Anda di halaman 1dari 16

BEHAVIOUR MODIFICATION THEORY

The core element of behaviour modification is the ABC model of behaviour, Antecedents (A)
Behaviour (B) and Consequences (C). The ABC model specifies that behaviour is triggered by
a set of antecedents (something which precedes a behaviour and is causally linked to the
behaviour) and followed by consequences (outcome of the behaviour for the individual) that
increase or decrease the likelihood that the behaviour will be repeated. The antecedents are
necessary but not sufficient for the behaviour to occur. The consequences explain why people
adopt a particular behaviour.
Unsur inti dari modifikasi perilaku adalah model ABC perilaku, Anteseden (A) Perilaku (B)
dan Konsekuensi (C). ABC Model menetapkan bahwa perilaku dipicu oleh satu set anteseden
(sesuatu yang mendahului perilaku dan kausal terkait dengan perilaku) dan diikuti oleh
konsekuensi (hasil perilaku bagi individu) yang meningkatkan atau menurunkan kemungkinan
bahwa perilaku akan diulangi. Anteseden yang diperlukan tetapi tidak cukup untuk perilaku
terjadi. Konsekuensi menjelaskan mengapa orang mengadopsi perilaku tertentu.
Unsur inti dari modifikasi perilaku dalam model perilaku ABC adalah, Anteseden (A), Perilaku
(B) dan Konsekuensi (C). Model ABC menetapkan bahwa perilaku dipicu oleh satu rangkaian
anteseden (sesuatu yang mendahului perilaku dan penyebab yang berkaitan dengan perilaku
dan diikuti oleh konsekuensi (hasil perilaku bagi individu) yang meningkatkan atau
menurunkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut dapat berulang. Analisis ABC membantu
dalam mengidentifikasi cara untuk mengubah perilaku dengan memastikan keberadaan
anteseden yang tepat dan konsekuensi yang mendukung perilaku yang diharapkan (Fleming,
2002).

Konsekuensi
Anteseden Behavior (Consequences)
(Antecedent) Hasil dari perilaku
Kejadian penyebab Hal hal yang diamati individu yang
(pemicu) terjadinya bahwa seseorang mempengaruhi
perilaku tersebut bertindak atau kemungkinan bahwa
tidak bertindak perilaku tersebut dapat
berulang.
Model Perilaku ABC
Antecedents Behaviour Consequences
Causal event (trigger) preceding the behaviour
Acara kausal (pemicu) sebelumnya perilaku
Kejadian penyebab (pemicu) terjadinya perilaku (sebelum)
Observable thing that someone does or doesnt do
Hal diamati bahwa seseorang melakukan atau tidak melakukan
Hal hal yang diamati bahwa seseorang tersebut bertindak atau tidak bertindak
Outcome of the behaviour for the individual that influences the likelihood that the behaviour
will be repeated
Hasil dari perilaku bagi individu yang mempengaruhi kemungkinan bahwa perilaku akan
diulang
Hasil dari perilaku individu yang mempengaruhi kemungkinan bahwa perilaku tersebut dapat
berulang.
2.1 ANTECEDENTS TRIGGER BEHAVIOUR
Antecedents come before the behaviour, and help to trigger the behaviour. Examples of
antecedents include rules and procedures, suitable tools and equipment, information, signs,
skills and knowledge, training and knowledge of other people's expectations etc.
Anteseden datang sebelum perilaku, dan membantu untuk memicu perilaku. Contoh anteseden
termasuk aturan dan prosedur, alat yang sesuai dan peralatan, informasi, tanda-tanda,
keterampilan dan pengetahuan, pelatihan dan pengetahuan tentang harapan orang lain dll.
Anteseden merupakan kondisi yang hadir sebelum perilaku dan dapat memicu perilaku.
Termasuk di dalam anteseden adalah aturan dan prosedur, tersedianya APD, informasi,
keterampilan, pelatihan.
Whilst antecedents are necessary to help trigger behaviour, their presence does not guarantee
a behaviour will occur. For example, the existence of safety rules and procedures does not
ensure safe behaviour will occur. However, in the example in Table 1, providing antecedents
such as knowledge about the long-term effects of noise exposure on hearing, and signs
indicating where ear defenders should be worn are important in helping to trigger the desired,
safe behaviour. Antecedents are necessary for a behaviour to occur, but are not sufficient to
ensure the behaviour is maintained over time. To maintain a behaviour over time also requires
significant individual consequences.
Sementara anteseden yang diperlukan untuk membantu perilaku pemicu, kehadiran mereka
tidak menjamin perilaku akan terjadi. Sebagai contoh, keberadaan peraturan dan prosedur
keselamatan tidak menjamin perilaku yang aman akan terjadi. Namun, dalam contoh pada
Tabel 1, memberikan anteseden seperti pengetahuan tentang efek jangka panjang dari paparan
kebisingan pada pendengaran, dan tanda-tanda yang menunjukkan di mana pembela telinga
harus dipakai adalah penting dalam membantu untuk memicu diinginkan, perilaku aman.
Anteseden yang diperlukan untuk perilaku terjadi, tetapi tidak cukup untuk memastikan
perilaku dipertahankan dari waktu ke waktu. Untuk mempertahankan perilaku dari waktu ke
waktu juga memerlukan konsekuensi individu yang signifikan.
Sementara anteseden diperlukan untuk memicu terjadinya perilaku, namun adanya anteseden
tidak menjamin perilaku tersebut akan terjadi. Sebagai contoh, keberadaan peraturan dan
prosedur keselamatan tidak menjamin perilaku aman akan terjadi. Anteseden diperlukan untuk
terjadinya suatu perilaku, tetapi tidak dapat memastikan perilaku dapat bertahan dari waktu ke
waktu.

