Anda di halaman 1dari 4

Research in the areas of organizational climate and work performance was used to develop a

framework for measuring perceptions of safety at work. The framework distinguished


perceptions of the work environment from perceptions of performance related to safety. Two
studies supported application of the framework to employee perceptions of safety in the
workplace. Safety compliance and safety participation were distinguished as separate
components of safetyrelated performance. Perceptions of knowledge about safety and
motivation to perform safely influenced individual reports of safety performance and also
mediated the link between safety climate and safety performance. Specific dimensions of safety
climate were identified and constituted a higher order safety climate factor. The results support
conceptualizing safety climate as an antecedent to safety performance in organizations.
Penelitian di bidang kinerja iklim dan kerja organisasi digunakan untuk mengembangkan
kerangka kerja untuk mengukur persepsi keselamatan di tempat kerja. Kerangka persepsi
dibedakan dari lingkungan kerja dari persepsi kinerja yang berkaitan dengan keselamatan.
Dua penelitian didukung penerapan kerangka persepsi karyawan keselamatan di tempat kerja.
Kepatuhan keselamatan dan partisipasi keselamatan dibedakan sebagai komponen terpisah
dari kinerja keselamatan terkait. Persepsi pengetahuan tentang keselamatan dan motivasi
untuk perform aman dipengaruhi laporan individu kinerja keselamatan dan juga dimediasi
hubungan antara iklim keselamatan dan kinerja keselamatan. Dimensi tertentu dari iklim
keselamatan diidentifikasi dan merupakan suatu yang lebih tinggi faktor iklim keamanan
ketertiban. Hasil mendukung konseptualisasi iklim keselamatan sebagai anteseden untuk
kinerja keselamatan dalam organisasi.
Penelitian mengenai iklim organisasi dan kinerja digunakan untuk mengembangkan kerangka
kerja dalam rangka mengukur persepsi keselamatan di tempat kerja. Kerangka persepsi
dibedakan menjadi persepsi mengenai lingkungan kerja dan persepsi kinerja yang berkaitan
dengan keselamatan. Kepatuhan keselamatan dan partisipasi keselamatan dibedakan sebagai
komponen terpisah dari kinerja keselamatan. Pengetahuan tentang keselamatan dan motivasi
untuk kinerja keselamatan dipengauhi oleh pelaporan diri mengenai kinerja keselamatan dan
dimediasi hubungan antara iklim keselamatan dan kinerja keselamatan.
Perceptions of safety climate should be distinguished from perceptions of individual
knowledge, motivation, and behavior that influence safety in the workplace. Work behaviors
relevant to safety can be conceptualized in the same way as other work behaviors that constitute
work performance. In this way, models of performance can be applied to safety performance
in the workplace. The model of performance used in the present study makes a distinction
among the components of performance, the determinants of performance, and the antecedents
of performance (Campbell, Gasser, & Oswald, 1996).
Persepsi iklim keselamatan harus dibedakan dari persepsi pengetahuan individu, motivasi, dan
perilaku yang mempengaruhi keselamatan di tempat kerja. Perilaku kerja yang relevan dengan
keselamatan dapat dikonseptualisasikan dalam cara yang sama seperti perilaku kerja lain yang
merupakan prestasi kerja. Dengan cara ini, model kinerja dapat diterapkan untuk kinerja keselamatan
di tempat kerja. Model kinerja yang digunakan dalam penelitian ini membuat perbedaan antara
komponen-komponen kinerja, faktor-faktor penentu kinerja, dan anteseden kinerja (Campbell,
Gasser, & Oswald, 1996).

Persepsi mengenai iklim keselamatan dibedakan menjadi pengetahuan individu, motivasi, dan
perilaku yang dapat mempengearuhi keselamatan ditempat kerja. Perilaku pekerja yang
berkaitan dengan keselamatan kerja dapat dipahami dalam cara yang sama seperti kinerja
keselamatan. Model kinerja yang digunakan dalam penelitian ini membuat perbedaan antara
komponen kinerja, faktor penentu kinerja, dan anteseden kinerja (Campbell, Gasser, dan
Oswald, 1996).

The determinants of performance represent the proximal causes of variability in performance.


These are the factors that are directly responsible for individual differences in task and
contextual performance. Campbell et al. (1993) argued that there are only three determinants
of individual performance: knowledge, skill, and motivation. Safety performance, therefore,
must be determined by knowledge and skills necessary for particular behaviors and by
the motivation of individuals to perform the behaviors.
Faktor-faktor penentu kinerja merupakan penyebab proksimal variabilitas dalam kinerja. Ini
adalah faktor yang secara langsung bertanggung jawab untuk perbedaan individu dalam tugas
dan kinerja kontekstual. Campbell et al. (1993) mengemukakan bahwa hanya ada tiga faktor
penentu kinerja individu: pengetahuan, keterampilan, dan motivasi. Kinerja keselamatan,
oleh karena itu, harus ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
perilaku tertentu dan dengan motivasi individu untuk melakukan perilaku.
Determinan kinerja merupakan penyebab langsung dalam kinerja. Ini adalah faktor yang secara
langsung bertanggung jawab untuk perbedaan individu dalam tugas dan kinerja. Campbell
(1993) mengemukakan bahwa hanya ada tiga faktor penentu kinerja individu: pengetahuan,
ketrampilan, dan motibasi. Kinerja keselamatan harus ditentukan oleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk perilaku tertentu dan dengan motivasi individu untuk
melakukan perilaku.
The antecedents of performance represent the distal causes of variabilityin performance. These
factors influence performance through their effects on knowledge, skill, and motivation. For
work performance in general, antecedents have been identified at both the individual and the
organizational level. At the individual level, research suggests that factors such as ability and
experience are important antecedents of task performance, whereas personality constructs, such
as conscientiousness, are important antecedents of contextual performance (McHenry, Hough,
Toquam, Hanson, & Ashworth, 1990; Motowidlo & Van Scotter, 1994; Wise, McHenry, &
Campbell, 1990).
Anteseden kinerja merupakan penyebab distal variabilitas dalam kinerja. Faktor-faktor ini
mempengaruhi kinerja melalui efek mereka pada pengetahuan, keterampilan, dan motivasi. Untuk
kinerja secara umum, anteseden telah diidentifikasi di kedua individu dan tingkat organisasi. Pada
tingkat individu, penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti kemampuan dan pengalaman
yang anteseden penting dari kinerja tugas, sedangkan kepribadian konstruksi, seperti kesadaran,
adalah anteseden penting dari kinerja kontekstual (McHenry, Hough, Toquam, Hanson, & Ashworth,
1990; Motowidlo & Van Scotter, 1994; Wise, McHenry, & Campbell, 1990).

