Kerangka Lima Klasifikasi Porter (Porters Five Forces Classification Framework)
1. Kompetisi Horizontal (Horizontal Competition)
A. Rivalitas Antarperusahaan (Rivalry among Existing Firms) Persaingan di antara perusahaan-perusahaan di suatu industri ditentukan oleh beberapa faktor, seperti - jumlah perusahaan di industri tersebutsemakin banyak perusahaan yang menyediakan barang/jasa di suatu industri, semakin besar tingkat persaingan di industri tersebut; - ukuran pasar dan tingkat pertumbuhan pasartingkat persaingan semakin besar di industri yang cakupan pasarnya stagnan; - diferensiasi barang/jasajika barang/jasa yang disediakan setiap perusahaan di suatu industri tidak variatif, tingkat persaingan melalui perang harga di industri tersebut akan semakin besar karena pembeli tidak mengeluarkan pengorbanan yang berarti jika ingin beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain; - loyalitas konsumenbeberapa konsumen memiliki loyalitas tinggi terhadap suatu perusahaan (akibat kualitas produksi atau branding), menyebabkan kompetisi di industri tersebut tidak terlalu berarti; - keterbukaan industrisemakin sulit dan semakin mahal biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk keluar-masuk suatu industri, semakin ketat persaingan antarperusahaan di industri tersebut. Di industri transportasi laut, khususnya pengangkutan barang melalui laut (maritime transportation), pada dasarnya jasa yang disediakan satu perusahaan dengan perusahaan yang lain sangat mirip dan tidak banyak diferensiasi jasa yang dilakukan antarperusahaan di industri tersebut. Hal ini yang menyebabkan tingginya persaingan antarperusahaan di industri transportasi laut, karena konsumen tidak mengeluarkan pengorbanan yang berarti jika beralih dari satu penyedia jasa angkut ke penyedia jasa angkut lainnya. Namun, seiring berkembangnya teknologi, perusahaan-perusahaan penyedia jasa angkut laut semakin mengedepankan efisiensi dan efektivitas pengangkutan muatan yang dilakukan. Perusahaan juga berusaha untuk menjamin ketersediaan kapal dalam suatu area tertentu atau untuk rute tertentu. Hal ini berkaitan dengan keandalan jasa angkut yang ditawarkan, selain juga sebagai bentuk branding perusahaan untuk mewujudkan consumer loyalty dan reputasi perusahaan, tanpa harus menciptakan persaingan yang berarti. Di Indonesia, industri transportasi laut khususnya pengangkutan barang melalui laut termasuk industri yang tingkat persaingannya tinggi, disebabkan banyaknya perusahaan yang tergabung dalam industri tersebut. Untuk perdagangan di perairan domestik Indonesia, kompetitor-kompetitor utama adalah PT Buana Listya Tama Tbk, PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk, PT Soechi Lines Tbk, Wintermar Offshore Marine Tbk, PT Samudera Indonesia Tbk, PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk, PT Trada Maritime Tbk, PT Armada Bumi Pratiwi Lines, PT Laju Prakarsa Indah, PT Multi Jaya Samudera dan PT Pulau Kencana Raya.
