Oleh : Kelompok IX
Deni Winarni (A1C315007)
Sri Winda (A1C315041)
1. RESONANSI
Struktur elektron suatu molekul kadang-kadang tidak dapat digambarkan
dengan suatu simbol. Benzena tidak dapat digambarkan, bagaimana struktur
elektron yang sebenarnya. Telah diketahui banyak senyawa-senyawa yang
ikatan dalam molekulnya tidak murni elektrovalen atau kovalen, jadi terletak
di antaranya. Di samping itu ikatan kovalen dapat berupa ikatan kovalen
tunggal dan dapat pula rangkap atau ganda.
Hal-hal tersebut dapat dijelaskan dengan teori molekul, namun
sebelumnya adanya teori ini, Pauling telah memberikan teori resonansi.
Menurut Pauling, bila suatu molekul sifat-sifatnya tidak dapat digambarkan
dengan suatu rumus elektron, maka rumus yang sesungguhnya bukan
campuran dari rumus-rumus elektron yang mungkin ada, tetapi suatu rumus
elektron tertentu, hanya tidak dapat digambarkan. Rumus ini lebih stabil dari
rumus-rumus elektron yang mungkin ada.
Rumus elektron CO2 dapat digambarkan sebagai berikut:
xx xx xx
x x x x x x x x
O C O O C O O C O
x x x x x x x x
xx xx xx xx
I II III
Rumus yang sebenarnya dari CO2 bukan campuran dari rumus I, II, dan
III, tetapi suatu rumus tertentu yang disebut hibrida resonansi dari ketiganya.
Bentuk I, II, dan III disebut bentuk resonansi atau menurut istilah Ingold
bentuk mesomeri.
Resonansi atau mesomeri harus dibedakan dengan tautomeri. Pada
resonansi, susunan atom dalam molekul yang mungkin tetap sama, hanya
struktur elektronnya berbeda. Pada tautomeri, bentuk-bentuk tautomernya
benar-benar ada hanya susunan atom dalam masing-masing berbeda.
Tautomer dari aseton dan asetaldehid:
O OH
aseton
H H
CH3 C CH2 C
O OH
asetaldehid
Energi struktur I
Energi resonansi
Energi hibrida resonansi
C === O C O
I II
r = 1,22 r = 1,10
x xx
x
N O N O
x
O O O
O N O N O N
O O O
(I) (II) (III)
Jarak N O : 1,36 N = O : 1,15 dalam kenyataan jarak N O
dalam ion NO3 - semua sama, yaitu 1,21 . Energi resonansi: 45 k cal.
f. Gugus nitro, NO2.
Bentuk resonansinya adalah:
O O
N N
O O
O O O
O C O C C
O O O
I II III
Kekule Dewar
2. ELEKTRONEGATIVITAS
Ikatan kovalen antara atoM A dan atom B terbentuk dengan pembagian
elektron, sedang ikatan ion terbentuk dengan pemindahan elektron. Ikatan-
ikatan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
x x
A o B dan [ A ]+ [ o B ]
ikatan kovalen ikatan ion
Pada ikatan kovalen antara A dan B, elektron tidak terbagi rata dan akan
lebih dekat kepada atom yang mudah menarik elektron. Hal ini menyebabkan
ikatan kovalen mempunyai sifat ionik dan ikatan sebenarnya adalah hibrida
resonansi dari keduanya:
A B A+ B-
Dalam teori orbital molekul, sifat ionik dari ikatan kovalen dinyatakan
oleh bentuk orbitalnya:
A B A B
A B
ionik
A+ + B
A B A+ + B
Ikatan kovalen antara dua atom yang sejenis tidak mempunyai sifat-sifat
ionik. Sifat ionik ikatan kovalen A B tergantung besarnya daya tarik
elektron dari atom A dan B. Atom yang mempunyai daya tarik kuat terhadap
elektron dalam molekulnya disebut bersifat elektrofilik kuat, elektronegatif
atau elektronegativitasnya besar. Jadi elektronegativitas ialah kekuatan atom
dalam molekul untuk menarik elektron kepada dirinya. Makin besar
perbedaan elektronegativitas antara A dan B, ikatan makin bersifat ionik.
Dalam teori orbital molekul, sifat ionik dari ikatan dinyatakan dengan
dengan faktor .
A B
DAB (hit) tidak dapat dicari secara percobaan hingga harus dicari secara
tidak langsung. Menurut Pauling besarnya DAB (hit) dari ikatan A B,
adalah harga rata-rata hitung atau rata-rata ukur dari energi ikat A A dan
B B:
DAA + DBB
DAB (hit) = atau
2
DA A = energi ikat A A
DB B = energi ikat B B
b. Cara Mulliken
Mulliken mendefinisikan elektronegativitas atom sebagai harga rata-
rata hitung energi ionisasi dan afinitas elektron:
TABEL 1
SKALA ELEKTRONEGATIVITAS (PAULING).
H
2,1
Li Be B C N O F
1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0
Na Mg Al Si P S Cl
0,9 1,2 1,5 1,8 2,1 2,5 3,0
K Ca As Se Br
0,8 1,0 2,0 2,4 2,8
Rb Sr Sb Te I
0,8 1,0 1,9 2,1 2,5
C H N H O H F H
4% 19% 39% 60%
C F C Cl C Br C I
43% 11% 3% 0%
Momen Dipol.
Bila suatu molekul elektronnya tidak terbagi rata, maka terjadi
polaritas molekul. Besarnya momen dipol adalah hasil kali muatan dan
jarak.
z z
= (Z) (1)
+ Muatan elektron mempunyai tingkatan 1010
e s u dan jarak 108 cm, hingga
e mempunyai tingkatan 1018 e s u cm. Satuan
o o momen dipol ialah Debye, 1 Debye = 1018
e s u cm.
H Cl
Contoh:
(D) (D)
HF : 1,91 HI : 0,38
HCl : 1,03 H2O : 1,84
HBr : 0,78 NH3 : 1,50
Senyawa CCl4 dan CO2 tidak mempunyai momen dipol karena bentuk
molekul yang simetris. Besarnya momen dipol dapat untuk menetapkan
sifat ionik ikatan, misalnya:
HCl = 1,03 1018 e s u cm bila zat ini benar-benar ionik maka:
= (4,80 1010) (1,29 108) = 6,2 1018 e s u cm.
1,03
Sifat ionik ikatan = 100%=16%.
6,2
Bilangan Oksidasi.
Valensi suatu unsur tidak selalu dapat dinyatakan dengan bilangan
yang tegas. Ion NO3 - dikelilingi oleh tiga atom O, tetapi jumlah ikatannya
ada empat dengan menggunakan lima elektronnya.
Untuk menyatakan secara numerik, bagaimana unsur-unsur berikatan
dalam suatu senyawa diadakan istilah bilangan oksidasi (oxidation state
atau oxidation number).
Dalam senyawa-senyawa ionik, bilangan oksidasi unsur-unsur sama
dengan muatan ion-ionnya, misalnya bilangan oksidasi dari:
x Cl
H H H
xx
x
F2O [ O ] =
x x
xx
1 +2 1 1
TABEL II
BILANGAN OKSIDASI MANGAN DAN KLOR