Laporan Aib Fix Pakde
Laporan Aib Fix Pakde
PENDAHULUAN
1
2
Pada praktikum kali ini, kita akan menganalisa sifat batuan reservoir
dengan metode Analisa Core.
3
Prosedur Analisa Inti Batuan pada dasarnya terdiri atas 2 bagian, yaitu:
Analisa inti batuan rutin
Analisa inti batuan spesial
Analisa Inti Batuan Rutin umumnya berkisar tentang pengukuran
porositas, permeabilitas absolut dan saturasi fluida, sedangkan Analisa Inti
Batuan Spesial dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran pada
kondisi statis dan pengukuran pada kondisi dinamis. Pengukuran pada
kondisi statis meliputi tekanan kapiler, sifat-sifat listrik dan cepat rambat
suara, grain density, wettability, kompresibilitas batuan, permeabilitas dan
porositas fungsi tekanan (Net Over Burden) dan studi petrography.
Pengukuran pada kondisi dinamis meliputi permeabilitas relatif, thermal-
recovery, gas residual, water floodevaluation, liquid permeability
(completion evaluation, workover dan injection fluid).
4
b. Trap Stratigrafi
c. Trap Kombinasi
lurus pada antiklin. Dan, pada perangkap ini kedua perangkapnya tidak
saling mengendalikan perangkap itu sendiri.
BAB II
PENGUKURAN POROSITAS
2.1. Tujuan
1. Untuk menentukan porositas efektif batuan
2. Untuk menentukan fraksi porositas dengan cara/ metode menimbang
3. Untuk menentukan fraksi porositas dengan cara/ metode mercury
injection pump
4. Untuk mngetahui bagaimana cara kedua metode itu
5. Untuk membandingkan dari dua metode tersebut yang mana lebih akurat
13
14
2. Porositas Efektif
Porositas efektif adalah perbandingan antara volume pori-pori yang
berhubungan terhadap volume total batuan (bulk volume) yang
dinyatakan dalam persen, jika dirumuskan :
2. Metode Saturation
Volume pori yang efektif
eff x 100%
Volume total batuan
4. Menimbang
W3 W2
Volume total batuan (Vb) =
B.J kerosin
17
W1 W2
Volume butiran (Vg) =
B.J kerosin
W3 W1
Volume pori (Vp) =
B.J kerosin
Volume pori
Porositas efektif ( eff ) = x 100%
Volume total batuan
W3 W1
= B.J kerosin x 100%
W3 W2
B.J kerosin
butir membentuk kubus sehingga terdapat ruang yang lebih besar antara
butir-butir tersebut
Unit cell kubus mempunyai 2 sisi yang sama yaitu 2r, dimana r adalah
jari-jari lingkaran, sehingga:
Volume total (bulk) = (2r)3 = 8r3
4r 3
Volume butiran =
3
Vb Vg
Porositas = x 100%
Vb
8r 3 4
= 3r 3 x100%
3
8r
= 1 x100%
2(3)
= 47,6%
Unit cellrhombohedral mempunyai 2 sisi yang sama yaitu 2r, dan
kemiringannya membentuk sudut 45, dimana r adalah jari-jari lingkaran,
sehingga :
Volume total (bulk) = alas x tinggi x lebar
= 2r x 2r sin 450 x 2r
= 4(2)1/2 r3
19
4r 3
Volume butiran =
3
Vb Vg
Porositas = x 100%
Vb
= (4(2)1/2 r3 (4/3) r3)/ 4(2)1/2 r3
= 0.2596 x 100%
=25.96%
0 5% Jelek sekali
5 10% Jelek
10 15% Sedang
15 20% Baik
> 20% Sangat bagus
Di dalam formasi batuan reservoir minyak dan gas bumi tersusun atas
berbagai macam mineral (material) dengan ukuran butir yang sangat
bervariasi, oleh karenanya harga porositas dari suatu lapisan ke lapisan yang
lain akan selalu bervariasi. Faktor utama yang menyebabkan harga porositas
bervariasi adalah :
1. Ukuran dan Bentuk Butir
Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh
batuan, tetapi mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir.
Sedangkan bentuk butir didasarkan pada bentuk penyudutan (ketajaman)
dari pinggir butir. Sebagai standar dipakai bentuk bola, jika bentuk
butiran mendekati bola maka porositas batuan akan lebih meningkat
dibandingkan bentuk yang menyudut.
2. Distribusi dan Penyusunan Butiran
20
Semakin banyak material pengotor, seperti : silt & clay yang terdapat
dalam batuan akan menyebabkan mengecilnya ukuran pori-pori batuan.
2.3.2. Bahan
1. Core (Inti Batuan)
2. Kerosine
W1 W2
Volume butiran (Vg) =
B.J kerosin
W3 W1
Volume pori (Vp) =
B.J kerosin
Volume pori
Porositas efektif ( eff ) = x 100%
Volume total batuan
23
W3 W1
= B.J kerosin x 100%
W3 W2
B.J kerosin
2.4.2. Pengukuran Porositas Dengan Cara Mercury Injection Pump
2.4.2.1. Ketentuan Penggunaan Porometer
1. Plungger / cylinder dihampa udarakan sebelum
memulai pekerjaan.
2. Putar handwheel berlawanan dengan arah jarum jam
sejauh mungkin.
3. Pastikan penutup dan valve picnometer dalam keadaan
tertutup, dan fill valve dalam keadaan terbuka.
4. Hidupkan pompa vakum dan lakukan sampai ruang
cylinder sampai habis, selanjutnya tutup fill valve dan
matikan pompa vakum.
5. Jika langkah 4 terpenuhi, masukkan Hg dalam flask ke
dalam cylinder sampai habis, selanjutnya tutup fill valve
dan terakhir matikan vakum.