B. Ancaman Pendatang Baru (Threats of New Entrants)
Seperti yang telah disebutkan, keterbukaan industri menjadi salah satu faktor penentu tingkat kompetisi di suatu industri. Keterbukaan industri, atau dalam konteks ini merujuk pada kemudahaan perusahaan lain untuk masuk ke suatu industri, ditentukan oleh beberapa hal, seperti - tingkat profitabilitas industrisemakin besar profit yang ditawarkan oleh kegiatan penyediaan barang/jasa di suatu industri, semakin mudah perusahaan untuk tertarik bergabung ke suatu industri; - besarnya investasi yang harus dikeluarkan untuk bergabung ke suatu industri; - kemudahan meraih pangsa pasar; - regulasi. Tingkat profitabilitas industri transportasi laut mungkin tergolong relatif, apalagi jika dibandingkan dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk bergabung ke industri tersebut. Industri transportasi laut, khususnya pengangkutan barang melalui laut, sangat bergantung pada ketersediaan logistik yang membutuhkan biaya besar. Tidak hanya berkaitan dengan penyediaan kapal angkut dan peralatan angkut, biaya yang perlu dikeluarkan adalah biaya pegawai, dari mulai perekrutan hingga pelatihanmengingat dibutuhkannya tenaga kerja yang andal dengan skill yang spesifik. Selain itu, pangsa pasar industri transportasi laut juga terfragmentasi bagi perusahaan yang memang sudah berpengalaman di bidang jasa angkut laut. Umumnya konsumen sulit untuk menerima perusahaan pendatang baru karena ini berkaitan dengan keamanan barang yang diangkut. Namun, Pemerintah Indonesia, melalui pencanangan Asas Cabotage, menjamin tersedianya peluang bagi perusahaan domestik untuk bergabung menjadi pendatang baru di industri jasa angkut laut.
C. Ancaman dari Substitusi (Threats of Substitutes)
Konsumen mungkin beralih ke produk substitusi, jika produk substitusi tersebut lebih menarik dalam hal harga dan kualitas. Selain berkaitan dengan harga dan kualitas, pengaruh produk substitusi terhadap persaingan antarperusahaan di suatu industri juga ditentukan oleh seberapa penting produk di industri tersebut bagi konsumen dan seberapa besar biaya yang harus dikorbankan konsumen untuk beralih menggunakan produk substitusi tersebut. Jasa angkut laut mungkin sulit untuk disubstitusikan dengan (misalnya) jasa angkut udara atau jasa angkut darat, karena secara substansi pengangkutan laut memiliki keunikan tersendiri. Sebagai contoh, pengangkutan melalui udara mungkin akan lebih cepat sampai, tetapi tidak dapat mengangkut lebih banyak muatan. Pengangkutan melalui darat tentu tidak lebih baik, karena batasan wilayah geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang dipisahkan perairan. Oleh karena itu, ancaman dari substitusi atas jasa angkat laut tergolong sangat rendah.
2. Kompetisi Vertikal (Vertical Competition)
A. Kekuatan Pembeli (Buyer Power) Pembeli selalu berusaha untuk mencari penjual yang menawarkan harga yang paling rendah. Kekuatan pembeli terletak pada kemampuannya menawar penjual untuk menetapkan harga barang/jasa yang disediakan serendah mungkin, dengan tetap memaksimalkan kualitas barang/jasa yang akan dibeli. Kekuatan pembeli inilah yang memicu perang harga di antara perusahaan- perusahaan di suatu industri. Selain berkaitan dengan harga jual barang/jasa, kekuatan pembeli juga ditentukan oleh situasi- situasi lainnya, seperti - jumlah pembeli di pasaransemakin sedikit jumlah pembeli dibandingkan jumlah penjual, semakin kuat posisi pembeli dalam menentukan harga yang diinginkan; - seberapa besar permintaan atau pesanan pembeli atas barang/jasa yang diinginkan; - biaya peluang (opportunity cost)berapa biaya yang harus dikorbankan jika pembeli beralih ke barang/jasa lain atau ke penjual lain. Di sektor transportasi laut, kekuatan pembeli terletak pada tarif angkut yang ditawarkan kepada pengguna jasa. Umumnya, tarif angkut yang ditawarkan perusahaan di industri transportasi laut bergantung pada tingkat supply and demand (penawaran dan permintaan) pasar terhadap jasa angkut muatan. Kondisi ekstrimnya adalah ketika