Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, penyusunan Kurikulum (KTSP) Madrasah Ibtidaiyah Negeri Cinisti
Kabupaten Garut dapat terselesaikan. Tim Penyusun KTSP ini terdiri atas guru, konselor, dan Kepala MIN Cinisti
yang bertindak sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan penyusunan KTSP ini kami melibatkan Komite
Madrasah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait.
Penyusunan dokumen Kurikulum MIN Cinisti ini dilakukan dengan merujuk pada Permendiknas nomor 22 tahun
2006 tentang Standar Isi, Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Permendiknas nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, Panduan Penyusunan KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dikeluarkan oleh BSNP tahun
2006, serta Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor: DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006 Tentang Pelaksanaan Standar
Isi.
Penyusunan kurikulum ini merupakan hal pertama kali yang dilakukan sepenuhnya oleh pihak madrasah bersama
komite madrasah, nara sumber, para guru dan pihak-pihak lain yang terkait dalam mengembangkan kurikulum
operasional yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan madrasah serta aktualisasi kemampuan profesional guru
dalam pengembangan kurukulum. Untuk itu kurikulum ini perlu selalu disempurnakan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan tuntutan kebutuhan masyarakat.
Besar harapan kami bahwa kurikulum ini dapat digunakan oleh guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Cinisti dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan dimanfaatkan oleh stakeholder lainnya dalam pembinaan
penyelenggaraan pendidikan.
Garut, 30 Juni 2008
Kepala MIN Cinisti
YAYA CAHYA KARMANA
NIP. 150222974
TIM PENYUSUN
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
MI NEGERI CINISTI GARUT KAB. GARUT
JABATAN
NO NAMA UNSUR KET
DALAM TIM
1
2
Yaya Cahya Karmana Kapala Madrasah Ketua
3
Ali Supyandi Wakil Ketua Wakil Ketua
4
Ailah Nurjamilah Bid.Kurikulum/Guru VI A Sekretaris
5
Enung Nurhayati Guru Kelas I A Anggota
6
Imas Karwati Guru Kelas I B Anggota
7
Sri Mulyani Guru Kelas I C Anggota
8
Lilis Nurlaela Guru Kelas II A Anggota
9
Ghaniyya Yuntafa Guru Bhs. Arab Anggota
10
Oke Kurniawati Guru Kelas II B Anggota
11
Rina Anggraeni Guru Kelas II C Anggota
12
Iis Masturoh Guru Kelas III A Anggota
13
Reni Cahyani Guru Kelas III B Anggota
14
Nenih Rohyati Guru Kelas IV A Anggota
15
Agus Budianto Guru Kelas IV B Anggota
16
Dadang Subki Guru Kelas V A Anggota
17
Ai Andriani Guru Kelas V B Anggota
18
Deden Rusmana Guru Kelas VI B Anggota
19
Edi K Guru Seni Budaya Anggota
20
Nyanyang Abdullah Guru Penjaskes Anggota
21
Hilman Pirmansah Guru T I K Anggota
22
Irma Arlianti Guru B. Sunda Anggota
23
KH. Dayat Komite Madrasah Anggota
24
25
B. LANDASAN
Landasan yuridis formal yang digunakan dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan tersebut antara lain:
1. 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32
ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1),(2).
1. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (5),(13),(14),(15); Pasal 5 ayat (1),(2); Pasal
6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4),(5),(6),(7),(8); Pasal 8 ayat (1),(2),(3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat
(1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4)(5); Pasal 17 ayat
(1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20.
3. Standar Isi
Standar Isi (SI) mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan
jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006.
4. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan
dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006.
5. Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam No. DJ11-1/pp.00/ED/681/2006 tentang pelaksanaan Standard Isi
6. Rencana Pengembangan MI Negeri Cinisti Kabupaten Garut Tahun 2009
BAB II
PROFIL MADRASAH
1. A. Tujuan Satuan Pendidikan Dasar
Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mngembangkan potensi anak didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam rangka mengemban fungsi
tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Salah satu komponen penting demi terlaksananya sebuah Sistem Pendidian Nasional yang terarah adalah
keberadaan kurikulum.
Keberadaan kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam melaksanankan sebuah Sistem Pendidikan
Nasional yang terarah. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusisa paripurna sebagaimana yang tersurat dalam tujuan
pendidikan nasional. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, pengembangan potensi peserta didik harus
disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Sebagai upaya mendekatkan pendidikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik, serta tuntutan lingkungan, MI Negeri Cinisti Kabupaten Garut mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini disusun dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) yang telah ditetapkan oleh pemerintah demi menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini merupakan salah satu upaya sekolah untuk mengakomodasi
potensi yang ada di daerah Kabupaten Garut Jawa Barat dan untuk meningkatkan kualitas satuan pendidikan, baik
dalam aspek akademik maupun nonakademik, memelihara / mengembangkan budaya daerah, serta menguasai
perkembangan Iptek yang dilandasi Iman dan Takwa.
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk :
(a) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(b) Belajar untuk memahami dan menghayati,
(c) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
(d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain,
(e) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan dasar ini dikembangkan oleh MI Negeri Cinisti dan komite
Madrasah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang
dibuat oleh BSNP.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan
jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial
ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara
dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin
relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha
dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,
keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,
nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta
arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pada akhirnya Kurikulum ini akan tetap menjadi sebuah Dokumen, yang akan menjadi kenyataan apabila terlaksana
di lapangan dalam Proses pembelajaran yang baik . pembelajaran di dalam maupun di luar Kelas, hendaknya
dilakukan secara efektif yang mampung membangkitkan efektifitas dan kreatifitas anak. Atas dasar kenyataan di
atas, maka pembelajaran hendaknya bersifat ; Mendidik, mencerdaskan, membangkitkan aktivitas dan kreatifitas,
efektif, demokratif, menantang, dan menyenangkan. Dengan spirit itulah Kurikulum ini akan menjadi Pedoman yang
dinamis bagi penyelenggaraan Pendidikan dan Pembelajaran di MI Negeri Cinisti Kab. Garut.
b. Misi
1. Memberikan materi yang sesuai dengan tahapan kemampuan siswa;
2. Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk menjadi yang tebaik
3. Menanamkan sikap disiplin, rukun, cinta dan kasih sayang sesama hidup
C. Tujuan Madrasah
Selama satu tahun pelajaran Madrasah dapat :
1. Mengembangkan KTSP dengan dilengkapi Silabus tiap mata pelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
Lembar Kegiatan Siswa dan Sistem Penilaian.
2. Mengembangkan Silabus muatan lokal dengan dilengkapi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kegiatan
Siswa dan Sistem Penilaian.