6. Putar handwheel searah jarum jam sampai pressure
gauge menunjukkan suatu harga tertentu.
7. Putar lagi handwheel berlawanan dengan arah jarum
jam sampai jarum jam pada pressure gauge
menunjukkan angka nol pertama kali.
8. Buka valve dan penutup picnometer, lihat kedudukan
mercury, jika kedudukan mercury ada pada cylinder
maka ulangi lagi langkah 2 sampai 8.
Jika kedudukan mercury ada pada ruang picnometer, turunkan
permukaan mercury sampai pada batas bawah picnometer (jika ada yang
menempel pada dinding harus dibersihkan) dengan memutar handwheel
berlawanan dengan arah jarum jam.
24
W1 W2
6. Volume grain (Vg) =
B.J kerosin
36 gr 20 gr
=
0,8 gr / cc
= 20 cc
W3 W1
7. Volume pori (Vp) =
B.J kerosin
47,1gr 36 gr
=
0,8 gr / cc
= 13,875 cc
Vp
eff = x 100%
Vb
13,875cc
= x 100%
33,875cc
= 40,9 %
27
Vp 4,5cc
eff x 100% x 100%
Vb 21,6cc
= 20,8 %
28
2.7. Pembahasan
Porositas yang dimiliki suatu formasi batuan reservoir bisa digunakan
sebagai petunjuk seberapa besar rongga pada formasi batuan tersebut.
Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan menentukan kapasitas
penyimpanan fluida reservoir. Batuan reservoir yang memiliki porositas
yang baik, akan lebih banyak mengandung hidrokarbon di dalam reservoir
tersebut. Jadi, semakin besar porositas efektif suatu batuan reservoir, maka
akan semakin banyak pula hidrokarbon yang terkandung dalam reservoir
tersebu. Porositas diukur dengan dua cara yaitu, penentuan porositas dengan
cara menimbang dan penentuan porositas dengan cara mercury injection
pump.
Pada pengukuran porositas dengan cara menimbang diperoleh data
berat core kering diudara sebesar 36 gr, berat core jenuh diudara sebesar
47,1 gr, berat core jenuh di kerosene sebesar 20 gr dan dan densitas kerosin
sebesar 0,8 gr/cc. Dari data-data tersebut, diperoleh sesuai dalam
perhitungan besarnya volume total batuan sebesar 33,875 cc; volume
butiran sebesar 20 cc dan volume pori sebesar 13,875 cc. Dari data volume
tersebut dapat ditentukan harga porositas sebesar 40,9 % untuk metode
menimbang yang digolongkan dalam porositas yang baik.
Pada penentuan harga porositas dengan cara mercury injection pump
dimulai dengan penentuan skala picnometer yaitu skala awal sebesar 54,8 cc
dan skala akhir 6,1 cc sehingga diperoleh harga volume piknometer kosong
sebesar 48,7 cc. Dilanjutkan dengan penentuan harga volume piknometer
berisi core dengan skala awal 60,4 cc dan skala akhir 33,3 cc, diperoleh
harga volume piknometer kosong berisi core 27,1 cc. Dan diperoleh volume
total core sebesar 21,6 cc demikian pula dengan volume pori batuan yang
diperoleh sebesar 4,5 cc. Selanjutnya diperoleh harga porositas melalui
mercury injection pump sebesar 20,8 % yang dikategorikan porositas sangat
baik.
29
2.8. Kesimpulan
1. Untuk menentukan porositas absolut dari batuan, kita dapat
menggunakan metode menimbang, dan setelah melakukan pengukuran
dan perhitungan kami mendapatkan hasil sebesar 40,9 %
2. Untuk menentukan porositas efektif dari batuan, kita dapat
menggunakan metode Mercury Injection Pump, dan setelah melakukan
pengukuran dan perhitungan, kami mendapatkan hasil = 20,8 %
3. Dari kedua metode tersebut, saya menyimpulkan bahwa metode dengan
Mercury Injection Pump lebih akurat dari metode menimbang. Karena
menggunakan alat ukur yang akurat dengan skala, sedangkan
menimbang tidak akurat karena banyak kemungkinan kesalahan dalam
pengukuran
30
BAB III
PENGUKURAN SATURASI FLUIDA
3.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai saturasi dari suatu bahan dengan metode
destilasi
2. Untuk mengetahui Sg (Saturasi Gas)
3. Untuk mengetahui So (Saturasi Oil)
4. Untuk mengetahui Sw (Saturasi Water)
5. Untuk mengetahui kapasitas volume fluida di reservoir
30
31
So+Sw=1
Dimana :
St = saturasi total fluida terproduksi
Swirr = saturasi water tersisa (irreducible)
Sgirr = saturasi gas tersisa (irreducible)
Soirr = saturasi oil tersisa (irreducible)
Vp = Vo + Vw + Vg
Vp = Vo + Vw
Vp = Vg + Vw
34
3.3.2. Bahan
1. Fresh Core
2. Air
3. Minyak
Gambar 3.5.Retort
36
e b
So Sw
Vp Vp
38
3.6.2. Perhitungan
Berat oil
Volume minyak =
B.J oil
3,7 gr
=
0,793 gr / cc
= 4,665 cc
vol. oil 4,665cc
So = x100% x100%
vol. pori 11,4cc
Sg = 1 (Sw + So)
= 1 (0,035 + 0,409)
= 0,556 = 55,6 %
39
3.7. Pembahasan
Saturasi fluida adalah ukuran kejenuhan fluida di dalam formasi
batuan atau dapat juga diartikan sebagai perbandingan antara volume pori
batuan yang terisi fluida terhadap volume pori total batuan. Di dalam suatu
batuan reservoir biasanya terdapat tiga jenis fluida, yaitu oil, water dan gas.