HOW CONSEQUENCES DRIVE BEHAVIOUR


Consequences are defined as the outcome of the behaviour for the individual that influences
the likelihood that the behaviour will be repeated. Therefore, the frequency of a behaviour can
be increased or decreased by altering the consequences following that behaviour. There are
three main types of consequences that influence behaviour. These are:
Konsekuensi didefinisikan sebagai hasil dari perilaku bagi individu yang mempengaruhi
kemungkinan bahwa perilaku akan diulang. Oleh karena itu, frekuensi perilaku dapat ditambah
atau dikurangi dengan mengubah konsekuensi berikut perilaku itu. Ada tiga jenis utama dari
konsekuensi yang mempengaruhi perilaku. Ini adalah:
Konsekuensi didefinisikan sebagai hasil dari perilaku yang berpengaruh terhadap individu dan
kemungkunan perilaku tersebut dapat berulang. Sehingga, frekuensi perilaku dapat ditambah
atau dikurangi dengan mengubah konsekuensi termasuk perilaku. Ada tiga jenis utama dari
konsekuensi yang dapat mempengaruhi perilaku, yaitu penguatan positif, penguatan negatif
dan pemberian hukuman (punishment).
Positive reinforcement, penguatan positif
Negative reinforcement, penguatan negatif
Punishment, hukuman
Positive and negative reinforcement, increase the likelihood that a behaviour will be repeated,
while punishment reduces the likelihood.
Positif dan negatif penguatan, meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku akan diulang,
sementara hukuman mengurangi kemungkinan.
Penguatan positif dan negatif dapat meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku dapat diulang,
sementara pemberian dapat mengurangi kemungkinan perubahan perilaku.
Terdapat 2 tipe konsekuensi
Konsekuensi yang dapat meningkatkan perilaku
Penguatan positif Penguatan negatif
Menerima sesuatu yang diinginkan Menghindari sesuatu yang tidak diinginkan
Konsekuensi yang dapat mengurangi perilaku
Hukuman Hukuman
Menerima sesuatu yang diinginkan Kehilangan sesuatu yang ada atau diinginkan