3. Mengembangkan program-program pengembangan diri beserta jadwal pelaksanaannya.
4. Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan nonkonvensional di antaranya CTL, Direct Instruction,
Cooperative Learning, dan Problem Base Instruction
5. Memperoleh selisih Nilai Ujian Nasional (UASBN) sebesar 0,29
6. Mengikutsertakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelatihan peningkatan profesionalitas melalui
kegiatan KKG, MGMP. Lomba-lomba, Seminar, Workshop, Kursus Mandiri, Demand Driven dan kegiatan lain yang
menunjang profesionalisme.
7. Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran ( ruang media, perpustakaan, media
pembelajaran Matematika dan SAINS, dan Laboratorium Keterampilan) serta sarana penunjang berupa tempat
ibadah, kebun Sekolah, tempat parkir, kantin sekolah, lapangan olahraga, dan WC sekolah dengan mengedepankan
skala prioritas.
8. Melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah dan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah secara
demokratis, akuntabel, dan terbuka.
9. Menggalang pembiayaan pendididikan secara adil dan demokratis dan memanfaatkan secara terencana serta
dipertanggungjawabkan secara jujur, transparan, dan memenuhi akuntabilitas publik.
10. Mengoptimalkan pelaksanaan penilaian otentik secara berkelanjutan
11. Mengoptimalkan pelaksanaan program remedi dan pengayaan
12. Membekali komunitas sekolah agar dapat mengimplementasikan ajaran agama melalui kegiatan shalat
berjamaah, baca tulis Alquran, hafalan Surat-surat Pendek / Al-Quran dan pengajian keagamaan.
13. Membentuk kelompok kegiatan bidang Ekstrakurikuler yang bertaraf lokal, regional maupun nasional.
14. Mengikutsertakan siswa dalam kegiatan Porseni tingkat Kabupaten atau jenjang berikutnya.
15. Memiliki tim olah raga yang dapat bersaing pada tingkat kabupaten atau jenjang berikutnya.
16. Memiliki Gudep Pramuka yang dapat berperan serta secara aktif dalam Jambore Daerah, serta even
kepramukaan lainnya.
17. Menanamkan sikap santun, berbudi pekerti luhur dan berbudaya, budaya hidup sehat, cinta kebersihan, cinta
kelestarian lingkungan dengan dilandasi keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
Sedangkan tujuan madrasah pada tahun berikutnya adalah :
1. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan kualitas sikap dan amaliah keagamaan Islam warga Madrasah dari pada
sebelumnya.
2. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan kepedulian warga Madrasah terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan
Madrasah dari pada sebelumnya.
3. Pada tahun 2009, terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas sarana/ prasarana dan fasilitas yang mendukung
peningkatan prestasi akademik dan non akademik.
4. Pada tahun 2010, terjadi peningkatan skor UASBN minimal rata-rata +1,5 dari standar yang ada.
5. Pada tahun 2010, para siswa yang memiliki minat, bakat dan kemampuan terhadap Bahasa Arab dan Inggris
semakin meningkat dari sebelumnya, dan mampu berpidato dengan 2 bahasa tersebut.
6. Pada tahun 2011, memiliki tim olahraga minimal 3 cabang yang mampu menjadi finalis tingkat Propinsi.
7. Pada tahun 2011, memiliki tim kesenian yang mampu tampil minimal pada acara setingkat Kabupaten/Kota.
BAB III
STANDAR KOMPETENSI
1. A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MADRASAH IBTIDAIYAH
1. Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak
2. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
4. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya
5. Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif
6. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik
7. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya
8. Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
9. Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar
10. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan
11. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan tanah air Indonesia
12. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal
13. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang
14. Berkomunikasi secara jelas dan santun
15. Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan
teman sebaya
16. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
17. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung
Kelas I, Semester 2
2 Memahami kaidah ilmu tajwid 2.1 Menerapkan tanda baca wakaf dan wasal
Kelas V, Semester 1
2. Memahami arti surat pendek pilihan 2.2 Menjelaskan isi kandungan surat ad-
Dhuhaa tentang meyakini kehidupan akhirat lebih baik
daripada kehidupan dunia dengan sederhana
2. Fikih
Kelas I, Semester 1
Kelas I, Semester 2
Kelas V, Semester 1
3. Mengenal ketentuan jual beli dan pinjam 3.1 Menjelaskan tata cara jual beli dan pinjam meminjam
meminjam. 3.2 Mempraktikkan tata cara jual beli dan pinjam meminjam
3. Akidah-Akhlak
Kelas I, Semester 1
Kelas I, Semester 2
4. Menghindari akhlak tercela 4.1 Menghindari sikap bodoh, pemarah, kikir, dan boros
1. Beriman kepada makhluk gaib selain Malaikat. 6.1. Mengenal makhluk gaib selain Malaikat (jin dan setan)
4. Menghindari akhlak tercela 4.1 Menghindari akhlak tercela melalui kisah Tsalabah
1. Beriman kepada Rasul-Rasul Allah 6.1 Mengenal Rasul dan Nabi Allah
8. Menghindari akhlak tercela 8.1 Menghindari sifat munafik dalam kehidupan sehari-hari
Kelas V, Semester 1
1. Beriman kepada hari akhir (kiamat) 2.1 Mengenal adanya hari akhir (kiamat)
Kelas V, Semester 2
1. Beriman kepada takdir Allah 2.1 Mengenal adanya Qada dan Qadar Allah (takdir)
2. Mengenal sejarah kelahiran Nabi Muhammad 2.2 Menceritakan sejarah kelahiran dan silsilah Nabi
SAW Muhammad SAW
3. Memahami hijrah Nabi Muhammad SAW ke 3.2 Menceritakan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW
Thaif dan Habsyah ke Thaif dan Habsyah
Kelas V, Semester 1
1. Mengenal peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW 1.2 Menceritakan peristiwa hijrah Nabi Muhammad
ke Yatsrib SAW ke Yatsrib
Kelas V, Semester 2
5. Bahasa Arab
4. Menulis
Menyalin kata, kalimat dan menyusun kata menjadi
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional
4.1 kalimat sempurna tentang
pendek sederhana tentang perkenalan, alat-alat
madrasah, dan profesi
8. Menulis
Menyalin kata, kalimat dan menyusun kata menjadi
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional
8.1 kalimat sempurna tentang
pendek sederhana tentang tentang alamat,
keluarga, dan kehidupan keluarga
Kelas V, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
4. Menulis
Menyalin kata, kalimat dan menyusun kata menjadi
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional
4.1 kalimat sempurna tentang
pendek sederhana tentang lingkungan rumah
+
dan kebun.
Kelas V, Semester 2
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
8. Menulis
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks Menyusun kata menjadi kalimat sempurna, membuat
fungsional pendek sederhana tentang 8.1 karangan sederhana tentang
lingkungan madrasah perpustakaan, dan
kantin.