Dari data percobaan yang telah diberikan dan sesuai dengan hasil
perhitungan, dapat dilihat bahwa gas memiliki saturasi paling besar
dibandingkan oil dan water. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan
diperoleh berat core kering 21,2 gr dan core jenuh sebesar 25,5 gr selain itu
diperoleh pula volume pori core 11,4 cc. Sedangkan volume air yang
didapat 0,4 cc sama dengan berat air yang didapat yaitu 0,6 gr. Sehingga
diperoleh berat minyak 3,7 gr dan volume minyak 4,665 cc dengan
menggunakan perhitungan melalui berat jenis minyak sebesar 0,793 gr/cc.
Dari data tersebut diperoleh saturasi water sebesar 0,035, dan saturasi
oil sebesar 0,409. Dari saturasi water dan saturasi oil dapat diukur harga
saturasi gas dengan cara 1 dikurang jumlah saturasi water dan saturasi
oilnya sehingga diperoleh harga saturasi gas sebesar 0,556. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa saturasi gas memiliki nilai yang paling
besar sehingga reservoir yang diamati digolongkan memiliki kandungan
gas yang mendominasi.
40
3.8. Kesimpulan
1. Saturasi water, saturasi oil dan saturasi gas
2. So = , Sw = , dan Sg =
BAB IV
PENGUKURAN PERMEABILITAS
4.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai dari permeabilitas dari suatu core
2. Untuk menentukan permeabilitas abolut dengan gas permeameter
3. Untuk menentukan permeabilitas dari 3 keadaan yang berbeda
4. Untuk mengetahui pengaruh gradiem tekanan terhadap permeabilitas
5. Untuk menentukan pengaruh gradien tekanan terhadap permeabilitas
dari plot grafik
k dP
V
dL
dimana :
V = kecepatan aliran, cm/sec
= viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k = permeabilitas media berpori, mD
Tanda negatif dalam persamaan diatas menunjukkan bahwa bila tekanan
bertambah dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan dengan arah
pertambahan tekanan tersebut.
41
42
Q. .L
K
A.( P1 P2 )
Ko
K ro
K
Kg
K rg
K
Kw
K rw
K
Q o . o . L Q w . w . L
Ko Kw
A.( P1 P2 ) A.( P1 P2 )
dimana :
o =viskositas minyak
w = viskositas air.
Percobaan ini diulangi untuk laju permukaan (input rate) yang berbeda untuk
minyak dan air, dengan (Qo + Qw) tetap kontan. Harga-harga Ko dan Kw
Q o . o . L Q w . w . L
pada Persamaan Ko dan Kw jika diplot
A.( P1 P2 ) A.( P1 P2 )
terhadap So dan Sw akan diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 4.2 Dari Gambar 4.2 dapat ditunjukkan bahwa Ko pada Sw = 0 dan
45
ko k w 1
46
4.3.2. Bahan
1. Fresh Core
2. Gas
g Qg L
k
A P
51
Keadaan 2
Diameter Core = 5,2 cm
Panjang Core (L) = 9,7 cm
Luas Penampang Core (A) = r2 = (2,6cm) 2
= 21,226 cm2
Beda Tekanan (P ) = 0,5 atm
1/ P = 2 atm-1
Flow Reading = 3 cm
Laju Aliran Gas = 44,5 cc/dt
Viscositas Gas ( g ) = 0,179 cp
53
Keadaan 3
Diameter Core = 5,2 cm
Panjang Core (L) = 9,7 cm
Luas Penampang Core (A) = r2 = (2,6cm) 2
= 21,266 cm2
Beda Tekanan (P ) = 1 atm
1/ P = 1 atm-1
Flow Reading = 10 cm
Laju Aliran Gas = 50,6 cc/dt
Viscositas Gas ( g ) = 0,179 cp
54
4.6.2. Perhitungan
Pengukuran Permeabilitas Absolut dengan Gas Permeameter
Persamaan yang digunakan :
g Qg L
k
A P
Keadaan1
0,279 cp 26,9 cc / dtk 9,7 cm
Permeabilitas (k) =
21,226 cm 2 0,25 atm
= 8,88017 darcy
Keadaan 2
0,179 cp 44,5 cc / dtk 9,7 cm
Permeabilitas (k) =
21,266 cm 2 0,5 atm
= darcy
Keadaan 3
0,179 cp 50,6cc / dtk 9,7 cm
Permeabilitas (k) =
21,266 cm 2 1 atm
= 4,13 darcy
55
4.7. Pembahasan
Permeabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu batuan
untuk melewatkan fluida melalui pori pori yang saling berhubungan tanpa
merusak partikel pembentuk batuan tersebut. Sesuai dengan persamaan
permeabilitas yang telah di sampaikan pada poin sebelumnya, permeabilitas
berbanding lurus dengan viskositas gas, laju aliran gas dan panjang core,
dan juga berbanding terbalik dengan luas penampang core dan beda tekanan
yang bekerja pada core. Ada tiga macam data yang diberikan dalam
percobaan ini, dengan flow reading, laju aliran gas serta beda tekanan yang
berbeda beda. Data pertama memiliki laju aliran gas 26,9 cc/dtk, beda
tekanan 0,25 atm dan menghasilkan permeabilitas senilai 8,8017 darcy.
