Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KEMAJUAN BELAJAR MANDIRI KEDUA

Nama Peserta : Abdul Rahman


Nomor Peserta : 17300420720001
Asal Lembaga : MAN Insan Cendekia Gorontalo
Bidang : Geografi

A. Ringkasan Materi
1. Bab 1 Pengetahuan Dasar Geografi
a. Pengertian geografi
Geografi adalah sebuah ilmu yang secara bahasa diambil dari dua kata, yaitu
geo dan grafi. Geo bisa diterjemahkan sebagai Bumi dan grafi atau graphein
berarti gambaran, sehingga secara sederhana geografi diartikan sebagai ilmu
yang menggambarkan Bumi. Kata geografi pertama kali dicetuskan oleh
Erasthotenes yang menulis buku dengan judul Geographika. Cakupan kajian
geografi sangat luas. Kondisi demikian menimbulkan kesulitan dalam
merumuskan apa sebenarnya geografi di kalangan geograf dunia.
Roger Minshull telah mengutip dari berbagai pendapat ahli dan merumuskan
menjadi seperti berikut ini.
Tempat-tempat di muka Bumi (James, Lukerman),
Ruang, khususnya pada muka Bumi (Kant),
Efek-efek parsial lingkungan alami atas manusia (Houston, Martin),
Pola-pola kovariasi kedaerahaan (lewthwaite),
Lokasi, distribusi, saling bergantungan sedunia dan interaksi dalam
keteraturan (Lukerman),
Hubungan-hubungan dan pengaruh timbal-balik dalam ekosistem (Morgan
dan Moss), dan
Diferesiasi areal fenomena-fenomena yang bertautan di muka Bumi dalam
arti pentingnya bagi manusia (Hartshorne).

Ahli geografi Indonesia R. Bintarto juga mengajukan sendiri definisi geografi,


yaitu ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat Bumi, menganalisis
gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan
dan berusaha mencari fungi dari unsur Bumi dalam ruang dan waktu.
Sedangkan menurut ikatan geograf Indonesia (IGI) yang dicetuskan saat
seminar dan lokakarya (SEMILOKA) yang diadakan di Semarang pada 1988
di IKIP Semarang, geografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

b. Objek studi geografi


Secara garis besar geografi memiliki dua objek studi, yaitu:
Objek material
Objek studi material dalam geografi berupa fenomena alam atau sosial
yang terdapat di permukaan Bumi atau di sekitar lingkungan hidup
manusia. Objek material tersebut terdiri dari litosfer/pedosfer, atmosfer,
hidrosfer, biosfer, dan antroposfer.
Objek formal
Objek studia formal dalam geografi adalah cara pandang atau metode yang
digunakan untuk mengkaji objek material di atas. Biasanya objek formal
ini juga dikenal dengan pendekatan geografi yang terdiri dari tiga, yaitu
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahan.

c. Pendekatan geografi
Di dalam kajian geografi terdapat tiga pendekatan yang biasa digunakan untuk
mengkaji masalah kegeografian, yaitu pendekatan keruangan (spatial
approach), kelingkungan (ekology approach), dan kewilayahan (regional
approach). Berdasarkan pemaparan Yunus, ketiga pendekatan tersebut bisa
dijelaskan seperti berikut ini.
Pendekatan keruangan
Pendekatan keruangan adalah merupakan suatu metode analisis yang
menekankan analisisnya pada eksistensi ruang (space) sebagai wadah
untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena
geosfer.
Pendekatan keruangan setidaknya memiliki sembilan tema analsis, yaitu:
Analisis pola tekanannya terdapat pada sebaran elemen-elemen
pembentuk ruang. Dalam geografi juga terdapat pertanyaan-pertanyaan
dalam penelitian yang dikenal dengan 5W1H, yaitu What, Why,
Where, Who, When, dan How. Dalam konsep keruangan geografi
terdapat tujuh konsep yang dikenal saat ini, yaitu aglomerasi, jarak,
lokasi, keterjangkauan, diferensiasi keruangan, dan keterpaduan.
Analisis struktur keruangan penekanannya pada analisis susunan
elemen-elemen pembentuk ruang.
Analisis proses keruangan penekanannya pada proses keruangan
yang biasanya divisualisasikan pada perubahan ruang.
Analisis interaksi keruangan penekanannya pada interaksi antar
ruang.
Analisis organisasi dalam sistem ditujukan untuk mengetahui
elemen-elemen lingkungan mana yang berpengaruh terhadap
terciptanya tatanan spesifik dari elemen-elemen pembentuk ruang.
Analisis asosiasi keruangan ditujukan untuk mengungkapkan
terjadinya asosiasi berbagai kenampakan pada suatu ruang.
Analisis tendensi atau kecenderungan ditekankan pada upaya
kecenderungan perubahan suatu gejala.
Analisis pembandingan ditujukan untuk mengetahui kelemahan
atau kelebihan suatu ruang dibandingkan dengan ruang yang lain.
Analisis sinergisme keruangan ditujukan untuk menganalisis sinergi
antara suatu wilayah dengan yang lain.

Pendekatan kelingkungan
Pendekatan ini mengacu pada kajian ecology, maka terlebih dahulu perlu
dipahami makna dari ekologi tersebut. Ekologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya.
Pendekatan ekologi dalam geografi mempunyai 4 tema analisis utama,
yaitu sebagai berikut.
Tema analisis interaksi antara perilaku manusia lingkungan fokus
pada perilaku manusia, baik perilaku sosial, ekonomi, kultural, dan
perilaku politik yang dilakukan seseorang atau komunitas tertentu.
Tema analisis aktivitas manusia lingkungan ditekankan pada
keterkaitan antara aktivitas manusia dengan lingkungan.
Tema analisis keterkaitan antara kenampakan fisikan alami elemen-
elemen lingkungan menekankan pada keterkaitan antara
kenampakan fisikal alami dengan elemen-elemen lingkungannya.
Tema analisis keterkaitan antara fisikal buatan lingkungan
berfokus pada keterkaitan antara kenampakan fisikal buatan dengan
lingkungan.

