Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Industri perbankan dan kebijakan bank sentral di berbagai belahan dunia mengacu
pada yang namanya Basel Accord yang menjadi patokan kesehatan dan kehati-hatian
bank. Karena pentingnya peran bank dalam melaksanakan fungsinya maka perlu diatur
secara baik dan benar. Hal ini bertujuan utnuk menjaga kepercayaan nasabah terhadap
aktivitas perbankan. Salah satu peraturan yang perlu dibuat untuk mengatur perbankan
adalah peraturan mengenai permodalan bank yang berfungsi sebagai penyangga terhadap
kemungkinan terjadinya kerugian.

Basel Accord merupakan sejumlah set regulasi perbankan yang dibuat oleh Basel
Committee on Bank Supervision (BCBS). Aturan yang saat ini terdiri dari Basel I, II dan III
ini memberi rekomendasi tentang peraturan perbankan terhadap risiko modal, risiko pasar
dan risiko operasional. Tujuan perjanjian ini adalah memastikan lembaga keuangan memiliki
modal yang cukup untuk memenuhi seluruh kewajiban dan menyerap kerugian yang timbul
secara tidak terduga. BCBS didirikan tahun 1974 sebagai forum internasional yang
bekerjasama dalam hal pengawasan perbankan. Mandat komite ini adalah untuk memperkuat
regulasi, pengawasan dan praktik bank di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan
stabilisasi keuangan. Sekretariat BCBS berada di Bank for International Settlements (BIS) di
Basel, Swiss. Sebagai organisasi keuangan internasional tertua di dunia yang berdiri pada 17
Mei 1930, BIS memiliki misi melayani para bank sentral yang menjadi anggota di dalamnya
untuk bisa menciptakan kestabilan finansial dan moneter. Juga, mendorong kerjasama
internasional di antara para anggota untuk mendukung misi yang ada. Komite Basel berisi
para pengawas perbankan profesional. Saat ini ketua komite Basel diduduki Stefan Ingves,
Gubernur Sveriges Riksbank dan William Coen sebagai Sekretaris Jenderal. Diawali dengan
keanggotaan G10, anggota komite ini berkembang sampai sekarang mencakup 28 yurisdiksi.

1
Saat ini anggota Basel terdiri dari Argentina, Australia, Belgia, Brazil, Kanada,
China, Uni Eropa, Jerman, Prancis, Hongkong, India, Italia, Jepang. Selain itu Korea,
Luksemburg, Meksiko, Belanda, Rusia, Arab Saudi, Singapura, Afrika Selatan, Spanyol,
Swedia, Turki, Inggris, AS, dan Indonesia.

2
PEMBAHASAN

Basel dapat digunakan sebagai pertimbangan serangkaian kebijakan bank sentral dari
seluruh dunia. Sebelum masuk ke pembahasan basel terlebih dahulu kita mengetahui arti
pentingnya modal untuk bank. Bank merupakan suatu penghubung uang dengan orang, yang
dapat diartikan bank sebagai penyalur uang nasabah dan uang tersebut dapat digunakan oleh
nasabah lain. Bank pun perannya sangat penting untuk masyarakat dalam menyimpan,
menyalurkan dana dan menginvestasikan dana masyarakat, untuk itu bank harus memiliki
reputasi yang tinggi dalam sisi modal untuk bank itu sendiri. Pentingnya peran bank dalam
melaksanakan fungsinya dengan baik dan benar maka harus diatur dengan baik dan benar.
Hal tersebut dilakukan agar kepercayaan nasabah terhadap aktivitas perbankan tidak
berkurang. Salah satu upaya yang dilakukan agar tetap mendapat kepercayaan dari
nasabahnya, maka harus diperhatikan dalam hal modal bank tersebut, agar tidak terjadi
kerugian di waktu yang akan datang. Pada tahun 1988,dikenal istilah the 1988 accord (basel
1) Komite Basel (BCBS) di Basel , Swiss. BCBS dapat digunakan sebagai persyaratan
minimum Bank dalam hal modal. Sistem ini dibuat sebagai penerapan kerangka pengukuran
risiko kredit dengan memberikan syarat 8% untuk standard modal minimum. Dan pada
tahun 1992 ditegakkan oleh hukum dalam Kelompok Sepuluh Group of Ten (G-10). Basel
I sekarang luas sehingga dipandang sebagai ketinggalan zaman. Dunia telah berubah sebagai
konglomerat keuangan (kaya dalam hal keuangan), inovasi keuangan dan manajemen risiko
yang telah dikembangkan, sehingga dikembangkan konsep permodalan baru untuk
menyempurnakan permodalan bank yang ada pada tahu tersebut yang lebih komprehensif,
yang dikenal sebagai Basel II. Sedangkan dalam proses pelaksanaan oleh beberapa negara
dan untuk yang terbaru dalam menanggapi krisis keuangan digambarkan sebagai Basel III.