Data kedua memiliki laju aliran gas 44,5 cc/dtk dengan beda tekanan 0,5
atm menghasilkan permeabilitas sebesar 7,28 darcy. Dan data ketiga
memiliki laju aliran gas sebesar 50,6 cc/dtk dengan beda tekanan 1 atm
sehingga menghasilkan permeabilitas sebesar 4,13 darcy. Seperti yang
terlihat pada tabel dan grafik di bawah ini:
Dari tabel dan grafik, dapat dilihat bahwa data pertama memiliki nilai
k yang lebih besar diantara data yang lainnya. Hal ini dikarenakan data
pertama memiliki beda tekanan yang paling kecil dibandingkan kedua data
lainnya. Sedangkan data kedua memiliki data permeabilitas yang tidak jauh
berbeda dengan data pertama dikarenakan laju aliran yang cukup besar
walaupun dengan perbedaan tekanan dua kali lipat dari pada data pertama.
Suatu batuan reservoir yang memiliki permeabilitas yang baik, reservoir
tersebut juga akan memiliki porositas yang baik pula (berlaku untuk batu
56
pasir). Apabila laju aliran gas yang bekerja dalam reservoir semakin besar
maka akan semakin besar pula permeabilitas pada batuan reservoir tersebut.
Dan apabila semakin besar beda tekanan yang berada dalam reservoir, maka
akan semakin kecil permeabilitas yang akan dihasilkan reservoir tersebut.
Permeabilitas vs 1/P
10
9 4, 8.8017
8
7 2, 7.28
Permeabilitas
6
5
4 1, 4.13
Permeabilitas
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5
1/P
57
4.8. Kesimpulan
1. k =
BAB V
SIEVE ANALYSIS
5.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui (gr) berat kumulatif core
2. Untuk mengetahui (%) berat kumulatif core
3. Untuk mengeathui koefisien keseragaman butir pasir
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari problem
kepasiran
5. Untuk mengetahui fungsi Sieve Analysis
a. Saucier :
50 Percentil Gravel
G S Ratio
50 Percentil Sand
b. Schwartz :
10 Percentil Gravel
G S Ratio
10 Percentil Sand
Atau
40 Percentil Gravel
G S Ratio
40 Percentil Sand
c. CoberlyHillWagnerGumpertz :
Ukuran Gravel Terbesar
G S Ratio
Ukuran Pasir 10 Percentil
d. Maly :
Ukuran Gravel Terkecil
G S Ratio
Ukuran Pasir 10 Percentil
gravel yang terlalu besar, maka pasir formasi akan menerobos kedalam
pengepakan gravel dan akan menambah kehilangan tekanan (pressure drop).
Distribusi ukuran gravel yang seragam akan mampu menahan butiran
pasir formasi yang tidak seragam. Pada harga G-S ratio mendekati enam
disebut dengan titik perencanaan atau ukuran butir kritis (critical size).
Berdasarkan pengamatan menunjukkan bahwa :
1. Untuk pasir dengan ukuran butir seragam (C < 3), maka titik d10
merupakan design point dengan G-S ratio adalah D10 = 6 d10.
2. Untuk pasir dengan ukuran butir tidak seragam (C > 5), maka titik d40
merupakan design point dengan G-S ratio adalah D40 = 6 d40.
3. Untuk pasir dengan ukuran butir sedang (3 < C < 5).
Prinsip dari gravel packing adalah menempatkan gravel yang
mempunyai ukuran yang benar didepan peforasi formasi yang
unconsolidasted ( mudah lepas ) untuk mencegah pergerakan butiran pasir,
akan tetapi masih bias melewatkan minyaknya kelubang sumur.
Gravel pack merupakan work over yang terbaik untuk single
completion dengan zona produksi yang panjang. Pelaksanaannya adalah
sebagai berikut :
1. Pembersihan perforasi dengan clean fluid sebelum gravel pack dipasang.
2. Penentuan ukuran gravel pack sesuai dengan ukuran butiran pasir
formasi.
3. Squeeze gravel pack kedalam lubang perforasi, digunakan water wet
gravel jika digunakan oil placement fluid.
4. Produksikan sumur dengan segera setelah packing, aliran produksi
dimulai dengan laju produksi rendah kemudian dilanjutkan dengan
kenaikan laju produksi sedikit demi sedikit.
Metode ini merupakan pengontrol pasir yang paling sederhana dan
paling tua umurnya. Pada prinsipnya, adalah gravel yang ditempatkan pada
annulus antara screen/slotted dengan casing/lubang bor, dimaksudkan agar
dapat menahan pasir formasi. Gravel pack adalah suatu cara untuk
menanggulangi kepasiran yang masuk kedalam sumur dengan memasang
63
open hole yang relative kecil atau lubang bor mempunyai deviasi atau
sudut kemiringan yang tidak begitu besar (lebih kecil dari 45 )
2. Inside Gravel pack (IGP)
Inside casing gravel packing atau inside gravel packing (IGP)
merupakan metode penempatan gravel dimana gravel ditempatkan
diantara casing yang telah diperforasi, dengan screen dan sebagian lagi
diluar casing. Jenis IGP ini sering diterapkan pada formasi produktif
yang berlapis. Penempatan gravel pada jenis IGP ini dapat dilakukan
dengan metode dua tahap ( two stage methods ) dan metode satu tahap
( one stage methods ). Di dalam two stage methods IGP ini terdiri
dari tahap pertama, yaitu penggunaan tekanan squeeze untuk menekan
gravel kedaerah perforasi.Kemudian tahap kedua, berhubungan dengan
sirkulasi gravel kedalam annulus antara casing dan pipa saringan.
65
5.3.2. Bahan
1. Batuan Reservoir
15. Buat grafik semilog antara opening diameter dengan cumulative percent
retained.