Pendekatan kewilayahan/kompleks wilayah


Pendekatan ini merupakan integrasi dari pendekatan keruangan dan
pendekatan ekologis. Pengunaan istilah regional kompleks mengisyaratkan
adanya adanya pemahaman yang mendalam tentang property yang ada di
suatu wilayah yang bersangkutan dan merupakan kesatuan regional.

d. Konsep dasar geografi


Konsep-konsep dasar yang menggambarkan struktur disiplin geografi sebagai
berikut:
adanya lokasi fenomena pada ruang dan waktu tertentu;
yang melalui observasi (secara langsung atau tidak langsung) akan
menghasilkan fakta geografi;
yang dapat digambarkan pada peta untuk menunjukkan adanya persebaran
keruangannya;
yang pada skala tertentu akan dapat diperoleh konsep atau pengertian
asosiasi keruangan dan asosiasi kewilayahan hingga sampai pada
pengertian region atau kawasan;
yang dengan demikian akan membantu pemahaman adanya hubungan
manusia-alam dan juga adanya interaksi kewilayahan, dan diferensiasi
kewilayahan.

Daldjoeni (1982) mengemukakan konsep dasar geografi meliputi hal-hal


sebagai berikut:
penghargaan budayawi atas Bumi
konsep regional
pertautan wilayah
interaksi keruangan
lokalisasi
pentingnya arti skala
konsep perubahan

Sementara itu, seminar dan Lokakarya di IKIP Semarang tahun 1989 dan 1890
mengusulkan 10 konsep dasar geografi, yaitu konsep lokasi, jarak,
keterjangkauan, pola, morfologi, aglomerasi, keterkaitan, keruangan,
deferensiasi areal, interaksi/interdependensi, dan nilai kegunaan.
Konsep lokasi
Dalam kajian geografi ada dua macam lokasi, yaitu lokasi absolut dan
lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukkan letak suatu tempat/wilayah
dipermukaan Bumi yang secara eksak dapat dipastikan dan tidak berubah.
Letak ini ditunjukkan oleh letak lintang dan bujur (letak astronomis).
Konsep jarak
Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan
atau keperluan pokok kehidupan (air, tanah subur, pelayanan),
pengangkutan barang dan penumpang. Karena itu jarak tidak hanya
dinyatakan dengan ukuran jarak secara lurus di udara yang mudah diukur
di peta, tetapi dapat pula dinyatakan sebagai jarak tempuh baik yang
dikaitkan dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun satuan biaya
angkutan.
Konsep keterjangkauan
Keterjangkauan memiliki arti penting peranannya dalam perkembangan
suatu wilayah. Keterjangkauan tidak selalu identik dengan jarak. Konsep
keterjangkauan (accessibility) tidak selalu berkait dengan jarak, tetapi
lebih berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan
atau komunikasi yang dapat dipakai.
Konsep pola
Pola menggambarkan bentuk persebaran fenomena yang ada pada ruang di
permukaan Bumi, baik yang bersifat alamiah maupun hasil karya manusia.
Konsep morfologi
Morfologi atau bentuk muka Bumi memiliki peranan penting dalam
mewarnai fenomena geografi di suatu tempat. Morfologi di suatu wilayah,
antara lain akan berpengaruh terhadap pola persebaran penduduk, aktivitas
penduduk penduduk dalam pengelolaan lahan, dan lain-lain.
Konsep aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan suatu fenomena
tertentu pada suatu wilayah. Hal ini didorong oleh adanya faktor-faktor
yang menguntungkan dari adanya pengelompokan tersebut.
Konsep nilai kegunaan
Nilai kegunaan berkaitan dengan manfaat fenomena atau sumber daya
alam tertentu. Jenis sumber daya alam yang sama tidak selalu memberikan
manfaat yang sama bagi penduduknya.
Konsep interaksi/interdependensi
Tidak ada satu wilayah di permukaan Bumi ini yang bisa memenuhi
kebutuhannya secara mandiri. Itulah sebabnya maka diperlukan interaksi
bahkan interdependensi. Antara desa dan kota selalu terjadi interaksi. Desa
menghasilkan bahan pangan, kota menghasilkan produk industri.
Keduanya saling membutuhkan bahkan ada saling ketergantungan.
Konsep diferensisi areal
Setiap wilayah memiki kharakteristik yang mebedakannya dengan wilayah
yang lain. Karakteristik ini bisa berupa fisik, sosial budaya, maupun
karakteristik sebagai hasil interaksi antara unsur alam dan manusia dalam
suatu wilayah. Secara fisik, terdapat perbedaan-perbedaan seperti jenis
iklim, jenis tanah, jenis batuan, keadaan hidrologi, potensi bahan tambang,
atau sumberdaaya alam yang lain. Adanya perbedaan sumberdaya alam
yang dimiliki akan menimbulkan perbedaan aktivitas penduduk dan jenis
kebutuhan hidup yang dihasilkan oleh suatu wilayah.
Konsep keterkaitan keruangan
Dalam suatu ruang tertentu terdapat keterkaitan antara satu fenomena
dengan fenomena yang lain. Keterkaitan tersebut bisa berupa fenomene
yang bersifat alami atau sosial budaya.

e. Tema-tema kajian geografi


Menurut Yunus, dalam geografi ada delapan tema kajian geografi, yaitu:
tema verifikasi
tema inquiri
tema eksplorasi
tema evaluasi
tema kesenjangan antara harapan dan kenyataan
tema solusi
tema inovasi
tema rehabilitasi

f. Prinsip geografi
Prinsip merupakan dasar sebagai landasan untuk menjelaskan suatu fenomena,
berfungsi sebagai pedoman untuk memahami fenomena tersebut. Ada
setidaknya prinsip dalam geografi, yaitu penyebaran atau distribusi, interelasi,
deskripsi, dan korologi.
Prinsip penyebaran fenomena yang terdapat pada geosfer, baik terkait
dengan unsur fisik maupun manusia tersebar di permukaan Bumi.
Prinsip interelasi fenomena yang terjadi di permukaan Bumi, baik
terkait dengan unsur fisik maupun manusia terdapat keterkaitan antara satu
dengan yang lain.
Prinsip deskripsi fenomena geosfer yang tersebar di permukaan Bumi
dan adanya interelasi diantara fenomena-fenomena yang ada, geografi
bertugas untuk mendeskripsikan hal-hal tersebut.
Prinsip korologi merupakan gabungan atau perpaduan dari ketiga
prinsip diatas. Dalam prinsip ini gejala dan permasalahan geografi
dianalisis persebarannya, interaksi dan interelasinya dari berbagai aspek
yang mempengaruhinya. Prinsip korologi, merupakan prinsip geografi
yang komprehensip, karena memadukan prinsip-prinsip lainnya.

g. Penelitian geografi
Penelitian merupakan suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara
terencana dan sistematis, satu sama lain harus saling mendukung, dan secara
keseluruhan merupakan satu keterkaitan. Adapun langkah-langkah penelitian
tersebut pada umumnya adalah sebagai berikut (Suryabrata, 1989).
identikasi, pemilihan, dan perumusan masalah.
penelaahan kepustakaan (teori, konsep, dan hasil penelitian).
penyusunan hipotesis.
identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-
variabel.
pemilihan, pengembangan alat pengambil data atau instrumen.
penyusunan rancangan penelitian.
penentuan sampel.
pengumpulan data.
pengolahan dan analisis data.
interpretasi hasil analisis.
penyusunan laporan.

h. Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah


Masalah diartikan sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Perumusan masalah perumusan masalah menurut Sumadi (1989)
adalah sebagai berikut:
masalah hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
rumusan ini hendaklah padat dan jelas.
menautkan hubungan antara dua atau lebih variabel.
rumusan itu hendaklah memberikan petunjuk tentang mungkinnya
mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terkandung dalam rumusan itu.

Penelaahan kepustakaan
menemukan konsep-konsep yang relevan dengan pokok maslaah yang
dibahas dalam penelitian,
menggali teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian dan
melakukan komparasi-komparasi,
menelaah hasil-hasil penelitian yang lampau yang sangat erat
kaitannya dengan pokok-pokok masalah yang akan dibahas,
menyusun suatu kerangkan yang akan digunakan sebagai tumpuan
semua kegiatan berikutnya,
menyusun dugaan-dugaan (hipotesis) yang dapat memberikan arah
yang jelas bagi pengumpulan data dan analisisnya (Sutrisno Hadi,
1991).

Penyusunan Hipotesis dapat juga dipandang sebagai suatu kesimpulan


yang sifatnya sementara. Sebagai kesimpulan, meskipun sifatnya masih
sementara, tentu hipotesis tidak dibuat dengan sembarangan, tetapi atas
dasar pengetahuan tertentu yang sebagian dapat diambil dari hasil-hasil
penelitian terdahulu, dan teori-teori yang relevan.

i. Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-variabel


Definisi variabel konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Misalnya,
jenis kelamin adalah variabel karena terdiri dari dua atribut yaitu laki-laki
dan perempuan
Skala Variabel
Variabel nominal ialah variabel yang ditetapkan berdasarkan atas
proses penggolongan. Misalnya untuk variabel jenis kelamin.
Variabel ordinal ialah variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang
dalam atribut. Mislanya mengukur kelas ekonomi, diberi kode 1 untuk
kelas ekonomi bawah, kode 2 untuk kelas ekonomi menengah, dan
kode 3 untuk kelas ekonomi atas.
Variabel interval (misalnya umur, pendapatan, indeks prestasi, dan
lain-lain) adalah variabel yang dihasilkan dari pengukuran, yang di
dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran
yang sama.
Variabel rasio adalah variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai
nol mutlak. Karena ada titik nol, perbandingan rasio dapat ditentukan.
Sebagai contoh, Balita A beratnya 3 kilogram, Balita B beratnya 6
kilogram, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Balita B 2 kali lebih
berat daripada Balita A.

Pemilihan dan pengembangan alat pengambil data data dapat


dikumpulkan melalui bermacam-macam cara dan alat seperti: wawancara
(interview), pengamatan (observasi), kuisioner, dan skala penilaian (rating
scale) (Sutrisno Hadi, 1991).
Penentuan sampel (cuplikan) sampel menurut Mantra (2000), ada tiga
hal yang sangat menentukan tingkat representativitas sampel, yaitu (1)
kecermatan kerangka sampel; (2) besarnya sampel; dan (3) teknik
pengambilan sampel.
Pengumpulan data data dalam penelitian terdiri dari dua jenis, yaitu
data primer dan data sekunder. Data yang diambil dari sumber pertama
disebut data primer. Disamping data primer tersebut, ada pula data
sekunder yang terdapat pada instansi-instansi tertentu yang sudah
berbentuk tabel-tabel ataupun dokumen-dokumen yang lain.
Analisis data (pengolahan data) data yang telah lulus dalam seleksi lalu
diolah atau dianalisis merupakan suatu informasi yang siap untuk
dievaluasi dan diinterpretasi. Setelah diolah data dapat berupa:
tabel frekuensi tunggal,
rata-rata, median, modus, korelasi, regresi, dan lain-lain,
grafik,
peta.

Penyusunan laporan merupakan tahap akhir dari suatu penelitian yang


merupakan laporan hasil penelitian secara lengkap. Kerangka isi laporan
penelitian pada umumnya berisi hal-hal sebagai berikut.
Judul Bab ii telaah pustaka
Nama peneliti dan kerangka teoritis
Kata pengantar Bab iii metode
Abstrak penelitian
Daftar isi Bab iv hasil penelitian
Daftar tabel dan pembahasan
Daftar gambar Simpulan dan saran
Daftar lampiran Daftar pustaka
Bab i pendahuluan Lampiran-lampiran

2. Bab 2 Dinamika Planet Bumi


Bumi merupakan salah satu anggota tata surya yang terdiri dari beberapa elemen,
di antaranya bintang, planet, asteroid, komet, dan lain-lain. Planet-planet lain
selain Bumi adalah Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan
Neptunus. Sedangkan Pluto telah dikeluarkan sebagai anggota planet dan diberi
gelar planet kerdil atau dwarf planet.
a. Sifat fisik Bumi
Bentuk Bumi
Berikut ini adalah data-data tentang Bumi berdasarkan data Hayford:
jari- jari lingkaran equator (jari-jari Bumi terpanjang) = 6.378,38 km.
jari- jari lingkaran meridian (jari-jari Bumi terpendek) = 6.356,96 km
panjang rata- rata jari jari Bumi = 6.370 km
elipsitas (kelonjongan) Bumi = 1/297
keliling lingkaran equator = 40.075,30 km
keliling lingkaran meridian = 40.008,19 km
jarak 1 meridian di equator = 111,318 km
jarak 1 paralel (lintang) di equator = 110,562 km
jarak 1 paralel di kutub = 111,688 km
Gravitasi Bumi
Tingkat percepatan tidak sama untuk semua tempat di permukaan Bumi.
Di equator, percepatan karena gravitasi sekitar 9,78 meter per detik,
sedangkan di daerah kutub 9,83 meter per detik. Perbedaan itu terjadi
karena pada equator jarak dari pusat Bumi lebih besar dan adanya tenaga
sentrifugal yang melawan kekuatan gravitasi yang lebih besar di equator.
Kepadatan Bumi yang berbeda-beda juga menghasilkan gravitasi pada
permukaan Bumi yang berbeda pula, semakin padat atau rapat massa
Bumi, semakin besar gravitasinya. Jika kepadatan lapisan batuan Bumi
sama dan bentuk seluruhnya serasi (seragam) dengan perputaran Bumi,
maka besarnya gravitasi (gaya tarik Bumi) pada tiap-tiap tempat di
permukaan Bumi akan sama dan dapat dihitung menurut suatu formula
standar.

Berat jenis Bumi


Secara umum Bumi memiliki lapisan-lapisan sebagai berikut:
Kerak Bumi (litosfer)
Lapisan Bumi sampai kedalaman kurang lebih 70 km, berat jenisnya
berkisar antara 1,5 sampai dengan 3,3 dengan berat jenis rata-rata 2,7.
Ini adalah berat jenis kebanyakan batuan yang terdapat di lapisan atas
Bumi yaitu batuan pasir, tanah liat, batuan kapur, batu granit, basalt
dan lain-lain. Lapisan di bawahnya yang terletak antara kedalam 70 km
sampai dengan 1200 km mempunyai berat jenis antara 3,4 sampai
dengan 4. Jenis batuannya banyak mengandung magnesium, silisium
dan oksigen.
Mantel Bumi
Terletak pada kedalam 1200 km, berat jenisnya berkisar anatara 4
sampai 6. Mantel Bumi dibagi menjadi dua bagian, yaitu mantel atas
dan mantel bawah. Mantel atas memiliki kepadatan yang rendah
dibandingkan mantel bawah.
Inti Bumi
Terletak di bawah kedalaman 2900 km, berat jenisnya antara 6 sampai
12. Inti Bumi diklasifikasi menjadi dua bagian berdasarkan sifat
kepadatannya, yaitu inti dalam sebagai bagian Bumi paling padat dan
inti luar yang kepadatannya tepat di bawah inti dalam.

Sifat magnetik Bumi


Kemagnetan Bumi ditandai oleh dua hal yaitu deklinasi magnetis dan
inklinasi magnetis. Deklinasi magnetis merupakan sudut yang dibentuk
antara jarum magnetis dengan bujur geografiik. Garis pada peta yang
menghubungkan titik-titik dengan deklinasi sama disebut isogon.
Deklinasi dengan isogon nol disebut meredian magnetis.
Inklinasi magnetis adalah sudut yang dibentuk jarum magnet terhadap
horizon. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai inklinasi magnetis sama disebut isoklin. Sudut inklinasi dan
deklinasi disuatu tempat dapat berubah dari waktu ke waktu secara
periodic, hal ini berkaitan dengan jarak dari Bumi ke Matahari.
Tekanan Bumi
Tekanan di permukaan Bumi ditentukan ukurannya satu atmosfer.
Tekanan ini semakin meningkat seiring kedalamannya. Pada kedalaman 1
km misalnya, tekanannya sebesar adalah 275 atmosfer, pada kedalaman 70
km diperkirakan tekannya 18900 atmosfer, dan di pusat Bumi tekanannya
diperkirakan 4.163.450 atmosfer.

Suhu Bumi
Suhu yang dimiliki oleh Bumi berasal dari dua sumber yaitu Matahari
(external heat) dan dari dalam Bumi itu sendiri (internal heat). Temperatur
di permukaan Bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
insolasi (radiasi Matahari)
tinggi rendahnya permukaan Bumi
distribusi tanah dan air di permukaan Bumi yang tidak merata (tanah
dan air mempunyai sifat menyerap dan menyimpan panas yang
berbeda)
tumbuh-tumbuhan yang ada di permukaan Bumi
arus laut dan arus udara

Di bawah lapisan suhu konstan (zone of constant annual temperature)


terdapat zone geothermal, daerah ini tidak terpengaruh oleh radiasi
Matahari tetapi dipengaruhi panas yang berasal dari dalam Bumi sehingga
makin ke dalam temperatur Bumi bertambah. Kenaikan suhu sehubungan
dengan kedalaman tidak sama besarnya dari satu tempat ke tempat lain.
Makin dekat dengan sumber-sumber panas, misalnya magma, pengerjaan
radioaktif, kenaikan suhunya akan bertambah.

b. Gerakan Bumi
Rotasi
Bumi berputar pada porosnya dari arah barat ke timur, sekali putaran
memerlukan waktu 23 jam 56 menit. Ketika berotasi atmosfer Bumi ikut
serta berputar. Di khatulistiwa, kecepatan rotasi lebih tinggi daripada
kutub. Berikut adalah akibat dari terjadinya rotasi:
terdapat perbedaan waktu pada pada wilayah yang berbeda lokasi
merediannya.
terjadi pembelokan arah angin, yaitu di sebelah utara khatulistiwa
angin berbelok ke kanan dan di sebelah selatan ekuator angin berbelik
ke kiri.
terjadinya peredaran harian semu Matahari, yaitu seolah-olah Matahari
bergerak dari arah timur ke arah barat.

Revolusi
Revolusi Bumi memakan waktu selama 365 hari 5 jam 48 menit dan 48
detik sekali putaran (berdasarkan kalender Matahari). Revolusi Bumi
menimbulkan peredaran semu Matahari, seolah-olah Matahari mengalami
pergeseran dari utara khatulistiwa bergeser ke arah selatan khatulistiwa,
dan itu terjadi secara terus menerus.
Siklus pergeseran tersebut terjadi sebagai berikut.
Tanggal 21 Maret Matahari tepat di atas khatulistiwa.
Tanggal 21 Juni Matahari tepat di atas garis balik utara, yaitu 2330
lintang utara (LU).
Pada tanggal 23 September Matahari kembali beredar di khatulistiwa.
Pada tanggal 22 Desember posisi Matahari berada di atas garis balik
selatan, yaitu 2330 lintang Selatan (LU).

Berikut ini adalah pola pergerakan semu Matahari terhadap Bumi selama
setahun.

c. Litosfer dan dinamikanya


Litosfer
Secara visual irisan tubuh Bumi dapat dilihat gambar berikut.

Bagian tubuh Bumi yang telah diteliti ahli-ahli geologi secara langsung
masih sangat terbatas kedalamannya, yaitu pada lapisan yang paling atas
(litosfer). Lapisan tubuh Bumi bagian dalam Bumi masih didasarkan atas
hipotesis-hipotesis.
Dari penelitian hasil pencatatan getaran gempa (seismogram) diperkirakan
bahwa di dalam Bumi ditemukan lapisan-lapisan yang dibatasi oleh
bidang-bidang diskontinu (tak bersambung). Bidang diskontinu yang
pertama ditemukan pada kedalaman sekitar 60 km dari permukaan Bumi
dan diberi nama bidang diskontinu Mohorovivic. Bidang diskontinu juga
ditemukan pada kedalaman 1.200 km dan 2.900 km di bawah permukaan
Bumi diperkirakan 1215 km. Di sekeliling inti dalam terdapat inti luar
(outer core) diperkirakan merupakan bahan dengan ketebalan 2270 km.
Bagian inti Bumi dikelilingi oleh selubung (mantle) yang ketebalannya
diperkirakan 2535 km.
Di atas asthenosphere terdapat litosfer yang merupakan lapisan paling atas
dari tubuh Bumi. Lapisan ini terdiri terdiri dari 3 bagian yaitu kerak benua
(continental crust), kerak samudera (oceanic crust) dan mantel bagian atas
(upper mantle). Ketebalan litosfer bervariasi, kerak samudera lebih tipis
dibandingkan kerak benua.
Gambar: Irisan mantel dan litosfer

Suees dan Wiechert mengadakan pembagian lapisan Bumi seperti berikut:


kerak Bumi (Earths crust : The Upper Sell), merupakan lapisan Bumi
yang paling atas, mempunyai tebal 30 km sampai 40 km pada daratan,
dan pada pegunungan ketebalannya bisa mencapai 70 km.
selubung Bumi atau mantel, ketebalannya sampai kedalaman 1.200 km
dari permukaan Bumi. Berat jenis lapisan ini antara 3,4 sampai 4.
lapisan antara (intermediate shell) atau mantel umi atau chalkosfera
yang merupakan sisi oksida dan sulfida dengan ketebalan 1.700 km
dan berat jenis 6,4.
inti Bumi (The earths core) atau Barysfera. Lapisan ini diperkirakan
mencapai kedalaman 5.500 km, banyak mengandung besi dan nikel
sehingga disebut Nife, berat jenisnya antara 6 samapi 12 dengan rata-
rata 9,6. Ketebalan inti Bumi mempunyai jari-jari kurang lebih 3.500
km.

Holmes melakukan pembagian kerak Bumi seperti berikut.


Bagian atas yang mempunyai tebal 15 km dengan berat jenis kurang
lebih 2,7 dan mempunyai tipe magma granit.
Bagian tengah yang mempunyai tebal 25 km dengan berat jenis 3,5 dan
mempunyai tipe magma basalt.
Bagian bawah yang mempunyai tebal 20 km dengan berat jenis 3,5 dan
mempunyai tipe magma peridotit dan magma eklogit.

Gambar. Pembagian kerak Bumi menurut Holmes.

Bagian atas dan bagian tengah disebut sial karena sebagian besar terdiri
dari zat-zat silisium dan aluminium sedangkan bagian bawah disebut sima
karena sebagain besar terdiri dari silium dan magnesium.

Mineral dan batuan


Mineral
Mineral adalah persenyawaaan anorganik asli yang mempunyai
persenyawaan kimia tetap, terdapat dalam keadaan padat, setengah
padat, gas atau cair. Seringkali terjadi salah pengertian di dalam
penggunaan istilah mineral dan barang tambang. Mineral yang menjadi
bahan tambang adalah mineral yang memiliki nilai ekonomis bagi
kehidupan manusia.
Sebagian besar mineral terdapat dalam keadaan padat, akan tetapi ada
juga yang berada dalam keadaan plastis (setengah padat), gas atau cair.
Mineral padat biasnya terdapat dalam bentuk kristal.
Berdasarkan komposisi kimianya, mineral dapat dibedakan sebagai
berikut.
native elements: unsur mulia yang jarang ditemukan. Bukan
merupakan rock-forming, misalnya grafit, intan, sulfur, emas, dan
platinum
sulfida: memiliki jumlah anggota mineral terbanyak setelah silikat,
tetapi massanya sedikit (sehingga tidak termasuk rock-forming),
misalnya pyrite, chalcopyrite, galena, spalerite
halida: mencakup sebagian besar dari mineral yang mengendap
dari larutan. Hanya beberapa yang merupakan rock-forming.
contoh: halit, sylfite, fluorite.
oksida dan hidroksida: merupakan mineral-mineral yang memiliki
arti ekonomi penting seperti hematit, magnetit, cromit, manganit,
dll.
karbonat: yang termasuk ini adalah garam-garam asam karbon
(carbonic acid salt), sebagian di antaranya merupakan rock-
forming. Mereka bereaksi dengan HCl. contoh: calsite, aragonit,
magnesit, dolomit, siderit, malachite, azurite.
sulfat: mineral dari kelompok ini mayoritas sebagai rock-forming.
contoh gypshum dan anhydrite.
fosfat: sebagian besar terdiri atas fosfat-fosfat. Mineral yg banyak
dijumpai dari kelompok ini adalah apatite.
silikat: 40% dari mineral yang ada termasuk mineral silikat,
sebagai pembentuk batuan terpenting, yang menempati lebih
kurang 90% dari lithosfer. Contoh: augite, hornblede, muscovite,
biotite, serpentine.

Selain itu, mineral juga dapat dibedakan menjadi mineral utama,


mineral sekunder dan aksesor.
Mineral utama merupakan mineral yang penting dalam
fungsinya sebagai mineral pembentuk batuan yang mendominasi
batuan di permukaan Bumi. Misalnya kuarsa kalsedon, feldspar,
ortoklas, plagioklas, nefelin, leusit, muskofit, biolit, ambifol,
piroksin, olivine, kalsit, granit.
Mineral sekunder merupakan mineral-mineral yang dibentuk
kemudian dari mineral primer (utama), misalnya oleh proses
pelapukan. Contohnya mineral khorit yang terbentuk dari mineral
biotit karena pelapukan.
Mineral aksesor mineral ini tidak terdapat dalam jumlah banyak
tetapi hamper terdapat pada semua batuan sebagai contoh magnetit,
suatu oksida besi yang terdapat dalam jumlah kecil-kecil pada
batuan beku.
Batuan
Proses terjadinya batuan
Batuan dapat terjadi melalui proses-proses antara lain sebagai
berikut.
Akibat proses kimia antara dua buah atau lebih unsur yang
menyebabkan timbulnya endapan kimia.
Sebagai akibat proses-proses kimia-fisis yang di dalamnya
tidak hanya benda-benda yang bereaksi yang berpengaruh, akan
tetapi juga temperatur dan tekanan yang tinggi.
Sebagai akibat proses-proses fisis, termasuk semua gerakan
yang mengakibatkan bertambah banyaknya (akumulasi)
mineral yang selanjutnya terjadi pengkristalan pada suhu
rendah, baik oleh turunnya suhu ataupun menguapnya sebagian
dari pelarutnya.
Sebagai akibat proses-proses biologi, baik yang bersifat
phytogin maupun zoogin.
Karena berubahnya batuan yang telah ada oleh berbagai proses.

Berdasarkan proses pembentukannya, batuan dikalasifikasikan


menjadi beberapa jenis, yaitu:
Batuan Beku terbentuk dari pembekuan magma yang berupa
substansi cair pijar yang terjadi baik dalam tekanan tinggi
maupun dalam tekanan atmosfer (udara).
CIPW membedakan batuan beku sebagai berikut.
Batuan asam (acid rocks), batuan yang mengandung lebih
66 % SiO2, contoh : granit, liparite, pegmatite, obsidian,
pumice.
Batuan beku intermidier, batuan yang mengandung 52 66
SiO2, contoh : diorite, andesit, porfirit, syenit, trachyt.
Batuan ini sering sering dinamakan batuan intermedier
Batuan basis (basic rocks), batuan yang mengandung 45
52% SiO2, contoh : diabas, basalt, gabbro.
Batuan ultra-basa, batuan yang mengandung SiO2 kurang
dari 45%. Contoh : peridotit, dunit, piroksenit.

Sementara berdasarkan tempat terjadinya, magma dapat


dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu batuan beku dalam, batuan
beku luar dan batuan beku gang.
Batuan beku dalam terbentuk ketika magma masih
berada pada bagian kerak Bumi yang dalam.
Batuan beku luar terbentuk dari pembekuan magma di
permukaan Bumi. Proses pembekuan terjadi di permukaan
Bumi sehingga prosesnya cepat.
Batuan beku gang terbentuk dalam celah-celah atau
rekanan-rekanan kerak Bumi.

Batuan Sedimen (Endapan)


Batuan sedimen ialah batuan yang terbentuk dari endapan hasil
dari proses pelarutan atau pengikisan batuan yang sudah ada
sebelumnya, baik berasal dari batuan beku, batuan metamorf,
atau batuan sedimen. Batuan yang telah mengalami pelapukan,
oleh air, angin, atau es diangkut dan diendapkan di tempat yang
lebih rendah letaknya, misalnya danau, laut, atau samudera.
Berikut beberapa klasifikasi batuan sedimen:
Berdasarkan cara terbentuknya:
o batuan sedimen kimia terbentuk melalui
pengendapan unsur-unsur yang ada pada larutan-
larutan.
o batuan sedimen organik terbentuk sebagai hasil
endapan secara langsung dari larutan-larutan dengan
pertolongan jasad-jasad hidup baik tumbuh-tumbuhan
maupun hewan.
o batuan sedimen mekanik batuan ini terdiri dari
fragmen-fragmen atau bagian batuan.

Berdasarkan media pembentuknya:


o sedimen akuatis dibentuk oleh air
o sedimen aeris/aeolis dibentuk oleh media udara
o sedimen glasial dibentuk oleh media es atau salju
o sedimen marin dibentuk oleh media air laut

Berdasarkan tempat terbentuknya


o sedimen teristris terbentuk di darat
o sedimen fluvial terbentuk di sungai
o sedimen limnis terbentuk di rawa/danau
o sedimen marin terbentuk di laut
o sedimen glasial terbentuk di daerah es atau salju

Berdasarkan ukuran butiranya:


Nama Diameter
Bouler >256 mm
Gravel 2 256 mm
Very coarse sand 1 2 mm
Coarse sand 0,5 1 mm
Mediumsand 0,25 0,5 mm
Fine sand 0,125 0, 25 mm
Very fine sand 0,0625 0,125 mm
Silt 0,002 0,0625 mm
Clay 0,0005 0,002 mm
Dissolved <0,0005 mm

Berdasarkan ketebalan lapisannya:


Ketebalan/ cm Penamaan
>100 Sangat tebal
30 100 Tebal
10 30 Menengah
3 10 Tipis
13 Sangat tipis
0,3 1 Laminasi tebal
< 0,3 Laminasi tipis

Batuan Metamorf
Secara umum batuan metamorf berkembang dari batuan yang
mengalami tiga macam proses yaitu panas, tekanan dan
aktivitas zat-zat kimia baik bekerja secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama.
Batuan Metamorfosis Sentuh
Pada metamorfosis sentuh, temperatur merupakan faktor
yang paling penting, sedangkan tekanan perannya sangat
kecil. Apabila pada proses metamorfosa temperaturnya
sangat tinggi, dinamakan proses pyrometamorfosis. Gejala
metamorfosis sentuh dapat diamati pada batuan granit yang
terletak dekat batuan sedimen yang umurnya lebih tua.
Contoh batuan gamping yang diterobos oleh magma granit
akan berubah menjadi marmer, dan mineral-mineral sentuh
antara lain granat, wollastonit dan lain-lain.
Batuan metamorfosis dinamo
Faktor penting yang menyebabkan metamorphosis dinamo
adalah tekanan. Tekanan tersebut antara lain berasal dari
gaya-gaya yang disebabkan oleh gerak-gerak patahan,
geseran pada batuan. Pada metamorphosis dinamo batuan
sedimen berubah menjadi batuan hablur, misalnya gneiss,
schist, dsb.
Batuan Metamorfosis Regional
Metamorfosis regional terjadi jika faktor tekanan dan
temperatur bekerja sama, misalnya pada bagian yang dalam
di kerak Bumi. Pada bagian ini, temperatur dan tekanannya
tinggi, akibatnya terjadi perubahan-perubahan pada batuan
dalam daerah yang luas.

Siklus batuan
Secara sederhana, siklus batuan dapat digambarkan seperi pada gambar
di bawah ini.

d. Dinamika litosfer
Teori-teori pembentuk permukaan Bumi
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan bagaimana permukaan Bumi
terbentuk atau berdinamika, di antaranya:
Teori kontraksi
Dicetuskan oleh James Dana dan Elie De Beaumont dan merupakan
teori tertua (1820). Mereka menyatakan bahwa tubuh Bumi telah lama
mengalami pendinginan di permukaannya, namun di bagian dalam
masih merupakan substansi cair pijar. Karena Bumi terus mendingin,
maka bagian inti Bumi mengalami pengerutan, sedangkan bagian klit
Bumi tetap tidak berubah karena sudah membeku. Kerak Bumi
menjadi longgar dari dari intinya dan timbullah gaya tangensial yang
mengakibatkan terbentuk pengerutan di bagian permukaan.
Teori Laurasia-Gndwana
Dicetuskan oleh Eduard Zuess dan Frank B. Taylor yang menyatakan
bahwa pada awalnya di Bumi ada dua benua, yaitu Laurasia dan
Gondwana yang masing-masing terletak di kedua kutub Bumi. Kedua
benua kemudian bergerak secara lambat menuju kearah Ekuator dan
kemudia terbentuklah benua-benua di permukaan Bumi seperti saat ini.
Teori pergeseran benua (continental drift theory)
Dicetuskan oleh Alfred Wegener yang menyatakan bahwa pada
awalnya di Bumi terdapat satu benua yang disebut Pangea. Kemudian
secara perlahan benua ini pecah karena mengalami pergeseran ke arah
ekuator dan ke arah barat. Gerakan ke arah ekuator disebabkan oleh
gaya sentrifugal akibat Bumi berotasi dan gerakan ke arah barat akibat
gerakan Bumi ketika berotasi dari arah barat ke timur.
Teori konveksi
Teori ini mengemukakan bahwa di bawah lapisan kerak Bumi, yaitu
pada lapisan astenosfer terdapat arus yang memutar (arus konveksi).
Arus konveksi ini merambat sampai permukaan Bumi dan
menyebabkannya permukaan Bumi menjadi tidak datar.
Teori lempeng tektonik
Teori ini dikemukakan oleh Mc Kenzie dan Robert Parker yang
merupakan penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya.