Anteseden kinerja merupakan penyebab tidak langsung kinerja. Faktor ini mempengaruhi
kinerja melalui pengetahuan, ketrampilan, dan motivasi. Untuk kinerja secara umum,
anteseden diidentifikasi pada individu dan tingkat organisasi. Pada tingkat individu, penelitian
menunjukkan bahwa faktor- faktor seperti kemampuan dan pengalaman adalah anteseden
penting.
This process is thought to influence motivation and, subsequently, performance. Supporting
this proposition, S. P. Brown and Leigh (1996) found that motivation mediated the link
between organizationalclimate and task performance for sales people. It has also been proposed
that the relationship between climate and performance can be mediated by knowledge.
Organizational climate can influence knowledge by increasing participation in
activities such as training (Morrison, Upton, & Cordery, 1997). These findings suggest that
safety climate should be classified as an antecedent of safety performance and that the
relationship between safety climate and safety performance may be mediated by
determinants of safety performance, such as safety motivation and safety knowledge.
Proses ini diduga mempengaruhi motivasi dan, kemudian, kinerja. Mendukung proposisi ini, SP Brown
dan Leigh (1996) menemukan bahwa motivasi dimediasi hubungan antara iklim organisasi dan kinerja
tugas untuk penjualan orang. Hal ini juga telah diusulkan bahwa hubungan antara iklim dan kinerja
dapat dimediasi oleh pengetahuan. Iklim organisasi dapat mempengaruhi pengetahuan dengan
meningkatkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan seperti pelatihan (Morrison, Upton, & Cordery,
1997). Temuan ini menunjukkan bahwa iklim keselamatan harus diklasifikasikan sebagai anteseden
kinerja keselamatan dan bahwa hubungan antara iklim keselamatan dan kinerja keselamatan dapat
dimediasi oleh faktor-faktor penentu kinerja keselamatan, seperti motivasi keselamatan dan
pengetahuan keselamatan.

This process is thought to influence motivation and, subsequently, performance. Supporting


this proposition, S. P. Brown and Leigh (1996) found that motivation mediated the link between
organizationalclimate and task performance for sales people. It has also been proposed that the
relationship between climate and performance can be mediated by knowledge. Organizational
climate can influence knowledge by increasing participation in activities such as training
(Morrison, Upton, & Cordery, 1997). These findings suggest that safety climate should be
classified as an antecedent of safety performance and that the relationship between safety
climate and safety performance may be mediated by determinants of safety performance, such
as safety motivation and safety knowledge.
Proses ini diduga mempengaruhi motivasi dan, selanjutnya, kinerja. Mendukung proposisi ini, SP
Brown dan Leigh (1996) menemukan bahwa motivasi dimediasi hubungan antara iklim organisasi dan
kinerja tugas untuk penjualan orang. Hal ini juga telah diusulkan bahwa hubungan antara iklim dan
kinerja dapat dimediasi oleh pengetahuan. Iklim organisasi dapat mempengaruhi pengetahuan
dengan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan seperti pelatihan (Morrison, Upton, &
Cordery, 1997). Temuan ini menunjukkan bahwa iklim keselamatan harus diklasifikasikan sebagai
anteseden kinerja keselamatan dan bahwa hubungan antara iklim keselamatan dan kinerja
keselamatan dapat dimediasi oleh faktor-faktor penentu kinerja keselamatan, seperti motivasi
keselamatan dan pengetahuan keselamatan.

Figure 1 provides a schematic representation of the proposed link between safety climate and
safety performance based on previous research within the work performance literature. The
model shows that safety climate is a higher order factor comprised of more specific first-order
factors and that the influence of safety climate on safety performance is mediated by
knowledge, skill, and motivation.
Gambar 1 memberikan gambaran skematik dari link yang diusulkan antara iklim keselamatan dan
kinerja keselamatan berdasarkan penelitian sebelumnya dalam literatur kinerja. Model ini
menunjukkan bahwa iklim keselamatan merupakan faktor yang lebih tinggi terdiri dari faktor orde
pertama lebih spesifik dan bahwa pengaruh iklim keselamatan terhadap kinerja keselamatan
dimediasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan motivasi.

Anda mungkin juga menyukai