16. Dari grafik yang didapat (seperti huruf S), hitung:
d 40
Sorting coefficient =
d 90
Medium diameter pada 50% = ........................mm
69
5.6.2. Perhitungan
Perhitunan Berat Kumulatif (gr) :
1. Berat kumulatif (a) = berat a + 0
= 38,7 gr + 0 gr = 38,7 gr
2. Berat kumulatif (b) = berat kumulatif a + berat b
= 38,7 gr + 29,8 gr = 68,5 gr
3. Berat kumulatif (c) = berat kumulatif b + berat c
= 68,5 gr + 17,5 gr = 86 gr
4. Berat kumulatif (d) = berat kumulatif c + berat d
= 86 gr + 8,5 gr = 94,5 gr
= 40,95 %
68,5
% berat komulatif(30) = = 94,5 100%
= 72,49 %
86
% berat komulatif(40) = = 94,5 100%
= 91 %
70
94,5
% berat komulatif(50) = = 94,5 100%
= 100 %
72,49
40,95
40
0,59 1,19 x
72,49
50
40,95
0,59 x 1,19
71
72,49 50 0,59 x
72,49 40,95 0,59 1.19
22,49 0,59 x
31,54 0.6
x 1,017 mm
91
90
72,49
0,42 x 0,59
91 90 0,42 x
91 72,49 0,42 0,59
1 0,42- x
18,51 0.17
x 0.428 mm
d 40 1,207
C = 2,82 mm
d 90 0,428
72
5.7. PEMBAHASAN
Dari perhitungan menggunakan persamaan di atas diperoleh nilai
koefisien keseragaman butir pasir berharga 2,82 dan menurut Schwartz
pemilahan tersebut termasuk dalam kategori seragam. Sieve analysis
digunakan dalam teknik reservoir untuk menentukan keseragaman butiran ,
yaitu antara butiran yang halus dan butiran yang kasar. Metode yang umum
untuk menanggulangi masalah kepasiran meliputi penggunaan slotted atau
screen liner, dan gravel packing. Metode penanggulangan ini memerlukan
pengetahuan tentang distribusi ukuran pasir agar dapat ditentukan pemilihan
ukuran screen dan gravel yang tepat.
80 91
70
60 72.49
50
40
30 40.95
20
10
0.1 1 10
opening diameter ( mm )
D40 = 1,207 mm
D50 = 1,017 mm
d90 = 0,428 mm
Kemudian, setelah didapat nilai opening diameter yang dimaksud, masukkan
d 40
nilai tersebut ke persamaan C untuk mencari besarnya koefisien
d 90
keseragaman butir pasir.
75
5.7. Kesimpulan
1. (gr) berat kumulatif core = 38,7 gr, 68,5 gr, 86 gr dan 94,5 gr
2. (%) berat kumulatif core = 40,95%, 72,49%, 91% dan 100%
3. Koefisien keseragaman batu pasri = 2,82
4. Mengikis peralatan pemboran dan penyumbatan pada peralatan yang
digunakan saat produksi
5. Untuk mengetahui ukuran butiran-butiran pada batuan
76
BAB VI
PENENTUAN KADAR LARUTAN SAMPEL FORMASI
DALAM LARUTAN ASAM
6.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menghitung berat solubility core
2. Untuk mengetahui berat solubility batu pasir
3. Untuk mengetahui berat solubility batu gamping
4. Untuk mengetahui antara batu pasir dan batu gamping yang meudah
larut dalam asam
5. Untuk mengetahui larutan asam yang digunakan sebagai pelarut batu
pasir dan batu gamping
industri terutama untuk meredam keaktifan asam HCL. Semua asam diatas
kecuali kombinasi HCL-HF yang dipakai untuk batuan pasir (sandstone)
hanya dipakai pada batuan karbonat (limestone/dolomite).
Jenis asam yang sering digunakan dalam acidizing antara lain:
1. Organic acid, HCH3COS dan HCO2H
2. Hydrochloric acid, HF
3. Hydrofluoric acid, HCL
Adapun syarat-syarat utama agar asam dapat digunakan dalam operasi
acidizing (pengasaman) ini adalah:
1. Tidak terlampau reaktif terhadap peralatan logam.
2. Segi keselamatan penanganannya harus dapat menunjukkan indikasi atau
jaminan keberhasilan proyek acidizing ini.
3. Harus dapat bereaksi melarutkan karbonat atau mineral endapan lainnya
sehingga membentuk soluble product atau hasil-hasil yang dapat larut.
Pada prinsipnya stimulasi dengan pengasaman dapat dibedakan
menjadi 2(dua) kelompok yaitu;
1. Pengasaman pada perlatan produksi yaitu; tubing dan flowline.
2. Pengasaman pada formasi produktif yaitu; perforasi dan lapisan.
Stimulasi merupakan suatu metode workover yang berhubungan
dengan adanya perubahan sifat formasi, dengan cara menambahkan unsur-
unsur tertentu atau material lain ke dalam reservoir atau formasi untuk
memperbaikinya. Prinsip penerapan metode ini adalah dengan memperbesar
harga ko atau dengan menurunkan harga o, sehingga harga PI-nya
meningkat dibanding sebelum metoda ini diterapkan.Sebelum dilakukan
stimulasi dengan pengasaman harus direncanakan dengan tepat data-data
laboratorium yang diperoleh dari sampel formasi, fluida reservoir dan fluida
stimulasi. Sehingga informasi yang diperoleh dari laboratorium tersebut
dapat digunakan engineer untuk merencanakan operasi stimulasi dengan
tepat, pada gilirannya dapat diperoleh penambahan produktivitas informasi
sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu informasi yang diperlukan adalah
daya larut asam terhadap sampel batuan (acidsolubility).Metode ini
78
Gambar 6.2.Oven
80
6.3.2. Bahan
1. Core (Batu Gamping dan Batu pasir)
2. HCI 15% atau mud acid (15%HCI + 3%HF)
3. Larutan indicator methyl orange (1 gram methyl orange)
dilarutkan dalam 1 liter aquades atau air suling.