The above consequences can be used separately or together to change behaviour. For example,
the frequency of managers conducting site tours could be increased by:
Konsekuensi atas dapat digunakan secara terpisah atau bersama-sama untuk mengubah
perilaku. Sebagai contoh, frekuensi manajer melakukan tur situs dapat ditingkatkan dengan:
Konsekuensi tersebut dapat digunakan secara terpisah atau bersama sama untuk mengubah
perilaku. Sebagai contoh, frekuensi manajer untuk melakukan pengawasan di tempat kerja,
dapat ditingkatkan dengan:
- Penguatan positif: atasan memberikan pujian kepada manajer setelah melakukan
pengawasan,
- Penguatan negatif: menghindari penolakan rekan kerja untuk tidak melakukan
pengawasan
- Hukuman: bonus untuk manajer berkurang apabila pengawasan tidak dilakukan.
Positive reinforcement: superiors praising manager after they conduct tours
Negative reinforcement: avoid disapproval from peers for not conducting tours
Punishment: managers bonus is reduced if tours are not conducted.
Contoh perbedaan tipe dari konsekuensi
Penguatan positif Penguatan negatif Hukuman
Umpan balik positif Menghindari Mengahpus benefit
mengenai prestasi ketidaksetujuan dari rekan
kerja
Positive feedback about achievement :
Avoidance of peer disapproval
Removal of benefits

Although both positive and negative reinforcement increase the frequency of a behaviour, they
do not produce the same results. Negative reinforcement produces just enough of a behaviour
to avoid something unpleasant. Positive reinforcement produces more behaviour than required,
in other words it taps into an employees discretionary effort3. Discretionary effort involves
doing more than the minimum required, and maximising performance because a person "wants
to", rather than "has to".
Meskipun kedua penguatan positif dan negatif meningkatkan frekuensi perilaku, mereka tidak
menghasilkan hasil yang sama. Penguatan negatif menghasilkan cukup perilaku untuk
menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan. Penguatan positif menghasilkan lebih perilaku
dari yang dibutuhkan, dengan kata lain menyentuh karyawan diskresioner effort3. Upaya
Discretionary melibatkan melakukan lebih dari minimum yang diperlukan, dan
memaksimalkan kinerja karena seseorang "ingin", bukan "harus".
Meskipun kedua penguatan baik positif maupun negatif dapat meningkatkan frekuensi
perilaku, namun keduanya tidak menghasilkan hasil yang sama. Penguatan negatif
menghasilkan perilaku untuk menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan, sedangkan
penguatan positif menghasilkan lebih perilaku yang dibutuhkan.
Reinforcement and punishment are defined by their effect, so if a consequence does not reduce
the frequency of a behaviour it is not punishment and similarly if it does not increase the
behaviour it is not reinforcing. In fact, the same act could be a reinforcer for one person or in
one situation and a punishment in another. It can often be the case that the consequence has the
opposite impact than that intended by the person delivering the consequence.
Penguatan dan hukuman ditentukan oleh efeknya, jadi jika akibatnya tidak mengurangi
frekuensi perilaku tidak hukuman dan sama jika tidak meningkatkan perilaku itu tidak
memperkuat. Bahkan, tindakan yang sama bisa menjadi penguat untuk satu orang atau dalam
satu situasi dan hukuman lain. Hal ini sering dapat menjadi kasus yang konsekuensinya
memiliki dampak yang berlawanan dari itu dimaksudkan oleh orang memberikan konsekuensi.
Penguatan dan hukuman ditentukan oleh efeknya, jika akibatnya tidak mengurangi frekuensi
perilaku dengan hukuman, dan tidak meningkatkan perilaku. Bahkan, tindakan yang sama
dapat menjadi penguat untuk individu atau dalam satu situasi dan hukuman yang lain. Hal ini
sering dapat menjadi kasus yang konsekuensinya memiliki dampak yang berlawanan.
This is the case because, the impact of a consequence on a behaviour is not determined by the
specific act or the intention of the individual delivering the consequence, but by the person
performing the behaviour. For example, a manager wanted to recognise and reward an
employee for their involvement in a safety improvement project. They invited the employee to
an evening dinner and award ceremony and presented a golf weekend for two as a prize.
Ini adalah kasus karena, dampak konsekuensi pada perilaku tidak ditentukan oleh tindakan
tertentu atau niat individu memberikan konsekuensi, tetapi oleh orang yang melakukan
perilaku. Sebagai contoh, seorang manajer ingin memperhatikan dan menghargai karyawan
karena keterlibatan mereka dalam proyek perbaikan keselamatan. Mereka mengundang
karyawan untuk upacara malam makan malam dan penghargaan dan disajikan akhir pekan golf
untuk dua sebagai hadiah.

