Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Karakter

Berbicara kata pendidikan, setiap manusia secara umum pasti pernah

mengalami proses pendidikan di dalam hidupnya, mulai dari masa anak-anak

hingga dewasa. Pendidikan menjadi salah satu aspek yang paling penting dalam

menunjang kehidupan manusia. Dengan pendidikan setiap individu akan lebih

mudah untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidup yang sudah direncanakan

sendari dulu. Pendidikan akan mampu merubah, mengarahkan, dan menbetuk

kehidupan yang lebih baik dalam hal kesejahtraan dan kebahagiaan tiap individu.

Hal ini dikarenakan dalam proses pendidikan setiap individu di arahkan untuk

menggali potensi-potensi yang ada di dalam diri agar mampu di kembangkan dan

diarahkan sebaik mungkin untuk tujuan tertentu.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kopri (2015 : 15) bahwa “Pendidikan

dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam

menyelenggarakan kegiatan pengembangan diri peserta didik agar menjadi

manusia yang paripurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab I Pasal 1 ayat 1 dalam Muhibin Syah (2003 : 1) menyatakan bahwa

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Hal senada juga diungkapakan oleh

Faud Ihsan (2008 : 1-2) yang berpendapat bahwa “pendidikan sebagai usaha

12
manusia utuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan

baik secara jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam

masyarakat dan kebudayaan.

Sedangkan Rulam Ahmadi (2016 : 38) mendefinisikan pendidikan sebagai

berikut:

pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan


lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka
mengembangkan segala potensinya, baik jasmanai (kesehatan fisik) dan
ruhani (pikiran, rasa, karsa, karya, cipta, dan budi nurani) yang
menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif,
maupun pisikomotor yang berlangsung terus menerus guna mencapai
tujuan hidupnya.

Dari beberapa uraian di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan

merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik atau individu

dalam mempengaruhi potensi-potensi diri peserta didik baik itu dalam hal

kemampuan berpikir (pengetahuan), skil (keahlian), karakter dalam diri, cara

bersikap, dan bertingkah laku agar mampu diarahkan dan dikembangkan secara

aktif dan mandiri ke arah yang lebih baik guna dapat dipergunakan baik untuk diri

sendiri, keluarga dan masyarakat secara umum.

Dari pemaparan di atas dapat kita lihat bahwa dengan dilaksanakannya

pendidikan terhadap individu atau peserta didik bertujuan untuk membentuk dan

mengembangkan potesi-potensi diri peserta didik baik itu dari segi kemampuan

berpikir (pengetahuan) dan skil (keahlian), selain itu karakter juga menjadi salah

satu bagian terpenting dalam pendidikan yang perlu untuk di kembangkan dan di

arahkan.

13
Karakter dapat diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak,

atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya, sebagaimana

dikemukakan oleh Poerwadarminta (2007 : 521). Selain itu Karakter merupakan

sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan

dalam tindakan nyata melalui prilaku baik, jujur, bertanggungjawab, hormat

terhadap orang lain, dan nilai-nilai karekter mulia lainya. Hal ini dipaparkan oleh

Mulyasa (2014 : 3). Hal senada juga diungkapkan oleh Zubaedi (2013 : 10) bahwa

“Karakter sendiri merupakan nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

perbuatan”. Lebih lanjut ditegaskan oleh Julian dan Alferd (2008 : 16) Karakter

adalah studi analistis dari manusia terkait dengan kebiasaan, prinsip-prisip

hidupnya, dan pandangan hidupnya yang merujuk pada agama, kelakuan baik dan

buruk di dunia.

Melengkapi pendapat di atas maka dapat ditegaskan bahwa karakter

sendiri mengacu pada sikap dan sifat dasar manusia yang berkaitan dengan cara

berpikir, bertingkah laku, dan berbicara yang berlandaskan norma-norma serta

ajaran agama yang berlaku baik itu di terapkan untuk diri sendiri, di keluarga,

maupun di masyarakat

Dari uraian mengenai tentang pengertian pendidikan dan karakter di atas,

maka dapat diasumsikan mengenai pengertian pendidikan karakter yaitu

merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh individu atau pendidik

dalam mempengaruhi sifat dan sikap peserta didik agar mampu dikembangkan

secara mandiri dan aktif baik itu dari segi cara berpikir, bersikap, dan bertutur kata

14
agar mampu diarahkan dan dikembang ke hal yang bersifat baik sesuai dengan

norma-norma dan ajaran agama yang berlaku yang nantinya mampu di terapkan

untuk diri sendiri, di keluarga, dan di masyarakat.