terjadinya oversupply, di mana tarif angkut akan turun drastis menyesuaikan permintaan pasar terhadap jasa angkut. Walau demikian, secara global, penelitian menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang jelas antara tingkat penawaran dan tingkat permintaan di sektor jasa transportasi laut, setidaknya sejak 19992011 (Gao & Yoshida, 2013). Di Indonesia, konsumen pengguna jasa transportasi laut umumnya telah menyetujui kontrak kerjasama jangka panjang dengan perusahaan penyedia jasa transportasi laut. Kontrak kerjasama tersebut juga telah menetapkan tarif angkut dan spesifikasi lainnya berkaitan dengan jasa yang akan disediakan perusahaan. Namun, perusahaan di sektor jasa transportasi laut juga terus melakukan promosi atau penawaran kepada calon konsumen, dengan mengedepankan kualitas layanan yang baik dan tarif yang kompetitif, karena calon konsumen tersebut akan menjadi konsumen jangka- panjang bagi perusahaan. Terhadap konsumen yang sudah menjadi rekan kerjasama juga perusahaan terus berupaya menjalin hubungan baik dan meningkatkan pelayanan, agar kerjasama dapat terus dilanjutkan di masa yang akan datang. Ini menunjukkan bahwa konsumen memiliki cukup kekuatan atas perusahaan penyedia jasa transportasi laut. Walaupun kerjasama yang dilakukan bersifat jangka-panjang, konsumen bisa saja memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak karena berbagai hal, seperti kualitas layanan yang buruk, tarif angkut yang terlalu tinggi, dan lain-lain. Apalagi, konsumen tidak mengeluarkan pengorbanan yang berarti jika ingin beralih dari satu penyedia jasa angkut laut ke penyedia jasa angkut laut yang lainnya.
B. Kekuatan Pemasok (Supplier Power)
Semakin terbatas jumlah pemasok di pasar, semakin besar kekuatan pemasok terhadap industri karena pemasok dapat menentukan harga barang dan jasa yang ia sediakan. Sebaliknya, jika jumlah pemasok yang kompeten di pasar semakin banyak, kekuatan pemasok terhadap industri akan semakin lemah. Selain itu, kekuatan pemasok terhadap industri juga ditentukan oleh situasi-situasi lainnya, seperti - seberapa penting barang yang dipasok bagi industri; - seberapa unik barang yang dipasok bagi industri, sehingga industri akan kesulitan atau mengeluarkan lebih banyak biaya jika beralih ke pemasok yang lain; - tingkat kompetisi di antara pemasok. Di sektor transportasi laut, khususnya pengiriman barang (maritime transportation), pemasok utamanya adalah penghasil minyak/gas/barang tambang lainnya dan produsen kapal (Gao & Yoshida, 2013). Kenaikan harga minyak, gas, dan barang tambang yang menjadi muatan angkut dapat berpengaruh terhadap industri pengangkutan komoditas menggunakan transportasi laut. Sebagai contoh, kenaikan harga minyak mentah menyebabkan kenaikan tajam pada biaya bunker bagi perusahaan di industri transportasi laut. Perubahan harga minyak yang sangat dinamis di pasar membuat biaya yang dikeluarkan perusahaan di industri transportasi laut menjadi semakin tidak pasti, berdampak pada turunnya daya tawar perusahaan karena perusahaan tidak dapat melakukan tindakan apapun untuk melakukan stabilisasi biaya. Sebagai dampak krisis ekonomi global, industri produksi kapal juga mengalami kelesuan. Permintaan terhadap produksi kapal pengangkut turun sebesar 48% sejak tahun 2012. Produsen kapal memiliki daya tawar yang lemah terhadap industri transportasi laut karena perusahaan- perusahaan di industri transportasi laut memilih untuk mempertahankan kapal kargo mereka atau menggantinya dengan yang lebih tradisional, seperti yang terjadi di Eropa, Jepang, dan Korea. Ini berarti, dibandingkan pengaruh kekuatan pemasok muatan angkut (seperti penghasil minyak dan barang tambang lainnya), pengaruh produsen kapal terhadap industri transportasi laut lebih lemah karena industri memiliki alternatif untuk mengatasi ketidakstabilan biaya.
Kompetisi Horizontal Kompetisi Vertikal
Rivalitas Ancaman Ancaman dari Kekuatan Kekuatan Antarperusahaan Pendatang Baru Substitusi Pembeli Pemasok Tinggi Rendah Rendah Tinggi Sedang