Basel I

Istilah yang merujuk pada serangkaian kebijakan bank sentral dari seluruh
dunia yang diterbitkan oleh Komite Basel pada tahun 1988 di Basel, Swiss sebagai
suatu himpunan persyaratan minimum modal untuk bank. Hal ini juga dikenal

3
sebagai Basel Accord 1988 Rekomendasi ini dikukuhkan dalam bentuk aturan oleh
negara-negara Group of Ten (G10) pada tahun 1992. Basel I secara umum telah
ditinggalkan dan digantikan oleh himpunan pedoman yang lebih komprehensif, yang
disebut Basel II, yang sedang diterapkan oleh beberapa negara.
Basel I hanya terfokus pada antisipasi atas risiko kredit dari kegagalan bisnis
yang dilakukan oleh bank sementara perkembangan dalam sistem keuangan dan
perbankan menunjukkan bahwa banyak Sejak tahun 1988, kerangka kerja ini telah
diperkenalkan secara progresif di negara-negara anggota G-10, saat ini terdiri dari 13
negara, Kerajaan dan Amerika Serikat. Risiko kecukupan modal (risiko yang akan
ditanggung lembaga keuangan terhadap kerugian yang tak terduga) dikategorikan
pada aset yang dibagi dalam lima kategori risiko, yaitu 0%, 10%, 20%, 50% dan
100%. Pada Basel I bank-bank yang beroperasi secara internasional wajib
memenuhi kebutuhan Rasio Modal Minimal Bank atau dikenal CAR sebesar 8%.
Kategori risiko 0% terdiri dari kas, bank sentral dan utang pemerintah, dan
setiap organisasi untuk kerjasama ekonomi dan pembangunan atau Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD). Utang sektor publik ditempatkan
di kategori 0%, 10%, 20% atau 50% kategori, tergantung dari pada debitur. Utang
bank untuk pembangunan, OECD utang perusahaan sekuritas, utang bank non-OECD
yang jatuh tempo di bawah satu tahun, utang sektor publik non OECD dan cash
masuk dalam kategori 20%. Kategori 50% adalah kredit perumahan, dan kategori
100% diwakili oleh utang swasta, utang bank non-OECD (jatuh tempo lebih dari satu
tahun), real estate, pabrik dan peralatan, dan instrumen modal ditempatkan di bank
lain.

Bank harus menjaga modal paling tidak sedikitnya 8% dari aktiva tertimbang
menurut risikonya. Misalnya, jika bank memiliki aset tertimbang menurut risiko
sebesar US$ 100 juta, maka diperlukan kecukupan modal minimal US$ 8 juta. Rasio
kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) diperoleh dengan
menggunakan rumus: (Modal : aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) x 100%.
Modal terdiri dari Modal Inti (Tier 1) dan Modal Pelengkap (Tier 2), di mana
besarnya Modal Pelengkap yang diperhitungkan maksimal 100% dari besarnya

4
Modal Inti. Jika dimasukan risiko pasar dan risiko operasional, maka kedua risiko ini
akan menambah ATMR. Peraturan dari BCBS tidak memiliki kekuatan hukum.
Anggota komite bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya di negara mereka
masing-masing. Peraturan rasio modal minimum terhadap aset berisiko sebesar 8%
untuk dilaksanakan pada akhir 1992. Pada September 1993, BCBS menyatakan bank
di negara-negara anggota dengan cakupan bisnis internasional, telah memenuhi syarat
minimum tersebut.