Despite the manager's intention to provide positive reinforcement, the prize did not have the
intended effect as the recipient, a single parent, found difficulty in getting child care to attend
the evening dinner, and was preoccupied thinking about his children. He did not use the prize
as he had no partner to take, could not leave his children and did not play golf.
Meskipun niat manajer untuk memberikan penguatan positif, hadiah tidak memiliki efek yang
diinginkan sebagai penerima, orangtua tunggal, ditemukan kesulitan dalam mendapatkan
perawatan anak untuk menghadiri makan malam, dan disibukkan memikirkan anak-anaknya.
Dia tidak menggunakan hadiah sebagai ia tidak memiliki pasangan untuk mengambil, tidak
bisa meninggalkan anak-anaknya dan tidak bermain golf.

It is the consequences for the individual carrying out the behaviour that drives their behaviour
and not the consequences for others. For example, consider the consequences of not conducting
laborious quality checks of a hazardous product before it is dispatched to clients, for (a) the
employee and (b) the client. The immediate and certain reinforcing consequence for the
employee of not conducting the quality checks is to avoid a monotonous task, balanced against
the distant and uncertain punishment of losing their job. The consequences for the client, is a
substandard hazardous product that increases the likelihood of a major accident. The behaviour
of the individual who is supposed to perform the task is determined by the consequences for
them personally, not the consequence to others i.e. the client.
Ini adalah konsekuensi bagi individu melaksanakan perilaku yang mendorong perilaku mereka
dan tidak konsekuensi bagi orang lain. Sebagai contoh, mempertimbangkan konsekuensi dari
tidak melakukan pemeriksaan kualitas melelahkan dari produk yang berbahaya sebelum
dikirim ke klien, untuk (a) karyawan dan (b) klien. Langsung dan tertentu konsekuensi
memperkuat untuk karyawan tidak melakukan pemeriksaan kualitas adalah untuk menghindari
tugas monoton, skor terhadap hukuman yang jauh dan tidak pasti kehilangan pekerjaan mereka.
Konsekuensi untuk klien, adalah produk yang berbahaya bawah standar yang meningkatkan
kemungkinan kecelakaan besar. Perilaku individu yang seharusnya melakukan tugas yang
ditentukan oleh konsekuensi bagi mereka secara pribadi, bukan konsekuensi kepada orang lain
yaitu klien.
Ini adalah konsekuensi bagi individu yang mendorong berperilaku.

Therefore, in this example if there are no monitoring systems in place to check the employees
work there may be no consequence for performing the checks and positive consequences for
not performing the checks. If this is the case, some people may not perform the checks.
Oleh karena itu, dalam contoh ini jika tidak ada sistem pemantauan di tempat untuk memeriksa
pekerjaan karyawan mungkin tidak ada konsekuensi untuk melakukan pemeriksaan dan
konsekuensi positif untuk tidak melakukan pemeriksaan. Jika hal ini terjadi, beberapa orang
mungkin tidak melakukan pemeriksaan.

