TINJAUAN PUSTAKA
SEM menjadi suatu teknik analisis yang lebih kuat karena mempertimbangkan
pemodelan interaksi, nonlinearitas,
11
21
22
32
13
11
23
33
21
12
2
31
32
22
14
24
15
25
(kotak)
(ksi)
(eta)
(gama)
(beta)
(zeta)
(delta)
(epsilon)
(alfa)
: factor
loadings,
parameter
yang
menggambarkan
yang
menyusun
hipotesis
hubungan
sebab
akibat
(causal
5. Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung kecuali
diukur dengan satu atau lebih variabel manifes.
6. Variabel manifes adalah variabel yang digunakan untuk menjelaskan atau
mengukur sebuah variabel laten. Dalam satu variabel laten terdiri dari beberapa
variabel manifes.
7. Koefisien jalur adalah koefisien regresi standar atau disebut beta yang
menunjukkan pengaruh langsung dari suatu variabel bebas terhadap variabel
tergantung dalam suatu model jalur tertentu.
8. Analisis faktor penegasan (confirmatory factor analysis), suatu teknik kelanjutan
dari analisis faktor dimana dilakukan pengujian hipotesis-hipotesis struktur
factor loadings dan interkorelasinya.
Isi sebuah model SEM pastilah variabel-variabel, baik itu variabel laten
maupun variabel manifes. Jika ada sebuah variabel laten, pastilah akan ada dua atau
lebih variabel manifes. Banyak pendapat menyarankan sebuah variabel laten
sebaiknya dijelaskan oleh paling tidak tiga variabel manifes. Cara sederhana untuk
mengetahui apakah sebuah variabel dapat digolongkan menjadi sebuah variabel laten
adalah dengan menguji apakah variabel tersebut dapat langsung diukur, jika tidak,
dapat dikategorikan sebagai variabel laten yang membutuhkan sejumlah variabel
manifes.
Dalam sebuah model SEM, sebuah variabel laten dapat berfungsi sebagai
variabel eksogen atau variabel endogen. Sebuah variabel dependen dapat saja menjadi
variabel independen untuk variabel yang lain.
2.1.5 Asumsi
Untuk
menggunakan
SEM
diperlukan
asumsi-asumsi
yang
mendasari
4. Data interval
Sebaiknya data interval digunakan dalam SEM. Sekalipun demikian, tidak seperti
pada analisis jalur, kesalahan model-model SEM yang eksplisit muncul karena
penggunaan data ordinal. Variabel-variabel eksogenous berupa variabel-variabel
dikotomi atau dummy dan variabel dummy kategorikal tidak boleh digunakan dalam
variabel-variabel endogenous. Penggunaan data ordinal atau nominal akan
mengecilkan koefesien matriks korelasi yang digunakan dalam SEM.
2.1.6 Bagian SEM
Secara umum, sebuah model SEM dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu:
1. Measurement Model
Measurement model adalah bagian dari model SEM yang menggambarkan
hubungan antara variabel laten dengan indikator-indikatornya.
2. Structural Model
Structural model menggambarkan hubungan antar variabel-variabel laten atau
antar variabel eksogen dengan variabel laten.
2.1.7 Proses Analisis SEM
Menurut Hair et al (1995) dalam Hartono (2006), ada 7 (tujuh) langkah yang
harus dilakukan apabila menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) yaitu:
1. Pengembangan model teoritis
Dalam langkah pengembangan model teoritis, hal yang harus dilakukan
adalah melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka guna
mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan dikembangkan. SEM
1) Persamaan
struktural
(structural
equation)
yang
dirumuskan
untuk
menggunakan
input
data
yang
hanya
menggunakan
matriks
identifikasi
pada
prinsipnya
adalah
problem
mengenai
6) TLI
(Tucker
Lewis
Index),
merupakan
incremental
index
yang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
yang digunakan. Walaupun banya ahli yang sudah menyadari perlunya membuat
model yang dapat menjelaskan banyak fenomena sosial dalam hubungan banyak
variabel, namun mereka belum dapat menangani kompleksitas perhitungan
matematisnya. Saat ini banyak software yang khusus digunakan untuk analisis model
SEM, seperti LISREL, AMOS, EQS dan Mplus. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan AMOS 18.0 sebagai alat analisisnya.
Sebagai sebuah model persamaan struktur, AMOS telah sering digunakan
dalam pemasaran dan penelitian manajemen strategik. Model kausal AMOS
menunjukkan pengukuran dan masalah yang struktural dan digunakan untuk
menganalisis dan menguji model hipotesis. AMOS sangat tepat untuk analisis seperti
ini, karena kemampuannya untuk : (1) memperkirakan koefisien yang tidak diketahui
dari persamaan linier struktural, (2) mengakomodasi model yang meliputi latent
variabel, (3) mengakomodasi kesalahan pengukuran pada variabel dependen dan
independen, (4) mengakomodasi peringatan yang timbal balik, simultan dan saling
ketergantungan.
2.2 Konsep Dasar
2.2.1 Kesetiaan Pasien
Oliver (1999) menyatakan bahwa kesetiaan (loyalitas) adalah pilihan yang
dilakukan konsumen untuk membeli merek tertentu dibandingkan merek yang lain
dalam satu
kategori produk.
Konsumen
akan
memberikan
loyalitas
dan
kepercayaannya pada merek selama merek tersebut sesuai dengan harapan yang
dimiliki oleh konsumen, bertindak dalam cara-cara tertentu dan menawarkan nilai-
nilai tertentu. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek tertentu memilki sikap
yang positif dan setia terhadap merek tersebut.
Menurut Griffin (2002) menyatakan ada beberapa hal yang mempengaruhi
kesetiaan/loyalitas, yaitu :
1. Pengaruh dari konsumen
Karakteristik
individu
mempunyai
kaitan
dengan
keputusan
untuk mempertahankan
akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit
tersebut.
5. Fasilitas, kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian kepuasan
pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir,
ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak
vital menentukan penilaian kepuasan klien, namun rumah sakit perlu
memberikan perhatian pada fasilitas rumah sakit dalam penyusunan strategi
untuk menarik konsumen.
6. Citra (image), yaitu reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan.
Image juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien
memandang
rumah
sakit
mana
yang
akan
dibutuhkan
untuk
proses
dalam pertanyaan
tentang lokasi
rumah
sakit,
kebersihan,
8. Suasana, meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu. Suasana rumah sakit
yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepuasan
pasien dalam proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja
yang menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung ke rumah sakit akan
sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga akan terkesan
bagi pengunjung rumah sakit tersebut. Aspek ini tidak hanya penting untuk
memberikan kepuasan semata, tetapi juga memberi perlindungan kepada pasien
dari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan pasien seperti jatuh,
kebakaran, dan lain-lain.
9. Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan
keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan
cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan
terhadap keluhan pasien. Komunikasi dalam hal ini juga termasuk perilaku, tutur
kata, keacuhan, keramahan petugas, serta kemudahan mendapatkan informasi
dan komunikasi menduduki peringkat yang tinggi dalam persepsi kepuasan
pasien rumah sakit.
Manfaat utama dari program pengukuran adalah tersedianya umpan balik
yang segera, berarti dan objektif. Dengan hasil pengukuran orang bisa melihat
bagaimana mereka melakukan pekerjaannya, membandingkan dengan standar kerja,
dan memutuskan apa yang harus dilakukan untuk melakukan perbaikan berdasarkan
pengukuran tersebut.
terhadap kata-kata yang tercermin dalam janji rumah sakit, maka semakin tinggi
pula tingkat kepercayaan tersebut. Keyakinan ini menggambarkan pula
keyakinan dalam artian psikologis (believability) dan realistis (truthfilness)
dimana kata-kata tersebut mengandung nilai-nilai kebenaran.
2. Reabilitas
Reabilitas hampir sama dengan kredibilitas, yaitu menggambarkan tingkat
keyakinan pelanggan terhadap tindakan dari perusahaan. Semakin tinggi tingkat
reabilitas maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan pasien terhadap rumah
sakit. Hal ini mencakup penilaian terhadap nilai-nilai rumah sakit berdasarkan
harapan pelanggan dimasa yang akan datang (predictability) dan nilai-nilai yang
telah disosialisasikan kepada para pasien melalui berbagai macam media massa.
3. Keamanan
Keamanan menggambarkan tersedianya keamanan atau keselamatan yang telah
dan akan dirasakan oleh pelanggan. Keamanan dan keselamatan ini mencakup
keamanan mengenai kerahasiaan identitas pasien, keamanan financial dan
keamanan dalam proses transaksi dan keamanan bahwa harapannya akan
terwujud karena pasien yakin akan kemampuan rumah sakit. Semakin tinggi
tingkat keamanan, maka semakin tinggi pula kepercayaan pasien rumah sakit.
4. Kepedulian
Kepedulian mencakup perhatian perusahaan terhadap pelanggan. Semakin tinggi
kepedulian komitmennya maka semakin tinggi pula konsumernya. Semakin
tinggi tingkat kepedulian suatu rumah sakit maka semakin tinggi pula jumlah
pasien rumah sakit tersebut.
3. Assurance (jaminan)
Pengetahuan atau wawasan, kesopansantunan, percaya diri dari pemberi
pelayanan, serta respek terhadap konsumen. Kemampuan karyawan untuk
menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan
terhadap pasien misalnya kepercayaan pasien terhadap jaminan kesembuhan dan
keamanan.
4. Empathy (empati)
Kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan memahami
kebutuhan pelanggan. Kesediaan karyawan untuk peduli memberikan perhatian
kepada pasien, misalnya karyawan mencoba mendekatkan diri pada pasien, jika
pasien mengeluh maka harus dicari solusi untuk mengatasi keluhan tersebut
dengan menunjukkan rasa peduli yang tulus dan penuh kesabaran (Kotler, 2004).
5. Tangibles (faktor fisik), yaitu fasilitas fisik, perlengkapan, serta penampilan
personil. Yang termasuk aspek
dimiliki. Untuk mencapai kecepatan dan ketepatan pelayanan yang akan diberikan,
pelayanan yang baik juga perlu didukung oleh ketersediaan dan kelengkapan produk
yang dibutuhkan pelanggan. Hal tersebut menghasilkan hipotesis bahwa semakin
tinggi mutu pelayanan maka semakin tinggi kepuasan.
2.3.2 Hubungan Mutu Pelayanan dengan Kepercayaan
Penelitian yang dilakukan Sharma dan Patterson (1999) dalam Hermanto
(2006) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan kepercayaan yang merupakan
salah satu komponen relationship marketing hendaknya didorong oleh kualitas teknis
dan fungsional yang memadai. Sehingga menghasilkan hipotesis bahwa semakin
tinggi mutu pelayanan maka semakin tinggi kepercayaan.
2.3.3 Hubungan Mutu Pelayanan dengan Kesetiaan
Kaitan antara loyalitas pelanggan dan kualitas layanan juga dikemukakan oleh
Zeithaml et al (1996) dalam Affandi (2011). Dalam penelitiannya, dikemukakan
bahwa kualitas layanan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumen
untuk loyal terhadap suatu layanan/produk. Dalam penelitiannya, Zeithaml
menunjukkan bahwa kualitas layanan yang baik akan berdampak pada terbentuknya
perilaku konsumen yang positif, seperti pembelian ulang, menurunnya sensitifitas
terhadap harga, dan peningkatan nilai layanan di mata konsumen. Dari paparan
tersebut dapat diajukan hipotesis bahwa semakin tinggi mutu pelayanan maka
semakin tinggi kesetiaan pasien.
2.3.4 Hubungan Kepuasan dengan Kesetiaan
Kaitan kepuasan dan loyalitas pelanggan dikemukakan oleh Nielsen (1998)
dalam Affandi (2011). Meningkatnya kepuasan akan berpengaruh terhadap
kepuasan
kesetiaan
mutu
kepercayaa