2.1.4 Jenis-Jenis Nilai Pendidikan Karakter

Karakter merupakan hal yang sangat perlu diterapkan oleh tiap individu di

dalam diri, agar mampu menjadikan setiap manusia sebagai mahluk yang

bermartabat, bermoral dan berbeda dari mahluk lainnya. Olehkarenanya sangat di

pandang perlu untuk diketahui dan diterapkan mengenai karakter-karakter yang

baik dalam diri setiap individu.

Adapun sembilan pilar nilai karakter yang baik menurut Prof. Suyanto, Ph. D.

yaitu sebagai berikut :

(1.)Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya


(2.)Kemandirian dan tanggungjawab
(3.)Kejujuran/amanah
(4.)Hormat dan santun
(5.)Dermawan, suka tolong-menolong, dan gotong royong/kerja sama
(6.)Percaya diri dan pekerja keras
(7.)Kepemimpinan dan keadilan
(8.)Baik, dan rendah hati
(9.)Toleransi, kedamaian, dan kesatuan, Zubaedi (2013 : 80-81)

15
Sedangkan Fatchul Mu’in (2016 : 166-167) mengklasifikasikan jenis-jenis nilai

karakter baik maupun buruk adalah sebagai berikut :

Karakter Baik Karakter Buruk


- Ketidak konsistenan dalam - Konsisten dalam kesatuan
kesatuan berpikir dan bertindak berpikir dan bertindak
- Tidak sesuai apa yang dikatakan - Antara yang dikatakan dan
dengan yang dilakukan dilakukan sesuai
- Sering ingkar janji dan suka - Tak pernah ingkar janji dan
berbohong tidak suka bohong
- Juga tidak menghasilkan - Produktif, menghasilkan sesuatu
sesuatau yang berguna bagi yang berguna minimal bagi
dirinya dan orang lain dirinya sendiri, dan akan lebih
baik kalau bagi orang lain
- Prilaku dan tingkahnya berubah-
ubah - Kreatif, suka menemukan hal-
hal baru yang berguna dan
- Kikir dan tidak suka memberi memudahkan menghadapi
- Malas dan tidak tanggap masalah
terhadap suatu keadaan, - Prilaku dan tingkahnyatidak
rangsangan, atau masalah aneh-aneh, dan kalau tidak
- Selalu dan sering tergantung harus sama dengan orang lain,
pada orang lain tetapi punya penjelasan dan
membuat orang lain
- Tidak memiliki alas an atau mengerti/memahami kenapa ian
argumen ketika memilih atau melakukannya
memutuskan sesuatu
- Dermawan dan suka membantu
- Pendiam, tidak aktif, tidak orang lain
ekspresif, tak mampu
mengartikulasikan diri, dan - Aktif dan tanggap terhadap
kalau ditanya hanya menjawab sesuatu keadaan, rangsangan,
satu dua patah kata atau masalah

- Penakut - Mandiri, independen, otonomi,


tidak tergantung pada orang lain
- Pengecut
- Memiliki alas an dan argument
- Peragu ketika memilih atau
- Ikut-ikutan dan suka meniru memutuskan sesuatu
(permisif) - Berani karna benar dan
- Individualis-egois meyakini bahwa sesuatu harus
diperjuangkan secara keras
- Lebai, sok-sokan, over-acting karna dianggap benar dan bias
mengungkpkan kepada orang

16
lain tentang keyakinan yang
memandu keberanian
- Perfeksionis, tetapi tidak egois
dan lebai

Dalam sistem pendidikan di Indonesia pemerintah telah mencanangkan

mengenai pendidikan karakter dalam proses pendidikan di sekolah. Pendidikan

karakter yang di canangkan oleh pemerintah dikenal dengan 18 Pendidikan

Karakter Bangsa. Adapun bagian-bagian dari 18 Pendidikan Karakter menurut

Kementrian Pendidikan Nasional Dan Kebudayaan meliputi: (1) Religius, (2)

Jujur, (3) Toleran, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)

Demokratis, (9) Rasa ingin tahu, (10) Semangat kebangsaan, (11) Cinta tanah air,

(12) Menghargai prestasi, (13) Bersahabat atau komunikatif, (14) Cinta damai,

(15) Gemar membaca, (16) Peduli lingkungan, (17) Peduli sosial,

(18)Tanggungjawab.