4. Menulis
Menyusun kalimat dan membuat karangan
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional
4.1 sederhana tentang
pendek sederhana tentang tentang kegiatan
sehari-hari
8. Menulis
Menyusun kalimat dan membuat karangan
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional
8.1 sederhana tentang
pendek sederhana tentang kegiatan yang telah
dilakukan
Pengorganisasian bahan kajian ke dalam mata pelajaran di madrasah kami memperhatikan dan mempertimbangkan
antara lain hal-hal sebagai berikut:
1. Perkembangan psikologis dan fisik anak
2. Kebermanfaatan atau kegunaan atau pragmatik bagi anak
3. Beban belajar anak
4. Disiplin ilmu.
Pengorganisasian bahan kajian tersebut di atas ke dalam mata pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama Islam (Al-Quran, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Bahasa Arab dan SKI)
2. Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial
3. Bahasa dan Sastra Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Pengetahuan Alam
7. Kesenian
8. Pendidikan Jasmani
9. Keterampilan/Teknologi Informasi dan Komunikasi
10. Muatan Lokal
Kondisi riil MIN Cinisti dalam pencapaian SKL, terutama SKL-MP serta SK dan KD (standar isi) mata pelajaran dan
implikasinya dapat dipetakan ke dalam tiga kategori, yaitu :
1. Siswa yang kemampuannya dalam mencapai SKL-MP serta SK dan KD masih berada di bawah standar isi
(sebagaimana tertuang dalam Permendiknas nomor 23 dan 22 tahun 2006), sehingga dituntut untuk memenuhi
standar isi agar berada sama/sejajar dengan standar yang ada.
2. Siswa yang kemampuannya dalam mencapai SKL-MP serta SK dan KD masih sama atau sejajar dengan standar isi
(sebagaimana tertuang dalam Permendiknas nomor 23 dan 22 tahun 2006) sehingga dituntut untuk memenuhi dan
meningkatkan pencapaian standar isi.
3. Siswa yang kemampuannya dalam mencapai SKL-MP serta SK dan KD sudah berada di atas standar isi (sebagaimana
tertuang dalam Permendiknas nomor 23 dan 22 tahun 2006), sehingga dituntut untuk meningkatkannya dengan
standar yang lebih tinggi.
Adapun madrasah kami dalam mengembangkan SKL-MP serta SK dan KD dengan menggunakan cara sebagai
berikut :
1. Subject Centered Design, yakni dalam pengembangan SKL-MP dan standar isi bertolak dari atau didasarkan pada
sistematisasi disiplin ilmu (batang tubuh keilmuan) masing-masing atau urutan-urutan pembahasan yang terdapat
dalam suatu mata pelajaran.
2. Learner Centered Design, yakni dalam pengembangan SKL-MP dan standar isi bertolak dari atau didasarkan pada
kebutuhan dan minat peserta didik secara individual dan menekankan prosedur pemecahan masalah.
3. 3. Problem Centerd Design, yakni dalam pengembangan SKL-MP dan standar isi bertolak dari atau didasarkan pada
problem atau isu-isu aktual dalam kehidupan yang perlu dipecahkan oleh para peserta didik dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat
BAB IV
STRUKTUR KURIKULUM DAN PENGATURAN BEBAN BELAJAR
1. A. Struktur Dan Muatan Kurikulum
Pada struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah berisi sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan
kepada peserta didik. Mengingat perbedaan individu sudah barang tentu keluasan dan kedalamannya akan
berpengaruh terhadap peserta didik pada setiap satuan pendidikan. Program pendidikan terdiri dari Pendidikan
Umum, Pendidikan Kejuruan, dan Pendidikan Khusus. Pendidikan Umum meliputi tingkat satuan pendidikan sekolah
dasar (SD/MI), sekolah menengah pertama (SMP/MTs), dan sekolah menengah atas (SMA/MA). Pendidikan Kejuruan
terdapat pada sekolah menengah kejuruan (SMK/MAK. Pendidikan khusus meliputi sekolah dasar luar biasa(SDLB),
sekolah menengah pertama luar biasa(SMPLB), dan sekolah menengah atas luar biasa(SMALB) dan terdiri atas
delapan jenis kelainan berdasarkan ketunaan.
Pada program pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Cinisti, jumlah jam mata pelajaran sekurang-kurangnya 32
jam pelajaran setiap minggu. Setiap jam pelajaran lamanya 35 menit. Jenis program pendidikannya , terdiri dari
program umum meliputi sejumlah mata pelajaran umum dan pelajaran agama yang wajib diikuti seluruh peserta
didik, dan program pilihan meliputi mata pelajaran yang menjadi ciri khas keunggulan daerah berupa mata
pelajaran muatan lokal. Mata pelajaran yang wajib diikuti pada program umum berjumlah 7, sementara keberadaan
mata pelajaran agama adalah berjumlah 5. Muatan Lokal diberikan di MIN Cinisti adalah Bahasa Sunda dan Bahasa
Inggris.
Pengaturan beban belajar menyesuaikan dengan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam struktur kurikulum..
Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi, di samping memanfaatkan mata pelajaran lain yang dianggap penting namun tidak terdapat di dalam
struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi. Dengan adanya tambahan waktu, satuan pendidikan
diperkenankan mengadakan penyesuaian-penyesuaian. Misalnya mengadakan program remediasi bagi peserta didik
yang belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal.
Muatan kurikulum MIN Cinisti meliputi sejumlah mata pelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan
selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri
merupakan bagian dari muatan kurikulum.
1. 1. Mata Pelajaran
Mata pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan keilmuan yang akan dibelajarkan kepada
peserta didik sebagai beban belajar melalui metode dan pendekatan tertentu.
Pada bagian ini sekolah/madrasah mencantumkan mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri beserta
alokasi waktunya yang akan diberikan kepada peserta didik.
Untuk kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, terdiri dari 12 mata pelajaran, 2 muatan lokal dan 5 pengembangan diri
pengembangan diri yang harus diberikan kepada peserta didik.
Berikut disajikan Struktur Kurikulum MIN Cinisti :
A. Mata Pelajaran
1. 1. Pendidikan Agama
2
1. Quran Hadist
2
2. Aqidah Akhlak
2
3. Fiqih
2
4. Sejarah Kebudayaan Islam
2
5. Bahasa Arab
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
TEMATIK
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3
B. Muatan Lokal
1. Bahasa Ingris 2
2. Bahasa Sunda 2
C. Pengembangan Diri*
1. Pramuka 1
2. Komputer 1
3. BTQ 1
4. Kesenian 1
5. Paskibra/Aubade 1
Jumlah 32 32 42 43
2 Bahasa Sunda 2 2 2
Kelas :
I. 1050
II. 1085
III. 1120
jam
Kelas : Kelas :
pembelajaran
MIN I. 32 I. 630
I s/d III 35 36 Kelas :
Cinisti II. 32 II. 651
I. 37.800
III. 42 III. 672
menit
II. 39.060
menit
III. 40.320
menit
1.260
IV s/d jam
35 43 36 756
VI pembelajaran
(45.360 menit)
1. Sistem Pembelajaran
1. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam :
Pembelajaran PAI diarahkan pada aspek penguasaan konsep dan penerapan. Pembelajaran PAI disajikan degan cara
tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak terstruktur di dalam maupun di luar kelas.
Pedekatan yang digunakan antara lain Tanya jawab, Diskusi, Praktek dan Simulasi.
1. Sistem Pembelajaran PKn :
Sistem Pembelajaran PKn menekankan sikap dan tingkah laku peserta didik supaya tahu akan hak dan
kewajibannya. Meningkatkan kesadaran dan wawasan kebangsaan, jiwa patriotisme, bela negara, demokrasi,
ketaatan hukum, ketaatan membayar pajak, kesetaraan jender dan sikap serta perilaku anti KKN yang disajikan
melalui tatap muka, tugas terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur. Pendekatan CTL, Ceramah bervariasi,
tanya jawab, inquiry, diskusi,Role playing, Simulasi, PBI, Sosiodrama.
1. Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia :
Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan pada aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis
dengan menekankan kemampuan berbahasa lisan dan tulis. Dan penyajian mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan
pendekatan CTL, Ceramah bervariasi, tanya jawab, inquiry, diskusi,Role playing, Simulasi, PBI, Sosiodrama melalui
tatap muka, praktik, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tak terstruktur.
1. Sistem Pembelajaran Matematika :
Sistem Pembelajaran matematika diarahkan pada tiga aspek, yaitu pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi
dan pemecahan masalah. Penyajian mata pelajaran matematika dilakukan melalui tatap muka, tugas mandiri
terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur. Pendekatan yang digunakan antara lain CTL, diskusi,Tanya jawab,
Demonstrasi, PBI.
1. Sistem Pembelajaran IPA :
Pembelajaran IPA diarahkan pada pemahaman dan penerapan konsep serta kinerja yang menekankan pada cara-
cara mengetahui gejala alam secara sistematis dengan mengutamakan pemberian pengalaman secara langung
melalui observasi dan proses penemuan.
Pembelajaran IPA disajikan dengan cara tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tak terstruktur
di dalam maupun di luar kelas. Pedekatan yang digunakan antara lain CTL, DI, PBI, Cooperative Learning,
Demonstrasi, Ekspositori, Diskusi, Observasi, Eksperimen, Inkuiri, Studi Pustaka, Wawancara, Kunjungan Kerja.
1. Sistem Pembelajaran IPS :
Pembelajaran IPS menekankan pada penguasaan konsep, pengamatan, pengkajian, pengidentifikasian,
mendiskusikan dan aplikasi. Penerapan IPS diantaranya melalui tatap muka, pemahaman, pengamatan,penkajian,
pengidentifikasian, pendiskusian dan aplikasi.
Pedekatan yang digunakan antara lain CTL, Cooperative Learning, Demonstrasi, Diskusi, Observasi, Studi Pustaka.
1. Sistem Pembelajaran Seni Budaya :
Pembelajaran Seni Budaya diarahkan pada aspek apresiai dan kreasi seni budaya lokal dan modern.
Pembelajaran Seni Budaya disajikan melalui tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak
terstruktur. Pendekatan yang digunakan antara lain CTL, Cooperative Learning, Demonstrasi, Diskusi, Observasi,
Studi Pustaka.
1. Sistem Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan :
Pembelajaran Penjaskes diarahkan pada aspek permainan dan olehraga, aktivitas pengembangan, uji diri dan
senam, aktivitas ritmik, dan pilihan.
Pembelajaran Penjaskes disajikan melalui tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak
terstruktur.Pendekatan yang digunakan antara lain Pemodelan, CL, Demonstrasi.
1. Sistem Pembelajaran Bahasa Sunda :
Pembelajaran Bahasa Sunda diarahkan pada mendengar, berbicara, membaca, menulis dan apresiasi sastra.
Penyajian mata pelajaran Bahasa Sunda dilaksanakan melalui tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan
mandiri tidak terstruktur. Pendekatan yang digunakan antara lain CTL, Tanya jawab, Diskusi dan Demonstrasi.
1. Sistem Pembelajaran Bahasa Inggris :
Sistem Pembelajaran Bahasa Ingris diarahkan pada empat aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis
dengan menekankan pada kemampuan berbahasa lisan dan tulis. Dan penyajian mata pelajaran Bahasa Inggris
melalui tatap muka dan praktik serta penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tak terstruktur. Pendekatan
yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah CTL.
BAB V
PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL
1. A. Konsep dan Sifat Muatan Lokal
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada
mata pelajaran keterampilan.
Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih
meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya
peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi
kurikulum nasional.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahawa dalam satu tahun satuan
pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal
1. B. MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL
1. Proses Pengembangan
Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang
membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan
demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan,
maupun pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan
(stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah.
Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
2. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal
3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal
4. Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal
5. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang
ditetapkan oleh BSNP
Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
1. a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.
Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti
Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah
disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
1) Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan
jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable development);
2) Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan
yang diperlukan;
3) Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan
pemberdayaannya
1. b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal
Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis
kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:
1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
2) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu;
3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta;
4) Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari;
1. c. Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat
sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal
didasarkan pada kriteria berikut:
1) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
2) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
3) Tersedianya sarana dan prasarana
4) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa
5) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan
6) Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;
7) Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah.
1. d. Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal
Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan
pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung
kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan
daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang
ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian
ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal.
Substansi muatan lokal di MIN Cinisti terdiri atas :
1. Bahasa Daerah (Sunda)
Sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai Budaya ( Sunda ) Masyarakat setempat dalam wujud Komunikasi dan
Apresiasi Sastra.
1. Bahasa Inggris
sebagai uapaya meningkatkan ketrampilan siswa dalam berbicara Bahsa Inggris.
e. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi
yang ditetapkan oleh BSNP.
1) Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat mata
pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan.
b) Pengembangan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan
guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai.
2) Pengembangan silabus secara umum mencakup:
a) Mengembangkan indikator
b) Mengidentifikasi materi pembelajaran
c) Mengembangkan kegiatan pembelajaran
d) Pengalokasian waktu
e) Pengembangan penilaian
f) Menentukan Sumber Belajar
Langkah-langkah tersebut dapat mengacu pada penyusunan silabus mata pelajaran.
2. Pihak yang Teribat dalam Pengembangan
Sekolah dan komite sekolah mempunyai wewenang penuh dalam mengembangkan program muatan lokal. Bila
dirasa tidak mempunyai SDM dalam mengembangkan sekolah dan komite sekolah dapat bekerjasama dengan
dengan unsur-unsur Depdiknas seperti Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di daerah, Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi dan instansi/lembaga di luar Depdiknas, misalnya pemerintah Daerah/Bapeda,
Dinas Departemen lain terkait, dunia usaha/industri, tokoh masyarakat.
Peran, tugas dan tanggung jawab TPK secara umum adalah sebagai berikut
1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing;
2. Menentukan komposisi atau susunan jenis muatan lokal;
3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing;
4. Menentukan prioritas bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan;
5. Mengembangkan silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan lokal lainnya, yang dilakukan bersama
sekolah, mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP
Peran Perguruan Tinggi dan LPMP antara lain memberikan bimbingan dan bantuan teknis dalam:
1. Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan lingkungan ke dalam komposisi jenis muatan
lokal;
2. Menentukan lingkup masing-masing bahan kajian/pelajaran;
3. Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan jenis bahan
kajian/pelajaran
Peran instansi/lembaga di luar Depdiknas secara umum adalah:
1. Memberikan informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, kekayaan alam, dan
sumber daya manusia yang ada di daerah yang bersangkutan, serta prioritas pembangunan daerah di berbagai
sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan;
2. Memberikan gambaran mengenai kemampuan-kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pada sektor-sektor
tertentu;
3. Memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan tenaga dalam menentukan prioritas muatan lokal sesuai
dengan nilai-nilai dan norma setempat.
3. Rambu-rambu
Berikut ini rambu-rambu untuk diperhatikan dalam pelaksanaan muatan lokal.
a. Sekolah yang mampu mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar beserta silabusnya dapat
melaksanakan mata pelajaran muatan lokal. Apabila sekolah belum mampu mengembangkan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar beserta silabusnya sekolah dapat melaksanakan muatan lokal berdasarkan kegiatan-
kegiatan yang direncanakan oleh sekolah, atau dapat meminta bantuan kepada sekolah yang terdekat yang masih
dalam satu daerahnya. Bila beberapa sekolah dalam satu daerah belum mampu mengembangkan dapat meminta
bantuan TPK daerah, atau meminta bantuan dari LPMP di propinsinya.
b. Bahan kajian hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan
pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diatur
sedemikian rupa agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan pada kurikulum
nasional. Oleh karena itu dalam pelaksanaan muatan lokal dihindarkan adanya pekerjaan rumah (PR).
c. Program pengajaran hendaknya dikembangkan dengan melihat kedekatan dengan peserta didik yang meliputi
dekat secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik maksudnya terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan
sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis maksudnya bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami
oleh kemampuan berpikir dan mencernakan informasi sesuai dengan usianya. Untuk itu, bahan pengajaran
hendaknya disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu: (1) bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak; (2)
dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; (3) dari pengalaman lama ke pengalaman baru; (4) dari
yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit. Selain itu bahan kajian/pelajaran hendaknya bermakna bagi
peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
d. Bahan kajian/pelajaran hendaknya memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih metode mengajar dan
sumber belajar seperti buku dan nara sumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat
mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan sekolah, misalnya
dengan memanfaatkan tanah/kebun sekolah, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usaha/industri
(lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu guru hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial.
e. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu kepada suatu tujuan
pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik. Bahan kajian muatan lokal juga dapat disusun dan
diajarkan hanya dalam jangka waktu satu semester, dua semester atau satu tahun ajaran.
f. Alokasi waktu untuk bahan kajian/pelajaran muatan lokal perlu memperhatikan jumlah minggu efektif untuk
mata pelajaran muatan lokal pada setiap semester.
BAB VI
KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI
1. A. Konsep dan Sifat Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum
sekolah/madrasah.Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan
masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir peserta didik, serta kegiatan
ekstra kurikuler. Untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling
ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling
menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat
diselenggarakan oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan
kewenangannya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan
ekstra kurikuler dapat megembangkan kompetensi
1. 1. Tujuan Umum
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik
dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
2. Tujuan Khusus
Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan:
a. Bakat
b. Minat
c. Kreativitas
d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan
e. Kemandirian
f. Kemampuan kehidupan keagamaan
g. Kemampuan sosial
h. Kemampuan belajar
i. Wawasan dan perencanaan karir
j. Kemampuan pemecahan masalah
1. B. Bentuk Dan Sasaran Kegiatan Pengembangan Diri
Bentuk kegiatan pengembangan diri di Min Cinisti adalah sebagai berikut.
1. Terprogram, adalah kegiatan yang dirancang secara khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok, dan klasikal melalui penyelenggaraan layanan dan kegiatan
pendukung konseling, krida, karya ilmiah, latihan/lomba keberbakatan/prestasi, seminar, workshop, bazar, dan
kegiatan lapangan.
2. Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara bendera, ibadah khusus keagamaan bersama,
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
3. Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku memberi salam,
membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran).
4. Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik,
rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu, berjabat tangan dengan
bapak atau ibu guru, karyawan madrasah serta dengan teman-teman.
Adapun bentuk-bentuk kegiatan pengembangan diri terprogram adalah
1. Pramuka
Tujuan dalam pramuka adalah :
Sebagai wahana bagi peserta didik untuk berlatih berorganisasi.
Melatih peserta didik untuk terampil dan mandiri.
Melatih siswa untuk mempertahankan hidup
Memiliki jiwa sosial dan peduli kepada orang lain
Memiliki sikap kerjasama kelompok
Dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat
Sasaran dari kegiatan pramuka ini adalah kelas IV dan kelas VI.
a. Tingkat Penggalang Ramu
SILABUS
SILABUS
SILABUS
SILABUS
1. Makhariful khuruf
2. Sifat Al huruf
3. Ahkan Al huruf
4. Ahkam Almad wal qasor
1. Ahkan Al waqof wal ibtida
2. Muraat Al huruf Wal harokat
1. Muroat Al kalimat Wal ayat
1. Tajuid
1. Kejernihan / kebeningan
1. Fashokah
1. Kehalusan
1. Suara
2. Kenyaringan
1. Lagu dan bacaan
3. Keutuhan
4. Pengaturan nafas
1. Lagu pertama
2. Jumah lagu
3. Perhatian, keutuhan, dan tempo lagu
4. Irama dan gaya
1. Variasi
Pembinaan baca Al-Quran
Tujuan :
Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid
Meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi kandungan Al-Quran
SILABUS
SILABUS
SILABUS
.
b) Sholat Dhuha dan Duhur Berjamaah
Tujuan :
Membiasaan siswa dalam melaksanakan ibadah sholat wajib secara berjamaah.
Meningkatkan pemahaman siswa tentang nilai-nilai ajaran agama yang diyakini menuju pembentukan manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa secara utuh.
SILABUS
1 Terprogram
Sesuai
a. Wajib Baca Yasin/Surat Pendek IV s/d VI Sesuai jadwal
jadwal
Senin s/d
b. Peringatan HBN dan PHBI IV s/d VI Sesuai jadwal
Sabtu
Sesuai
c. Kegiatan Pentas Seni I s/d VI Sesuai jadwal
jadwal
Ekstrakurikuler
Sesuai
1. Baca Tulis Al-Quran IV s/d VI Sesuai jadwal
jadwal
Sesuai
1. Seni IV s/d VI Sesuai jadwal
jadwal
Sesuai
1. Komputer IV s/d VI 13.00 14.10
jadwal
Senin
1. Pencak Silat IV s/d VI Rabu 14.00 15.10
Sabtu
2 Tidak Terprogram
A. Rutin
Senin s/d
1. Sholat Dhuhur Berjamaah IV s/d VI Sesuai jadwal
Sabtu
Senin s/d
1. Menjaga Kebersihan Kelas dan Lingkungan I s/d VI 07.00 12.05
Sabtu
Senin s/d
e. Berdoa bersama setiap awal dan akhir pelajaran I s/d VI Sesuai jadwal
Sabtu
f. Berjabat tangan dengan guru setiap awal dan akhir Senin s/d
I s/d VI Sesuai jadwal
pelajaran Sabtu
Senin s/d
g. Menjaga Kerapian Berpakaian I s/d VI 07.00 12.05
Sabtu
B. Spontan
Senin s/d
1. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya I s/d VI Situasional
Sabtu
Senin s/d
1. Membiasakan mengatasi silang pendapat dengan benar I s/d VI Situasional
Sabtu
Senin s/d
1. Kunjungan Kepada Teman yang sakit I s/d VI Situasional
Sabtu
Senin s/d
1. Mengadakan Taziah I s/d VI Situasional
Sabtu
C. Keteladanan
Senin s/d
1. Memberi contoh berpakaian rapi I s/d VI Situasional
Sabtu
Senin s/d
1. Memberi contoh datang dan pulang tepat waktu I s/d VI Situasional
Sabtu
Senin s/d
1. Memberi contoh hidup sederhana I s/d VI Situasional
Sabtu
Senin s/d
1. Memberi contoh memuji hasil karya yang baik I s/d VI Situasional
Sabtu
e) Alokasi Waktu
Pengembangan diri untuk kelas IV s/d kelas VI dialokasikan 2 jam pelajaran (ekuivalen 2 X 35 menit) .
Pengembangan diri untuk kelas VI diarahkan pada program pembelajaran intensif dalam rangka persiapan
menghadapi Ujian Nasional.
f) Penilaian
Kegiatan pengembangan diri dinilai dan dilaporkan secara berkala (setiap akhir semester) kepada sekolah dan orang
tua dalam bentuk nilai kualitatif : A, B, C, atau D
BAB VII
PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL )
1. A. KONSEP DAN SIFAT PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
1. Kecakapan Hidup (life skill)
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar
keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa
kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang
memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tanangan dalam kehidupan secara lebih
efektif. Kecakapan disini mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3)
kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan.
Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk
bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik
secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989)
mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan
kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian kecapan hidup dalam pandangan ini tidak semata
memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara
fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahklan masalah, mengelola sumber
daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).
Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang
secara praksis dapat membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan.
Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan
kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan
tantangan hidup dan kehidupan. Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan
intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, emosional, dan
spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu pada sejumlah mata pelajaran yang ada.
Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan agar
peserta didik mengenal dan memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi dan bahan pelajaran
tersebut menyatu dalam mata pelajaran yang terintegrasi sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri.
Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skill concep)
Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua jenis utama, yaitu:
a) Kecakapan hidup generik (generic life skill/GLS), dan
b) Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS).
Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dipilah menjadi sub kecakapan. Kecakapan hidup generik terdiri atas
kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan
dalam memahami diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill). Kecakapan mengenal diri pada
dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan
warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal
dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir rasional
mencakup antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah, dan mengambil keputusan, serta
kecakapan memecahkan masalah secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan sosial mencakup kecakapan
berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill).
Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu. Kecakapan ini
terdiri dari kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional (vokational
skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja
intelektual. Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik.
Kecakapan-kecakapan ini mencakup kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional
khusus (occupational skill).
Menurut konsep di atas, kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema
kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Konsep
kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan vokasional atau keterampilan untuk bekerja. Orang yang tidak
bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pensiun tetap memerlukan kecakapan hidup. Seperti
halnya orang yang bekerja, mereka juga menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan, orang yang sedang
menempuh pendidikanpun memerlukan kecakapan hidup, karena mereka tentunya juga memiliki permasalahan
kehidupan.
Pendidikan berorientasi kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan
memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun
sebagai warga negara. Apabila hal ini dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang
sudah ada sebagai akibat tingginya pengangguran, dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan
meningkat secara bertahap. (Depdiknas, diolah)
1. B. KOMPONEN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
Konsep kecakapan-kecakapan tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
C. PENGINTERNALISASIAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM SEMUA MATA PELAJARAN
Pendidikan kecakapan hidup sudah menjadi suatu kebijakan seiring dengan berlakunya Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan. Standar isi dan standar kompetensi ini akan menjadi acuan daerah/sekolah dalam
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada masing-masing jenjang pendidikan. Oleh
karena itu, pengembangan kecakapan hidup dengan sendirinya harus mengacu kepada standar-standar yang telah
ditetap pemerintah. Standar isi dan standar kompetensi lulusan merupakan salah satu bagian dari Standar Nasional
Pendidikan. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompertensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh satuan pendidikan. Dokumen standar isi mencakup: (1) kerangka dasar kurikulum, (2) struktur
kurikulum, (3) standar kompetensi dan kompetensi dasar, (4) beban belajar, dan (5) kalender pendidikan.
Muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum adalah: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga,
keterampilan/kejuruan, pembiasaan dan muatan lokal. Masing-masing muatan memiliki tujuan pendidikan yang
berbeda dan peluang untuk memasukkan kecakapan hidup secara terintegratif. Berikut ini disajikan contoh muatan
wajib, tujuan, dan pengembangan kecakapan hidup.
Tabel 1: Muatan Wajib, Tujuan Pendidikan, dan Pengembangan Kecakapan Hidup
Mengembangkan pengetahuan,
Ilmu
dan kemampuan analisis
5 Pengetahuan
peserta didik terhadap
Alam
lingkungan alam dan sekitarnya
Mengembangkan pengetahuan,
Ilmu
pemahaman, dan kemampuan
6 Pengetahuan
analisis peserta didik terhadap
Sosial
kondisi sosial masyarakat
Membentuk karakter peserta
Seni dan didik menjadi manusia yang
7
Budaya memiliki rasa seni dan
pemahaman budaya
Membentuk pemahaman
terhadap potensi sesuai dengan
10 Muatan Lokal
ciri khas di daerah tempat
tinggalnya
Memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk
Pengembangan mengembangkan dan
11
Diri mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, minat, dan
bakat
Bekerja sama
Mengendalikan emosi
Interaksi dalam kelompok
1. MI Negeri Cinisti Kab. Garut memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengembangkan
kecakapan hidupnya dari satuan pendidikan formal yang lain dan atau nonformal di luar sekolah.
1. 2. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
1. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dikembangkan pada semua mata pelajaran dan muatan lokal yang
dilakukan dengan cara mengembangkan pelajaran dengan memperhatikan, menyesuasikan, dan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global lebih difokuskan pada pembelajaran mata pelajaran Bahasa
Inggris, Bahasa Arab, IPA, Muatan Lokal, Bahasa Sunda, serta pengembangan diri
3. c. Sekolah memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengikuti pendidikan berbasis
keunggulan lokal dan global dari satuan pendidikan formal yang lain dan atau nonformal yang sudah memperoleh
akreditasi.
Pada intinya pendidikan kecakapan hidup membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan belajar,
menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi problema
kehidupan, serta memecahkannya secara kreatif. Pendidikan kecakapan hidup bukanlah mata pelajaran, sehingga
dalam pelaksanaannya tidak perlu merubah kurikulum dan menciptakan mata pelajaran baru. Yang diperlukan disini
adalah mereorientasi pendidikan dari mata pelajaran ke orientasi pendidikan kecakapan hidup melalui
pengintegrasian kegiatan-kegiatan yang pada prinsipnya membekali peserta didik terhadap kemampuan-
kemampuan tertentu agar dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian peserta didik. Dengan prinsip ini, mata
pelajaran dipahami sebagai alat untuk dikembangkan kecakapan hidup yang nantinya akan digunakan oleh peserta
didik dalam menghadapi kehidupan nyata. Prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sebagai
berikut:
1. Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku
2. Tidak mengubah kurikulum yang berlaku
3. Pembelajaran menggunakan prinsip empat pilar, yaitu: belajar untuk tahu, belajar menjadi diri sendiri, belajar untuk
melakukan, dan belajar untuk mencapai kehidupan bersama
4. Belajar konstekstual dengan menggunakan potensi lingkungan sekitar sebagai wahana pendidikan
5. Mengaitkan dengan kehidupan nyata
6. Mengarah kepada tercapainya hidup sehat dan berkualitas, memperluas wawasan dan pengetahuan, memiliki akses
untuk memenuhi standar hidup secara layak
BAB VIII
KETUNTASAN BELAJAR, SISTEM PENILAIAN, PINDAH MADRASAH DAN KELULUSAN
A. KETUNTASAN BELAJAR
Ketuntasan belajar didasarkan hasil analisis SKBM/KKM tiap mata pelajaran yang telah dilakukan oleh guru. Tinjauan
analisis didasarkan kompleksitas tiap KD, tingkat kemampuan siswa memahami pelajaran (intake), serta daya
dukung (kemampuan guru, dukungan masyarakat, sarana dan prasarana).
Berdasarkan hasil analisis di atas, MI Negeri Cinisti Kab. Garut menetapkan SKBM/KKM (Ketuntasan Kompetensi
Minimal) sebagaimana dalam tabel berikut.
Penentuan KKM tersebut berdasarkan pada :
1. Kompleksitas KD / Indikator
Kompleksitas artinya kesulitan / kerumitan setiap indikator / KD yang harus dicapai oleh siswa.
INTERVAL ANALISIS
RENTANG
DAYA DUKUNG KETERANGAN
ANGKA
Sedang 65 79
Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan intake peserta didik sedang, maka nilai
KKM-nya adalah:
55 + 86 + 70 = 70,3
3
Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 70
KETUNTASAN KOMPETENSI MINIMAL (KKM)
MI NEGERI CINISTI KAB. GARUT
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
1 Agama 68 68 68
KKM Kls I KKM Kls III- KKM Kls IV-
No. Mata Pelajaran
II IV VI
1. Quran Hadits 68 68 68
2. Aqidah Akhlaq 68 68 68
3. Fiqih 63 63 63
4. Bahasa Arab 68 68 68
5. SKI
2 Pendidikan Kewarganegaraan 68 68 68
3 Bahasa Indonesia 68 68 68
4 Bahasa Inggris 63 63 63
5 Matematika 63 63 63
6 IPA 63 63 63
7 IPS 68 68 68
8 Seni Budaya 68 68 68
9 Pendididkan Jasmani 68 68 68
11 Bahasa sunda 63 63 63
12
BAB IX
REVISI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Untuk menjaga reliabilitas dan Validitas Kurikulum yang dipakai perlu adanya aturan tentang revisi dan atau
perubahan, serta pengembangan kurikulum secara terarah. Dengan prinsip/ aturan sebagaimana berikut :
1. A. TINJAUAN KURIKULUM
Tinjauan kurikulum merupakan kegiatan mengevaluasi kurikulum dengan membandingkan antara kompetensi dasar
atau standar kompetensi mata pelajaran yang dipersyaratkan secara nasional dengan kondisi nyata di madrasah
seperti manajemen pendidikan di madrasah, somber daya yang tersedia dan pencapaian ketuntasan belajar siswa.
Tinjauan kurikulum dilaksanakan selambat-lambatnya satu tahun sekali dengan melibatkan para guru mata
pelajaran, waka kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana.
Tinjauan kurikulum dimuat dalarn berita acara sebagaimana form berita acara tinjauan kurikulum (F-BATK) dan
disahkan oleh Kepala Madrasah.
1. B. REVISI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Revisi atau perubahan kurikulum adalah upaya untuk selalu mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kualitas
pendidikan yang ada di madrasah. Adapun proses perubahannya adalah sebagai berikut :
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini bisa direvisi dan diubah apabila ada. perubahan kebijakan pemerintah
dalam kurikulum pendidikan dasar.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini bisa direvisi dan diubah demi mempertimbangkan point a, pada rapat
kerja madrasah.
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini bisa direvisi dan diubah dengam mempertimbangkan masukan dari
tim penyusun KTSP yang dibentuk madrasah dengan melibatkan semua elemen yang dibutuhkan.
4. Selain pada point c, maka Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini bisa direvisi dan diubah apabila pelaku
pendidikan yang ada dalam madrasah ingin mengubah visi, misi dan tujuan pendidikan madrasah.
5. Perubahan pada point d hanya bisa dilakukan dengan rapat kerja madrasah.
6. Apabila tidak ada perubahan kurikulum pendidikan dasar secara, nasional oleh pemerintah, maka Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan ini setidak-tidaknya direvisi dan diubah serta dikaji pada setiap awal tahun pelajaran
baru.
1. C. PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN
MI Negeri Cinisti Kab. Garut melakukan Pengembangan Kurikulum secara parsial terhadap Kompetensi, materi,
metode dan evaluasi untuk lebih mengarah kepada tercapainya Visi Madrasah, sebagaimana berikut :
1. Pengembangan kurikulum dilakukan untuk menjaga agar kurikulum yang digunakan oleh madrasah selalu
mengarah kepada tercapainya visi madrasah, sesuai dengan perkembangan IPTEK dan harapan stakeholder
1. Pengembangan kurikulum dilaksanakan melalui proses tinjauan kurikulum yang dilakukan oleh manajemen
madrasah/sekolah, guru-guru dan stakeholders
2. Pengembangan kurikulum dilakukan baik secara menyeluruh maupun secara parsial.
3. Pengembangan kurikulum secara menyeluruh dilakukan jika kompetensi lulusan sudah tercapai atau ada kebijakan
baru dari pemerintah yang berkaitan dengan kurikulum madrasah/ sekolah
4. Pengembangan kurikulum secara parsial dilakukan terhadap kompetensi, materi, metode dan evaluasi
5. Pengembangan terhadap kompetensi dilakukan terhadap kompetensi mata pelajaran, standar kompetensi, maupun
kompetensi dasar.
