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui

jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut

- Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang

sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan

pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu

dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu


- Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.

- Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.

- Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

2. Jika ibu tidak menyusui:

- Gunakan bra yang menopang

- Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri

- Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

- Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.

- Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

H. Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :

1. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek

2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi

3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI

4. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin

5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan

(masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus.(Sastrawinata, 2004)

I. Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah:

1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya

2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care

3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan

Kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri

4. Gunakan BH yang menopang

5. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan


Menurunkan panas.

Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk

mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk

sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau

dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral

tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan

dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi

atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan

pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada

payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan

ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).

2. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk

mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk

sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau

dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral

tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan

dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

B. SARAN

Pada materi ini, kiranya dapat membantu kami sebagai mahasiswa untuk lebih

meningkatkan pelayanan kebidanan pada masa nifas khususnya, ibu ibu yang

mempunyai masalah dalam menyusui bayinya.

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC


Wiknjosastro . 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBPSP

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Pritchard: Maedonal; Bant. 1999. Obstetri Williams. Surabaya: Airlangga University

Saifudin , Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : YBPSP

http://kningsih.blogspot.com/2011/09/askeb-bendungan-asi-pada-masa-nifas-ibu.html

http://bundowidiafitri.blogspot.com/

http://wiyantisetianingsih.blogspot.com/2013/04/makalah-dan-askeb-bendungan-asi.html
BENDUNGAN AIR SUSU

BENDUNGAN AIR SUSU

A. Pengertian

1. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena

peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa

nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2002)

2. Bendungan air susu ibu adalah suatu kondisi yang terjadi akibat adanya bendungan

pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda asi mulai diproduksi (Danuatmaja,

2003).

3. Bendungan air susu ibu adalah di sebabkan karena pengeluaran air susu ibu tidak

lancar karena ibu tidak cukup menyusui/terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan

karena adanya gangguan let-down reflex (Wiknjosastro, 2002).

B. Etiologi

Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu

yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6

bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat

terjadi kehamilan, karena bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga

setelah bayi lahir ibu bisa segera memberikan ASI pada bayinya. Sejak hari ketiga

sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara

menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif

dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun

keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh
dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi

terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara yang

terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat

mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang menjadi rata,

ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI.

Wanita kadang- kadang menjadi demam(Sarwono, 2002).

Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara

sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang

disebut dengan bendungan air susu atau caked breast , sering menyebabkan rasa

nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu.

Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan

dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular untuk

terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdestensi sistem lacteal oleh air

susu.

Demam nifas akibat distensi payudara sering terjadi. Demam tersebut

mengkawatirkan terutama bila kemungkinan infeksi tidak dapat disingkirkan pada

wanita yanga baru saja menjalani seksio sesarea. Roser (1966) mengamati bahwa 18%

wanita yang normal akan mengalami demam postpartum akibat pembendungan air

susu. Lamnya panas yang terjadi berkisar dari 37,8 hingga 39 C. pada kedua penelitian

tersebut, insiden dan intensitas pembendungan air susu serta panas yang

menyertainya lebih rendah bila diberikan pengobatan untuk menekan laktasi.

Ditegaskan bahwa penyebab panas yang lain, khususnya panas yang disebabkan oleh

infeksi, harus disingkirkan dahulu(Suherni, 2009).


Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:

Pengosongan mamae yang tidak sempurna

Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-

nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak

dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika

tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.

Faktor hisapan bayi yang tidak aktif

Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika

bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi

lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau

menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.

Puting susu terbenam

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi

tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi

bendungan ASI.

Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena

bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk

mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.


C. Patofisiologi

Apabila terjadi penghisapan payudara oleh bayi, pelepasan prolaktin tidak terjadi

dan pada hari ketiga dan keempat setelah melahirkan, bendungan pembuluh darah

akan membesar pembuluh laktiferus dan air susu ibu harusbdiperas dengan hati-hati.

Jika payudara tidak dikosongkan, maka alveoli akan mengalami kongestiti (bendungan

dan terjadi pembengkakan karena air susu (Suherni, 2009)

D. Gambaran klinis bendungan ASI

Gejala yang sering timbul pada bendungan air susu ibu antara lain:

1. Nyeri payudara dan tegang, kadang payudara mengeras dan membesar (pada kedua

payudara) besarnya terjadi antara hari 3-5 pasca persalinan

2. Biasanya bilateral muncul bertahap menyebabkan demam dan tidak berhubungan

dengan gejala sistemik. Payudara biasanya hangat saat disentuh

3. Payudara terasa lebih penuh atau tegang dan terjadi sekitar hari ke- 3 atau ke- 4

setelah melahirkan. (Depkes RI, 2005)

Penatalaksanaan Bendungan ASI

v Bila ibu menyusui

Susukan sesering mungkin

Susukan kedua payudara

Kompres kedua payudara sebelum disusukan

Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui

Sangga payudara

Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui


Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

v Bila tidak menyusui

Menyangga payudara dengan BH yang menyokong

Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit

Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara(Sarwono, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas. Fitramaya. Yogyakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai