Disusun Oleh :
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Profesionalisme merupakan salah satu strategi yang sangat penting
dalam peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, dimulai dari pimpinan,
tenaga medis, perawat dan tenaga non medis. Di lain pihak, lingkungan kerja
di rumah sakit baik fisik maupun nonfisik seperti ruang kerja dan kondisi
sosial psikologis yang harus ditata sedemikian rupa agar mendukung upaya
pencapaian standar pelayanan rumah sakit, yang pada gilirannya akan
berdampak pula terhadap produktifitas kerja ( Aditama dan Hastuti, 2002 ).
Bird dan Peterson (1970), menyatakan bahwa kecelakaan adalah
akibat dari ketimpangan sistem manajemen, sedang unsafe condition dan
unsafe action, hanya merupakan gejala (Anoraga, 2001).
Stres sebagai salah satu bentuk ketidakmampuan mengatasi
ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia,
yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut
(National Safety Council, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian Schuller (1980) dalam Rini (2002), stres
yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan produktifitas
kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, serta tendensi mengalami
kecelakaan.
Stres yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang kurang aman
dapat menjadi faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja. Stres pada
pekerja juga bisa menimbulkan kecelakaan kerja. Berdasarkan data 50 %
kecelakaan kerja disebabkan karena tindakan kurang berhati-hati (unsafe
action), dan 4 % karena kondisi tidak aman (unsafe condition). (Manager
dalam Anoraga, 2001)
Rumah Sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk
mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai
fasilitas dan peralatan kesehatannya. Semakin luas pelayanan kesehatan
dan fungsi suatu Rumah Sakit maka semakin komplek peralatan dan
fasilitasnya. Rumah Sakit dengan segala fasilitas dan peralatannya apabila
tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber bahaya bagi keselamatan
dan kesehatan yang potensial, terutama bagi petugas kesehatan rumah sakit.
3
Instalasi Gizi (cental supply and food service) merupakan daerah dengan
resiko potensi kejadian kecelakaan dan penyakit yang paling tinggi, (Aditama
dan Hastuti, 2002 ).
Instalasi Gizi RSUP.Dr.Sardjito hingga saat ini menyelenggarakan
pelayanan makanan secara sentral, semua pelayanan makanan dikelola oleh
pihak Instalasi Gizi tanpa bantuan dari pihak kedua, dengan menu makanan
mulai dari makanan biasa (nasi), lunak dan cair, hal ini dimaksudkan untuk
menanggulangi kejadian kesalahan dalam pemberian pelayanan gizi kepada
pasien, tetapi hal ini dapat menyebabkan beban kerja yang besar pada
pekerja terutama penjamah makanan yang nantinya akan mempengaruhi
keadaan fisik dan psikologis penjamah makanan
Pada tahun 1997, Direktur Jenderal Pelayanan Medik menyebutkan
bahwa pembinaan dan pemantauan kegiatan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) termasuk manajemennya di rumah sakit dilakukan oleh komite K3
di Departemen Kesehatan.
Keselamatan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3-RS) merupakan
suatu program baru bagi Rumah Sakit, sehingga penerapan maupun
pelaksanaannya masih belum terarah di beberapa rumah sakit baik yang
yang sudah atau belum memiliki panitia K3, oleh karena itu data tentang
angka kecacatan, kesakitan dan kematian akibat kerja belum ada di rumah
sakit.
Laporan NIOSH tahun 1974 sampai dengan 1976 melaporkan bahwa
hasil survey nasional terhadap lebih dari 2600 rumah sakit di USA pada
tahun 1972, rata-rata setiap rumah sakit mengalami 68 pekerja cidera dan 6
orang sakit. Cidera yang paling sering terjadi di antaranya adalah strain dan
Spain, luka tusukan, abrasion, contusion, leceration, cidera punggung, luka
bakar, dan fraktur. Hal ini diperkuat dengan laporan dari California State
Department of Industrial Relations yang melaporkan kejadian work Injury rate
di rumah sakit sebesar 16,8 hari kerja hilang/100 pekerja, disebabkan karena
strain, jatuh, tergelincir, luka bakar, tertumbuk benda, dan terpajan zat
beracun. Pekerja rumah sakit yang mengalami cidera dan sakit, antara lain
perawat, pekerja dapur, maintenance, laundry, cleaning service dan teknisi.
(Aditama dan Hastuti, 2002).
4
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis ingin meneliti, apakah ada
hubungan antara stres kerja dengan keselamatan kerja penjamah makanan.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara stres kerja dengan keselamatan kerja
penjamah makanan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah :
a. Untuk mengetahui keadaan stres kerja penjamah di Instalasi Gizi
RSUP. Dr. Sardjito.
b. Untuk mengetahui keadaan keselamatan kerja penjamah makanan di
Instalasi Gizi RSUP. Dr. Sardjito.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. RSUP. Dr. Sardjito
Sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam menetapkan kebijakan
dalam rangka meningkatkan PGRS dengan memperbaiki sistem produksi
makanan di Instalasi Gizi.
2. Bagi Instalasi gizi
Sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan untuk mulai meningkatkan
dan mencegah kecelakaan kerja dengan cara memperbaiki kondisi
5
E. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian tentang hubungan psikologi stres terhadap keselamatan kerja
pada penjamah makanan di Instalasi Gizi, sepengetahuan peneliti belum
pernah dilakukan. Penelitian yang berhubungan dengan stres kerja yang
pernah dilakukan :
1. Singarimbun (2004). Meneliti tentang stres kerja dan beberapa faktor
yang mempengaruhi pekerja perempuan industri Plywood PT. Ketapang
Indah Plywood Pontianak, Kalimantan Barat. Penelitian ini merupakan
penelitian survey eksploratif yaitu ingin mengetahui sejauh mana stres
kerja yang dialami oleh pekerjan perempuan (masa kerja, tidak kebih
dari dua tahun) dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
stres kerja. Penelitian ini dilakukan pada 73 orang responden dengan
menggunakan metode inklusi. Instrumen yang dipergunakan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini adalah daftar pertanyaan
terstruktur dan wawancara. Interprestasi data dengan menggunakan
dummy table dan analisis menggunakan analisis segresi.
Hasil rangkuman regresi antara idependent variabel (status kawin,
umur, pendidikan, jarak tempat tinggal) terhadap dependent variabel
(stres kerja) di PT. Ketapang Indah Plywood menunjukkan bahwa
keempat independent variabel nilai koefisien menunjukkan hubungan
sangat signifikan dengan dependent variabel yaitu stres kerja. Bobot
sumbangsih efektif independent variabel urutan yang terbesar sampai
dengan yang terkecil yaitu umur, status kawin, jarak tempat tinggal dan
terakhir pendidikan.
A. TINJAUAN TEORI
1. Stres
Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan berjalan begitu cepat,
karena pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi, serta
ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini berpengaruh terhadap pola
hidup, moral, dan etika, perubahan ini dapat merupakan tekanan mental
(stresor) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan
dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya
(Sunaryo, 2004).
a. Teori stres
1) Teori sindrom adaptasi umum
Menurut Selye dalam Towseri (1996) stres merupakan respon
tidak spesifik tubuh terhadap tuntutan yang ada dan
menyebabkan perubahan sistem biologi. Respon tubuh dalam
menghadapi stres terdiri dari tiga fase :
a) Fase reaksi tanda bahaya atau peringatan (alarm reaction
stage). Selama fase ini, respon fisiologi dari sindrom
melawan atau menghindar dimulai.
b) Fase perlawanan (stage of resistance) individu
menggunakan respon fisiologi pada fase pertama sebagai
pertahanan dalam usaha adaptasi terhadap stresor. Jika
terjadi adaptasi, fase ketiga tidak terjadi, gejala fisik akan
menghilang
c) Fase kelelahan (stage of exhaustion). Fase ini terjadi
akibat terpapar stresor yang lama, individu akan kehabisan
energi. Pada fase ini akan timbul penyakit (sakit kepala,
gangguan mental, penyakit jantung, colitis).
2) Teori transaksional
Lazarus menyatakan stres timbul akibat hubungan individu
dengan lingkungan yang dinilai individu melebihi sumber daya
dan membahayakan kesehatan. Kemampuan individu
mengatasi masalah, apakah stres terjadi atau terbentuk
7
8
b. Penggolongan stres
Kusmiati dan Desminiarti (1990) menggolongkan stres
berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut
(Sunaryo,2004).
1) Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu
tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang
atau tersengat arus listrik
2) Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan,
zat beracun, hormon, atau gas.
3) Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau
parasit yang menimbulkan penyakit.
4) Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi
jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi
tubuh tidak normal.
5) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan
oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa
bayi hingga tua.
9
c. Penyebab stres
Secara umum penyebab stres menurut Marasmis (1990) dalam
Sunaryo (2004), ada empat sumber, yaitu :
1) Frustasi
Timbul akibat adanya kegagalan dalam mencapai tujuan.
Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan
kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,
kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi,
pengangguran, perselingkuhan dan sebagainya).
2) Konflik
Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam
keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-
approach conflict (mendatangkan konflik), approach-avoidance
conflict (mendatangkan dan menghindari konflik), atau
avoidance-avoidance conflict ( menghindari konflik).
3) Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan
dapat berasal dari dalam diri individu dan tekanan yang
berasal dari luar individu.
4) Krisis
Keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada
individu. Keadaan stres dapat terjadi karena beberapa sebab
sekaligus, misalnya frustasi, konflik, dan tekanan.
d. Stres Kerja
Stres di tempat kerja bukanlah fenomena baru, namun ironisnya
stres ditempat kerja merupakan topik yang masih dianggap tabu
untuk dibicarakan. Menurut Frasser (1992) dalam Tyas (2004)
stres kerja adalah stres yang terjadi di dalam lingkungan
pekerjaan sebagai akibat dari adanya ketidakseimbangan antara
karakteristik individu dengan tuntutan pekerjaannya dan
10
3) Penyebab lingkungan
yaitu buruknya kondisi lingkungan kerja (pencahayaan,
kebisingan, ventilasi, suhu, dan sebagainya), diskriminasi ras,
pelecehan seksual, kekerasan di tempat kerja, kemacetan
saat berangkat kerja dan pulang kerja.
f. Tahapan stres
Menurut Amberg (1979) dalam Sunaryo (2004), menyatakan
bahwa tahapan stres sebagai berikut ;
1) Stres tahap pertama (paling ringan) yaitu stres yang disertai
perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu
menyelesaikan pekerjaan tanpa perhitungan tenaga yang
dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
2) Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti
bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada
menjelang sore, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak
nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar-debar, otot
punggung atau tengkuk tegang karena cadangan tenaga tidak
memadai.
3) Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti
defekasi tidak teratur (kadang-kadang diare), otot semakin
tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur
kembali (middle insomnia) bangun terlalu pagi dan sulit tidur
kembali (late insomnia).
4) Stres tahap keempat, yaitu stres dengan keluhan seperti tidak
mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktifitas pekerjaan
terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan
rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan,
14
2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah langkah awal untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi secara
langsung berakibat pada penurunan produktifitas kerja, peningkatan biaya
perusahaan sebagai akibat kecelakaan, dan kerugian secara tidak
langsung kepada mesin dan peralatan kerja. Penyebab kecelakaan kerja
ada 2 yaitu langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung atau faktor
manusiawi seperti terantuk, terjatuh, tertimpa benda jatuh,umur,
pengalaman kerja, komunikasi antar sesama pekerja, keterampilan kerja,
sikap kerja dan penggunaan alat kerja yang tidak tepat, dan penyebab
tidak langsung yaitu yang disebabkan karena mesin ataupun zat-zat kimia
berbahaya. Berdasarkan data statistik penyebab langsung merupakan
penyebab kecelakaan paling utama hal ini ditunjukkan dengan data
statistik di Perancis yaitu 78,2% kecelakaan terjadi karena penyebab
langsung dan 11, 5% karena mesin (Sumamur,1989).
Menurut International Labor Organization (ILO), setiap tahun terjadi
1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan
16
akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta
kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat
hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat
hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya (Aditama dan Hastuti, 2002).
Penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan dapat dilihat
pada gambar 1.
Kanker 34%
5%
15%
34% Kecelakaan 25%
Peny. Sal.
Pernapasan 21%
21% Pen. Kardiovaskular
15%
25% Lain-lain 5%
a. Pengertian
1. keselamatan kesehatan kerja merupakan suatu upaya untuk
menekan atau mengurangi resiko kecelakaan dan penyakit akibat
kerja yang pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan antara
keselamatan dan kesehatan.
2. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara
kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya.
3. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan
alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
4. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu
tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan. Tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan
disertai kerugian materiil maupun penderitaan dari yang paling
ringan sampai kepada yang paling berat tidak diinginkan.
4. Penjamah makanan
Isu pasar global mengisyaratkan bahwa mekanisme pasar akan
makin meningkat oleh organisasi bisnis yang mampu memberikan
pelayanan yang memiliki daya saing yang tinggi untuk menembus pasar.
Selain itu taraf pendidikan masyarakat di negara kita semakin meningkat,
sehingga kemampuan untuk membedakan pelayanan yang berkualitas
dan yang tidak berkualitas makin meningkat.
Oleh karena itu para pelaku pelayanan dengan produk jasa dituntut
untuk meningkatkan mutu pelayanan secara prima (service exellent).
Pelayanan prima adalah pelayanan yang bermutu dan dapat memuaskan
pelanggan. Untuk mencapai kepuasan pelanggan diperlukan intervensi
dari berbagai sisi antara lain proses pelayanan, infrastruktur fisik serta
peralatan dan yang terpenting adalah perilaku atau budaya kerja SDM.
Dengan kata lain kunci keberhasilan organisasi yang bergerak dibidang
jasa seperti rumah sakit dimulai dari sistem SDM (sumber daya manusia)
Sumber daya manusia adalah sejumlah orang yang bekerja dalam
sebuah organisasi. SDM lebih dinamik dibandingkan sumber daya
material dan dana, hal ini dikarenakan SDM terdiri dari individu yang akan
bereaksi terhadap lingkungan mereka dan memiliki potensi tinggi yang
21
B. KERANGKA TEORI
Faktor Lingkungan
Ketidakpastian
Individual
Ekonomi dan politik Differences
Lingkungan kerja Persepsi
Pengalaman
Ketidakpastian Kerja
Locus of Control
Teknologi
Perilaku Tipe A
Faktor Organisasional
Tuntutan Pekerjaan
Tuntutan Peran
Struktur Organisasi Stres kerja yang Keselamatan kerja *)
dialami
Kepemimpinan
Tahapan Kehidupan
Organisasi
Faktor Individual
Masalah Keluarga
Masalah ekonomi Gejala Fisiologis Gejala Psikologis Gejala Perilaku/
Masalah dengan Sakit Kepala Gangguan Behavioral
Darah Tinggi tidur Produktifitas
Rekan Kerja
Sakit Jantung Depresi Absensi
Kepuasan Turn Over
kerja menurun
Organisasional Unsafe
STRES KESELAMATAN Action
KERJA KERJA
Individual Unsafe
Condition
Umur
Lingkungan
Pendidikan
Pelatihan
Jenis Kelamin
Lama Kerja
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
D. HIPOTESIS
Ada hubungan antara stres kerja dengan keselamatan kerja penjamah
makanan di Instalasi Gizi RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
27
28
2. Data sekunder
Didapatkan dari data di Instalasi Gizi RSUP. Dr. Sardjito
a. Struktur Organisasi Instalasi Gizi
b. Data pegawai penyaji makanan ( hari dan shift kerja)
c. Kondisi lingkungan kerja instalasi gizi
d. Jumlah distribusi makanan selama pelaksanaan penelitian.
E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini adalah :
Variabel dependent : keselamatan kerja
Variabel independent : stres kerja
2) Keselamatan kerja
keselamatan yang berkaitan dengan tindakan dalam menggunakan alat
kerja baik pada saat persiapan maupun pengolahan, dan sikap kerja
penjamah makanan pada saat proses pengolahan makanan, sehingga
kecelakaan kerja dapat minimalkan. Keselamatan kerja yang diukur
adalah jumlah kejadian kecelakaan kerja yang dijawab dengan
menggunakan kuisioner
29
Skala : ordinal
Kategori penilaian yaitu : Keselamatan kerja rendah : 132-176
Keselamatan kerja sedang : 88-131
Keselamatan kerja tinggi : 44-87
3) Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah orang yang bekerja mulai dari persiapan
bahan makanan dan mengolah bahan makanan hingga makanan siap
untuk dikonsumsi (Adams, 2004 dalam Him, 2004).
4) Umur
Pembagian umur pekerja pada saat penelitian dalam satuan waktu yaitu
tahun.
Skala : nominal
Kategori : kurang dari 40 tahun dan lebih dari sama
dengan 40 tahun.
5) Pendidikan
Dinilai dengan melihat latar belakang pendidikan terakhir penjamah
makanan.
Skala : Nominal
Kategori : tidak sekolah, SD, SMP, SMA, D1, D3, dan S1
7) Jenis kelamin
Jenis kelamin penjamah makanan dinilai dengan :
Skala : nominal
Kategori : laki-laki dan perempuan
30
8) Lama kerja
Pengalaman kerja penjamah makanan di Instalasi Gizi dalam satuan
tahun.
Skala : Nominal
Kategori : <4 tahun, 4 8 tahun, dan > 8 tahun ( PP no. 12
tahun 2002 yang merupakan gubahan dari PP no. 99 tahun 2000 tentang
kenaikan golongan PNS dengan kurun waktu 4 tahun sekali)
G. ALAT PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kuisioner terstruktur untuk mengetahui keadaan stres kerja yang dialami
penjamah makanan dan jumlah kejadian kecelakaan kerja yang dialami
penjamah makanan.
2. Perangkat keras komputer dan perangkat lunak yang menunjang
pengolahan data dan analisa statistik ( program SPSS).
3. Alat tulis dan alat lain yang mendukung penelitian.
H. ANALISIS DATA
1. Perhitungan nilai kategori stres kerja dan keselamatan kerja dengan cara
method of summated ratings (Azwar 1995).
Nilai kategori : (Nilai skor tertinggi X jumlah soal jumlah nilai skor
terkecil)
a. Skor kuisioner stres kerja dengan skala Likert , dengan penilaian
untuk data yang favorable/ mendukung diberikan penilaian sebagai
berikut : sangat setuju = 4, setuju= 3, tidak setuju= 2, dan sangat tidak
setuju= 1. Data unfavorable/ tidak mendukung diberi penilaian
sebaliknya. Dari skor tersebut maka didapatkan nilai skor maksimum
adalah 4 dan yang minimum adalah 1. Dari skor diatas maka dapat
dilihat bahwa skor maksimum adalah 4 dan skor minimum adalah 1,
dengan jumlah pertanyaan sebanyak 13 soal maka didapatkan
rentang penilaian antara 13 52, kemudian dibagi berdasarkan
kategori didapatkan hasil sebagai berikut :
Stres kerja ringan : 13-25
Stres kerja sedang : 26-38
Stres kerja berat : 39-52
31
n Xy (x) ( y)
n
r =
Keterangan :
t = t hitung
n = jumlah sampel
r = koefisien korelasi
Menarik kesimpulan :
Jika t hitung < t tabel ( berada di daerah penerimaan Ho), maka Ho
diterima
Jika t hitung > t tabel ( berada di luar daerah penerimaan Ho), maka Ho
ditolak
I. JALANNYA PENELITIAN
1. Persiapan Penelitian
Diawali dengan pembuatan proposal penelitian yang dimulai pada
bulan Mei 2005, berkonsultasi dengan pembimbing, kemudian seminar
proposal yang diadakan pada tanggal 29 Juni 2005 dan telah disetujui.
Dalam tahap persiapan penelitian ini meliputi :
a. Pembuatan Kuesioner
Peneliti membuat dua kuesioner yaitu kuesioner untuk stres kerja
dan keselamatan kerja. Untuk stres kerja terdiri dari 30 item, dan untuk
keselamatan kerja sebanyak 14 item, dengan pembagian sebagai berikut.
Tabel 3. Kisi-kisi (blue print) kuesioner stres kerja ( sebelum uji coba)
No Aspek Nomor Butir Jumlah %
F UF
1 Kondisi 2,6 1,3,4,5 6 20
lingkungan
2 Hubungan 19,20,22,3 15,17,18 7 23,3
interpersonal 0
3 Organisasional 12,14,27,2 8,9,26,2 8 26,7
8 9
4 Kondisi pribadi 7,10,13,16, 11,21,24 9 30
23 ,25
Total 20 10 30 100
Keterangan : F : Favorable UF : Unfavorable
33
Tabel 4. Kisi-kisi (blue print) kuesioner keselamatan kerja ( sebelum uji coba)
No Aspek Nomor soal Jumlah %
keselamatan
kerja
1 Kecelakaan yang 1,5,7,11, dan 5 35,7
berhubungan 12
dengan alat kerja
2 Kecelakaan yang 2, 3, dan 6 3 21,4
berhubungan
dengan daerah
kerja
3 Kecelakaan kerja 4,8,9,10,13,dan 6 42,9
pada saat bekerja 14
Total 14 100
Keterangan : F : Favorable UF : Unfavorable
Tabel 6. Kisi-kisi (blue print) kuesioner keselamatan kerja ( setelah uji coba)
No Aspek Nomor soal Jumlah %
keselamatan
kerja
1 Kecelakaan yang 1,5,7 dan 12 4 36.4
berhubungan
dengan alat kerja
2 Kecelakaan yang 2, 3, dan 6 3 27.2
berhubungan
dengan daerah
kerja
3 Kecelakaan kerja 4,9,10 dan 4 36.4
pada saat bekerja 14
Total 11 100
Keterangan : F : Favorable UF : Unfavorable
35
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dapur Instalasi Gizi RSUP. Dr. Sardjito
Yogyakarta pada tanggal 13 Agustus sampai dengan 7 September 2005.
Dalam penelitian ini meliputi beberapa tahap antara lain :
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada penjamah makanan di dapur
Instalasi Gizi RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta mulai tanggal 13 Agustus
sampai dengan 7 September 2005. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan 2 cara, untuk kuesioner keselamatan kerja diberikan kepada
responden dan responden mengisi sendiri sambil ditunggui oleh peneliti,
pengisian kuesioner ini dilaksanakan sampai dengan 4 kali dan dilakukan
7 hari setelah pengisian pertama selesai, kegiatan ini berlangsung selama
1 bulan. Kuesioner stres kerja diberikan pada minggu terakhir
pengambilan data dengan cara menanyakan sendiri kepada responden.
b. Pemeriksaan Kuesioner
Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan terhadap
tiap kuesioner yang telah dikembalikan dan melihat apakah semua
kuesioner sudah diisi.
c. Pengelompokkan Data
Data yang telah terkumpul dikelompokkan menurut variabel yang
telah ditentukan sebelumnya. Pengelompokkan data yang dilakukan
dengan menggunakan analisa distribusi berdasarkan umur, pendidikan,
pelatihan keselamatan kerja, jenis kelamin, lama kerja, stres kerja dan
keselamatan kerja.
36
d. Pengolahan Data
Dari data yang ada kemudian dianalisis dengan menggunakan
analisa statistik spearman untuk melihat hubungan antara hubungan
antara stres kerja dengan keselamatan kerja. Analisa ini dilakukan
dengan SPSS 12.00.
37
38
dapur petugas jaga, dapur VIP dan dapur cair. Adapun shift kerja yang ada
yaitu: subuh 04.30-11.00 WIB , pagi 07.30-13.00 WIB dan sore 13.00-19.00.
WIB.
Dalam menjalankan kegiatan di Instalasi Gizi melibatkan 158 orang
pegawai untuk melancarkan kegiatan operasionalnya, ketenagaan ini terdiri
dari 78 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 80 orang pegawai
swadana/kontrak. Perincian ketenagaan di Instalasi Gizi dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 7. Jumlah Tenaga Berdasarkan Jenis Tenaga Dan Status
Kepegawaian Di Instalasi Gizi RSUP. Dr. Sardjito.
No Jenis Tenaga Status Kepegawaian Jumlah
PNS Honorer/kontrak (orang)
1 Ahli Gizi/Penata Gizi 24 - 24
2 Pramusaji - 75 75
3 Pelaksana 3 2 5
Administrasi
4 Pelaksana Gudang 4 - 4
BM
5 Pemasak 44 3 47
6 Pelaksana 3 - 3
Kebersihan
TOTAL 158
Sumber : Data Sekunder Instalasi Gizi, 2004
2. Pendidikan
Gambaran umum pendidikan penjamah makanan di Instalasi Gizi
RSUP. Dr. Sardjito adalah sebagian besar berpendidikan akhir SMA yaitu
74,2%, dimana pendidikan penjamah makanan yang paling tinggi adalah
S1 yaitu 6,5% dan yang terendah adalah SD 3,2 % dan sisanya
berpendidikan akhir SMP yaitu 16,1%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 11 berikut ini.
Tabel 11. Pendidikan Penjamah Makanan
Kategori Pendidikan Jumlah
n %
Tidak Sekolah 0 0
SD 1 3.2
SMP 5 16.1
SMA 23 74.2
D1 0 0
D3 0 0
S1 2 6.5
Total 31 100
42
4. Jenis Kelamin
Hasil gambaran umum berdasarkan jenis kelamin pada penjamah
makanan di Instalasi Gizi RSUP. Dr. Sardjito didapatkan hasil bahwa
64,5% penjamah makanan berjenis kelamin perempuan dan 35,5%
berjenis kelamin laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13
di bawah ini.
Tabel 13. Jenis Kelamin Penjamah Makanan
Kategori Jenis Kelamin Jumlah
N %
Laki-Laki 11 35.5
Perempuan 20 64.5
Total 31 100
5. Lama Kerja
Pengalaman kerja yang dimiliki oleh penjamah makanan di Instalasi
Gizi RSUP. Dr. Sardjito keseluruhannya memiliki lama kerja diatas
8 tahun (100%), dan tidak ada penjamah yang kurang masa kerjanya dari
8 tahun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 12 data dasar
keselamatan kerja .
43
D. STRES KERJA
Pengukuran stres kerja tenaga penjamah makanan dilakukan dengan
cara pengisian kuisioner yang telah dibuat oleh peneliti. Pengukuran stres
kerja ini dilakukan ketika peneliti telah selesai melakukan pengukuran
keselamatan kerja pada masing-masing responden. Hasil pengukuran stres
kerja tenaga penjamah makanan adalah sebagai gambaran stres kerja yang
dialami penjamah makanan di tempat kerja Instalasi Gizi. Berdasarkan
rekapan kuesioner yang telah diisi, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 14. Gambaran Stres Kerja Penjamah Makanan
Kategori Penilaian Jumlah
n %
Stres Kerja Ringan 0 0
Stres Kerja Sedang 31 100
Stres Kerja Tinggi 0 0
Total 31 100
Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa tingkat stres para penjamah
makanan di Instalasi Gizi keseluruhannya berada pada kategori stres sedang
(100%) hal ini disebabkan karena keragu-raguan responden untuk menjawab
pertanyaan yang menurut Notoatmojo (2002) bisa dikarenakan penggunaan
bahasa dalam kuesioner tidak jelas sehingga membuat responden tidak
memahami kuesioner yang diberikan, selain itu juga jawaban-jawaban yang
diberikan sangat dipengaruhi oleh harapan-harapan pribadi, latar belakang
sosial dan pendidikan sehingga hasil yang diberikan bersifat subjektif oleh
karena itu untuk mengantisipasi dilakukan cara pendampingan sekaligus
bertanya langsung kepada responden. Keadaan stres kerja sedang yang
dialami penjamah makanan dapat juga berhubungan dengan umur dan lama
kerja, dimana umur responden keseluruhannya diatas 30 tahun dengan masa
kerja lebih dari 8 tahun, dinyatakan oleh Selye (1976) bahwa pada umur
diatas 30 tahun seorang pekerja akan mendapatkan pengalaman hidup yang
lebih banyak, dengan bertambahnya pengalaman hidup maka akan
berpengaruh pada keadaan stresnya, individu akan mudah mengendalikan
tekanan dalam hidupnya yang dipelajarinya dari pengalaman, hal ini sejalan
dengan penelitian Singarimbun (2004) yang mengatakan bahwa bobot stres
yang dialami oleh seseorang paling besar disebabkan karena umur, kejadian
ini juga dapat dihubungkan dengan pendidikan penjamah makanan yang
44
tenaga yang ada sekitar 3 sampai 4 orang penjamah makanan/shift, hal ini
dirasakan cukup membebani kerja penjamah makanan, hal ini juga diakui
oleh salah satu penjamah makanan yang menyatakan bahwa merasakan
cukup terbebani dengan kondisi tersebut, selain itu juga pengamat melihat
bahwa pada salah satu dapur beban kerja yang ada juga ditambah dengan
bervariasinya jenis masakan berdasarkan permintaan makanan untuk pasien
(order).
E. KESELAMATAN KERJA
Pengukuran keselamatan kerja pada penjamah makanan dilakukan
dengan cara pengisian kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti sebanyak 4
kali pengukuran yang diberikan setiap minggunya kepada responden. Hasil
keselamatan kerja penjamah makanan adalah sebagai gambaran keadaan
kerja yang mereka lakukan dikaitkan dengan jumlah kecelakaan yang terjadi.
Berdasarkan rekapan kuesioner yang telah diisi, didapatkan hasil
sebagai berikut.
Tabel 15. Hasil Penilaian Keselamatan Kerja Penjamah Makanan
Kategori Penilaian Jumlah
N %
Keselamatan kerja rendah 0 0
Keselamatan kerja sedang 2 6.5
Keselamatan kerja tinggi 29 93.5
Total 31 100
Pada tabel 15 dapat diketahui bahwa kondisi keselamatan kerja
penjamah makanan di instalasi gizi berada pada keselamatan kerja tinggi
yaitu 93,5%, dan 6,5 % pada keselamatan kerja sedang dan tidak ada yang
berada pada keselamatan kerja rendah. Hal ini dapat disebabkan karena
responden merasa diamati sehingga bersikap diluar kebiasaan sebenarnya,
keadaan ini juga dibenarkan oleh Notoatmojo (2002) yang menyatakan
bahwa pada pengumpulan data dengan cara observasi biasanya ditemukan
bias yang disebabkan karena responden merasa diamati sehingga tingkah
laku mereka akan dibuat-buat, kepercayaan kepada pengamat akan hilang
yang akhirnya reponden akan menutup diri dan selalu berprasangka,
keadaan ini akan menimbulkan ancaman kepada responden terutama karena
mengganggu situasi dan relasi pribadi, untuk mengantisipasi hal ini maka
46
makanan pada saat mengangkat wajan atau panci berisi makanan dari atas
kompor menggunakan celemek atau sutil.