6. Pengembangan terhadap kompetensi dilakukan dengan memperhatikan perubahan beban belajar, pencapaian
ketuntasan belajar mata pelajaran, perkembangan IPTEK, dan perkembangan sumber daya baru di madrasah/
sekolah.
7. Pengembangan terhadap materi dilakukan dengan memperhatikan pengembangan kompetensi. Pengembangan
materi dimuat dalam silabus
8. Pengembangan terhadap metode dilakukan dengan memperhatikan pengembangan materi dan sumber belajar baru
yang tersedia. Pengembangan metode dimuat dalam silabus
9. Pengembangan terhadap evaluasi dilakukan dengan memperhatikan jenis kompetensi, alat ukur yang tersedia dan
sumberdaya yang tersedia. Pengembangan evaluasi dimuat dalam silabus
BAB X
KALENDER PENDIDIKAN
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran.
Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan
hari libur.
Setiap permulaan tahun pelajaran, tim penyusun program di madrasah kami menyusun kalender pendidikan untuk
mengatur waktu kegiatan pembelajaran selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran,
minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Pengaturan waktu belajar di madrasah kami
mengacu kepada Standar Isi dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah, karakteristik madrasah, kebutuhan peserta
didik dan masyarakat, serta ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah.
Beberapa aspek penting yang menjadi pertimbangan dalam menyusun kalender pendidikan sebagai berikut:
- permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada
setiap satuan pendidikan. Permulaan tahun pelajaran telah ditetapkan oleh Pemerintah yaitu bulan Juli setiap tahun
dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
- minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran.
Sekolah/madrasah dapat mengalokasikan lamanya minggu efektif belajar sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya.
- waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam
pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan
pengembangan diri.
- waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal. Hari libur
madrasah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang
terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara
pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
- waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari
libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
- libur jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun pelajaran digunakan untuk penyiapan
kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun.
- madrasahmemerlukan libur keagamaan lebih panjang dapat mengatur hari libur keagamaan tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif.
- madrasah memerlukan kegiatan khusus dapat mengalokasikan waktu secara khusus tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif.
- Hari libur umum/nasional atau penetapan hari serentak untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan
disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten.
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya pada MI Negeri Cinisti Kab. Garut
berdasarkan Kalender Pendidikan MI Negeri Cinisti Kab. Garut Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut :
ALOKASI
NO KEGIATAN KETERANGAN
WAKTU
1 Juli 2009 2 15 2 1 3
2 Agustus 2009 4 26 5 5
September
3 4 - 4 4 6 4 30
2009
4 Oktober 2009 20 12 4 2 7 13
November
5 4 20 5 1 5
2009
Desember
6 4 24 4 3 7
2009
7 Januari 2009 3 14 4 2 6 12
JML 21 124 18 28 8 6 6 11 75
SEMESTER II
1 Januari 2010 5 0
Februari
2 4 23 4 1 5
2010
3 Maret 2010 4 21 5 4 9
4 April 2010 4 25 4 1 5
5 Mei 2010 4 24 5 2 7
6 Juni 2010 4 24 5 1 6
7 Juli 2010 2 9 12 14
JML 20 122 25 19 12 46
Keterangan :
JME : Jumlah Minggu Efektif LU : Libur Umum
JPE : Jumlah Minggu Efektif LHB : Libur Hari Besar
HES : Hari Efektif Sekolah LS : Libur Semester
HEF : Hari Efektif Fakultatif LPP : Libur Permulaan Puasa
KTS : Kegiatan Tengah Semester LHR : Libur Hari Raya
PENGATURAN WAKTU KBM :
Permulaan Tahun Pelajaran
Permulaan Tahun Pembelajaran dimulai pada hari Senin minggu ketiga bulan Juli, atau apa bila hari tersebut
merupakan hari libur, maka permulaan tahun pelajaran dimulai pada hari berikutnya yang bukan hari libur.
Hari-hari pertama masuk sekolah berlangsung selama 3 (tiga) hari dengan pengaturan sebagai berikut:
- Kelas I melaksanakan Masa Orientasi Siswa
- Kelas II VI melaksanakan Tes Awal
Waktu Belajar
Waktu belajar menggunakan sistem semester yang membagi 1 tahun pelajaran menjadi semester 1 (satu) dan
semester 2 (dua).
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan selama 6 (lima) hari, yaitu:
07.30
08.05 07.30 08.05 07.30 08.05 07.30 08.05 07.30 08.05 07.30 08.05
Upacara
08.05
08.05 08.40 08.05 08.40 08.05 08.40 08.05 08.40 08.05 08.40
08.40
08.40
08.40 09.15 08.40 09.15 08.40 09.15 08.40 09.15 08.40 09.15
09.15
09.15
09.15 09.55 09.15 09.55 09.15 09.55 09.15 09.55 09.15 09.55
09.55
09.55
09.55 10.20 09.55 10.20 09.55 10.20 09.55 10.20 09.55 10.20
10.20
Istitahat Istitahat Istitahat Istitahat Istitahat
Istitahat
Ket :
Rincian Kegiatan ini dapat berubah sewaktu-waktu sesuai kondisi yang berlangsung
BAB X
PENUTUP
Kurikulum yang disusun ini disesuaikan dengan potensi sumber daya dan kemampuan nyata yang ada di madrasah
dengan tetap mengakomodasi budaya setempat yakni budaya Jawa dengan dialek bahasa Jawa yang khas.
Implementasi kurikulum ini melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah, baik kepala sekolah, komite, siswa,
konselor, dan guru mata pelajaran maupun stakeholder untuk mencapai tujuan sekolah sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
Walaupun Kurikulum ini telah disusun dengan seksama dan melibatkan tim yang diwakili oleh segenap unsur yang
ada di sekolah, namun masih ada kekurangannya, maka saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat
membangun tetap kami harapkan agar kurikulum ini menjadi lebih sempurna.
Kurikulum ini dilengkapi Silabus dan RPP sebagaimana terlampir, untuk memudahkan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan
Kurikulum ini setiap tahun terus dievaluasi oleh semua warga sekolah, karena itu setiap tahun diadakan perbaikan
perbaikan demi menuju kebaikan dan kesempurnaan yang menjadi harapan kita bersama.
Akhirnya kami bergharap agar kurikulum ini dapat menjadi pedoman operasional dalam melaksanakan kegiatan
Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Cinisti Kabupaten Garut tahun pelajaran 2009/2010 dan tahun
berikutnya.