81
11,5 gr 11,5 gr
x 100%
11,5 gr
= 0%
35,4 gr 32,3 gr
= x 100%
35,4 gr
= 8,76 %
83
6.7. Pembahasan
Berat batupasir sebelum pengasaman adalah 11,5 gr dan setelah
pengasaman berat batuan pasir tetap 11,5 gr, tidak mengalami penambahan
berat. Berat batu gamping berkurang dari 35,4 gr menjadi 32,3 gr. Ini berarti
bahwa residu hasil pemanasan suatu sampel dapat mempengaruhi besar
kecilnya persentase berat solubility yang dihasikan. Dari hasil perhitungan
data data yang telah diberikan, diketahui bahwa % berat solubility
batupasir bernilai 0%, sedangkan % berat solubility batu gamping bernilai
8,76%. Hal ini terjadi karena pada batupasir, ketika sebelum pengasaman
dan setelah pengasaman, berat sampel tidak berubah (tetap), sedangkan pada
batugamping, berat sampel sebelum dan setelah pengasaman mengalami
perubahan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi minyak pada
batuan resevoir carbonat adalah dengan cara pengasaman atau
memompakan asam (HCl) kedalam reservoir. Batuan karbonat merupakan
batuan reservoir yang sangat penting di dalam industri perminyakan.
84
6.8. Kesimpulan
1. Berat solubility core = 100%
2. Batu pasir = 0%
3. Batu gamping = 8,76%
4. Batu gamping, karena setelah diberi asam massa batu gamping
berkurang
5. Batu pasir = HCL dan batu gamping = mud acid
85
BAB VII
PENENTUAN TEKANAN KAPILER
PADA SAMPEL BATUAN RESERVOIR
7.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui perhitungan correct pressure
2. Untuk mengetahui perhitungan tekanan kapiler dalam batuan reservoir
3. Untuk mengetahui perhitungan actual volume of mercury
4. Untuk mengetahui perhitungan mercury saturation injection
5. Untuk mengeathui pengaruh tekanan kapiler terhadap batuan reservoir
Pc = Pw - Pnw
2. . cos
Pc .g .h
r
dimana :
Pc =tekanan kapiler
= tegangan permukaan antara dua fluida
cos = sudut kontak permukaan antara dua fluida
r = jari-jari lengkung pori-pori
=perbedaan densitas dua fluida
g = percepatan gravitasi
h = tinggi kolom
7.3.2. Bahan
1. Fresh Core
2. Gas
89
Karena dalam penggunaan alat ini memakai tekanan yang besar tentu akan
terjadi perubahan volume picnometer dan mercury. Untuk itu perlu
dilakukan Pressure-volume Correction yaitu :
1. Letakkan picnometer lid pada tempatnya, pump metering plunger
diputar penuh dengan memanipulasi handwheel.
92
2. Ubah panel valve ke vacuum juga small pressure gauge dibuka, system
dikosongkan sampai absolut pressure kurang dari 20 micro.
3. Mercury diinjeksikan sampai mencapai upper reference amrk, adjust
moveable scale dan handwheel scale dial pada pembacaan 0,00 cc
kemudian tuutp vacuum valve.
4. Putar bleed valve mercury turun 3 mm di bawah upper reference mark.
5. Putar pompa hingga mercury mencapai upper reference mark lagi dan
biarkan stabil selama 30 detik.
6. Baca dan catat tekanan pada small pressure gauge serta hubungan
volume scale dan dial handwheel (gunakan dial) yang miring kekiri
sebagai pengganti 0-5 cc. Graduated interval pada skala.
7. Ste d, e, f diulang untuk setiap kenaikkan pada sistem, kemudian catat
volume dan tekanan yang didapat. Jika tekanan telah mnecapai limit 1
atm, bukan Nitrogen valve.
8. Jika telah mencapai limit gunakan 0,150 atm gauge.
9. Jika test telah selesai tutup panel nitrogen valve, sistem tekanan
dikurangi dengan mengeluarkan gas sampai tekanan sistem mencapai 1
atm.
10. Data yang didapat kemudian diplot, maka akan terlihat bagaimana
terjadinya perubahan pressure-volume.
A B = Perubahan volume oleh tekanan (pada tekanan rendah)
C D = Perubahan volume pada tekanan tinggi
E = Inflection poin
93
telah mencapai limit pada 0-2 atm gauge, gauge diisolasi dari
sistem dan gunakan 0-150 atm gauge.
12. Step 11 diulangi sampai tekanan akhir didapat.
Catatan : fluktuasi thermometer 1 2 oC.
13. Jika test telah selesai, nitrogen valve ditutup. Tekanan sistem
dikurangi sampai mencapai tekanan atm dengan mengeluarkan
gas lewat bleed valve.
95
Actual
Indicator
Pressure Volume
Indicator Correct Volume Mercury
Volume of
No. Pressure Pressure of saturation
Correction Mercury
(atm) (atm) Mercury (%)
(cc) Injection
Injection
(cc)
0 0,0
1 0,15
4 0,25
9 0,35
15 0,40
25 0,45
35 0,48
40 0,49
50 0,50
60 0,51
100 0,54
110 0,56
120 0,59
125 0,62
128 0,64
130 0,67
131 0,69
132 0,71
133 0,74
134 0,77
135 0,80
97
136 0,83
137 0,87
139 0,99
140 1,0
98
7.5.2 Perhitungan
Perhitungan Kolom 3 :
Rumus: Indicator pressure + 0,05 atm
Perhitungan Kolom 4 :
Dengan cara Interpolasi mencari nilai pressure volume correction
(cc) :
No. 1
1
0,51
0
0,15 x 0
1 0,51 0,15 - x
10 0,15 0
0,49 0,15 - x
1 0,15
x = 0,0765 cc
100
No. 2
4
1,51
1
0,25 x 0,15
4 1,51 0,25 - x
41 0,25 0.15
2,49 0,25 - x
3 0,1
x =0,167 cc
No. 3
4
3,1
1
0,25 x 0,15
4 3,1 0,25 - x
41 0,25 0,15
0.9 0,25 - x
3 0,1
x = 0,22 cc
101
No. 4
9
4,51
4
0,35 x 0,25
9 4,51 0,35 - x
91 0,35 0.25
4,49 0,35 - x
5 0,1
x = 0,26 cc
No. 5
9
6,51
4
0,35 x 0,25
9 6,51 0,35 - x
94 0,35 0,25
2,49 0,35 - x
5 0,1
x = 0,3 cc
102
No. 6
9
8,1
4
0,35 x 0,25
9 8,1 0,35 - x
94 0,35 0,25
0,9 0,35 - x
5 0,1
x = 0,332 cc
No. 7
15
11,6
9
0,4 x 0,35
15 11,6 0,4 - x
15 9 0,4 0,35
3,2 0,4 - x
6 0,05
x = 0,372 cc
103
No. 8
25
16,8
9
0,45 x 0,35
25 16,8 0,45 - x
25 15 0,45 0,4
8,2 0,45 - x
10 0,05
x = 0,409 cc
No. 9
25
23,7
15
0,45 x 0,4
25 23,7 0,45 - x
25 15 0,45 0,4
1,3 0,45 - x
10 0,05
x = 0,4435 cc
104
No. 10
40
36,9
35
0,49 x 0,48
40 36,9 0,49 - x
40 35 0,40 0,48
3,1 0,49 - x
5 0,01
x = 0,484 cc
No. 11
60
58,3
50
0,51 x 0,5
60 58,3 0,51 - x
60 50 0,51 0,5
1,7 0,51 - x
10 0,01
x = 0,5083 cc
105
No. 12
100
75,2
60
0,54 x 0,51
No. 13
100
80,5
60
0,54 x 0,51
No. 14
100
85,6
60
0,54 x 0,51
No. 15
100
90,4
60
0,54 x 0,51
No. 16
100
95,7
60
0,54 x 0,51
No. 17
110
100,7
100
0,56 x 0,54
No. 18
110
105,8
100
0,56 x 0,54
No. 19
120
115,7
110
0,59 x 0,56
No. 20
125
120,6
120
0,62 x 0,59
Perhitungan Kolom 5 :
Rumus: Kolom3 Kolom 4
Perhitungan Kolom 6 :
Rumus :
Actual Volume Mercury of Injection
x 100%
Volume pori
Volume Pori = 30 cc
25,0275
1. x 100% = 83,425 %
30
22,533
2. x 100% = 75,11 %
30
15,18
3. x 100% = 50,6 %
30
15,14
4. x 100% = 50,46 %
30
13,4
5. x 100% = 44,67 %
30
10,333
6. x 100% = 34,44 %
30
9,328
7. x 100% = 31,09 %
30
8,591
8. x 100% = 28,63 %
30
8,2265
9. x 100% = 27,42 %
30
8,216
10. x 100% = 27,39 %
30
11. = 24,51 %
7,3517
x 100%
30
6,967
12. x 100% = 23,22 %
30
112
7,375
13. x 100% = 24,58 %
30
6,471
14. x 100% = 21,57 %
30
6,427
15. x 100% = 21,42 %
30
6,163
16. x 100% = 20,54 %
30
5,959
17. x 100% = 19,86 %
30
6,0484
18. x 100% = 20,16%
30
5,6229
19. x 100% = 18,74 %
30
5,806
20. x 100% = 19,35 %
30
113
7.7. Pembahasan
Pada percobaan ini membahas mengenai tekanan kapiler yang
diberikan kepada suatu formasi batuan reservoir. Tekanan kapiler
merupakan perbedaan tekanan yang ada antara permukaan dua fluida yang
tidak tercampur, sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang
memisahkan fluida tersebut. Tekanan kapiler dalam batuan berpori
tergantung pada ukuran pori-pori dan macam fluidanya. Besarnya tekanan
kapiler dipengaruhi oleh tegangan permukaan, sudut kontak antara minyak
airzat padat dan jari-jari kelengkungan pori. Tekanan kapiler dalam
reservoir digunakan sebagai mekanisme pendorong minyak dan gas untuk
bergerak atau melelui pori pori secara vertikal. Ada dua grafik yang akan
dibahas pada bab ini, yaitu:
100
80
60
Correct Pressure (atm)
40
20
0
0.000 50.000 100.000
Mercury Saturation (%)
Dari grafik dibawah dapat kita lihat bahwa besar tekanan berbanding
lurus dengan besar volume.Karena semakin besar harga tekanan maka
semakin besar pula harga volume.
90
70
50 Pressure (atm)
30
10
-10
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20
Volume (cc)
115
7.8. Kesimpulan
1. Indikator pressure + 0,05 atm (mercury hydrostatic head)
2 cos
2. Pc = =
BAB VIII
PEMBAHASAN UMUM
pada core. Semakin kecil P, maka akan semakin besar 1/ P yang akan
dihasilkan dalam perhitungan.
Pressure yang mempengaruhi permeabilitas terkadang rancu karna banyak
sumber yang mengutarakan pendapat yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa
pressure yang mempengaruhi adalah selisih antara tekanan di ujung reservoir
dengan tekanan di lubang perforasi. Ada juga yang mengatakan pressure disini
adalah over burden pressure ditambah dengan eart core pressure.
Dalam teknik reservoir sieve analysis digunakan untuk keseragaman
butiran, yaitu antara butiran yang halus dan butiran yang kasar. Di dalam
menentukan keseragaman butiran, digunakan ketentuan Schwartz yaitu :
C < 3 merupakan pemilahan yang sedang
C > 5 merupakan pemilahan yang jelek
3 < C < 5 merupakan pemilahan yang sedang.
Dari ketentuan Schwartz tersebut, kita dapat mengetahui seberapa baiknya
pemilahan yang terdapat pada formasi batuan reservoir tersebut. Dalam percobaan
kali ini, didapatkan koefisien keseragaman butir senilai 2,836, dan menurut
ketentuan Schwartz pemilahannya dikategorikan seragam. Sieve analysis
merupakan analisa inti batuan yang aplikasinya ke dunia perminyakan digunakan
sebagai parameter untuk menangulangi problem kepasiran.
Sedangkan hasil pemilahan tersebut digunakan untuk mengetahui ukuran
screen yang akan dipasang, yang berfungsi untuk menahan pasir tidak masuk ke
tubing karena jika pasir masuk ke tubing maka akan menyebabkan kerusakan pada
tool, juga pasir dapat menghambat laju produksi, serta pasir juga akan menjadi
residu dalam crude oil.
Analisa cutting lebih diperlukan dari analisa inti batuan dalam mengatasi
kepasiran, karena dari cutting atau serpihan bor dapat mengetahui metode
saringan yang digunakan Sieve Analysis.
Pengasaman dilakukan untuk menghilangkan residu. Residu hasil
pemanasan suatu sampel dapat mempengaruhi besar kecilnya persentase berat
solubility yang dihasilkan. Apabila residu hasil pemansan suatu sample samakin
besar, maka persentase solubility yang dihasilkan batuan akan semakin kecil.
118
Untuk menentukan seberapa besarnya kadar larut sampel formasi dalam larutan
asam diperlukan suatu informasi, yaitu daya larut asam terhadap sampel batuan.
Daya larut asam terhadap sampel batuan didapat dari data-data laboratorium, yaitu
sampel formasi, fluida reservoir dan fluida stimulasi.
Pengasaman selain untuk menghilangkan residu juga untuk memaximalisir
lubang perforasi. Tetapi pengasaman juga dapat mengakibatkan bencana. Bila
kadar asam yang digunakan terlalu tinggi maka asam akan bereaksi dengan
dinding-dinding batuan, sehingga ini akan mengakibatkan longsor dan formasi
akan rubuh.
Perbedaan tekanan yang ada antara permukaan dua fluida yang tidak
tercampur, sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan
fluida disbut Tekanan Kapiler. Correct pressure sangat mempengaruhi besar
kecilnya mercury saturation suatu batuan reservoir, karena apabila correct
pressure semakin besar maka mercury saturation pada batuan akan semakin kecil.
Semakin besar volume yang terdapat dalam batuan, maka akan semakin
besar pula pressure yang diberikan kepada batuan tersebut. Tekanan kapiler
biasanya digunakan pada prose produksi yaitu pada proses pengangkatan crude
oil.
Pada dasarnya Analisa Inti Batuan merupakan tahapan analisa secara
langsung sifat sifat fisik batuan pada suatu core yang mencerminkan formasi.
Akan tetapi, yang namanya analisa hanyalah suatu prediksi, untuk realitanya
apakah hasil analisa kita betul atau tidak bisa terlihat setelah kegiatan di lapangan
dilakukan.
119
BAB IX
KESIMPULAN UMUM
12. Semakin kecil nilai sieve analysis suatu core, maka semakin bagus pula
pemilahan yang dimiliki core tersebut, karena sesuai dengan ketentuan
Schwartz, core yang C < 3 memiliki pemilahan yang seragam.
13. Nilai Opening Diameter pada berat kumulatif yang diinginkan dengan
menggunakan metode interpolasi.
14. Masalah yang diakibatkan masalah kepasiran pasir meliputi scale, pengikisan
pada peralatan produksi.
15. Percobaan pada screen liner dan penentuan sampel formasi disini, guna
mengetahui atau memantau besarnya produksi fluida yang sudah menurun
karena telah memasuki formasi lepas (unconsolidated). Dari Sieve Analysis
kita dapat mengetahui distribusi pasir dari sample formasi untuk operasi
gravel packing dan pemasangan screen agar pasir tidak ikut terproduksi
seminimal mungkin. Dan pada formasi batuan karbonat dapat distimulasikan
asam guna mengoptimalkan kembali laju produksi tersebut .
16. Persentase berat solubility pada sampel batu karbonat lebih besar dibanding
dengan sampel batu pasir.
17. Pengasaman bertujuan untuk mengoptimalkan lubang Perforasi.
18. Larutan HCl tidak reaktif terhadap pasir, sehingga dapat digunakan larutan
asam lain yang dapat melarutkan pasir, ketika terjadi penyumbatan lubang
perforasi oleh endapan-endapan pasir.
19. Tekanan kapiler adalah beda tekanan antar non-wetting phase dengan wetting
phase jika dalam reservoir ada 2 atau lebih fluida yang tidak tercampur dalam
kondisi statis.
20. Semakin besar correct pressure yang ada pada sample batuan, maka mercury
saturation-nya akan semakin kecil.
121
DAFTAR PUSTAKA
Kristanto Dedy, M.Sc dan Haryadi, Ir.Diktat penilaian formasi, Ir. 1999
................ www.migasnet04sholeh779.blogspot.com
................ www.glossary.oilfield.slb.com
................ www.migasnet01_fatniasi710.blogspot.com
122
LAMPIRAN