seseorang dan pelatihan yang pernah didapatkan. Hal ini juga didukung oleh
Looker dan Gregson (2005), yang menyatakan bahwa stres kerja yang
dialami seseorang kasitasnya berbeda-beda, perkembangan dan kepribadian
sebagian besar menentukan sikap dan pengharapan kita terhadap pekerjaan
tersebut. Selain itu juga beban kerja yang dialami seorang pekerja selain
disebabkan karena pekerjaan tersebut juga disebabkan oleh lingkungan di
luar pekerjaan seperti di rumah dengan keluarga maupun dengan lingkungan
sosial disekitarnya. Beban dalam keluarga juga menjadi salah satu pemicu
seseorang menjadi stres, karena beban yang ada dan tidak terselesaikan
dibawa sampai ke tempat pekerjaan, sehingga nantinya akan mempengaruhi
kondisi kerja seseorang yang berpengaruh pada produktifitas kerjanya. Hasil
penelitian ini tidak senada dengan hasil penelitian Schuller (1980) dalam Rini
(2002) yang menyatakan bahwa stres yang dialami oleh seorang pekerja
berkorelasi dengan produktifitas kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja serta
tendensi mengalami kecelakaan.
Dari hasil pengamatan penjamah dengan stres kerja sedang dengan
keselamatan kerja sedang berada pada satu unit kerja yang mana unit
tersebut melakukan kegiatan persiapan bahan makanan hingga pengolahan
bahan makanan, dengan jenis masakan yang berbeda-beda berdasarkan
pesanan pasien, hal ini berpengaruh pada beban kerja yang diterima
penjamah karena menurut Selye dalam towseri (1996) salah satu respon
tubuh terhadap stres yang diakibatkan oleh beban kerja dan tututan kerja
yang ada adalah kelelahan. Kondisi kelelahan ini dianggap dapat
menurunkan produktifitas dan meningkatkan kejadian kecelakaan dengan
menurunnya kondisi fisik dan mental penjamah makanan. Dari hasil
perhitungan beban kerja berdasarkan jumlah tenaga kerja secara ekonomi
didapatkan hasil bahwa jumlah tenaga pada unit kerja dapur tersebut belum
memadai, dari hasil perhitungan didapatkan jumlah minimal tenaga kerja
adalah 2, dari hasil observasi ditemukan bahwa unit tersebut khususnya
untuk shift siang jumlah tenaga yang ada hanya 1 orang. Dari hasil
wawancara pada salah seorang penjamah makanan di unit tersebut
dikatakan keadaan ini menyebabkan mereka harus bekerja lebih banyak, hal
ini disebabkan karena jumlah pesanan makanan harus mereka perhitungkan
sendiri, mereka juga harus dapat menentukan pekerjaan mana yang harus
didahulukan dengan waktu kerja yang singkat dan pesanan yang banyak dan
49
A. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan
yaitu sebagai berikut.
1. Penjamah makanan di Instalasi Gizi RSUP. Dr. Sardjito keseluruhannya
memiliki stres kerja sedang yaitu 100%.
2. Kondisi keselamatan kerja penjamah makanan di Instalasi Gizi RSUP. Dr.
Sardjito yang dilihat dengan pendekatan jumlah kejadian kecelakaan
didapatkan hasil 93,55% memiliki keselamatan kerja tinggi dan 6,45%
memiliki keselamatan kerja sedang.
3. Hasil analisa hubungan antara stres kerja dengan keselamatan kerja
dengan menggunakan analisa korelasi spearman didapatkan hasil tidak
ada hubungan antara stres kerja dengan keselamatan kerja pada
penjamah makanan di Instalasi Gizi RSUP. Dr. Sardjito (P = 0,468;
r = 0,135).
B. SARAN
1. Dilihat dari hasil yang ada maka untuk mengatasi stres kerja maka
diperlukan pemantauan keadaan psikologis penjamah makanan.
2. Perlu adanya pelatihan keselamatan kerja untuk meningkatkan kondisi
aman di Instalasi Gizi dan memperhitungkan beban kerja dibandingkan
dengan jenis kelamin dan umur penjamah makanan, serta penyediaan
alat keselamatan kerja di Instalasi Gizi.
3. Jika diadakan penelitian lanjutan dapat digunakan psikiatri untuk
mendapatkan data yang lebih akurat dan dapat dihubungkan dengan
kondisi kesehatan penjamah makanan.
50
DAFTAR PUSTAKA
Darmono, 1985, Stres : Tinjauan Dari Segi Fisik, Kejiwaan dan Sosio
Budaya, Medica no.11 November 1985 hal 1096-1099.
