A. Ringkasan Materi
1. Bab 1 Pengetahuan Dasar Geografi
a. Pengertian geografi
Geografi adalah sebuah ilmu yang secara bahasa diambil dari dua kata, yaitu
geo dan grafi. Geo bisa diterjemahkan sebagai Bumi dan grafi atau graphein
berarti gambaran, sehingga secara sederhana geografi diartikan sebagai ilmu
yang menggambarkan Bumi. Kata geografi pertama kali dicetuskan oleh
Erasthotenes yang menulis buku dengan judul Geographika. Cakupan kajian
geografi sangat luas. Kondisi demikian menimbulkan kesulitan dalam
merumuskan apa sebenarnya geografi di kalangan geograf dunia.
Roger Minshull telah mengutip dari berbagai pendapat ahli dan merumuskan
menjadi seperti berikut ini.
Tempat-tempat di muka Bumi (James, Lukerman),
Ruang, khususnya pada muka Bumi (Kant),
Efek-efek parsial lingkungan alami atas manusia (Houston, Martin),
Pola-pola kovariasi kedaerahaan (lewthwaite),
Lokasi, distribusi, saling bergantungan sedunia dan interaksi dalam
keteraturan (Lukerman),
Hubungan-hubungan dan pengaruh timbal-balik dalam ekosistem (Morgan
dan Moss), dan
Diferesiasi areal fenomena-fenomena yang bertautan di muka Bumi dalam
arti pentingnya bagi manusia (Hartshorne).
c. Pendekatan geografi
Di dalam kajian geografi terdapat tiga pendekatan yang biasa digunakan untuk
mengkaji masalah kegeografian, yaitu pendekatan keruangan (spatial
approach), kelingkungan (ekology approach), dan kewilayahan (regional
approach). Berdasarkan pemaparan Yunus, ketiga pendekatan tersebut bisa
dijelaskan seperti berikut ini.
Pendekatan keruangan
Pendekatan keruangan adalah merupakan suatu metode analisis yang
menekankan analisisnya pada eksistensi ruang (space) sebagai wadah
untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena
geosfer.
Pendekatan keruangan setidaknya memiliki sembilan tema analsis, yaitu:
Analisis pola tekanannya terdapat pada sebaran elemen-elemen
pembentuk ruang. Dalam geografi juga terdapat pertanyaan-pertanyaan
dalam penelitian yang dikenal dengan 5W1H, yaitu What, Why,
Where, Who, When, dan How. Dalam konsep keruangan geografi
terdapat tujuh konsep yang dikenal saat ini, yaitu aglomerasi, jarak,
lokasi, keterjangkauan, diferensiasi keruangan, dan keterpaduan.
Analisis struktur keruangan penekanannya pada analisis susunan
elemen-elemen pembentuk ruang.
Analisis proses keruangan penekanannya pada proses keruangan
yang biasanya divisualisasikan pada perubahan ruang.
Analisis interaksi keruangan penekanannya pada interaksi antar
ruang.
Analisis organisasi dalam sistem ditujukan untuk mengetahui
elemen-elemen lingkungan mana yang berpengaruh terhadap
terciptanya tatanan spesifik dari elemen-elemen pembentuk ruang.
Analisis asosiasi keruangan ditujukan untuk mengungkapkan
terjadinya asosiasi berbagai kenampakan pada suatu ruang.
Analisis tendensi atau kecenderungan ditekankan pada upaya
kecenderungan perubahan suatu gejala.
Analisis pembandingan ditujukan untuk mengetahui kelemahan
atau kelebihan suatu ruang dibandingkan dengan ruang yang lain.
Analisis sinergisme keruangan ditujukan untuk menganalisis sinergi
antara suatu wilayah dengan yang lain.
Pendekatan kelingkungan
Pendekatan ini mengacu pada kajian ecology, maka terlebih dahulu perlu
dipahami makna dari ekologi tersebut. Ekologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya.
Pendekatan ekologi dalam geografi mempunyai 4 tema analisis utama,
yaitu sebagai berikut.
Tema analisis interaksi antara perilaku manusia lingkungan fokus
pada perilaku manusia, baik perilaku sosial, ekonomi, kultural, dan
perilaku politik yang dilakukan seseorang atau komunitas tertentu.
Tema analisis aktivitas manusia lingkungan ditekankan pada
keterkaitan antara aktivitas manusia dengan lingkungan.
Tema analisis keterkaitan antara kenampakan fisikan alami elemen-
elemen lingkungan menekankan pada keterkaitan antara
kenampakan fisikal alami dengan elemen-elemen lingkungannya.
Tema analisis keterkaitan antara fisikal buatan lingkungan
berfokus pada keterkaitan antara kenampakan fisikal buatan dengan
lingkungan.
Sementara itu, seminar dan Lokakarya di IKIP Semarang tahun 1989 dan 1890
mengusulkan 10 konsep dasar geografi, yaitu konsep lokasi, jarak,
keterjangkauan, pola, morfologi, aglomerasi, keterkaitan, keruangan,
deferensiasi areal, interaksi/interdependensi, dan nilai kegunaan.
Konsep lokasi
Dalam kajian geografi ada dua macam lokasi, yaitu lokasi absolut dan
lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukkan letak suatu tempat/wilayah
dipermukaan Bumi yang secara eksak dapat dipastikan dan tidak berubah.
Letak ini ditunjukkan oleh letak lintang dan bujur (letak astronomis).
Konsep jarak
Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan
atau keperluan pokok kehidupan (air, tanah subur, pelayanan),
pengangkutan barang dan penumpang. Karena itu jarak tidak hanya
dinyatakan dengan ukuran jarak secara lurus di udara yang mudah diukur
di peta, tetapi dapat pula dinyatakan sebagai jarak tempuh baik yang
dikaitkan dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun satuan biaya
angkutan.
Konsep keterjangkauan
Keterjangkauan memiliki arti penting peranannya dalam perkembangan
suatu wilayah. Keterjangkauan tidak selalu identik dengan jarak. Konsep
keterjangkauan (accessibility) tidak selalu berkait dengan jarak, tetapi
lebih berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan
atau komunikasi yang dapat dipakai.
Konsep pola
Pola menggambarkan bentuk persebaran fenomena yang ada pada ruang di
permukaan Bumi, baik yang bersifat alamiah maupun hasil karya manusia.
Konsep morfologi
Morfologi atau bentuk muka Bumi memiliki peranan penting dalam
mewarnai fenomena geografi di suatu tempat. Morfologi di suatu wilayah,
antara lain akan berpengaruh terhadap pola persebaran penduduk, aktivitas
penduduk penduduk dalam pengelolaan lahan, dan lain-lain.
Konsep aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan suatu fenomena
tertentu pada suatu wilayah. Hal ini didorong oleh adanya faktor-faktor
yang menguntungkan dari adanya pengelompokan tersebut.
Konsep nilai kegunaan
Nilai kegunaan berkaitan dengan manfaat fenomena atau sumber daya
alam tertentu. Jenis sumber daya alam yang sama tidak selalu memberikan
manfaat yang sama bagi penduduknya.
Konsep interaksi/interdependensi
Tidak ada satu wilayah di permukaan Bumi ini yang bisa memenuhi
kebutuhannya secara mandiri. Itulah sebabnya maka diperlukan interaksi
bahkan interdependensi. Antara desa dan kota selalu terjadi interaksi. Desa
menghasilkan bahan pangan, kota menghasilkan produk industri.
Keduanya saling membutuhkan bahkan ada saling ketergantungan.
Konsep diferensisi areal
Setiap wilayah memiki kharakteristik yang mebedakannya dengan wilayah
yang lain. Karakteristik ini bisa berupa fisik, sosial budaya, maupun
karakteristik sebagai hasil interaksi antara unsur alam dan manusia dalam
suatu wilayah. Secara fisik, terdapat perbedaan-perbedaan seperti jenis
iklim, jenis tanah, jenis batuan, keadaan hidrologi, potensi bahan tambang,
atau sumberdaaya alam yang lain. Adanya perbedaan sumberdaya alam
yang dimiliki akan menimbulkan perbedaan aktivitas penduduk dan jenis
kebutuhan hidup yang dihasilkan oleh suatu wilayah.
Konsep keterkaitan keruangan
Dalam suatu ruang tertentu terdapat keterkaitan antara satu fenomena
dengan fenomena yang lain. Keterkaitan tersebut bisa berupa fenomene
yang bersifat alami atau sosial budaya.
f. Prinsip geografi
Prinsip merupakan dasar sebagai landasan untuk menjelaskan suatu fenomena,
berfungsi sebagai pedoman untuk memahami fenomena tersebut. Ada
setidaknya prinsip dalam geografi, yaitu penyebaran atau distribusi, interelasi,
deskripsi, dan korologi.
Prinsip penyebaran fenomena yang terdapat pada geosfer, baik terkait
dengan unsur fisik maupun manusia tersebar di permukaan Bumi.
Prinsip interelasi fenomena yang terjadi di permukaan Bumi, baik
terkait dengan unsur fisik maupun manusia terdapat keterkaitan antara satu
dengan yang lain.
Prinsip deskripsi fenomena geosfer yang tersebar di permukaan Bumi
dan adanya interelasi diantara fenomena-fenomena yang ada, geografi
bertugas untuk mendeskripsikan hal-hal tersebut.
Prinsip korologi merupakan gabungan atau perpaduan dari ketiga
prinsip diatas. Dalam prinsip ini gejala dan permasalahan geografi
dianalisis persebarannya, interaksi dan interelasinya dari berbagai aspek
yang mempengaruhinya. Prinsip korologi, merupakan prinsip geografi
yang komprehensip, karena memadukan prinsip-prinsip lainnya.
g. Penelitian geografi
Penelitian merupakan suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara
terencana dan sistematis, satu sama lain harus saling mendukung, dan secara
keseluruhan merupakan satu keterkaitan. Adapun langkah-langkah penelitian
tersebut pada umumnya adalah sebagai berikut (Suryabrata, 1989).
identikasi, pemilihan, dan perumusan masalah.
penelaahan kepustakaan (teori, konsep, dan hasil penelitian).
penyusunan hipotesis.
identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-
variabel.
pemilihan, pengembangan alat pengambil data atau instrumen.
penyusunan rancangan penelitian.
penentuan sampel.
pengumpulan data.
pengolahan dan analisis data.
interpretasi hasil analisis.
penyusunan laporan.
Penelaahan kepustakaan
menemukan konsep-konsep yang relevan dengan pokok maslaah yang
dibahas dalam penelitian,
menggali teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian dan
melakukan komparasi-komparasi,
menelaah hasil-hasil penelitian yang lampau yang sangat erat
kaitannya dengan pokok-pokok masalah yang akan dibahas,
menyusun suatu kerangkan yang akan digunakan sebagai tumpuan
semua kegiatan berikutnya,
menyusun dugaan-dugaan (hipotesis) yang dapat memberikan arah
yang jelas bagi pengumpulan data dan analisisnya (Sutrisno Hadi,
1991).
Suhu Bumi
Suhu yang dimiliki oleh Bumi berasal dari dua sumber yaitu Matahari
(external heat) dan dari dalam Bumi itu sendiri (internal heat). Temperatur
di permukaan Bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
insolasi (radiasi Matahari)
tinggi rendahnya permukaan Bumi
distribusi tanah dan air di permukaan Bumi yang tidak merata (tanah
dan air mempunyai sifat menyerap dan menyimpan panas yang
berbeda)
tumbuh-tumbuhan yang ada di permukaan Bumi
arus laut dan arus udara
b. Gerakan Bumi
Rotasi
Bumi berputar pada porosnya dari arah barat ke timur, sekali putaran
memerlukan waktu 23 jam 56 menit. Ketika berotasi atmosfer Bumi ikut
serta berputar. Di khatulistiwa, kecepatan rotasi lebih tinggi daripada
kutub. Berikut adalah akibat dari terjadinya rotasi:
terdapat perbedaan waktu pada pada wilayah yang berbeda lokasi
merediannya.
terjadi pembelokan arah angin, yaitu di sebelah utara khatulistiwa
angin berbelok ke kanan dan di sebelah selatan ekuator angin berbelik
ke kiri.
terjadinya peredaran harian semu Matahari, yaitu seolah-olah Matahari
bergerak dari arah timur ke arah barat.
Revolusi
Revolusi Bumi memakan waktu selama 365 hari 5 jam 48 menit dan 48
detik sekali putaran (berdasarkan kalender Matahari). Revolusi Bumi
menimbulkan peredaran semu Matahari, seolah-olah Matahari mengalami
pergeseran dari utara khatulistiwa bergeser ke arah selatan khatulistiwa,
dan itu terjadi secara terus menerus.
Siklus pergeseran tersebut terjadi sebagai berikut.
Tanggal 21 Maret Matahari tepat di atas khatulistiwa.
Tanggal 21 Juni Matahari tepat di atas garis balik utara, yaitu 2330
lintang utara (LU).
Pada tanggal 23 September Matahari kembali beredar di khatulistiwa.
Pada tanggal 22 Desember posisi Matahari berada di atas garis balik
selatan, yaitu 2330 lintang Selatan (LU).
Berikut ini adalah pola pergerakan semu Matahari terhadap Bumi selama
setahun.
Bagian tubuh Bumi yang telah diteliti ahli-ahli geologi secara langsung
masih sangat terbatas kedalamannya, yaitu pada lapisan yang paling atas
(litosfer). Lapisan tubuh Bumi bagian dalam Bumi masih didasarkan atas
hipotesis-hipotesis.
Dari penelitian hasil pencatatan getaran gempa (seismogram) diperkirakan
bahwa di dalam Bumi ditemukan lapisan-lapisan yang dibatasi oleh
bidang-bidang diskontinu (tak bersambung). Bidang diskontinu yang
pertama ditemukan pada kedalaman sekitar 60 km dari permukaan Bumi
dan diberi nama bidang diskontinu Mohorovivic. Bidang diskontinu juga
ditemukan pada kedalaman 1.200 km dan 2.900 km di bawah permukaan
Bumi diperkirakan 1215 km. Di sekeliling inti dalam terdapat inti luar
(outer core) diperkirakan merupakan bahan dengan ketebalan 2270 km.
Bagian inti Bumi dikelilingi oleh selubung (mantle) yang ketebalannya
diperkirakan 2535 km.
Di atas asthenosphere terdapat litosfer yang merupakan lapisan paling atas
dari tubuh Bumi. Lapisan ini terdiri terdiri dari 3 bagian yaitu kerak benua
(continental crust), kerak samudera (oceanic crust) dan mantel bagian atas
(upper mantle). Ketebalan litosfer bervariasi, kerak samudera lebih tipis
dibandingkan kerak benua.
Gambar: Irisan mantel dan litosfer
Bagian atas dan bagian tengah disebut sial karena sebagian besar terdiri
dari zat-zat silisium dan aluminium sedangkan bagian bawah disebut sima
karena sebagain besar terdiri dari silium dan magnesium.
Batuan Metamorf
Secara umum batuan metamorf berkembang dari batuan yang
mengalami tiga macam proses yaitu panas, tekanan dan
aktivitas zat-zat kimia baik bekerja secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama.
Batuan Metamorfosis Sentuh
Pada metamorfosis sentuh, temperatur merupakan faktor
yang paling penting, sedangkan tekanan perannya sangat
kecil. Apabila pada proses metamorfosa temperaturnya
sangat tinggi, dinamakan proses pyrometamorfosis. Gejala
metamorfosis sentuh dapat diamati pada batuan granit yang
terletak dekat batuan sedimen yang umurnya lebih tua.
Contoh batuan gamping yang diterobos oleh magma granit
akan berubah menjadi marmer, dan mineral-mineral sentuh
antara lain granat, wollastonit dan lain-lain.
Batuan metamorfosis dinamo
Faktor penting yang menyebabkan metamorphosis dinamo
adalah tekanan. Tekanan tersebut antara lain berasal dari
gaya-gaya yang disebabkan oleh gerak-gerak patahan,
geseran pada batuan. Pada metamorphosis dinamo batuan
sedimen berubah menjadi batuan hablur, misalnya gneiss,
schist, dsb.
Batuan Metamorfosis Regional
Metamorfosis regional terjadi jika faktor tekanan dan
temperatur bekerja sama, misalnya pada bagian yang dalam
di kerak Bumi. Pada bagian ini, temperatur dan tekanannya
tinggi, akibatnya terjadi perubahan-perubahan pada batuan
dalam daerah yang luas.
Siklus batuan
Secara sederhana, siklus batuan dapat digambarkan seperi pada gambar
di bawah ini.
d. Dinamika litosfer
Teori-teori pembentuk permukaan Bumi
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan bagaimana permukaan Bumi
terbentuk atau berdinamika, di antaranya:
Teori kontraksi
Dicetuskan oleh James Dana dan Elie De Beaumont dan merupakan
teori tertua (1820). Mereka menyatakan bahwa tubuh Bumi telah lama
mengalami pendinginan di permukaannya, namun di bagian dalam
masih merupakan substansi cair pijar. Karena Bumi terus mendingin,
maka bagian inti Bumi mengalami pengerutan, sedangkan bagian klit
Bumi tetap tidak berubah karena sudah membeku. Kerak Bumi
menjadi longgar dari dari intinya dan timbullah gaya tangensial yang
mengakibatkan terbentuk pengerutan di bagian permukaan.
Teori Laurasia-Gndwana
Dicetuskan oleh Eduard Zuess dan Frank B. Taylor yang menyatakan
bahwa pada awalnya di Bumi ada dua benua, yaitu Laurasia dan
Gondwana yang masing-masing terletak di kedua kutub Bumi. Kedua
benua kemudian bergerak secara lambat menuju kearah Ekuator dan
kemudia terbentuklah benua-benua di permukaan Bumi seperti saat ini.
Teori pergeseran benua (continental drift theory)
Dicetuskan oleh Alfred Wegener yang menyatakan bahwa pada
awalnya di Bumi terdapat satu benua yang disebut Pangea. Kemudian
secara perlahan benua ini pecah karena mengalami pergeseran ke arah
ekuator dan ke arah barat. Gerakan ke arah ekuator disebabkan oleh
gaya sentrifugal akibat Bumi berotasi dan gerakan ke arah barat akibat
gerakan Bumi ketika berotasi dari arah barat ke timur.
Teori konveksi
Teori ini mengemukakan bahwa di bawah lapisan kerak Bumi, yaitu
pada lapisan astenosfer terdapat arus yang memutar (arus konveksi).
Arus konveksi ini merambat sampai permukaan Bumi dan
menyebabkannya permukaan Bumi menjadi tidak datar.
Teori lempeng tektonik
Teori ini dikemukakan oleh Mc Kenzie dan Robert Parker yang
merupakan penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya.
Tenaga endogen
Tenaga Endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam Bumi. Salah satu
teori yang dewasa ini banyak digunakan untuk menjelaskan terjadinya
tenaga endogen adalah teori tektonik lempeng.
Tenaga endogen dapat di bedakan menjadi tiga jenis, yaitu tektonisme,
vulkanisme, dan seisme.
Tektonisme
Tektonisme adalah proses gerakan-gerakan lapisan penyusun kerak
Bumi. Adanya tenaga tektonik dapat menyebabkan terjadinya
pengangkatan, lipatan, dan patahan. beberapa bentuk lipatan seperti
terlihat dalam gambar berikut.
Bagian puncak lipatan dinamakan antiklin dan lembahnya disebut
sinklin. Kumpulan antiklin dinamakan antiklinorium. Patahan pada
lapisan batuan dapat disebabkan oleh beberapa gaya yang berupa
tarikan, tekanan, dan robekan.
Vulkanisme
Vulkanisme adalah peristiwa penerobosan magma dari dalam Bumi ke
permukaan Bumi terdapat dua kemungkinan bsebagai akibat akhtivitas
vulkanisme.
Intrusi terbentuk jika magma dalam perjalanannya terjebak ke
dalam lapisan kerak Bumi dan kemudian membeku ditempat
tersebut:
batolit sill
stok dike
lakolit phakolite
Ekstrusi merupakan penyusupan magma yang mencapai
permukaan Bumi dinamakan ekstrusi. Akumulasi hari hasil ekstrusi
menyebabkan terjadinya gunung berapi (volkano). Erupsi gunung
gunung berapi merupakan salah satu fenomena alam yang dahsyat.
Hasil-hasil erupsi gunung berapi dapat berupa:
material cair
material padat atau eflata
material vulkanik yang berbentuk gas
Tenaga eskogen
Tenaga eksogen merupakan tenaga pemndorong dinamika permukaan
Bumi yang berasal dari luar Bumi. Tenaga tersebut bisa berupa:
Pelapukan
Pelapukan merupakan proses perusakan dan penghancuran batuan
penyusun kerak Bumi. Pelapukan terjadi melalui tiga macam proses
yaitu secara mekanis, kimia dan organis.
Pelapukan mekanik/fisika terjadi karena adanya perubahan
temperatur, pemanasan langsung dari Matahari, perubahan air
menjadi es, dan lain-lain.
Pelapukan kimia aktivitas uap, gas , dan air memegang peranan
yang sangat penting dalam perubahan komposisi mineral dan
batuan. Uap air yang mengalami kondensasi memungkinkannya
untuk mengandung substansi yang dapat meningkatkan daya larut
terhadap mineral-mineral tertentu.
Pelapukan organik organisme dapat mengubah bentuk batuan
baik secara mekanik maupun kimiawi. Kehadiran mikroorganisme
pada lapisan batuan dapat mengakibatkan reaksi reaksi kimia
berlangsung secara lebih intensif.
Rawa lahan yang cukup luas dengan tanah yang jenuh air.
Pada beberapa tempat rawa dapat merupakan fenomena yang
sifatnya hanya musiman, tetapi ada juga yang merupakan rawa
permanen.
3. Bab 3 Hidrosfer
Jika ditinjau dari namanya, maka hidrosfer merupakan istilah serapan yang berasal
dari Bahasa Inggris, yaitu hydrosphere dan ini pun merupakan serapan dari
Bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata hydros yang berarti air dan sphaire yang
berarti lapisan. Sehingga, hidrosfer secara sederhana bisa diterjemahkan sebagai
lapisan perairan yang menyelubungi permukaan Bumi.
Kadar perairan di permukaan Bumi menempati posisi pertama jika dibandingkan
dengan kadar daratan. Hidrosfer terdiri dari laut, danau, rawa, sungai, air tanah,
salju dan es, dan lain-lain. Dari seluruh air yang ada di Bumi, sebagian besar
berupa air laut, yaitu meliputi 97,22%, sedangkan sisanya sebanyak 2,78%
merupakan air tawar. Distribusi di air samudera dan air tawar di Bumi dapat
dilihat pada gambar berikut.
Berikut ini adalah gambaran jumlah air yang ada di permukaan Bumi.
Keberadaan air di atas tidak selalu tetap, namun volumenya secara keseluruhan di
Bumi tidak berubah. Volume air di Bumi tidak berubah dimungkinkan akibat
adanya siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfer ke Bumi dan kembali ke atmosfer melalui evaporasi dan
transpirasi. Siklus hidrologi terjadi melalui serangkaian proses yang kondensasi,
run-off, dan infiltrasi.
Berdasarkan tempat jatuhnya curah hujan, maka siklus hidrologi dibagi menjadi 3
macam, yaitu siklus pendek, siklus sedang, dan siklus panjang.
a. Siklus pendek siklus yang tidak melalui proses adveksi, sehingga hujan
jatuh di atas permukaan laut.
b. Siklus sedang siklus ini menghasilkan hujan di daratan. Setelah terjadi
evaporasi terdapat angin yang bergerak menuju daratan.
c. Siklus panjang terjadi ketika awan tidak mengalami kondensasi dan
membentuk titik-titik air, namun mengalami sublimasi, yaitu dari awan
langsung berubah menjadi Kristal-kristal es dan jatuh sebagai hujan salju.
b. Sungai
Air sungai berasal dari curahan air hujan dari atmosfer yang jatuh dan
mengalir di permukaan Bumi membentuk saluran-saluran kecil yang
selanjutnya bergabung menjadi saluran yang lebi besar dan membentuk
sungai.
Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan sebagai berikut:
sungai yang airnya dari pencairan es dan salju,
sungai yang airnya dari hujan,
sungai yang airnya dari pencairan es dan salju serta hujan.
Sungai terdiri dari sungai induk dan anak-anak sungai yang membentuk
sebuah sistem yang disebut Daerah Aliran Sungai (DAS). Makin besar DAS
makin besar pula daya tampungnya. Hujan yang jatuh di atas DAS, sebagian
akan mengalami infiltrasi dan sebagian lagi akan mengalir ke sungai-sungai.
Bentuk DAS akan sangat menentukan karakteristik aliran sungai ketika hujan.
Bentuk DAS yang melingkar, ketika hujan aliran sungainya akan lebih cepat
meluap dibandingkan dengan DAS yang memanjang.
Ada beberapa pola aliran sungai dalam DAS, yaitu sebagai berikut.
Dendritik, yaitu pola aliran yang menyerupai percabangan pohon dengan
percabangannya, Sebuah sungai induk mendapat aliran dari sejumlah anak
sungai.
Rektangular, yaitu pola aliran dari pertemuan antara alirannya membentuk
yang relatif tegak lurus. Sungai ini mengalir pada daerah yang berstruktur
patahan.
Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara
pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke
laut.
Trellis, yaitu pola aliran dengan percabangan anak sungai dan sungai
utama hampir tegak lurus, sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar.
Radial sentrifugal, yaitu pola aliran sungai yang mengalir ke segala arah
dari satu titik. Pola aliran ini berkembang di daerah vulkanik atau dome.
Radial sentripetal, yaitu pola aliran sungai yang mengalir memusat dari
berbagai arah. Pola aliran ini berkembang di kaldera atau basin.
Annular, yaitu sungai utama melingkar dengan anak sungai yang
membentuk sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan
yang berseling antara lunak dan keras.
Pinnate, yaitu pola aliran yang anak-anak sungainya membentuk sudut
lancip dengan sungai induknya. Pola aliran ini ini biasanya terdapat
perbukitan yang lerengnya terjal.
Memusat/multi-basinal, yaitu percabangan sungainya tidak bermuara di
sungai utama, melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada
topografi karst.
c. Danau
Danau adalah suatu genangan air di sebuah ledokan besar/depresi di
permukaan Bumi dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan laut. Ada
danau yang memiliki jalan keluar atau outlet dan ada juga yang tidak punya.
Danau dengan pintu keluar untuk mengalirkan airnya biasanya memiliki kadar
garam yang rendah, sedangkan yang tidak akan cenderung berkadar garam
tinggi.
d. Air tanah
Kerak Bumi tidak semata-mata tersusun dari batuan yang benar-benar kompak
dan padat. Sebagian diantaranya ada yang berongga dan berlubang-lubang.
Pada batuan ini, air dapat masuk dan meresap ke dalamnya. Air yang terdapat
di dalam batuan dinamakan air bawah tanah atau underground water. Setiap
batuan memiliki susunan fisika dan kimia yang khas, akibatnya tidak ada dua
jenis batuan pun yang memiliki permeabilitas dan kapasitas terhadap air yang
sama. Sifat permaeabilitas tersebut berpengaruh terhadap pola peresapan air
permukaan ke dalam tanah. Selain itu, aspek lain yang penting pada batuan
adalah kapasitas air atau moisture capacity, yaitu kemampuan batuan untuk
menyimpan air yang telah diserapnya.
Dalam hubungannya dengan hal ini batuan dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu:
batuan dengan kapasitas tinggi, misalnya peat dan clyloam,
batuan dengan kapasitas rendah, misalnnya loess, argillaceous sandstone
dan argillaceous sand,
batuan yang tidak memiliki kapasitas, misalnya batuan beku. batuan
sedimen yang kompak dan juga batuan sedimen yang terdiri dari fragmen-
fragmen lepas sperti misalnya gravel.
Air bawah tanah dapat berasal dengan berbagai cara, yaitu dapat berasal dari
infiltrasi air hujan, salju yang mengalir dari magma, dan lain-lain. Di beberapa
daerah, terjadinya air bawah tanah tidak berasal dari infiltrasi. Air bawah
tanah yang terdapat pada tempat-tempat tertentu di gurun dengan kedalaman
beberapa meter adalah permulaan contoh dari hal ini. Di daerah gurun, curah
hujan sangat kecil, sementara penguapan sangat tinggi. Karena itu, air dapat
terjadi dari pengembunan uap air secara langsung, baik yang berasal dari
atmosfer maupun udara yang ada di dalam tanah.
Air tanah dan air yang bersal dari air hujan dinamakan air vados. Banyaknya
air hujan atau salju yang dapat meresap kedalam tanah, antara lain dipengaruhi
oleh permeabilitas tanah, tipe vegetasi, topografi, posisi gradien dan keadaan
musim. Berdasarkan tempat terdapatnya air bawah tanah dapat di bedakan
menjadi tiga jenis, yaitu: soil waters, sub soil waters, dan interstrata waters.
Soil waters, adalah air yang berada dalam lapisan tanah yaitu sampai
kedalaman beberapa kaki dari permukaan tanah.
Sub soil waters terdapat di bagian bawah dan dibatasi oleh lapisan batuan
yang resisten dan hampir merupakan batuan yang impermeabel.
Permukaan sub soil waters dinamakan water table. Kedalamanan water
table ini sangat bervariasi, antara lain dipengaruhi oleh keadaan
presipitasi, evapotranspirasi, infiltrasi, kedalaman lapisan batuan kedap air,
dan lain-lain
Interstrata waters adalah air bawah tanah yang terdapat antar lapisan
batuan yang impermeabel, pada daerah yang memiliki struktur sebagai
sinklin, intersrata water ini dapat menyebabkan timbulnya sumber air
artesis.
Temperatur air tanah tergantung pada kondisi batuan yang ada disekitarnya
yaitu litosfernya. Di samping itu juga dipengaruhi oleh kegiatan vulkanisme
sehingga kadang-kadang timbul sumber air panas dan gletser. Di antara peran
yang sangat penting yang dilakukan air adalah penghancur secara universal.
Jika waktu mencukupi, hampir semua mineral secara umum di dalam lapisan
kulit Bumi dilarutkan ke dalam air. Mineral tersebut merupakan padatan
terlarut dari batuan/tanah, yang banyak kurang lebih 2,75 miliard ton/tahun
ditransformasikan oleh sungai menuju ke laut. Hal inilah yang bertanggung
jawab terhadap kadar garam air laut (salinitas).
Salah satu efek dari kapasitas air yang sangat signifikan dalam hubunganya
dengan panas yang sangat besar adalah control dari lautan terhadap iklim di
Bumi. Lautan mempunyai efek yang sangat kuat dalam menahan fluktualisasi
suhu yang sangat ekstrem di atas perbatasan antara daratan dan lautan dengan
memindahkan panas yang sangat luar biasa dari daerah hangat ke daerah
dingin dengan arus.
B. Materi Apa Saja Yang Tidak Esensial Namun Ada di Dalam Sumber Belajar
1. Bab 1 tentang pengetahuan dasar dan penelitian geografi pada halaman 5
sampai 8 membahas mengenai pendekatan keruangan. Menurut saya kajian
mengenai tema tersebut terlalu detil dan cenderung mengambang. Saya
mengatakan demikian karena tuntutan di tingkat sekolah sesuai dengan
kurikulum geografi K-13 tidak menitikberatkan pada bahasan pendekatan
keruangan yang terlalu detil. Bagi saya yang lebih penting adalah pemberian
contoh-contoh di setiap pembahasannya, sehingga materi yang dipelajari oleh
guru akan lebih bermanfaat, tidak hanya untuk menyelesaikan tugas-tugas
PLPG, namun bisa dijadikan bekal untuk meningkatkan kualitas penguasaan
materi dan pada akhirnya kualitas mengajar juga meningkat tajam.
2. Pada bab 2 mengenai dinamika planet Bumi pada halaman 48 modul
membahas mengenai pengikisan dan pengendapan. Bagian yang menurut saya
kurang esensial dan agak bertele-tela adalah penjelasan yang terlalu panjang
dan kurang diberikan contoh, baik berupa gambar atau lokasi fenomena di
mana (mungkin ada di Indonesia) fenomena tersebut dapat dijumpai.
3. Bab 3 tentang hidrologi membahas mengenai siklus hidrologi pada halaman 3
sampai 5. Dalam penjelasannya di halaman 5 ada siklus pendek, sedang, dan
panjang. Konsep siklus pendek, sedang, dan panjang ini sudah lama sekali ada
di dalam kurikulum geografi di Indonesia dan sampai saat ini belum ada yang
memperbaikinya. Saya tidak menyalahkan siklusnya itu sendiri, yang ingin
saya pertanyakan adalah, apakah ada siklus pendek, sedang, dan panjang
dalam ilmu hidrologi?
Dari pencarian di beberapa sumber bacaan di internet dan buku-buku hidrologi
saya belum menemukan adanya konsep siklus hidrologi seperti ini. saya
beranggapan bahwa siklus hidrologi hanya ada satu, yaitu siklus hidrologi.
Bagi saya materi ini kurang esensial untuk dibahas.
C. Materi Esensial Apa Saja Yang Tidak Ada di Dalam Sumber Belajar
1. Dalam beberapa pembahasan mengenai pengetahuan dasar dan penelitian
geografi, banyak disampaikan teori-teori keruangan dan lain-lain. Modul
sudah tepat dengan juga menyertakan contoh kasus, sehingga lebih mudah
dipahami. Namun, di beberapa kasus penjelasan tentang pendekatan, prisip,
dan konsep dasar geografi tidak diikuti oleh contoh kasus.
Saya menganggap hal ini penting karena pokok bahasan yang sering dibahas
oleh guru geografi untuk siswa di sekolah-sekolah adalah tentang pendekatan,
prinsip, dan konsep dasar geografi. Menyertakan penjelasan dengan contoh
kasus akan lebih mudah dipahami guru dan selanjutnya guru dapat
mengembangkan menjadi soal-soal atau penjelasan yang lebih kompleks.
2. Pada bab 2 mengenai dinamika planet Bumi yang mengkaji mengenai geologi
sejarah modul hanya membahas sedikit sekali materi mengenai zaman-zaman
perkembangan permukaan Bumi. Materi ini sekarang telah masuk ke
kurikulum geografi kelas 10 dan ini merupakan materi tema yang sangat baru
yang dibahas di geografi. Jika ada penjelasan yang lebih banyak dan lebih
jelas mungkin akan lebih bermanfaat bagi guru-guru geografi, sehingga bisa
digunakan sebagai pedoman dalam mengajar di kelas.
3. Di bab 2 mengenai dinamika planet Bumi tidak dibahas teori-teori yang
menjelaskan bagaimana alam semesta dan tata surya kita berkembang mulai
dari pertama lahir sampai kondisinya saat ini. Materi tentang tata surya dan
alam semesta merupakan salah satu tema penting yang dibahas di geografi
kelas 10 dan materi ini sampai saat ini masih menjadi tema dalam ujian
nasional dan ujian sekolah berstandar nasional. Modul diharapkan
memberikan pencerahan kepada guru mengenai bagaimana memahamkan
teori-teorinya kepada siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
4. Dalam pembahasan bab 3 hidrosfer ada beberapa yang saya anggap penting,
namun modul tidak membahasnya. Di dalam modul, penulis hanya berfokus
pada pembahasan mengenai laut dan samudera ditinjau dari aspek biologis,
fisik, dan kimiawinya saja. Modul todak memuat pembahasan mengenai
materi batas-batas di laut yang digunakan untuk menentukan laut teritorial,
zona ekonomi ekslusif (ZEE), dan aturan-aturan internasional terkait dengan
lalu lintas laut dan pemanfaatannya.
Sangat penting bagi guru geografi untuk bisa memahami bagaimana aturan
standar yang dibuat pemerintan bersama komunitas internasional tentang
penentuan pangkal ukur untuk menentukan laut teritorial dan ZEE. Laut bagi
Indonesia sangat penting artinya mengingat negara ini memiliki teritorial
berupa perairan laut lebih dominan dibanding daratan. Sumberdaya alam yang
terdapat di laut milik Indonesia pun diperkirakan lebih banyak daripada di
daratan, terutama migas.
Penjelasan mengenai laut teritorial dan ZEE beririsan dengan cita-cita
Pemerintah Indonesia yang menjadikan laut sebagai basis pembangunan
Indonesia di masa depan. Apalagi Indonesia masih memiliki permasalahan
batas di laut dengan negara-negara tetangga dan sejumlah di antaranya masih
belum selesai dirundingkan.
5. Materi esensial yang penting dibahas dalam modul adalah hubungan kondisi
geologis Indonesia dengan kekayaan sumberdaya alam bahan galian. Dalam
modul materi ini belum dibahas secara masif, padahal ini adalah modal bagi
guru untuk menanamkan rasa bangga dan nasionalisme kepada siswa.
Dalam penelitian ini data primer yang dibutuhkan dapat berupa jenis
penggunaan lahan yang ada di lapangan, kecepatan infiltrasi air
permukaan, kemiringan lereng, kondisi saluran air, dan lain-lain.
Sedangkan data sekunder pada penelitian ini bisa berupa data jumlah
penduduk, kerapatan populasi, mata pencaharian, jumlah curah hujan
pada waktu tertentu, dan lain-lain.
3) Salah satu bagian lapisan Bumi adalah mantel. Mantel Bumi dibagi
menjadi dua jenis, yaitu mantel atas dan mantel bawah. Pada bagian
mantel atas terdapat lapisan yang disebut astenosfer dengan ketebalan
sekita 660 km yang berada tepat di bawah kerak. Pada lapisan
astenosfer terkandung magma pijar yang sangat panas. Di lapisan ini
kita bisa menemukan arus konveksi yang bergerak secara vertikal ke
atas dan ke bawah. Arus ini muncul akibat pola pemanasan lapisan
yang berbeda oleh panas yang berasal dari lapisan di bawah astenosfer.
Lapisan yang memiliki suhu yang lebih tinggi cenderung lebih ringan
dibandingkan yang lebih dingin. Akibatnya terjadi pergantian posisi
atas-bawah, yang ringan naik ke atas dan yang berat turun ke bawah.
Akibat pergerakan tersebutlah muncul arus konveksi.
Arus konveksi sendiri dapat mengakibatkan pergerakan lempeng di
atasnya. Jika arus bergerak saling menjauh, maka terbentukan gerak
divergen, sedangkan jika saling mendekat maka terbentuklah
konvergen. Akibat gerakan-gerakan ini, permukaan litosfer yang
merupakan lapisan kerak Bumi yang berada di atas astenosfer, maka
munculah berbagai dinamika permukaan Bumi, seperti gunungapi, air
terjun, rift valley, gempa Bumi, dan sebagainya.
3. Bab 3 Hidrosfer
a. Pada musim hujan, terdapat kawasan daerah aliran sungai (DAS) yang
ketika hujan cepat mengalami banjir, tetapi ada juga yang datangnya banjir
lebih lambat, bahkan ada yang tidak mengalami banjir meskipun sama-
sama mengalami hujan dengan intensitas dan waktu hujan yang relatif
sama. Jelaskan dan lengkapi dengan gambar, bentuk-bentuk DAS dan
pengaruhnya terhadap kejadian banjir pada wilayah tersebut!
Jawaban:
Kejadian banjir yang dialami oleh suatu DAS dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya bentuk DAS, vegetasi atau tutupan lahan, kemiringan
lereng, jumlah curah hujan, dan lain-lain. Bentuk DAS yang relatif rentan
terhadap banjir adalah melingkar, sedangkan bentuk DAS yang relatif
lebih aman dari banjir adalah bentuk yang memanjang. Bentuk DAS yang
membulat akan cenderung memiliki memiliki laju aliran permukaan yang
lebih besar dibandingkan dengan DAS berbentuk memanjang. Hal ini
menyebabkan waktu yang dibutuhkan oleh aliran permukaan pada DAS
membulat lebih singkat dan berimbas terkonsentrasinya aliran permukaan
di sisi hilir sungai atau tempat di mana anak-anak sungai bertemu.
Sedangkan, pada sungai memanjang keadaaan sebaliknya terjadi.
Berikut ini beberapa bentuk DAS dengan pengaruhnya terhadap banjir:
1. DAS berbentuk bulu burung
Sumber : https://lanskaplangit.wordpress.com/2012/02/14/mengenal-
das/ (diakses pada 6 Oktober 2017)
Pada DAS berbentuk bulu burung terdapat bentuk yang sempit dan
memanjang. Pada pola demikian anak-anak sungai mengalir di kanan
dan kiri sungai utama. Debit banjir cenderung akan lebih kecil karena
suplai air datang silih berganti dari masing-masing anak sungai (aliran
dari anak sungai tidak datang secara bersamaan). Walaupun demikian,
banjir yang terjadi di DAS bulu burung cenderung memakan waktu
yang lama.
Sumber : https://lanskaplangit.wordpress.com/2012/02/14/mengenal-
das/ (diakses pada 6 Oktober 2017)
Sumber : https://lanskaplangit.wordpress.com/2012/02/14/mengenal-
das/ (diakses pada 6 Oktober 2017)
DAS berbentuk paralel seperti gambar di atas bisa dideskripsikan
memiliki anak-anak yang cukup besar di bagian, namun menyatu di
bagian hilirnya. Dari gambar terlihat masing-masing anak sungai
memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Jika terjadi hujan secara bersamaan di kedua sub-DAS di atas, baik
yang berada di kanan maupun kiri, maka bisa dipekirakan banjir yang
terjadi di titik pertemuan akan relatif besar, karena terjadi akumulasi
besar-besaran.
2) Material batuan
Di antara tiga jenis batuan (beku, sedimen, dan metamorf) hanya
sedimenlah yang merupakan jenis batuan yang paling
bersahabat/friendly terhadap infiltrasi air permukaan ke dalam tanah
dan mengalirkannya dengan baik. Tanah yang banyak mengandung
lapisan batuan keras (dari jenis beku dan metamorf) akan cenderung
menimbulkan lapisan yang sulit dilalui air dan menyimpan air.
Selain itu, tanah yang memiliki tekstur liat terlalu dominan pun dapat
menyebabkan lambatnya air permukaan menyerap ke dalam tanah dan
aliran air menjadi sangat lambat juga akibat rapatnya partikel
pembentuk tanah bertekstur liat.
Tekstur tanah yang kaya pasir dan dan kerikil sangat baik menyerap
dan mengalirkan airtanah. Lapisan tanah yang baik menyerap dan
mengalirkan airtanah ini biasa dinamakan lapisan akuifer. Semakin
banyak atau luas lapisan akuifer di suatu wilayah, maka semakin
banyak juga potensi airtanah yang dikandungnya.
3) Morfologi
Air permukaan membutuhkan waktu untuk dapat menyerap ke dalam
tanah. Bentuk medan yang rata atau datar dan bergelombang atau
miring akan langsung memengaruhi infiltrasi air permukaan. Medan
yang relatif berbentuk pedataran cenderung memberikan waktu yang
lebih banyak bagi air permukaan untuk berinfiltrasi. Sedangkan medan
yang miring atau bahkan terjal akan mempersulit air permukaan
menyerap ke dalam tanah. Pergerakan air di permukaan tanah lebih
banyak menyebabkan erosi daripada infiltrasi.
4) Vegetasi
Keberadaan vegetasi sangat membantu peningkatan potensi airtanah di
suatu wilayah. Wilayah yang cenderung hijau atau banyak ditutupi
oleh vegetasi berakar tunggang akan cenderung memiliki potensi
airtanah yang banyak juga. Sebaliknya, wilayah yang memiliki
vegetasi yang sedikit atau terlalu banyak ditanami dengan vegetasi
berakar serabut cenderung memiliki potensi airtanah yang lebih
sedikit.
Vegetasi yang ditanam di permukaan tanah mampu membantu tanah
menyerapkan air lebih cepat ke dalam tanah. Hal ini karena akar
tunggang mampu mengikat butir tanah lebih kuat dan tidak mudah
terbawa oleh gerakan air. Sedangkan wilayah yang lebih sedikit
vegetasinya atau kebanyakan ditanami vegetasi berakar serabut, air
cenderung mengerosi atau mengikis, bukannya terserap ke dalam
tanah. Tanah lebih mudah dihanyutkan oleh aliran air permukaan,
sehingga potensi erosi lebih tinggi daripada infiltrasi.
Selain itu, keberadaan vegetasi di permukaan tanah akan mampu
menyebabkan aliran permukaan/surface run-off akan lebih lambat
bergerak, sehingga malah terinfiltrasi ke dalam tanah. Sedangkan,
semakin sedikit vegetasinya, maka gerakan aliran permukaan semakin
cepat bergerak dan hal ini menyebabkan air tidak sempat terserap ke
dalam tanah.