(https://www.masukuniversitas.com/pendidikankarakterbangsa/, Insan

Yuhandono, diakses tanggal 20 Maret 2018).


Dari beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa Kasifikasi

karakter yang baik mengacu pada polapikir, tingkahlaku, dan tuturkata yang baik

adapun karakter-karakter baik yang harus dikembangkan oleh setiap individu

dalam hal pikiran meliputi: (1) Selalu berpikir optimis untuk maju, (2) Tidak

pernah menyerah dan selalu berusaha, (3) Memotivasi diri sendiri untuk

melakukan usaha-usaha dalam mengembangkan potensi-potensi diri, (4) Selalu

berpikir yang fleksibel tidak kaku dalam hal ini jangan pernah memikirkan hal-hal

yang bersifat negatif tentang orang lain sebelum mengetahui fakta-fakta

sebenarnya. Dalam hal sikap, karakter-karakter yang mesti dipupuk meliputi: (1)

17
Bertanggungjawab akan semua hal yang telah dilakukan, (2) Adil dalam

mengambil keputusan, (3) Suka menolong, (4) Ramah terhadap orang lain, (5)

Rajin (6) Mandiri (7) Sopan dalam bersikap terhadap orang lain, (8) Tidak

emosional, (9). Ikhlas atau tanpa pamrih dalam membantu sesama (10) Toleransi

dan saling tolong menolong. Dalam hal perkataan karakter-karakter yang meski

dipupuk meliputi (1) Jujur dalam bertutur kata, (2) Sopan dalam bertutur kata

pada orang yang lebih tua, (3) Tidak berkata-kata kasar, (4) Tidak mengintimidasi

orang dengan cara mencela dan mengejeknya, (5) Tidak memfitnah orang lain.

2.1.5 Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memiliki tujuan utamanya ialah untuk membentuk

karakter anak bangsa yang yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,

bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa

kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (http://tesispendidikan.

com/tujuan-pendidikan-karakter/ , diakses tanggal 24 april 2018). Lebih lanjut

menurut Mulyasa (2014 : 9) menjelaskan tujuan pendidikan karakter adalah agar

peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya, mengkaji dan mengintegrasikan serta mempersonifikasikan

nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari

Jadi menurut beberapa pendapat di atas maka dapat di pertegas tujuan

pendidikan karakter adalah agar setiap individu mampu menerapkan dan

mewujudkan secara nyata nilai-nilai karakter yang baik secara mandiri dan aktif

18
baik itu terhadap dirinya sendiri maupun di lingkungan keluarga, sekolah dan di

mayarakat

2.2 Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum,

seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa ( Tim Penyusun 2005 : 291).

Sedangkan dalam Wikipedia bahas Indonesia ekstrakurikuler adalah kegiatan non-

pelajaran formal yang dilakukan peserta didik sekolah atau universitas, umumnya

di luar jam belajar kurikulum standar yang bertujukan agar siswa dapat

mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di

luar bidang akademik dan dilakukan secara swadaya dari pihak sekolah maupun

siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.

(https://id.wikipedia.org/wiki/ Ekstrakurikuler, Wikipedia, diakses tanggal 29

Maret 2018 sedangkan dalam PERMENDIGBUD Nomor 64 Tahun 2014 Tentang

Kegiatan Ekstra Kurikurel Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah

pasal 1 menjelaskan kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang

dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan

kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan.

(http://www.berkasedukasi.com/2017/05/permendikbud-tentang-kegiatan.html,

diakses tanggal 29 Maret 2018).