Basel II

Perkembangan yang lebih komprehesif dalam hukum dan ketentuan


perbankannya yaitu penyempurnaan dari Basel I, yang diterbitkan oleh Komite Basel.
Basel II ini diterbitkan pada bulan juni 2004 yang bertujuan untuk menciptakan
sebuah standard internasional untuk mengontrol beberapa kebutuhan modal bank
bank dalam menyisihkan modal tersebut untuk menjaga jeis keuangan dan risiko
yang akan dialami dalam pengoperasian modal bank. Pendukung Basel II percaya
bahwa standar internasional seperti ini dapat membantu melindungi sistem keuangan
internasional terhadap masalah yang mungkin timbul sewaktu waktu runtuhnya
bank-bank utama atau serangkaian bank. Dalam Basel II ini lebih fokus untuk
menjaga konsistensi peraturan yang cukup sehingga hal ini tidak menjadi sumber
ketidaksetaraan antara bank bank internasional dari jenis masalah yang mungkin
akan timbul dikemudian hari dan berupaya dengan menyiapkan persyaratan
manajemen risiko dan modal yang ketat yang dirancang untuk meyakinkan bahwa
suatu bank memiliki cadangan modal yang cukup untuk risiko yang dihadapinya
karena praktik pemberian kredit dan investasi yang dilakukannya. Secara umum,
aturan-aturan ini menegaskan bahwa semakin besar risiko yang dihadapi bank,
semakin besar pula jumlah modal yang dibutuhkan bank untuk menjaga likuiditas
dan solvabilitas bank tersebut serta stabilitas ekonomi.

Secara politis, sulit untuk menerapkan peraturan Basel II dilingkungan


peraturan sebelum 2008 dan menimbulkan kemajuan yang lambat sampai krisis
perbankan yang terjadi yang disebabkan sebagian besar oleh credit swap, hipotek

5
keamanan yang berbasis pasar dan derivatif. Basel II mengusung konsep tiga pilar
yaitu persyaratan modal minimum, tinjauan pengawasan, serta pengungkapan
informasi. Pada Basel I sebelumnya hanya memperhatikan sebagian dari masing-
masing pilar ini. Basel I hanya memperhitungkan risiko kredit secara sederhana,
mempertimbangkan sedikit risiko pasar, serta sama sekali tidak menangani risiko
operasional.

1. Pilar pertama berkaitan dengan pemeliharaan persyaratan modal (regulatory


capital) yang diperhitungkan untuk tiga komponen utama risiko yang dihadapi
bank: risiko kredit, risiko pasar, serta risiko operasional. Jenis risiko lain tidak
dianggap layak diperhitungkan pada tahap ini. Risiko kredit dapat dihitung
dengan tiga cara yang berbeda berdasarkan tingkat kerumitannya, yaitu
pendekatan standar (standardized approach), Foundation IRB (internal rating-
based), dan Advanced IRB. Risiko operasional dihitung dengan tiga
pendekatan yaitu pendekatan dasar (basic indicator approach, BIA),
pendekatan standar (standardized approach, STA), serta advanced
measurement approach (AMA). Sedangkan pendekatan yang biasanya dipilih
untuk perhitungan risiko pasar adalah pendekatan VaR (value at risk).

2. Pilar kedua menangani tanggapan pengawasan terhadap pilar pertama yang


memberikan tindak lanjut bagi pengawas. Pilar ini juga memberikan suatu
kerangka kerja untuk menangani semua risiko lain yang mungkin dihadapi
bank. Seperti risiko sistemik, risiko pensiun, risiko konsentrasi, risiko
strategik, risiko reputasi, risiko likuiditas, serta risiko hukum, yang
digabungkan menjadi risiko residu.

3. Pilar ketiga memperbesar pengungkapan yang harus dilakukan bank. Hal ini
dirancang untuk memberikan gambaran yang lebih baik bagi pasar mengenai
posisi risiko menyeluruh bank dan untuk memberikan kesempatan bagi pihak
terkait dari bank untuk memberikan harga dan menangani risiko tersebut
dengan sepantasnya.

6
Jadi Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem
keuangan dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko,
supervisory review process, dan market discipline. Framework Basel II disusun
berdasarkan forward-looking approach yang memungkinkan untuk dilakukan
penyempurnaan dan penyesuaian dari waktu ke waktu. Hal ini untuk memastikan
bahwa framework Basel II dapat mengikuti perubahan yang terjadi di pasar maupun
perkembangan-perkembangan dalam manajemen risiko.

Basel III

Keruntuhan Lehman Brothers pada tahun 2008 yang diikuti krisis finansial
dunia menjadi alarm bagi lembaga keuangan dunia. Ambruknya Lehman Brothers
menunjukkan manajemen risiko dan aturan pemerintah yang lemah, struktur insentif
yang tidak layak dan pengaruh industri perbankan yang berlebihan. Lantaran itu
BCBS memutuskan untuk memperbarui dan memperkuat peraturan Basel Accords.
Pada Juli 2010, telah tercapai kesepakatan mengenai desain keseluruhan paket
reformasi modal dan likuiditas yang dikenal dengan Basel III. Kerangka peraturan ini
merupakan kelanjutan dari tiga pilar di Basel II dengan persyaratan dan perlindungan
tambahan, termasuk mewajibkan bank memiliki minimum ekuitas umum dan rasio
likuiditas minimum. Basel III juga memberi persyaratan tambahan pada lembaga
keuangan yang memiliki pengaruh sistemik pada industri perbankan dunia. Namun
secara umum, peraturan kecukupan modal tetap di level 8%.

Penerapan Basel III telah dimulai secara bertahap sejak Januari 2013, dan
diharapkan akan diterapkan secara penuh pada 1 Januari 2019. Josua Pardede,
Ekonom Bank Permata, mengatakan, pada Basel III perbankan diwajibkan
meningkatkan permodalan yang memasukkan perhitungan countercyclical capital
buffer dan surcharge yang akan membuat kondisi permodalan perbankan semakin
kuat dan pada akhirnya berdampak positif pada stabilitas sistem keuangan. Melihat
data terakhir, CAR industri perbankan saat ini berada di level 22,2% menunjukkan
bahwa perbankan Indonesia cukup kuat dalam mengabsorpsi kerugian. Di samping

7
itu implementasi basel III nantinya diharapkan dapat mengatasi prosiklikalitas
pertumbuhan kredit serta meningkatkan ketahanan perbankan melalui peningkatan
permodalan. Yang akhirnya diharapkan dapat mengurangi pertumbuhan kredit yang
berlebihan sebagai salah satu sumber dari risiko sistemik. Prosiklikalitas perbankan
adalah perilaku penyaluran kredit perbankan yang berlebihan sehingga mendorong
pertumbuhan ekonomi lebih cepat ketika dalam kondisi ekspansi dan mempercepat
penurunan kegiatan ekonomi ketika dalam kondisi kontraksi. Namun, dampak
lainnya adalah penerapan basel III juga dapat menekan pertumbuhan kredit
perbankan secara keseluruhan. Kebijakan ini memang cukup tepat menjadi kebijakan
makroprudensial untuk membantu mengatasi kemungkinan timbulnya risiko sistemik
yang bersumber dari pertumbuhan kredit yang berlebihan pada saat siklus ekonomi
sedang berekspansi. Namun, di tengah kondisi ekonomi sedang mengalami
perlambatan seperti sekarang ini di Indonesia, pertumbuhan kredit yang berpotensi
melambat seiring implementasi Basel III, pada akhirnya sistem perbankan tidak akan
optimal mendorong pertumbuhan ekonomi melalui channel kredit.

8
KESIMPULAN

Basel Accord merupakan sejumlah set regulasi perbankan yang dibuat oleh Basel
Committee on Bank Supervision (BCBS). Aturan yang saat ini terdiri dari Basel I, II dan III
ini memberi rekomendasi tentang peraturan perbankan terhadap risiko modal, risiko pasar
dan risiko operasional. Tujuan perjanjian ini adalah memastikan lembaga keuangan memiliki
modal yang cukup untuk memenuhi seluruh kewajiban dan menyerap kerugian yang timbul
secara tidak terduga. BCBS didirikan tahun 1974 sebagai forum internasional yang
bekerjasama dalam hal pengawasan perbankan.
Basel II lebih baik dari Basel I karena Basel II lebih risk sensitive dalam hal
perhitungan modal bank dan risiko debitur berdasarkan kualitas dari debitur. Risiko yang
dicover oleh Basel II lebih banyak daripada Basel I dengan tambahan risiko operasiona l
serta memberikan ruang bagi risiko-risiko lainnya dalam perhitungan modal. Dan pada Juli
2010, telah tercapai kesepakatan mengenai desain keseluruhan paket reformasi modal dan
likuiditas yang dikenal dengan Basel III. Kerangka peraturan ini merupakan kelanjutan dari
tiga pilar di Basel II dengan persyaratan dan perlindungan tambahan, termasuk mewajibkan
bank memiliki minimum ekuitas umum dan rasio likuiditas minimum.
Anggota Basel terdiri dari Argentina, Australia, Belgia, Brazil, Kanada, China, Uni
Eropa, Jerman, Prancis, Hongkong, India, Italia, Jepang. Selain itu Korea, Luksemburg,
Meksiko, Belanda, Rusia, Arab Saudi, Singapura, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Turki,
Inggris, AS, dan Indonesia.

9
REFERENSI

ipsus.kontan.co.id/v2/perbankan/read/319/memagari-bank-dengan-basel-accord

https://evaoktaviagunawan.wordpress.com/sekilas-mengenal-istilah-basel/

http://lipsus.kontan.co.id/v2/perbankan/read/319/memagari-bank-dengan-basel-accord

10

Anda mungkin juga menyukai