Selye, H., 1976, The Stress of Life, Mc. Graw Hill.New York
Supariasa, I, Bakri, B.,dan Fajar, I., 2001, Penilaian Status Gizi, EGC
Tyas, K., 2004, Hubungan Antara Tingkat Stres Kerja Dengan Tingkat Empati
Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta.
Skripsi yang tidak dipublikasikan, UGM
Alamat :.
..
..
Yogyakarta, .2005
Mengetahui
Petugas Pewawancara Yang Membuat Pernyataan
__________________ _______________________
Lampiran 6.
KARAKTERISTIK PENJAMAH MAKANAN
Petunjuk pengisian:
Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi tempat kosong yang tersedia dengan
mememberi tanda silang (X) pada pilihan yang mewakili jawaban anda dan isilah
titik-titik di bawah ini. Kami mohon bantuannya untuk mengisi daftar pertanyaan
di bawah ini dengan sejujur-jujurnya. Semua jawaban yang saudara berikan tidak
akan mempengaruhi karir saudara di instalasi gizi.
Tanggal Pengisian :
Nomor responden : ..
1. Nama :
Berikut ini adalah sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi kerja
seseorang terhadap keselamatan kerja sebagai karyawan di instalasi gizi.
Petunjuk :
A. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi atau perasaan anda
B. Berikan tanda X (silang) pada kolom jawaban yang tersedia
C. Pilih jawaban yang sebenarnya anda rasakan, karena tidak ada jawaban
benar atau salah
D. Apabila sudah selesai, periksalah kembali jawaban anda, jangan sampai
ada yang terlewati. Kerahasiaan jawaban anda tetap kami jaga.
Keterangan :
STS : sangat tidak setuju
TS : tidak setuju
S : setuju
SS : sangat setuju
No Pertanyaan STS TS S SS
1 Saya merasa tidak nyaman dengan keributan yang
ditimbulkan oleh suara mesin di instalasi gizi
2 Menurut saya, rancangan ruang, ventilasi dan
pencahayaan di instalasi gizi cukup baik dan
membuat saya merasa nyaman dalam bekerja
Petunjuk pengisian :
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan
yang mewakili jawaban anda. Kami mohon bantuannya untuk mengisi daftar
pertanyaan dibawah ini dengan sejujur-jujurnya. Semua jawaban yang saudara
berikan tidak akan mempengaruhi karir saudara di Instalasi Gizi.
Tanggal pengisian : .
No. Responden : .
1. Apakah anda dalam seminggu ini pernah teriris pisau/ benda tajam lainnya?
a. Tidak pernah b. Ya, kurang dari 2 kali
c. Ya, 3 4 kali c. Ya, lebih dari 5 kali
2. Apakah anda dalam seminggu ini pernah terpeleset pada saat bekerja?
a. Tidak pernah b. Ya, kurang dari 2 kali
c. Ya, 3 4 kali c. Ya, lebih dari 5 kali
3. Apakah anda dalam seminggu ini pernah terantuk/tersandung benda keras
(meja, lemari)?
a. Tidak pernah b. Ya, kurang dari 2 kali
c. Ya, 3 4 kali c. Ya, lebih dari 5 kali
4. Apakah anda dalam seminggu ini pernah tersiram minyak panas pada saat
bekerja?
a. Tidak pernah b. Ya, kurang dari 2 kali
c. Ya, 3 4 kali c. Ya, lebih dari 5 kali
5. Apakah anda dalam seminggu ini pernah terbakar (jawa : keslomot) karena
alat bantu kerja yang panas (tersenggol dengan wajan/panci panas)?
a. Tidak pernah b. Ya, kurang dari 2 kali
c. Ya, 3 4 kali c. Ya, lebih dari 5 kali
6. Apakah anda dalam seminggu ini pernah terjatuh pada saat bekerja?
a. Tidak pernah b. Ya, kurang dari 2 kali
c. Ya, 3 4 kali c. Ya, lebih dari 5 kali
7. Apakah anda dalam seminggu ini pernah terbakar (jawa : keselomot) yang
berasal dari kompor yang disebabakan karena menyalakan kompor dengan
volume yang terlalu besar?
a. Tidak pernah b. Ya, kurang dari 2 kali
c. Ya, 3 4 kali c. Ya, lebih dari 5 kali
8. Apakah anda dalam seminggu ini pernah terbakar (jawa: keselomot) karena
uap panas yang ditimbulkan masakan pada saat bekerja?
a. Tidak pernah b. Ya, kurang dari 2 kali
c. Ya, 3 4 kali c. Ya, lebih dari 5 kali
9. Apakah anda dalam seminggu ini pernah terciprat minyak panas pada saat
bekerja?
a. Tidak pernah b. Ya, kurang dari 2 kali
c. Ya, 3 4 kali c. Ya, lebih dari 5 kali
10. Apakah anda dalam seminggu ini pernah terpotong pisau/ benda tajam lainnya
pada saat bekerja?
a. Tidak pernah b. Ya, kurang dari 2 kali
c. Ya, 3 4 kali c. Ya, lebih dari 5 kali
11. Apakah anda dalam seminggu ini pernah terciprat air panas pada saat bekerja?
a. Tidak pernah b. Ya, kurang dari 2 kali
c. Ya, 3 4 kali c. Ya, lebih dari 5 kali