Dari beberapa definisi di atas dapat dipertegas mengenai pengertian

ekstrakurikuler merupakan program yang dikembangkan dan di laksanakan baik

itu dari sekolah ataupun swadaya dari siswa atau siswi di luar jam mata pelajaran

formal yang bertujuan untuk mengembangkan bakat dibidang non akademik, serta

19
untuk melatih disiplin kemandirian dan pembentukan karakter dari setiap peserta

didik.

2.3 Pengertian Yoga

Yoga dalam kamus Bahasa Sansekerta-Indonesia berarti menghubungkan,

sepasang, kendaraan, peralatan, penggunaan, hubungan (Tim Penyusun, 2001 :

339), dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yoga berarti sistem filsafat Hindu

yang bertujuan mengheningkan pikiran, bertafakur, dan menguasai diri selaian itu

juga dapat diartikan senam gerak badan dengan latihan pernafasan, pikiran dsb

utuk kesehatan rohani dan jasmani (Tim Penyusun, 2005 : 1278). sedangakan Rsi

Patanjali dalam (Sukra Darmayasa 2013 : 2-3) mendefinisikan yoga sebagai

Yogascitta Vrthi Niroda yang berarti yoga adalah pengendalian gelombang-

gelombang pikiran. Hal senada juga diungkapkan oleh Somvir (2008 : 3) yang

berpendapat bahwa dalam Rg. Veda, Yoga disimbolkan dengan “Tapas” yang lebih

fokus dengan terhadap pengendalian indria. Pendit (2007 : 109) merumuskan

yoga sebagai suatu system membudidayakan hidup ini dalam kemasan untuk

menyempurnakan prilaku manusia yang tepat guna. Lebih lanjut Suta Susila (2011

: 3) mendefiisikan yoga sebagai salah satu ajaran Agama Hindu yang menuntutn

umat manusia untuk mencapai kesehatan, kesejahtraan dan kedamaian lahir batin

serta dapat menyatukan diri kepada Tuhan dengan latihan pengendalian

pernafasan, fisik, pikiran, dan pengendalian diri.

Jadi dari beberapa definisi di atas maka dapat kita uraikan yoga

merupakan ilmu tentang cara-cara pengendalian diri baik secara jasmani dan

rohani dalam hal pengendalian pikiran, sikap, dan perkataan agar mampu untuk

20
di arahkan dan dikontrol dari sifat-sifat yang kurang baik ke arah yang lebih baik

agar tercipta kebahagian lahir dan batin.

2.4 Astangga Yoga

2.4.1 Pengertian Astangga Yoga

Astangga Yoga berasal dari kata “Asta” yang berarti delapan (Tim

Penyusun, 2005 ; 73), “Angga” yang berarti brcabang-cabang (Tim Penyusun

2005 : 47) dan “Yoga” Artinya sistem filsafat Hindu yang bertujuan

mengheningkan pikiran, bertafakur, dan menguasai diri selaian itu juga dapat

diartikan senam gerak badan dengan latihan pernafasan, pikiran dsb utuk

kesehatan rohani dan jasmani (Tim Penyusun, 2005 : 1278). Hal senada juga

diungkapkan oleh Prakas Saraswati (1979 :45) yang mendefinisikan astangga

yoga berarti delapan anggota tubuh yoga. Lebih lanjut Rsi Patanjali menjelaskan

pengertian dari asangga yoga adalah delapan tahapan yoga (dalam Somvir, 2008 :

2). Jadi dapat dipertegas bahwa astangga yoga berarti delapan tahapan atau

cabang dalam pelaksanaan Yoga

2.4.2 Bagian-Bagian Astangga Yoga

Bagian-bagian astangga yoga Menurut Rsi Patanjali dalam

(Somvir 2008 : 2) terdiri dari: (1) Yama, (2) Niyama, (3) Asanas, (4) Pranayama,

(5) Pratyahara, (6) Darana, (7) Dhyana, dan (8) Samadhi

Adapun penjelasan dari tiap bagian tersebut adalaha sebagai berikut :

a. Yama

21
Yama berarti Pengekangan Pendit (2007 : 115), sedangkan menurut Rsi

Patanjali dalam (Somvir 2008 : 2) yama berarti pengendalian, dan Prakas

Saraswati (1975 : 45) mendefinisikan yama sebagai pantangan, hal lain

diungkapkan oleh David Simon dalam (Suta Susila 2011 : 17) yang mengartikan

yama adalah aturan prilaku sosial yang meliputi tindakan anti kekerasan,

menyuarakan kebenaran, mengendalikan dorongan seksual, berpikir jujur dan

bersikap murah hati.

