PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu yang
mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6 bulan pertama
kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi kehamilan, karena
bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi lahir ibu bisa segera
memberikan ASI pada bayinya.
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal
dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan
yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun
keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI
dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan
tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat
terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang menjadi rata,
ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI, wanita
kadang- kadang menjadi demam akibat ASInya tidak keluar dengan baik.
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan
nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan.
Bila terjadi pembendungan ASI maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari
untuk membendung sementara produksi ASI.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari bendungan ASI?
2) Apa penyebab dari bendungan ASI?
3) Bagaimana tanda dan gejala bendungan ASI?
4) Bagaimana pencegahan bendungan ASI?
5) Bagaimana penatalaksanaan bendungan ASI?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari bendungan ASI
2) Untuk mengetahui penyebab dari bendungan ASI
3) Untuk memahami tanda dan gejala bendungan ASI
4) Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya bendungan ASI
5) Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap bendungan ASI
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau
oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting
susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan. (Sarwono, 2005).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau
oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu
(Mochtar, 1998).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan
nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan.
Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau
perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung
sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari
keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh.
Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi,
rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan.
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran
vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan
alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI
pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI
biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara yang
terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan
puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit
menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
B. Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,
karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan
dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui.
(Sarwono, 2009)
Pada bendungan ASI payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat
nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir
dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
D. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3
hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di
pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis.
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu,
tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel
yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika
tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas,
berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar,
namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting
susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu
kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2005)
E. Diagnosis
1) Cara inspeksi.
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu dengan tangan
keatas,selagi pasien duduk kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit
akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada
suatu tempat menjadi merah.
2) Cara palpasi.
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan jari-jari yang
harus kebagian lateral.palpasi ini harus meliputi seluruh payudara,dari parasternal kearah garis
aksila belakang,dan dari subklavikular kearah paling distal.untuk pemeriksaan orang sakit harus
duduk.tangan aksila yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa
mengadakan palpasi aksila dengan tangan yang kontralateral dari tangan si penderita.misalnya
kalau aksila kiri orang sakit yang akan diperiksa,tangan kiri dokter mengadakan
palpasi(prawirohardjo,2005)
G. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaa untuk bendungan ASI secara umum yaitu:
1) Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2) Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
3) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5) Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase)
payudara yang dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004)
Sebaiknya selama hamil atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau perawatan puting susu
dan areola mamae untuk mencegah terjadinya puting susu kering dan mudah mencegah
terjadinya payudara bengkak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibu yang sedang Dalam masa nifas dapat mengalami beberapa masalah yang biasanya
terjadi seperti pembendunga air susu ibu, ini dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika
payudara telah memproduksi air susu. hal ini disebabkan karena kadar estrogen dan progesteron
turun dalam 2-3 hari sesudah melahirkan.Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi
prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi
sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan reflek, yang bisa timbul dari
hisapan bayi, apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan
sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Tanda dan gejala pembendungan ASI yang biasanya dirasakan oleh ibu yaitu Mamae
panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri Warnanya kemerahan.Suhu tubuh sampai 38oc.
Penatalaksanaanya bisa dengan dikompres ataupun dengan pemberian obat paracetamol
jika ibunya mengalami deman.
B. SARAN
Bagi Tenaga Kesehatan:
Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang menyusui secara eksklusif.
Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan kebidanan yang sudah
memenuhi standart.
Bagi Pasien
Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada keluhan, dan melakukan
kunjungan ulang sesuai dengan jadwalnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 8 mgg, sedangkan yang terpenting dalam
nifas adalah masa involusi dan laktasi. Asuhan pada masa nifas diperlukan karena
Perawatan masa nifas sangat di perlukan untuk mencegah dan mendeteksi adanya
komplikasi yang terjadi setelah persalinan ,antara lain perdarahan, infeksi, dan
gangguan psikologis. Dengan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengangkat
B. TUJUAN PENULISAN
3. Ingin mengetahui Program dan Kebijakan Teknis dalam Asuhan Masa Nifas
13. Ingin mengetahui Terapi dan Pengobatannya Menurut Prawirohardjo (2005) adalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama 6-8
2. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, yang dilakukan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah yang terjadi. Kunjungan pertama dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan.
Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri. Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan dan merujuk bila perdarahan
berlanjut. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian ASI
membantu proses hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, serta menjaga bayi tetap
dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, yaitu uterus
berkontraksi dan fundus di bawah umbilikus. Menilai adanya tanda infeksi atau
perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan, yang mana
kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan yang kedua. Setelah kunjungan ketiga
kujungan terakhir selama masa nifas, yang mana kunjungan ini bertujuan untuk
menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami, juga
2005).
laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan
ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke
empat pasca persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening.
Hal ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi
dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara
akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi:
196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran
asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).
BAB III
PEMBAHASAN
dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri
Williams). Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas
dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara
untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis
atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral
tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari
keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi
sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan
pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat
dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi
terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI
spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara
terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi
dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara
akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi:
196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran
asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro, 2006).
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya
berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu & payudara tidak
dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi
menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak
dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi
bendungan ASI.
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi
tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan
D. Pencegahan
1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
3. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawatan payudara pasca persalinan ( masa nifas ) menurut Depkes, RI (1993) adalah
dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak (Baby oil) lakukan pengurutan 3
macam cara :
a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut ke atas, terus
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari jari tangan saling dirapatkan,
kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting,
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke -2 kemudian jari tangan kanan
dikepalkan kemudian buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
E. Patologi
1. Faktor hormon
2. Hisapan bayi
3. Pengosongan payudara
4. Cara menyusui
5. Faktor gizi
F. Patofisiologi
1. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa
2. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung
membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
3. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu
kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar,
1998).
G. Penatalaksanaan
- Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian
perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang
mengeras
- Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan
payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan
penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan
efektif
- Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui
jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
- Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang
sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan
pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu
2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi
5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan
mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk
dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral
tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan
pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan
ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk
dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral
tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan
B. SARAN
Pada materi ini, kiranya dapat membantu kami sebagai mahasiswa untuk lebih
meningkatkan pelayanan kebidanan pada masa nifas khususnya, ibu ibu yang
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin , Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
http://kningsih.blogspot.com/2011/09/askeb-bendungan-asi-pada-masa-nifas-ibu.html
http://bundowidiafitri.blogspot.com/
http://wiyantisetianingsih.blogspot.com/2013/04/makalah-dan-askeb-bendungan-asi.html
BENDUNGAN AIR SUSU
A. Pengertian
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
2. Bendungan air susu ibu adalah suatu kondisi yang terjadi akibat adanya bendungan
pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda asi mulai diproduksi (Danuatmaja,
2003).
3. Bendungan air susu ibu adalah di sebabkan karena pengeluaran air susu ibu tidak
lancar karena ibu tidak cukup menyusui/terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan
B. Etiologi
Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu
yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6
bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat
terjadi kehamilan, karena bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga
setelah bayi lahir ibu bisa segera memberikan ASI pada bayinya. Sejak hari ketiga
sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara
menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif
dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun
keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh
dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi
terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara yang
mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang menjadi rata,
ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI.
sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang
disebut dengan bendungan air susu atau caked breast , sering menyebabkan rasa
nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu.
dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular untuk
terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdestensi sistem lacteal oleh air
susu.
wanita yanga baru saja menjalani seksio sesarea. Roser (1966) mengamati bahwa 18%
wanita yang normal akan mengalami demam postpartum akibat pembendungan air
susu. Lamnya panas yang terjadi berkisar dari 37,8 hingga 39 C. pada kedua penelitian
tersebut, insiden dan intensitas pembendungan air susu serta panas yang
Ditegaskan bahwa penyebab panas yang lain, khususnya panas yang disebabkan oleh
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-
nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak
dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi
tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi
bendungan ASI.
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena
bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
Apabila terjadi penghisapan payudara oleh bayi, pelepasan prolaktin tidak terjadi
dan pada hari ketiga dan keempat setelah melahirkan, bendungan pembuluh darah
akan membesar pembuluh laktiferus dan air susu ibu harusbdiperas dengan hati-hati.
Jika payudara tidak dikosongkan, maka alveoli akan mengalami kongestiti (bendungan
Gejala yang sering timbul pada bendungan air susu ibu antara lain:
1. Nyeri payudara dan tegang, kadang payudara mengeras dan membesar (pada kedua
3. Payudara terasa lebih penuh atau tegang dan terjadi sekitar hari ke- 3 atau ke- 4
Sangga payudara
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo.