DISUSUN OLEH :
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami diberikan kesehatan lahir dan bathin
sehingga kami para praktikan dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai dan
seminar mata kuliah Praktikum Teknologi Bioproses. Makalah yang kami buat ini
membahas tentang pengaruh penambahan jumlah ragi terhadap ph dan densitas
pada pembuatan vinegar dari air kelapa. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada analis dan kakak-kakak asisten laboratorium teknologi bioproses,
karena atas bimbingannya pula, kami dapat membuat dan menyusun makalah ini.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan
penulisan dalam penyusunan makalah ini. Kami meminta kritik dan saran untuk
pembuatan makalah yang lebih baik kedepannya. Akhirnya kami mengucapkan
terimakasih dan selamat membaca makalah ini.
Palembang, 9 April 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan 1
1.4. Manfaat 2
1.5. Ruang Lingkup 2
1.6. Hipotesa 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Kelapa 3
2.2. Saccharomyces Cerevisiae 3
2.3. Sukrosa 4
2.4. Fermentasi
2.5. Vinegar
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Waktu Pelaksanaan
3.2. Alat
3.3. Bahan
3.4. Prosedur Percobaan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.2. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Grafik Pengaruh Jumlah Ragi Terhadap pH Coco Cider Setelah
Distilasi.
Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Jumlah Ragi Terhadap Densitas Coco Cider
Setelah Distilasi.
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1
2
1.4. Manfaat
Dengan penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi untuk
penelitian lanjutan mengenai fermentasi air kelapa menjadi cuka kelapa atau
coconut vinegar.
1.6. Hipotesa
1. Semakin banyak jumlah ragi yang digunakan maka semakin kecil nilai pH
cuka kelapa.
2. Semakin banyak jumlah ragi yang digunakan maka semakin besar densitas
cuka kelapa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
berperan dalam produksi minuman beralkohol seperti bir, anggur dan digunakan
untuk fermentasi adonan dalam perusahaan roti (Buckle, K. A, 1987).
Dalam proses fermentasi untuk menghasilkan etanol salah satunya dapat
memakai ragi roti. Ragi roti ialah produk yang dibuat dengan membiakkan khamir
jenis Saccharomyces cerevisiae dalam media serelia atau bahan lain yang sesuai,
dikeringkan, serta mempunyai kemampuan meragikan adonan tepung pada
pembuatan roti dan kue-kue (Standar Nasional Indonesia Departemen Pertanian,
1992). Menurut Hidayat (2006), terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
kehidupan ragi, yaitu sebagai berikut:
1. Nutrisi (zat gizi), dalam kegiatannya khamir memerlukan penambahan
nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, yaitu: Unsur C, ada
faktor karbohidrat. Unsur N, dengan penambahan pupuk yang
mengandung nitrogen, misalnya ZA, urea, ammonia, dan sebagainya.
Unsur P, dengan penambahan pupuk fosfat, misal NPK, TSP, DSP, dan
sebagainya. Mineral-mineral dan vitamin-vitamin
2. Keasaman (pH), pada fermentasi alkohol, khamir memrlukan media denan
suasana asam, yaitu antara pH 4,85,0. Pengaturan pH dapat dilakukan
dengan penambahan asam sulfat jika substratnya alkalis atau dengan
natrium bikarbonat jika subtratnya asam.
3. Suhu, suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan adalah
28C. Pada waktu fermentasi terjadi kenaikan panas, karena reaksinya
eksoterm. Untuk mencegah agar suhu fermentasi tidak naik, perlu
pendingin agar dipertahankan tetap 26C-30C
4. Udara, fermentasi alkohol berlangsung secara anaerobik (tanpa udara).
Namun demikian udara diperlukan pada proses pembibitan sebelum
fementasi untuk perkembangbiakan khamir tersebut.
2.3. Sukrosa
Dalam Goutara dan Soesarsono W (1980), sukrosa adalah karbohidrat
yang mempunyai rumus kimia C12H22O11 merupakan disakarida dan terdiri dari 2
komponen monosakarida yaitu D-glukosa dan D-fruktosa. Nama kimia yang lebih
5
Sukrosa memiliki berat molekul 342,3 gram/mol terdiri dari gugus glukosa
dan fruktosa. Sukrosa merupakan senyawa gula yang paling disukai. Sukrosa
terdapat di alam dalam jaringan tanaman terutama buah, biji, bunga dan akar.
Madu lebah mengandung sebagian besar sukrosa dan hasil hidrolisanya (Slamet
Sudarmadji, 1996). Sifat-sifat dari sukrosa mempunyai titik cair sukrosa adalah
186C, kebanyakan disakarida bersifat mereduksi fehling (benedict) tetapi sukrosa
merupakan perkecualian tidak mereduksi.
Dalam keadaan murni, sukrosa tidak dapat difermentasikan oleh khamir.
Pada suhu 160-186C sukrosa akan membentuk arang yang mengeluarkan bau
karamel yang spesifik. Satu gram sukrosa dapat larut dalam 0,5 ml air (suhu
kamar) atau dalam 0,2 ml air mendidih, dalam 170 ml alkohol atau 100 ml
metanol. Sukrosa sedikit larut dalam gliserol dan piridin. Sukrosa dapat
mengalami hidrolisa dalam larutan asam encer atau oleh enzim invertase menjadi
glukosa dan fruktosa. Campuran glukosa dan fruktosa disebut gula invert dan
perubahannya disebut proses inversi. Sukrosa kristal murni mengandung energi
351 kalori/100 gram. Sedangkan gula merah tanpa pemurnian 389 kalori/100
gram (Slamet Sudarmadji, 1996).
2.4. Fermentasi
Fermentasi ialah proses perubahan senyawa-senyawa kompleks dari suatu
bahan menjadi senyawa sederhana dengan disertai bau yang spesifik akibat
aktivitas mikroba. Fermentasi dalam sel terjadi dalam keadaan anaerobik dan sel
khamir memperoleh energi dari hasil pemecahan molekul gula (Said, E. G, 1987).
Fermentasi merupakan proses yang relatif murah dan telah lama dilakukan oleh
6
nenek moyang kita secara tradisional dan produknya sudah biasa dikonsumsi
manusia sampai sekarang seperti tape, tempe, oncom, dan lain-lain (Nurhayani,
2000).
Gula adalah bahan yang umumnya digunakan dalam fermentasi. Glukosa
(C6H12O6) merupakan gula yang paling sederhana, melalui fermentasi akan
menghasilkan etanol (C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh
Saccharomyces cerevisiae dan sering digunakan pada produksi makanan
(Wikipedia, 2010). Reaksi kimia yang terjadi dalam proses fermentasi:
2.5. Vinegar
Dalam waluyo (1984), vinegar berasal dari kata vinaigre (bahasa
Perancis) yang artinya anggur yang telah asam, merupakan suatu produk yang
dihasilkan dari fermentasi bahan yang mengandung gula atau pati menjadi
8
3.2. Alat
1. Beaker Glass
2. Pengaduk Kaca
3. Pasteurizer
4. Erlenmeyer
5. Neraca Tiga Lengan
6. Corong
7. Saringan
8. Termometer
3.3. Bahan
1. Air Kelapa 900 ml
2. Sukrosa 180 gram
3. Ragi (Yeast)
9
11
11
13
4.2. Pembahasan
4.2.1. Proses Pembuatan Coco Cider
Pada penelitian dilakukan pembuatan cuka dengan bahan baku air kelapa.
Cuka dibuat dengan metode fermentasi secara anaerob. Air kelapa dimasukkan ke
dalam tiga erlemenyer yang berbeda sebanyak 300 ml. Sebelumnya air kelapa
dipasteurisasi dengan suhu 82oC selama 30 menit. Tujuannya adalah untuk
membunuh bakteri patogen yang terdapat didalam air kelapa. Kemudian air
kelapa didinginkan hingga mendekati suhu kamar sebelum ditambahkan sukrosa
sebanyak 20% berat per volume, sehingga didapatkan nilai 60 gram. Sukrosa
ditambahkan setelah air kelapa dingin dengan tujuan agar tidak merusak struktur
sukrosa, dan untuk mengkondisikan agar bakteri yang digunakan tidak mati.
Kemudian ditambahkan ragi sebanyak 3 gram, 6 gram, dan 9 gram kedalam
masing-masing sampel, lalu sampel dimasukkan kedalam botol dan difermentasi
selama 72 jam.
Mikroba yang berperan dalam proses pembuatan cuka air kelapa ini adalah
bakteri Saccharomyces cerevisease dan Acetobacter aceti. Fermentasi yang terjadi
pada proses pembuatan cuka ini adalah fermentasi alkoholis. Perbedaan antara
15
Gambar 4.1. Grafik Pengaruh Jumlah Ragi Terhadap pH Coco Cider Setelah
Distilasi.
=
a) Sampel dengan jumlah ragi 3 gram
20,36 10,51
=
10
= 0,985 /
b) Sampel dengan jumlah ragi 6 gram
20,40 10,51
=
10
= 0,989 /
c) Sampel dengan jumlah ragi 9 gram
20,36 10,51
=
10
= 0,985 /
Densitas dari ketiga sampel cuka kelapa dapat dilihat dari grafik berikut:
17
Densitas (g/ml) 1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
3 6 9
Jumlah Ragi (gram)
Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Jumlah Ragi Terhadap Densitas Coco Cider
Setelah Distilasi.
Dari grafik dapat dilihat bahwa densitas dari masing-masing sampel tidak
menunjukkan perbedaan yang signiifikan. Nilai densitas dari masing-masing
sampel berkisar diantara 0,98-0,99 gr/ml. Densitas dari cuka yang didapatkan
mendekati densitas air. Hal ini dikarenakan air merupakan komponen utama
penyusun air kelapa, yaitu sebanyak 95%. Dan kadar asam asetat yang dihasilkan
dari fermentasi hanya berkisar antara 4-5%, sehingga penambahan ragi tidak
memberikan pengaruh terhadap densiitas dari cuka kelapa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Proses pembuatan cuka kelapa dari air kelapa berlangsung dengan
menggunakan proses fermentasi tanpa menggunakan udara atau anaerobik
dan menghasilkan alkohol atau fermentasi alkoholis
2. Nilai pH pada tiap sampel cuka kelapa sebesar 4. Hal ini dikarenakan
bahwa kondisi asam disebabkan oleh enzim yang disekresi bakteri,
sedangkan bakteri hanya memiliki makanan (sukrosa) dengan jumlah yang
sama sehingga nilai pH sama untuk setiap sampel.
3. Nilai densitas untuk sampel cuka kelapa dengan jumlah ragi 3 gram, 6
gram, dan 9 gram masing-masing adalah 0.985 g/ml, 0.989 g/ml, dan
0.985 g/ml. Hal ini disebabkan karena penyusun utama pada air kelapa
adalah air sebanyak 95%, sehingga memiliki densitas yang mendekati
densitas air.
4. Pasteurisasi dilakukan sebelum fermentasi karena untuk menghilangkan
kontaminan yang dapat menyebabkan terganggunya proses fermentasi air
kelapa.
5. Penyimpanan botol atau wadah untuk fermentasi didalam autoklaf
bertujuan untuk mensterilkan alat tersebut dari bakteri dan pengotor
lainnya yang dapat mengganggu proses fermentasi.
5.2. Saran
Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan
analisa terhadap variabel yang lainnya seperti kadar alkohol, uji organoleptik, dan
lainnya. Selain itu perlu ditambahkan variabel bebas yang lain seperti pengaruh
waktu fermentasi dan pengaruh penambahan gula atau sukrosa.
17
DAFTAR PUSTAKA