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat di pertegas bahwa yama

merupakan bagian pertama dari astangga yoga yang berisikan mengenai

pengendalian terhadap diri dari pengaruh–pengaruh kurang baik baik itu dari

dalam diri maupun dari luar.

Di dalam kitab Yoga Sutra Patanjali II, sloka 30 dalam (Suta Susila 2011 : 17)

dijelaskan ada lima macam yama yaitu:

1. Ahimsa artinya tidak membunuh /menyakiti.


2. Satya artinya setia, benar, jujur.
3. Astya artinya tidak mencuri,
4. Brahmacari artinya tidak melakukan hubungan kelamin
5. Aparigraha artinya tidak loba

Oka (2009 :69) menyebutkan mengenai bagian-bagian dari ajaran yama ini

dengan Istilah Dasa Yama Brata atau sepuluh disiplin pelaksanaan kesusilaan

yaitu :

1. Anrecangsya/arimbawa artinya tidak mementingkan diri sendiri


2. Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam hidup

22
3. Satya artinya tidak berbohong atau setia dalam ucapan
4. Ahimsa artinya tidak membunuh
5. Dama artinya sabar dan dapat dinasehari
6. Arjawa artinya tulus dan berterus terang atau jujur
7. Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama mahluk
8. Prasada artinya kejernihan hati
9. Madhurya artinya ramah tamah, lembut sopan santun
10. Madhawa artinya rendah hati

b. Niyama

Niyama berarti kebiasaan-kebiasaan baik menurut Pendit (2007 : 115)

sedangkan menurut Rsi Patanjalai dalam (Somvir 2008 : 2) Niyama berarti

peraturan-peraturan, dan Prakas saraswati (1979 : 45) berpendapat Niyama

merupakan kebajikan pembantu.

Jadi Niyama pada dasarnya merupaka suatu sikap berupa aturan-aturan yang

menjadi pelengkap dari ajaran-ajaran Yoga yang bertujuan untuk memupuk

kebiasaan kebiasaan baik dari dalam diri.

Di dalam kitab Yoga Sutra Patanjali II, sloka 30 dalam (Suta Susila 2011 :

17) dijelaskan ada lima macam Yama yaitu:

1. Saucanartinya kesucian lahir batin


2. Santosa artinya kepuasan
3. Tapa artinya mengendalikan hawa nafsu
4. Svadhyaya artinya belajar sendiri
5. Iswarapanidana artinya menempakan diri pada tuhan (menyadari
keterbatasan)

23
Oka (2009 :70) menyebutkan mengenai bagian-bagian dari ajaran Nyama ini

dengan Istilah Dasa Niyama Brata atau sepuluh disiplin pelaksanaan kesusilaan

yaitu:

1. Dana artinya kasih sayang


2. Ijya artinya memuja dewa atau leluhur
3. Tapa artinya mengendalikan hawa nafsu
4. Dhyana artinya bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa
5. Swadyaya artinya memplajari ajaran-ajaran suci
6. Upastaningraha artinya mengendalikan hawanafsu sek
7. Brata artinya tepat janji
8. Upawasa artinya berpuasa
9. Mona artinya tidak berkata-kata yang kurang baik atau berlebihan
10. Snana artinya menjaga dan merawat diri dari hal-hal yang tidak baik

c. Asana

Asana berarti sikap badan menurut Prakas Sarawati ( 1979 : 115), hal senada

juga diungkapkan oleh Dhaksa Dharmita (2005 : 11) yang menyatakan asanas

berarti sikap tubuh yang tidak tegang atau kaku. Sedangkan Ananda Marga

(2003 : 23) menjelaskan asanas merupakan suatu sistem latihan ilmiah yang

dikembangkan ribuan tahun yang lalu oleh para yogi untuk menjaga kesehatan

tubuh , memperlancar peredaran darah, melenturkan persendiian memperkuat otot,

memijat organ-organ internal dan menenangkan serta mengendalikan pikiran.

Dari beberapa definisi di atas dapat di pertegas asanas merupkan serangkaian

gerakan untuk memijat organ-organ tubuh, yang dikombinasikan dengan

pernafasn serta melatih pengendalian-pengendalian pikiran dan melatih kosentrasi

agar mampu menjaga kesehatan badan jasmani dan rohani dimana nantinya agar

24
mampu menciptakan individu yang sehat secara fisik dan memiliki karakter dan

kepribadian yang baik dari segi mental

d. Pranayama

Pranamya berasal dari kata “Prana” berarti napas, energy dan “Ayam”

berarti panjang atau memanjang. Pranayama adalah pelatihan pernafasan dalam

yoga sebagaimana dijelaskan Dalam (Somvir, 2008 : 15), hal senada juga

diungkapkan oleh Darmayasa (2013 : 45) yang mendefinisak pranayama adalah

suatu ajaran untuk melatih pernafasan, menghimpun prana di dalam tubuh. Lebih

lanjut Dhaksa Dhamita (2005 : 14) yang menjelaskan pranyama adalah latihan

pernafasan dalam yoga untuk mengawasi prana atau energi yang bertujuan untuk

membersihkan nadi ( urat-urat hastral dalam tubuh) dan mengendalikan pikiran.

Dari bebrapa definisi diatas dapat kita pertegas pranayama adalah suatu

teknik olah nafas baik itu menarik nafas, menahan nafa, dan menghembuskannya,

untuk menghimpun prana (energi) yang bertujuan untuk membersihkan urat-urat

hastral dalam tubuh dan mengontrol pikiral agar mampu mengendalikan hawa

nafsu dalam diri

e. Pratyahara

Pratyahara berarti penyaluran arus alat-alat indra dari berbagai-bagai jurusan

ke arah tuhan, sebagaimana yang dijelaskan dalama (Prakas Saraswati, 1979 :

220), hal senada juga diungkapkan oleh Pendit (2007 : 116) Pratyahara adalah

menarik panca indra dari objek-objek penglihatan, penciuman, pendengaran,

perasaan, dan perabaan. Lebih lanjut Suta Susila (2011 : 36) medefinisikan

Pratyahara yaitu menarik keinginan daripada obyeknya, keinginan ini bersumber

25
dari indria yang selalu mengejar obyeknya, karenanya perlu di kendalikan

sehingga menuju ke dalam kesadaran rohani atau alam citta (pikiran).

Jadi pada dasarnya pratyahara merupakan pengendalian dari pada panca

indra baik itu penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, dan perabaan agar

mampu di kendalikan dan di kontrol agar kelima Panca Indra tersebut mampu di

pergunakan kehal-hal yang baik, bukan malah mengikuti hawa nafsu yang akan

menjerumuskan diri ke ha-hal positif

f. Darana

Darana dapat diartikan sebagai disiplin mental, dengan jalan memusatkan

pikiran pada objek tertentu sebagaimana yang diungkapkan oleh Pendit (2007 :

116) hal senada juga di paparkan oleh Prakas Saraswati ( 1979 : 220) Darana

merupakan pemusatan atau kosentrasi chita (pikiran), lebih lanjut Sivananda

(2003 : 208) menjelaskan darana adalah usaha untuk memusatkan pikiran secara

mantap pada suatu obyek.

Jadi pada dasarnya Darana dapat diartikan sebagai pemusatan pkiran pada

objek yang bersifat luhur dalam artian yaitu Tuhan Yang Maha Esa pemusatan

pikiran ini dengan mengendalikan pikiran terhadap pengaruh seperti sifat

Sattwam, Rajas dan Tamas agar mampu diarahkan ke hal yang positif. Sattwam

sendiri bias diartikan sebagai sifat yg baik seperti arif bijaksana, lemah lembut,

dan jujur. Rajas dapat diartikan sebagai kemarahan atau nafsu. Tamas dapat

diartikan sebagai sifat malas. Sivananda (2003 : 1995) mendefinisikan sattwam

sebagai kemurnian ,keselarasan, rajas berarti nafsu dan tamas berarti lembam,

kemalasan dan tanpa kegiatan

26
g. Dhyana

Dhyana merupakan pemusatan yang terus menerus tanpa henti dari pikiran

terhadap obyek sebagaimana yang di paparkan Sivananda (2003 :208), Hal senada

juga diungkapkan oleh Suta Susila (2011 : 41) Dhyana adalah arus pikiran menuju

objeknya tidak putus-putus sehingga mencapai suatu kosentrasi yang kokoh tidak

tergoyahkan. lebih lanjut Pendit (2007 : 117) menjelaskan Dhyana berarti meditasi

yang lebih tinggi dan lebih lanjut tanpa henti dan tanpa gangguan menuju

renungan pada pusat pikiran sebagai titik akhir.

Jadi dari bebrapa definisi di atas maka dapat di pertegas dhyana merupakan

sebuah renungan mendalam dan pemusatan pikiran yang menyebar menjadi

terfokus terhadap sebuah objek secara kokoh dalam hal ini yaitu Tuhan Yang

Maha Esa dan sifat sattwam, rajas dan tamas dalam diri sudah dapat terkontrol

dengan baik.

h. Samadhi

Samadhi berarti pikiran tenggelam pada objek yang di renungkan sebagaiman

yang diungkapkan oleh Pendit (2007 : 117) lebih lanjut Sivananda (2003 : 208)

menjelaskan Samadhi adalah pemusatan pikiran terhadap obyek dengan intensitas

kosentrasi demikian rupa sehingga menjadi obyek itu sendiri. Hal senada juga

diungkapkan oleh Prakas Saraswati ( 1979 : 238-239 ) mengenai samadhi adalah

persatuan sempurna dari yang dicintai, pecinta dan kecintaan, suatu keadaan

27
kelupaan segalanya, suatu keadaan peresapan sempurna, suatu keadaan identifiksi

(penyamaan).

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat kita telaah arti dari samadhi yaitu

kosentrasi penuh yang melebihi dari pada dhyana dimana semua panca indra dan

sifat satwam, rajas, dan tamas, sudah melebur menjadi terfokus kepada sebuah

objek yang dalam hal ini yaitu dapat di artikan sebagi Tuhan Yang Maha Esa, dan

mulai menyadari konsep tuhan dala diri pada saat ini alam pikiran sudah berada di

bawah alam sadar, antara alam pikiran nafas dan tubuh sudah tercipta keselarasan

dan mulai merasakan tingkat kenyamanan sepiritual yang paling tinggi. Ini

merupakan tujuan terakhir daripada dilaksanakannya ajaran yoga menurut agama

Hindu.

28
Dr. drs. Rulam ahmadi ,m.p.d 2016, penerbit : AR-RUZZMEDIA,

YOGYAKARTA,Pengantar pendidikan asas &Filsafat, cetakan II

Berikut pemaparan keperibadian baik dan buruk menurut Fatchul Mu’in (2016 :

166-167) Cetakan Ke V, 2016 , AR-RUZZ MEDIA, JOGJAKARTA,

PENDIDIKAN KARAKTER KONTRUKSI TEORETIK & Praktik urgensi

pendidikan progresif dan revitalitas peran guru dan orang tua

Yoga tepekur; mengheningkan cipta semadi

http://tesispendidikan.com/tujuan-pendidikan-karakter/ Dari sinilah kita ketahui

bahwa pendidikan karakter yang tujuan utamanya ialah membentuk karakter anak

bangsa yang yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong

royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa

berdasarkan Pancasila.

Ketiga sifat diatas sangat perlu dikendalikan agar pikiran mampu di pusatkan

dan diarahkan ke hal baik , karena tanpa mampu terkontrolnya ketiga sifat ini

29
otomatis pikiran akan menjadi tidak terfokus, contohnya saja sifat rajas atau nafsu

jika ini tidak diarahkan dengan baik otomatis pikiraan akan menjadi tidak terfokus

30

Anda mungkin juga menyukai