ABC analysis identifies the pattern of antecedents and consequences that are reinforcing the
current behaviour and the current consequences of the desired behaviour. This analysis
facilitates the identification of interventions to rearrange the antecedents and consequences to
increase the frequency of the desired behaviour. It is necessary to have a clear understanding
of the behaviour and what is important to the people performing the behaviour to successfully
perform an ABC analysis. Therefore, involving individuals with experience of the specific
behaviour is critical. The ABC model of behaviour forms the theoretical basis for behaviour
modification interventions, but applying the theoretical model in practice is a more complex
process. The following section describes how behaviour modification techniques are currently
being used to promote critical health and safety behaviours.
Analisis ABC mengidentifikasi pola anteseden dan konsekuensi yang memperkuat perilaku
saat ini dan konsekuensi saat perilaku yang diinginkan. Analisis ini memfasilitasi identifikasi
intervensi untuk mengatur ulang anteseden dan konsekuensi untuk meningkatkan frekuensi
perilaku yang diinginkan. Hal ini diperlukan untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang
perilaku dan apa yang penting bagi orang-orang yang melakukan perilaku untuk berhasil
melakukan analisis ABC. Oleh karena itu, melibatkan individu dengan pengalaman perilaku
tertentu sangat penting. ABC model perilaku membentuk dasar teoritis untuk intervensi
modifikasi perilaku, tetapi menerapkan model teoritis dalam praktek adalah proses yang lebih
kompleks. Bagian berikut menjelaskan bagaimana teknik modifikasi perilaku saat ini sedang
digunakan untuk mempromosikan perilaku kesehatan dan keselamatan kritis.
Analisis Abc mengidentifikasi pola anteseden dengan konsekuensi yang memperkuat perilaku
saat ini dan konsekuensi dari perilaku yang diinginkan. Analisis ini memfasilitasi identifikasi
Unsur inti dari modifikasi perilaku dalam model perilaku ABC adalah, Anteseden (A),

Perilaku (B) dan Konsekuensi (C). Model ABC menetapkan bahwa perilaku dipicu oleh satu

rangkaian anteseden (sesuatu yang mendahului perilaku dan penyebab yang berkaitan dengan

perilaku dan diikuti oleh konsekuensi (hasil perilaku bagi individu) yang meningkatkan atau

menurunkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut dapat berulang. Analisis ABC membantu

dalam mengidentifikasi cara untuk mengubah perilaku dengan memastikan keberadaan

anteseden yang tepat dan konsekuensi yang mendukung perilaku yang diharapkan (Fleming,

2002).

Konsekuensi
Anteseden Behavior (Consequences)
(Antecedent) Hasil dari perilaku
Kejadian penyebab Hal hal yang diamati individu yang
(pemicu) terjadinya bahwa seseorang mempengaruhi
perilaku tersebut bertindak atau kemungkinan bahwa
tidak bertindak perilaku tersebut dapat
berulang.

Anteseden merupakan kondisi yang hadir sebelum perilaku dan dapat memicu perilaku.
Termasuk di dalam anteseden adalah aturan dan prosedur, tersedianya APD, informasi,
keterampilan, pelatihan.
Model ABC perubahan perilaku terdiri dari tiga (3) unsur yaitu anteseden (A), perilaku

(B), dan konsekuensi (C). Model tersebut menjelaskan bahwa perilaku dapat diubah melalui

dua (2) cara, yaitu berdasarkan apa yang mempengaruhi perilaku sebelum terjadi (exante) dan

apa yang mempengaruhi perilaku setelah terjadi (ex-post) (Ayers, 1995). Elemen inti dari

modifikasi perilaku dalam model perilaku ABC adalah, Anteseden (A), Perilaku (B) dan

Konsekuensi (C). Model ABC menetapkan bahwa perilaku dipicu oleh satu rangkaian

anteseden (sesuatu yang mendahului perilaku dan penyebab yang berkaitan dengan perilaku

dan diikuti oleh konsekuensi (hasil perilaku bagi individu) yang meningkatkan atau

menurunkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut dapat berulang. Analisis ABC membantu

dalam mengidentifikasi cara untuk mengubah perilaku dengan memastikan keberadaan

anteseden yang tepat dan konsekuensi yang mendukung perilaku yang diharapkan (Fleming,

2002).

