OLEH:
NIM: 0811465770
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2008
A. DEFINISI
Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial, gingival mucosa atau
odontogenic tumor, tumbuh perlahan dan persistently. Tumor yang relatif jarang, terjadi
Tumor Ameloblastoma adalah dari odontogenic epithelium. Ini merupakan tumor dari antara
ganas potensi yang terletak di zona abu-abu antara jinak dan tumor ganas (Rosai, 1996).
Tumor ini jarang bersifat ganas. Ameloblastoma berkembang di rahang, sering di tempat
ketiga geraham, dan mungkin melibatkan jaringan dari soket-soket mata atau sinuses.
Ameloblastoma adalah tumor jinak epitel yang bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak
berkapsul, berdiferensiasi baik. Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio
molar dan sisanya terjadi akibat adanya kista folikular (Arif, 2001).
B. ETIOLOGI
yaitu riwayat infeksi gigi, infeksi gusi, trauma gusi, Ameloblastoma terjadi di semua
kelompok usia. Luka yang paling sering didiagnosis pada dekade ketiga dan keempat. Hal ini
biasanya gigi terjadi di daerah peluru dari mulut dan X-ray muncul sebagai cystic luka.
Tumor menunjukkan tanda kesukaan untuk rahang bawah dengan jumlah lebih besar yang
dapat sebagai tinggi sebagai 99,1% (Adekeye & McLavery, 1986). Tumor sering
C. PATOFISIOLOGI
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik. Lebih dari
75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi akibat adanya kista
folikular.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Muka bengkak
2. Sakit
3. Malocclusion
6. Maloklusi
7. Deformitas wajah.
(Adekeye, 1980).
E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian Data
Dasar pemeriksaan fisik head to toe harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari
bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:
1. Aktifitas/istirahat
2. Sirkulasi
dll).
3. Integritas ego
4. Eliminasi
6. Neurosensori.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, Kesulitan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang berbeda, biasanya
lama.
8. Pernafasan
9. Keamanan
E. PEMERIKSAAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis
a. X-ray kepala
X-ray, yang menghasilkan satu-dimensi gambar kepala dan leher untuk membantu dokter
CT scan, yang menghasilkan gambar dua dimensi dari kepala dan leher yang dapat
MRI Scan, yang menggunakan magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar 3
dimensi yang dapat mengungkapkan abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter juga
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan post operasi.
tubuh.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan menelan makanan, nyeri
area rahang.
7. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi
Intervensi :
e. Tranfusi darah
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen
Intervensi :
R/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:
Jakarta.
Carpenito, LJ. (1998). Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.