Anda di halaman 1dari 2

Penelitian terhadap hewan juga telah mencoba memahami mengenai jarak atau ruang

yang dibuat oleh seekor hewan terhadap makhluk dari spesies lainnya. Hasil dari indentifikasi
tersebut menemukan adanya dua jenis jarak yaitu flight dan fight. Jarak flight merupakan jarak
yang dianggap relatif aman dimana seekor hewan akan berbalik dan lari ketika spesies lain
memasuki jarak tersebut, sedangkan pada jarak fight dan pada lingkungan tertentu dimana
hewan tersebut terpojok maka ketika spesie lainnya memasuki jarak fight, hewan tersebut akan
mempertahankan dirinya dengan agresivitas. Jarak ini dapat diukur dengan tepat dan secara
umum berhubungan dengan ukuran dari hewan tersebut.
Ketika insting seekor hewan mendeteksi predator yang mendekat ke dalam jarak flight
dari hewan tersebut, maka hewan tersebut akan melarikan diri. Jarak flight yang dimiliki setiap
spesies berbeda-beda dan hanya bisa diasumsikan bahwa variasi terhadap jarak flight yang
berbeda-beda tersebut disebabkan oleh ukuran dari hewan tersebut dan penilaian mereka
terhadap kemampuan mereka untuk berakselerasi dan berlari.
Sementara jarak fight atau yang dapat disebut juga dengan critical distance selalu berada dalam
jarak yang lebih kecil daripada jarak flight. Dalam penelitiannya, Hediger menggunakan hewan
yanng dalam penahanan. Ketika predator mendekat dan hewan tersebut dalam kondisi yang
terpojok sehingga tidak dapat melarikan diri maka hewan tersebut akan mempertahankan
posisinya hingga pada akhirnya hewan tersebut akan menyerang predator yang memasuki jarak
fight sebagai bentuk pertahanan diri.
Satu argumen utama yang bertentangan dengan penahanan hewan adalah hal tersebut
menyebabkan kebanyakan hewan tersebut hidup dengan keberadaan manusia yang berlalu
lalang di jarak flight dan fight mereka, dimana hal tersebut memberikan tekanan yang tinggi pada
hewan. Bahkan sirkus-sirkus memanfaatkan mekanisme flight dan fight pada hewan untuk
melatih manuver-manuver pada hewan sirkus ditambah mobilitas tinggi yang dimiliki sirkus
memberikan tekanan yang tidak alamiah kepada hewan.
Bahkan kebun binatang memaksa hewan untuk merasakan tekanan dan perilaku spasial
yang tidak alami. Pada dasarnya kebun binatang hanyalah bentuk superioritas manusia terhadap
spesies lainnya dimana hewan-hewan liar dikumpulkan dan ditempatkan pada penahanan untuk
dipertunjukkan. Namun seiring berjalannya wakut, kepedulian terhadap hewan terus meningkat
dan pemahaman terhadap ruang juga meningkat. Sehingga mulai bermunculan pergerakan untuk
membebaskan beberapa jenis hewan dari kebun binatang. Tentu saja penahanan hewan memiliki
beebrapa keuntungan seperti untuk mengembang biakkan spesies yang hampir punah untuk
dilepaskan kembali ke alam. Namun meskipun para hewan diberi makan, dijauhkan dari
predator, diberikan naungan dan bahkan pasangan, tetap saja mereka tidak bebas. Kebebasan
yang hilang tersebut yang menyebabkan terjadi hal-hal yang tidak pernah terjadi di alam liar
seperti obesitas dan kekerasan pada sesama spesies yang ditunjukkan oleh Morris pada bukunya
The Human Zoo, dimana ia menarik kesimpulan bahwa sebuah kota memang bukanlah hutan yang
berkonkrit, namun kebun binatang untuk manusia.
Kenyataan bahwa kita menyebut kota modern sebagai hutan konkrit memberikan kesan
bahwa manusia menganggap hutan atau alam liar sebagai tempat yang berbahaya dan
menyeramkan. Namun kita sebagai manusia gagal melihat bahwa hutan atau alam liar
merupakan bentuk lain dari masyarakat atau komunitas dengan struktur yang sangat kompleks,
dimana eksistensi spesies di dalamnya saling bergantung pada kemakmuran satu sama lainnya.
Hanyalah dengan pengaturan terhadap ruang maka sistem ekologi hutan atau alam liar dapat
terjaga. Namun pemahaman terhadap hal tersebut perlu menunggu hingga penjelasan terhadap
konsep dari wilayah kekuasaan diberikan.

Anda mungkin juga menyukai