Konsekuensi
Anteseden Behavior (Consequences)
(Antecedent) Hasil dari perilaku
Kejadian penyebab Hal hal yang diamati individu yang
(pemicu) terjadinya bahwa seseorang mempengaruhi
perilaku tersebut bertindak atau kemungkinan bahwa
tidak bertindak perilaku tersebut dapat
berulang.

Ketika mencoba untuk mempengaruhi perilaku sebelum perilaku terbentuk, maka

menggunakan anteseden. Ketika mencoba untuk mempengaruhi perilaku setelah perilaku

tersebut terbentuk maka menggunakan konsekuensi. Model ini berdasarkan pada penggunaan

sistematis anteseden dan konsekuensi untuk meningkatkan perilaku dan kinerja pada pekerja.

Pemahaman terhadap ketiga unsur ini memudahkan atasan untuk menganalisis masalah

kinerja, mengambil tindakan korektif, desain lingkungan kerja, dan sistem manajemen yang

memiliki kinerja tinggi pada saat perilaku dimodifikasi.


a. Anteseden

Daniels (19989) menjelaskan anteseden dideskripsikan sebagai orang, tempat, sesuatu atau

kejadian yang akan datang sebelum perilaku terbentuk yang dapat mendorong individu

melakukan atau berperilaku tertentu. Anteseden tidak dapat dikendalikan.

Karakteristik utama dari anteseden adalah:

- selalu ada sebelum perilaku terbentuk,

- memberikan informasi tertentu,

- selalu berpasangan dengan konsekuensi,

- konsekuensi yang muncur dapat merupakan anteseden,

- anteseden tanpa komunikasi memiliki efek jangka pendek,

Termasuk di dalam anteseden antara lain tujuan, sasaran, intensif, deskripsi pekerjaan

(job description), kebijakan, prosedur, standar, aturan, peraturan, pertemuan, alat, bahan baku,

kondisi kerja, arah dan petunjuk. Anteseden mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, tetapi

tidak menjamin bahwa hasil yang diinginkan benar benar dapat terjadi. Sistem intensif,

pembinaan, pelatihan, dan pengembangan sebagai anteseden yang paling efektif digunakan

untuk mengubah atau meningkatkan kinerja.

Perilaku orang lain juga dapat merupakan anteseden, disebut pemodelan. Perilaku

orang lain yang dominan didalam suatu organisasi dapat mempengaruhi perilaku individu.

Tindakan sesama pekerja dan atasan dapat mempengaruhi pekerja lainnya. Apabila atasan

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) maka pekerja juga akan melakukan hal yang sama.

Perilaku individu melihat penguatan positif yang paling mungkin untuk dimodelkan. Jadi,

individu akan meniru akan meniru apa yang dilakukan oleh orang lain yang dianggap

mempunyai pengaruh besar di dalam suatu organisasi (Bandura, 1969).


Perilaku biasanya mengikuti anteseden sebelumya. Anteseden yang spesifik dan

berpasangan dengan konsekuensi, kemungkinan merupakan anteseden terbaik yang mampu

meningkatkan kinerja sebagaimana dikehendaki. Apabila sebuah prosedur tidak didukung oleh

pekerja, maka pekerja dapat menggunakan prosedur yang tepat. Tiga tingkatan anteseden yang

paling kuat adalah:

1) Mendeskripsikan kinerja secara jelas (tujuan utama, deskripsi pekerjaan, prioritas)

2) Individu yang mempunyai sejarah yang berkaitan dengan konsekuensi tertentu (adanya

peringatan, tanda tanda bahaya di tempat kerja, dan sebagainya).

3) Perilaku yang terjadi karena tuntutan sebelumnya

b. Konsekuensi (Consequences)

Konsekuensi adalah kejadian kejadian yang mengikuti perilaku dan mengubah

adanya kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan terulang kembali dimasa yang akan datang.

Konsekuensi mempengaruhi perilaku dengan dua cara yaitu dengan meningkatkan perilaku

atau dengan menurunkan perilaku. Terdapat empat konsekuensi perilaku: yaitu dua

peningkatan perilaku dan dua lainnya mengurangi perilaku.

Konsekuensi yang dapat meningkatkan perilaku adalah:

- penguatan positif (R+), yaitu memperoleh apa yang diinginkan

- penguatan negatif (R-), misalnya menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.

Konsekuensi yang dapat menurunkan perilaku tertentu:

- mendapatkan segala sesuatu yang tidak diinginkan (P+), seperti hukuman,

- kegagalan mendapatkan sesuatu yang diinginkan (P-), misalnya hilangnya sebuah peluang.

Penguatan positif didefinisikan sebagai setiap konsekuensi yang meningkatkan

kemungkinan dapat meningkatkan perilaku di masa yang akan datang lebih sering terjadi.

Penguatan negatif merupakan konsekuensi yang memperkuat perilaku namun mengurangi atau
mengakhiri konsekuensi itu sendiri. Dengan kata lain, penguatan negatif adalah sebuah sangsi

yang dapat membuat pekerja sulit untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi

pada dirinya.

Sebaliknya hukuman (+) merupakan konsekuensi yang dapat mengurangi perilaku yang

mengikutinya. Oleh karena itu hukuman (+) adalah suatu prosedur untuk mengurangi perilaku

agar perilaku tersebut tidak akan terjadi kembali di masa yang akan datang. Sedangkan

hukuman (-) dapat mengurangi perilaku.


Model ABC perubahan perilaku terdiri dari tiga (3) unsur yaitu anteseden (A), perilaku

(B), dan konsekuensi (C). Model tersebut menjelaskan bahwa perilaku dapat diubah melalui

dua (2) cara, yaitu berdasarkan apa yang mempengaruhi perilaku sebelum terjadi (exante) dan

apa yang mempengaruhi perilaku setelah terjadi (ex-post) (Ayers, 1995). Elemen inti dari

modifikasi perilaku dalam model perilaku ABC adalah, Anteseden (A), Perilaku (B) dan

Konsekuensi (C). Model ABC menetapkan bahwa perilaku dipicu oleh satu rangkaian

anteseden (sesuatu yang mendahului perilaku dan penyebab yang berkaitan dengan perilaku

dan diikuti oleh konsekuensi (hasil perilaku bagi individu) yang meningkatkan atau

menurunkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut dapat berulang. Analisis ABC membantu

dalam mengidentifikasi cara untuk mengubah perilaku dengan memastikan keberadaan

anteseden yang tepat dan konsekuensi yang mendukung perilaku yang diharapkan (Fleming,

2002).

Konsekuensi
Anteseden Behavior (Consequences)
(Antecedent) Hasil dari perilaku
Kejadian penyebab Hal hal yang diamati individu yang
(pemicu) terjadinya bahwa seseorang mempengaruhi
perilaku tersebut bertindak atau kemungkinan bahwa
tidak bertindak perilaku tersebut dapat
berulang.

Ketika mencoba untuk mempengaruhi perilaku sebelum perilaku terbentuk, maka

menggunakan anteseden. Ketika mencoba untuk mempengaruhi perilaku setelah perilaku

tersebut terbentuk maka menggunakan konsekuensi. Model ini berdasarkan pada penggunaan

sistematis anteseden dan konsekuensi untuk meningkatkan perilaku dan kinerja pada pekerja.

Pemahaman terhadap ketiga unsur ini memudahkan atasan untuk menganalisis masalah

kinerja, mengambil tindakan korektif, desain lingkungan kerja, dan sistem manajemen yang

memiliki kinerja tinggi pada saat perilaku dimodifikasi.

c. Anteseden
Daniels (19989) menjelaskan anteseden dideskripsikan sebagai orang, tempat, sesuatu atau

kejadian yang akan datang sebelum perilaku terbentuk yang dapat mendorong individu

melakukan atau berperilaku tertentu. Anteseden tidak dapat dikendalikan.

Karakteristik utama dari anteseden adalah:

- selalu ada sebelum perilaku terbentuk,

- memberikan informasi tertentu,

- selalu berpasangan dengan konsekuensi,

- konsekuensi yang muncur dapat merupakan anteseden,

- anteseden tanpa komunikasi memiliki efek jangka pendek,

Termasuk di dalam anteseden antara lain tujuan, sasaran, intensif, deskripsi pekerjaan

(job description), kebijakan, prosedur, standar, aturan, peraturan, pertemuan, alat, bahan baku,

kondisi kerja, arah dan petunjuk. Anteseden mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, tetapi

tidak menjamin bahwa hasil yang diinginkan benar benar dapat terjadi. Sistem intensif,

pembinaan, pelatihan, dan pengembangan sebagai anteseden yang paling efektif digunakan

untuk mengubah atau meningkatkan kinerja.

Perilaku orang lain juga dapat merupakan anteseden, disebut pemodelan. Perilaku

orang lain yang dominan didalam suatu organisasi dapat mempengaruhi perilaku individu.

Tindakan sesama pekerja dan atasan dapat mempengaruhi pekerja lainnya. Apabila atasan

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) maka pekerja juga akan melakukan hal yang sama.

Perilaku individu melihat penguatan positif yang paling mungkin untuk dimodelkan. Jadi,

individu akan meniru akan meniru apa yang dilakukan oleh orang lain yang dianggap

mempunyai pengaruh besar di dalam suatu organisasi (Bandura, 1969).

Perilaku biasanya mengikuti anteseden sebelumya. Anteseden yang spesifik dan

berpasangan dengan konsekuensi, kemungkinan merupakan anteseden terbaik yang mampu

meningkatkan kinerja sebagaimana dikehendaki. Apabila sebuah prosedur tidak didukung oleh
pekerja, maka pekerja dapat menggunakan prosedur yang tepat. Tiga tingkatan anteseden yang

paling kuat adalah:

1) Mendeskripsikan kinerja secara jelas (tujuan utama, deskripsi pekerjaan, prioritas)

2) Individu yang mempunyai sejarah yang berkaitan dengan konsekuensi tertentu (adanya

peringatan, tanda tanda bahaya di tempat kerja, dan sebagainya).

3) Perilaku yang terjadi karena tuntutan sebelumnya

d. Konsekuensi (Consequences)

Konsekuensi adalah kejadian kejadian yang mengikuti perilaku dan mengubah

adanya kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan terulang kembali dimasa yang akan datang.

Konsekuensi mempengaruhi perilaku dengan dua cara yaitu dengan meningkatkan perilaku

atau dengan menurunkan perilaku. Terdapat empat konsekuensi perilaku: yaitu dua

peningkatan perilaku dan dua lainnya mengurangi perilaku.

Konsekuensi yang dapat meningkatkan perilaku adalah:

- penguatan positif (R+), yaitu memperoleh apa yang diinginkan

- penguatan negatif (R-), misalnya menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.

Konsekuensi yang dapat menurunkan perilaku tertentu:

- mendapatkan segala sesuatu yang tidak diinginkan (P+), seperti hukuman,

- kegagalan mendapatkan sesuatu yang diinginkan (P-), misalnya hilangnya sebuah peluang.

Penguatan positif didefinisikan sebagai setiap konsekuensi yang meningkatkan

kemungkinan dapat meningkatkan perilaku di masa yang akan datang lebih sering terjadi.

Penguatan negatif merupakan konsekuensi yang memperkuat perilaku namun mengurangi atau

mengakhiri konsekuensi itu sendiri. Dengan kata lain, penguatan negatif adalah sebuah sangsi

yang dapat membuat pekerja sulit untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi

pada dirinya.
Sebaliknya hukuman (+) merupakan konsekuensi yang dapat mengurangi perilaku yang

mengikutinya. Oleh karena itu hukuman (+) adalah suatu prosedur untuk mengurangi perilaku

agar perilaku tersebut tidak akan terjadi kembali di masa yang akan datang. Sedangkan

hukuman (-) dapat mengurangi perilaku.

Anda mungkin juga menyukai