Anda di halaman 1dari 19

GAMBARAN KEGIATAN LANJUT USIA

DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA JOGYAKARTA


UNIT BUDI LUHUR

Naskah Publikasi Skripsi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh


Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Gadjah Mada

oleh :
SURYANI

00/ 137711/KU/09698

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JOGYAKARTA
2004
INTISARI

Latar belakang: Lanjut usia dengan berbagai kondisi dan karakteristiknya


membutuhkan lingkungan dan aktivitas yang sesuai untuk terwujudnya
kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin. Panti Sosial Tresna Werdha
Jogyakarta unit Budi Luhur merealisasikanya dalam bentuk kegiatan pelayanan
untuk lanjut usia. Pelaksanaan kegiatan tersebut hendaknya memperhatikan
kondisi dan keadaan yang ada pada lanjut usia sehingga dan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi gambaran kegiatan
pelayanan lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Jogyakarta unit Budi Luhur.
Metode Penelitian: Penelitian ini dilakukan dengan metode fenomenologis yang
bersifat deskriptif eksploratif. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan
cross sectional. Teknik sampling dengan purposive sampling. Sampel penelitian
adalah 16 lanjut usia sesuai kriteria inklusi yang ditetapkan.. Instrumen penelitian
menggunakan wawancara mendalam dan DKT dipandu pedoman pertanyaan.
Hasil Penelitian: Kegiatan senam lanjut usia dilaksanakan lima kali seminggu
selama 30 menit, sesuai dengan kondisi lanjut usia, halaman panti sebagai tempat
senam bersih, nyaman dan aman. Jenis senam bervariasi meliputi tipe A, B, C, D
dan senam tongkat, gerakan mudah untuk dilakukan, petugas mengawasi,
memberi contoh gerakan dan mengarahkan gerakan senam, keluhan yang
dirasakan terkait dengan kondisi fisik lanjut usia. Kegiatan ketrampilan
dilaksanakan satu kali seminggu selama 1,5 jam, Ruang ketrampilan bersih, rapi
dan tidak pengap, jenis ketrampilan bervariasi membuat sulak, keset dan sapu,
keluhan dirasakan oleh lanjut usia yang alergi pada serat rumpia, petugas
membantu dan mengarahkan.lanjut usia. Kegiatan kesenian musik dilaksanakan
dua kali seminggu selama 1,5 jam, sesuai kondisi lanjut usia. Dilaksanakan di
Aula karena luas, bersih dan tersedia alat musik, Jenis kegiatan meliputi menyanyi
dan berjoget, petugas mengawasi serta membantu lanjut usia dalam menyanyi.
Kegiatan keagamaan dilaksanakan dua kali seminggu selama 1,5 jam sesuai
kondisi lanjut usia, dilaksanakan di Aula untuk agama Islam dan di wisma untuk
Kristen dan Katholik, jenis kegiatan meliputi ceramah agama, berdoa dan ibadah
kerohanian, petugas membimbing dan jelas dalam menyampaikan materi.
Kesimpulan: Kegiatan-kegiatan lanjut usia yang dilaksanakan di PSTW
Jogyakarta unit Budi Luhur meliputi aspek waktu dan frekwensi sesuai dengan
kondisi lanjut usia, tempat pelaksanaan bersih, rapi dan aman, jenis dari masing-
masing kegiatan bervariasi, petugas mengawasi dan mengarahkan pelaksanaan
kegiatan.

Kata kunci: Kegiatan lanjut usia, Panti Sosial Tresna Werdha, lanjut usia.
PENDAHULUAN

Perkembangan transisi epidemiologi yang cepat seiring transisi demografi

menyebabkan perubahan komposisi penduduk di seluruh dunia, termasuk negara

negara berkembang seperti Indonesia. Angka harapan hidup yang lebih baik

tersebut serta penurunan fertilitas yang menetap mengakibatkan peningkatan

populasi usia lanjut. Pada tahun 2000 jumlah penduduk lansia mencapai 17,8 juta

atau 8 % dari jumlah penduduk Indonesia dan jumlah tersebut diperkirakan akan

meningkat menjadi 28,8 juta atau 1,5 kali pada tahun 2020.1

Pada umumnya lansia menikmati hari tuanya dilingkungan keluarga

namun dalam keadaan tertentu dan karena sebab tertentu mereka tidak tinggal

bersama keluarganya, maka dibutuhkan suatu lembaga kesejahteraan sosial untuk

lanjut usia yang dapat menangani permasalahan tersebut. Pola pembinaan ini yang

kemudian disebut sistem penyantunan lansia dalam Panti Sosial Tresna Werdha.2

Berdasarkan Pedoman Penyelanggaraan Pembinaan Kesejahteraan Sosial

Bagi Lanjut Usia, Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) mengemban fungsi

sebagai unit pelaksana teknis dibidang kesejahtaran sosial yang bertugas

memberikan pelayanan, perawatan jasmani dan rohani kepada lansia yang

terlantar agar mereka dapat hidup secara wajar, sejahtera dan berguna serta

mendapatkan ketentraman lahir dan batin.3

Pada bulan juni 2003, penulis melakukan studi pendahuluan ke Panti

Sosial Tresna Werdha Jogyakarta unit Budi Luhur yang berlokasi di daerah

Bangunjiwo, Kasongan, Bantul, DIY. Dari hasil observasi, penulis memperoleh

data jumlah lanjut usia yang tinggal dipanti sebanyak 80 orang, yang terbagi
menjadi dua kelompok yaitu lansia kelompok subsidi silang sebanyak 20 orang

dan lansia kelompok murni sebanyak 60 orang. Sedangkan untuk tempat tinggal

lansia, tersedia 8 buah wisma dengan kapasitas masing-masing wisma 10 orang.

Sebagai salah satu wujud realisasi fungsi Panti Sosial Tresna Werdha

sebagai sebuah lembaga pelayanan lanjut usia, Panti Sosial Tresna Werdha

Jogyakarta unit Budi Luhur mengadakan program pelayanan kegiatan pokok

untuk lansia terdiri dari antara lain : kegiatan senam lansia yang dilaksanakan lima

kali dalam seminggu, kegiatan keterampilan pemanfaatan waktu luang satu kali

seminggu, kegiatan kesenian musik dua kali seminggu dan kegiatan keagamaan

dua kali seminggu.

Teori aktivitas menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari

bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan

mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin, disamping itu kualitas dari

aktivitas lebih penting dibandingkan kuantitas aktivitas yang dilakukan.

Penerapan teori ini dalam memberikan pelayanan terhadap lansia sangat positif,

karena memungkinkan para lansia tetap dapat merasakan kebahagiaan dan

kepuasan hidup di masa tua.4

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kegiatan lanjut usia

yaitu senam lansia, ketrampilan, kesenian musik dan keagamaan yang

dilaksanakan di PSTW Jogyakarta unit Budi Luhur.


BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif

eksploratif dan menggunakan pendekatan cross sectional. Total sampel sebesar

16 orang lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Jogyakarta unit Budi Luhur

yang memenuhi kriteria yang ditentukan yaitu: dapat berkomunikasi dan tidak

sedang mengalami gangguan kesehatan, minimal sudah tinggal dipanti selama 1

bulan dan mengikuti kegiatan yang dilaksanakan dipanti secara mandiri. Data

diambil dengan melalui wawancara mendalam dan Diskusi Kelompok Terarah

pada bulan Maret sampai dengan Mei 2004.

Data dianalisis dengan menganalisa setiap variabelvariabel yang terdapat

dalam penelitian ini dengan analisia isi (Content Analysis), kemudian hasil analisa

disajikan dengan uraian deskriptif dan pencantuman kuotasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Enam belas lanjut usia sebagai subyek penelitian semuanya merupakan

kelayan murni (100 %), terdiri dari 10 lanjut usia perempuan (62,5%) dan 6 lanjut

usia laki-laki (37,5%). Usia responden 60-74 tahun 8 orang (50 %), 75-90 tahun 7

orang ( 43,75%) dan lebih dari 90 tahun 1 orang (6,25%). Lama tinggal responden

antara 1-5 tahun 7 orang (43,75%), antara 6-10 tahun 7 orang (43,75%) dan lebih

dari 10 tahun terdapat 2 orang (12,5%).

A. Kegiatan senam lanjut usia

Senam lansia merupakan salah satu bentuk kegiatan pemenuhan kebutuhan

fisik untuk para kelayan di Panti Sosial Tresna Werdha Jogjakarta Unit Budi
Luhur, dilaksanakan setiap pukul 07.30 08.00 sebanyak lima kali dalam

seminggu yaitu hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu. Mengingat tidak

adanya tempat khusus untuk kegiatan senam maka senam diadakan di halaman

panti. Pelaksanaan senam ini dipandu oleh beberapa petugas. Untuk abaaba

gerakan senam dan iringan musik diberikan melalui rekaman dari tape recorder.

Kegiatan senam lanjut usia ini bertujuan untuk menjaga kebugaran dan

kesehatan fisik para kelayan dan dari data wawancara menunjukan bahwa

responden merasakan kegiatan senam yang selama ini dilaksanakan memberi

manfaat besar untuk kesehatan mereka.

Orang-orang yang berusia lanjut akan mengalami penurunan massa otot

serta kekuatannya, kelenturan, laju denyut jantung maksimal, toleransi latihan,

kapasitas aerobik, dan terjadi peningkatan lemak tubuh. Bukti-bukti yang ada

menunjukkan bahwa latihan dan olah raga pada lanjut usia dapat mencegah atau

melambatkan kehilangan fungsional tersebut, bahkan latihan yang teratur dapat

mengurangi morbiditas dan mortalitas lanjut usia yang disebabkan oleh

penyakitdegeneratif seperti DM dan penyakit kardiovaskuler.5

Disamping memberi manfaat untuk kesehatan, karena senam merupakan

aktivitas fisik dan mengingat kondisi kelayan yang banyak mengalami

kemunduran kekuatan fisik maka kelayan pun juga merasakan keluhan ketika

mengikuti senam. Keluhan tersebut sebagian besar terkait dengan kondisi fisik,

kesehatan atau karena ada penyakit yang diderita.

Penurunan kemampuan fisik lansia terutama dalam melakukan gerakan

tubuh merupakan salah satu dampak dari proses penuaan, disebabkan antara lain
oleh bentuk dan posisi badan sudah agak membungkuk, tulang-tulang menjadi

rapuh karena kekurangan zat kapur, kelenturan persendian berkurang sehingga

sering timbul rasa sakit ketika digerakkan.6

1. Waktu kegiatan senam

Secara umum seluruh responden dari kegiatan wawancara dan DKT

menyatakan bahwa waktu senam sudah sesuai untuk lanjut usia. Pernah diadakan

perubahan mengenai waktu senam, dahulu lebih dari satu jam dan ketika senam

ternyata para kelayan mengeluh terlalu lama dan merasa kepanasan karena sudah

agak siang, kemudian diadakan perubahan menjadi kurang lebih setengah sampai

satu jam saja, ketika ditanya lebih lanjut bagaimana kondisi setelah perubahan

tersebut, R7 menjawab sekarang sudah pas. . .dan tidak ada keluhan.

2. Tempat pelaksanaan senam

Menurut responden, halaman panti sudah bagus sebagai tempat senam,

bersih dan luas, seperti diungkapkan oleh R7:

tempatnya sudah bagus, karena tidak ada lapangan . . .adanya ya


hanya plataran , nah itu ya apa adanya dan ini juga memang simbah-
simbahnya bisa dilihat orang luar . . . merasa bangga begitu tho nak,
walaupun sudah tua tapi bisa senam.
Pemilihan tempat untuk melaksakan kegiatan olahraga sangat

memperhatikan pada keamanan dan kenyamanan dari peserta olahraga, kegiatan

ini sebaiknya dilaksanakan di alam terbuka. Jika olahraga dilakukan di halaman

terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjaga keselamatan lansia

yaitu, keadaan tanah rata, tidak berbatu dan tidak licin sehingga tidak

membahayakan lanjut usia.2


3. Frekwensi senam lansia

Dari data wawancara menunjukkan bahwa responden merasa pelaksanaan

senam lansia lima kali dalam seminggu sudah sesuai. karena dengan tiap hari

berolah raga dapat membuat badan menjadi sehat selain itu para kelayan masih

memiliki waktu untuk istirahat.

4. Jenis senam lansia


Terdapat beberapa tipe senam lansia yang diberikan di Panti Sosial Tresna

Werdha Jogjakarta Unit Budi Luhur yaitu tipe A, B, C, D dan tipe senam dengan

tongkat. Untuk tipe senam yang A, B, C dan D dibedakan berdasarkan pada

tingkat kebugaran kelayan, tipe A diperuntukkan bagi kelayan yang kondisi

fisiknya lemah misalkan kelayan yang memiliki kecacatan atau pasca sakit, dan

senam dilakukan dengan duduk dikursi. Sedangkan tipe B, C dan D secara

bertahap tingkat kebugaran kelayan lebih baik serta memiliki kemampuan fisik

yang bagus

Secara umum semua responden menilai bahwa senam yang diajarkan

selama ini mudah untuk diikuti dan sesuai dengan kemampuan kelayan, seperti

ungkapan R1 Sename ngeten (sambil mempraktekan beberapa gerakan

senam)gampil.. . .saget . . . nggih napa pengajarane petugase diturut.

Latihan dan olahraga pada lanjut usia harus disesuaikan secara individual

dan seiring dengan peningkatan kebugaran lanjut usia, latihan dapat ditingkatkan

secara bertahap, namun demikian pelaksanaannya harus tetap disesuaiakan dengan

tingkat keadaan fisik dan kebugaran masing-masing individu.1


5. Petugas senam lansia

Baik dari kegiatan wawancara maupun DKT, secara umum keseluruhan

responden menilai baik untuk petugas yang memandu kegiatan senam, reponden

merasakan bahwa petugas bersikap ramah, ngemong, memperhatikan jika ada

kelayan yang mengalami kesulitan atau jika ada yang melakukan kesalahan ,

petugas maka membenarkan.

Peran petugas disini sangat besar mengingat dengan kondisi dan segala

keterbatasan lanjut usia sangat dimungkinkan terjadi hal-hal yang membahayakan,

seperti terjatuh, sakit atau cedera-cedera fisik lainnya.

B. Kegiatan Ketrampilan

Kegiatan ketrampilan di Panti Sosial Tresna Werdha Jogyakarta unit Budi

Luhur dilaksanakan satu kali dalam satu minggu yaitu setiap hari Rabu pukul

09.00 10.30 di ruang ketrampilan.

1. Waktu kegiatan ketrampilan

Data dari kegiatan wawancara maupun DKT menunjukan bahwa semua

responden menilai waktu untuk kegiatan ketrampilan sudah sesuai dengan kondisi

lanjut usia, dari selesai kegiatan senam para kelayan masih memiliki waktu untuk

istirahat dan kegiatan ketrampilan selama satu setengah jam dinilai cukup oleh

responden seperti oleh R8 sudah cukup, karena kalau terlalu lama kasihan

simbahnya . . .tangane kemeng


Setiap individu akan mempunyai keterbatasan masing-masing dalam

kemampuan untuk melakukan sendiri segala kegiatannya segera setelah timbulnya

perubahan ini.6

2. Tempat kegiatan ketrampilan

Seluruh responden menilai ruang ketrampilan sudah baik sebagai tempat

untuk mengadakan berbagai kegiatan ketrampilan di Panti. Hasil wawancara dan

DKT menunjukan bahwa ruang ketrampilan bersih dan nyaman karena ketika ada

kegiatan ketrampilan jendela-jendela dibuka sehingga suasana tidak pengap.

Jika dilihat dari gedung ketrampilan sendiri, gedung ketrampilan memang

telihat luas, bersih, dan barang-barang/peralatan ketrampilan ditata dengan rapi.

Terdapat tiga ruangan, dimana satu ruang sebagai tempat penyimpanan peralatan

dan bahan ketrampilan, satu ruang tempat menyimpan hasil ketrampilan yang

sudah jadi dan satu ruang utama sebagai tempat pelaksanaan kegiatan

ketrampilannya.

3. Frekwensi kegiatan ketrampilan

Menurut R1 frekwensi kegiatan ketrampilan yang dilaksanakan satu kali

dalam seminggu sudah sesuai karena hari yang lain sudah ditentukan untuk

kegiatan yang lain: pun, pun sedengan, mengkeh dinten liyane wonten kegiatane

sanese. Lain dengan yang dikatakan oleh R7 yang menganggap bahwa kegiatan

ketrampilan satu kali dalam seninggu masih kurang karena dengan kegiatan

ketrampilan para kelayan dapat berkreasi dan menghasilkan sesuatu yang bernilai.
Tujuan dari kegiatan ketrampilan di PSTW Jogyakarta unit Budi Luhur

adalah untuk memberikan kegiatan produktif mengisi waktu luang dan agar para

kelayan merasa puas meskipun sudah tua tetapi tetapi masih mampu berkarya

maka tetapi jika kegiatan terlalu banyak dan lama maka bisa saja malah terjadi

gangguan-gangguan para kelayan.

4. Jenis kegiatan ketrampilan

Ketrampilan yang diberikan untuk kelayan putri adalah membuat

kemucing (sulak) dari tali rumpia, tasbih serta hiasan bunga-bungaan, sedangkan

untuk kelayan laki-laki membuat sapu dan keset dari sabut kelapa yang dianyam.

Jenis ketrampilan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing

kelayan.

. . . mbah kakung niku ndamel sapu, mbah putri sing ndamel sulak, . .
sing mboten iso nggawe nggih nameng nyuwiri rafiane . . . . (R1)

Mengenai peralatan yang digunakan selama ini, para kelayan hanya

menggunakan peniti atau jarum untuk memilah-milah rumpia yang akan dibuat

sulak, seperti dikatakan oleh R3 alate pun cemepak, alate niku nggih nameng

peniti . . . dingge nyuwiri rafia

Peralatan yang disediakan di ruang ketrampilan ini antara lain sebuah

mesin jahit, peralatan untuk membuat keset yaitu mal, songket, dan gunting, sisir

suri untuk memilah rumpia tetapi sebagian besar kelayan menggunakan peniti

untuk memilah rumpia ini, kayu, bambu sebagai batang sapu dll. Beberapa prinsip

yang perlu diperhatikan sehubungan penyediaan peralatan ketrampilan adalah

peralatan harus aman, mudah digunakan dan tidak membahayakan lanjut usia,

serta penempatan alat mudah dijangkau.2


5. Petugas kegiatan ketrampilan

Selama kegiatan ketrampilan berlangsung petugas mengawasi pekerjaan

kelayan jika ada yang kurang mengerti diberitahu dan jika ada kelayan mengalami

kesulitan maka petugas segera

Tetap aktif bekerja atau melakukan sesuatu yang berarti sangat bermanfaat

untuk menjaga fungsikerja otak dan syaraf, karena aktivitas yang dilakukan

tersebut dapat memberikan stimulasi/rangsangan pada otak. Seseorang yang terus

bekerja sampai mencapai akhir masa hidupnya mempunyai fungsi otak yang lebih

baik dan dapat melakukan tes kecerdasan dengan lebih baik dibandingkan mereka

yang jarang beraktivitas atau menganggur.8

C. Kegiatan Kesenian Musik

Kegiatan kesenian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan

suasana gembira, santai dan sebagai tempat menyalurkan hobi dibidang kesenian

musik terutama menyanyi dan menari. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Aula

panti dua kali seminggu yaitu setiap hari Senin dan Kamis pukul 09.0010.30.

Bentuk dari kegiatan kesenian musik ini adalah bernyanyi dan berjoget dengan

diiringi musik serta dipandu beberapa petugas.

1. Waktu kesenian musik

Waktu pelaksanaan kesenian musik menurut responden sudah sesuai, dari

selesai kegiatan sebelumnya para kelayan tetap memiliki waktu untuk istirahat

sebelum memasuki sesi kegiatan kesenian musik dan untuk lamanya kegiatan

dinilai sudah cukup, tidak terlalu lama dan juga tidak terlalu singkat.
Penentuan waktu ini juga didasarkan pada kemampuan dan kondisi lanjut

usia, meskipun kegiatan ini bersifat menghibur tetapi karena lanjut usia memiliki

keterbatasan untuk duduk terlalu lama apalagi suara musik/kebisingan yang terus-

menerus malah bisa menimbulkan rasa tidak nyaman

2. Tempat kesenian musik

Karena tidak memiliki ruang khusus untuk kegiatan kesenian musik, maka

dijadikan satu dengan Ruang Aula Panti, hal ini selain ruang Aula cukup luas dan

bersih, ketika ada kegiatan kunjungan dari luar maka para pengunjung akan

sekalian dihibur dengan kepintaran kelayan dalam bernyanyi dan berjoget. Di

ruangan ini juga disediakan berbagai macam peralatan musik dari sound system,

aneka macam gamelan sampai piano, tetapi yang sering digunakan untuk

mengiringi kelayan menyanyi adalah rekaman musik dari tape recorder.

3. Frekwensi kesenian musik

Semua responden mengungkapkan bahwa frekwensi kesenian musik sudah

sesuai dengan kondisi dan kemampuan lanjut usia. Seperti dijelaskan oleh R7

dengan jawaban yang panjang,

kalau pendapat simbah tentang frekwensi kegiatan musik . . . jadi


menurut simbah ini ya sudah bagus sekali, jadi satu minggu ada dua
kali, ini ya sudah baik sekali. . . kegiatan kesenian musik ini khan
memberikan hiburan kepada simbah- simbah disini

4. Jenis kegiatan kesenian musik

Jenis kegiatan musik yang diberikan, antara lain menyanyi dan ada

beberapa kelayan yang berjoget didepan. Jenis lagu yang diberikan menurut

responden sudah bervariasi sehingga tidak monoton pada satu jenis lagu, mulai
dari lagulagu Jawa jenis campur sari, keroncong, langgam, juga terdapat lagu

lagu pop lama, dangdut dan irama poco-poco.

5. Petugas kesenian musik

Mengenai petugas kegiatan kesenian, petugas yang memandu biasanya 3-4

orang, satu orang bertugas memutarkan musik, satu petugas memandu

keseluruhan acara dan dua orang petugas memandu kelayan yang ingin menyanyi

didepan. Sikap petugas terlihat ramah, mampu membuat meriah suasana dan

membuat agar semua kelayan ikut aktif dalam kegiatan kesenian ini.

D. Kegiatan keagamaan

Kegiatan keagamaan dilaksanakan dua kali seminggu setiap hari Selasa

dan Sabtu pukul 09.0010.30 dalam bentuk kegiatan pengajian dan ceramah

agama. Tempat pelaksanaan bimbingan Agama Islam dilaksanakan di Aula

sedangkan untuk Agama Kristen dan Katholik masingmasing dilaksanakan di

Wisma Anggrek dan Wisma Dahlia.

1. Waktu kegiatan keagamaan

Mengenai waktu pelaksanaan kegiatan, semua responden baik yang

beragama Islam, Kristen maupun Katholik menilai sudah sesuai untuk waktu yang

telah ditentukan tersebut. Seperti penuturan R1 pun sekeco, nek kesuwen mbahe

ngantuk . . . Mengenai lama pelaksanaan, RC menilai sudah cukup karena kalau

terlalu lama duduk para kelayan merasa tidak mampu . . . nek kedangon

lenggahipun meniko, kraos keju.


Selain itu jika kegiatan keagamaan terlalu lama dimungkinkan kelayan

merasa bosan untuk mendengarkan seseorang berbicara dan merasa mengantuk.

2. Tempat kegiatan keagamaan

Meskipun di Panti Sosial Tresna Werdha Jogyakarta Unit Budi Luhur

memiliki masjid tetapi kegiatan Agama Islam dilaksanakan di Aula. Hal ini

karena para kelayan mengalami kesulitan jika harus duduk dibawah terlalu lama,

selain dikhawatirkan jika ada kelayan yang mengalami inkontinensia urin dapat

mengotori masjid.

3. Frekwensi kegiatan keagamaan

Responden tidak mengeluhkan frekwensi kegiatan keagamaan yang

ditentukan, misal pernyataan RC sampun cekapan . . . meniko nggih sampun

saget menuhi menapa engkang dipun betahaken kaliyan para kelayan meniko. . .

menawi kirang nggih mangkeh saget ngibadah piyambak-piyambak

4. Jenis kegiatan keagamaan

Pelaksanaan kegiatan keagamaan diberikan dalam bentuk pengajian untuk

Agama Muslim dan kegiatan ibadah untuk Agama Kristen dan Katholik setiap

hari Selasa dan Sabtu, tetapi disamping kegiatan tersebut, pelayanan kebutuhan

spiritual juga diberikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah harian sesuai agama

masing-masing.

Religiusitas dan penghayatan keagamaan sangat berpengaruh pada

bagaimana seseorang menghadapi peristiwa hidup yang dialami, dengan


pemahaman agama yang baik seseorang akan menjadi lebih pasrah kepada Tuhan

dan tenang dalam menghadapi cobaan hidup.9

5. Petugas kegiatan keagamaan

Kegiatan bimbingan Agama Islam diberikan oleh pegawai dari

Departemen Agama atau dari KUA, khusus untuk hari sabtu didatangkan ustadz

dari pondok pesantren Pleret, tetapi karena sekarang ustadz tersebut tidak bisa

lagi mengajar maka untuk yang hari sabtu digantikan oleh pegawai panti.

Sikap profesional dalam merawat lansia akan sangat mempengaruhi

kualitas pelayanan yang diberikan, yang tujuan akhirnya adalah membentuk lansia

yang memiliki kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin. Beberapa sikap

profesional tersebut antara lain: keterlibatan, respek dalam arti menghargai

seseorang, empati yaitu ikut merasakan dan mengerti tentang situasi yang sedang

dihadapi orang lain, dan kesungguhan.6

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan Senam lanjut usia, kegiatan ketrampilan , kegiatan kesenian

musik dan kegiatan keagamaan yang dilaksaanakan di Panti Sosial Tresna Werdha

Jogyakarta Unit Budi Luhur meliputi aspek waktu dan frekwensi sesuai dengan

kemampuan dan kondisi lanjut usia, tempat pelaksanaan bersih, nyaman, rapi dan

aman, jenis kegiatannya sudah bervariasi dan petugas memandu masing-masing


kegiatan dengan baik, mengawasi, membimbing dan mengarahkan pelaksanaan

kegiatan.

Saran

1. Mengenai kegiatan yang sudah dapat terlaksana dengan baik, hendaknya

dipertahankan dan perlu dilakukan evaluasi kegiatan secara rutin sehingga

dapat diketahui kekurangan-kekurangan yang ada dan langkah-langkah

perbaikan yang dapat dilakukan.

2. Pihak Dinkes Kessos perlu melakukan pengawasan secara berkelanjutan

terhadap pelaksanaan pelayanan Panti Sosial Tresna Werdha dan menjadi

acuan dalam perumusan kebijakan selanjutnya.

3. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan untuk mengetahui kegiatan yang

diberikan untuk lanjut usia peserta program subsidi silang.


UCAPAN TERIMA KASIH

1. Bapak Purwanta, S.Kp., M.Kes. dan Bapak Akhmadi, S.Kp. selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan dorongan
selama penelitian ini.
2. Bapak Dwi Harjanto, S.Kp. selaku Dosen Penguji atas segala saran, kritik
dan masukan dalam penelitian ini.
3. Pihak Panti Sosial Tresna Werdha Jogyakarta unit Budi Luhur yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
4. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
KEPUSTAKAAN
1. Handajani,Y.S. 2003. Tantangan bagi Indonesia Terhadap Peningkatan
Populasi Lanjut Usia pada Masa Mendatang dan Antisipasinya. Majalah
Kedokteran Atma Jaya. Vol.2. No.1

2. Depsos RI. 1998. Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia.


Departemen Sosial RI

3. Depsos RI. 1996. Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Kesejahteraan


Sosial bagi Lanjut Usia. Departemen Sosial RI

4. Hardywinoto. 1999. Panduan Gerontologi-Tinjauan dari Berbagai Aspek.


Jakarta : EGC

5. Darmojo dan Martono, H. 2000. Buku Ajar Geriatri. Edisi 2. BPFK UI

6. Undang-Undang RI No. 13 tahun 1998. Tentang Kesejahteraan Lanjut


Usia

7. Anonim, http://www.indomedia.com/intisari1999/april/bugar.htm

8. Martono, H. 1995. Pelayanan Sosial - Kejahteraan pada Usia Lanjut,


Handout Kursus Perawatan. Semarang: Depkes RI

9. Hawari, D. Prof. Dr. 1997. Al Quran, Ilmu Kedokteran Jiwa dan


Kesehatan Jiwa. Jogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa

Anda mungkin juga menyukai