Tenaga endogen
Tenaga Endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam Bumi. Salah satu
teori yang dewasa ini banyak digunakan untuk menjelaskan terjadinya
tenaga endogen adalah teori tektonik lempeng.
Tenaga endogen dapat di bedakan menjadi tiga jenis, yaitu tektonisme,
vulkanisme, dan seisme.
Tektonisme
Tektonisme adalah proses gerakan-gerakan lapisan penyusun kerak
Bumi. Adanya tenaga tektonik dapat menyebabkan terjadinya
pengangkatan, lipatan, dan patahan. beberapa bentuk lipatan seperti
terlihat dalam gambar berikut.
Bagian puncak lipatan dinamakan antiklin dan lembahnya disebut
sinklin. Kumpulan antiklin dinamakan antiklinorium. Patahan pada
lapisan batuan dapat disebabkan oleh beberapa gaya yang berupa
tarikan, tekanan, dan robekan.

Vulkanisme
Vulkanisme adalah peristiwa penerobosan magma dari dalam Bumi ke
permukaan Bumi terdapat dua kemungkinan bsebagai akibat akhtivitas
vulkanisme.
Intrusi terbentuk jika magma dalam perjalanannya terjebak ke
dalam lapisan kerak Bumi dan kemudian membeku ditempat
tersebut:
batolit sill
stok dike
lakolit phakolite
Ekstrusi merupakan penyusupan magma yang mencapai
permukaan Bumi dinamakan ekstrusi. Akumulasi hari hasil ekstrusi
menyebabkan terjadinya gunung berapi (volkano). Erupsi gunung
gunung berapi merupakan salah satu fenomena alam yang dahsyat.
Hasil-hasil erupsi gunung berapi dapat berupa:
material cair
material padat atau eflata
material vulkanik yang berbentuk gas

Erupsi vulkanik dapat berupa:


erupsi sentral magma keluar ke peremukaan Bumi
melalui sebuah pipa kepundan.
o erupsi efusif magma keluar dari lubang kepundan
tanpa disertai ledakan.
o erupsi eksplosif umumnya ditandai dengan ledakan
yang keras.
o erupsi campuran merupakan campuran antara efusi
dan eksplosif yang silih berganti.

Selain itu, berdasarkan kekuatan tekanan gas dan derajat


kecairan lava, Eschar mengklasifikasikan erupsi sentral
menjadi beberapa tipe, yaitu:
o tipe Hawai
o tipe volkano
o tipe Stromboli
o tipe Merapi
o tipe St. Vincent
o tipe Pelee
o tipe perret

erupsi linier magma keluar melalui rekahan pada kerak


Bumi. Pada umumnya sebagian besar material yang
dikeluarkan berupa lava yang bersifat cair, yaitu dengan
komposisi basalt.

gejala pasca vulkanik beberapa bentuk pasca vulkanik,


antara lain berupa fumarola, mata air panas, eskhalasi,
keluarnya mata air mineral, dan geyser.
hubungan antara lempeng tektonik dan vulkanisme
hubungan keduanya dapat dilihat dari gambar berikut.
Gambar: Arus konveksi dan fenomena-fenomena kerak Bumi yang
ditimbulkan. (Tarbuck. (1998)

dampak keberadaan vulkanisme terhadap kehidupan


manusia.
o material yang dikeluarkan menghasilkan tanah yang
subur.
o menghasilkan berbagai jenis bahan tambang.
o dengan morfologinya menimbulkan hujan orografis.
o mengatur tata hidrologis di suatu wilayah.
o dengan morfologinya menyebabkan terjadinya variasi
iklim.
o sebagai salah satu sumber energi, yaitu panas Bumi.
o potensial sebagai objek wisata.

persebaran vulkanisme di dunia pola persebaran


gunungapi di dunia dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar: Peta Persebaran Gunungapi di Dunia

Gempa Bumi istilah yang perlu dipahami dalam mempelajari


gempa Bumi, antara lain:
hiposentrum, adalah pusat/sumber gempa yang terletak di dalam
Bumi.
episentrum, adalah titik atau garis yang terletak di permukaan
Bumi.
seismograf, adalah alat yang digunakan untuk mencatat getaran
gempa.
seismogram, adalah gambaran getaran gempa yang dicatat oleh
seiismograf.
jarak fokus, adalah jarak antara episentrum dan hiposentrum
(kedalaman gempa).
isoseista, adalah garis pada peta yang menghubungkan daerah-
daerah dipermukaan Bumi yang mengalami getaran gempa Bumi
yang kekuatannya sama.
pleistoseista, adalah garis pada peta yang menggambarkan daerah-
daerah yang mengalami kerusakan paling hebat ketika terjadi
gempa Bumi.
homoseis, adalah garis pada peta yang menggambarkan daerah
yang merasakan getaran gelombang primer pada waktu yang sama.
getaran gempa, adalah getaran yang terjadi pada saat terjadinya
gempa Bumi. getaran gempa Bumi berupa gelombang yang dapat
merambat sebagaimana gelombang suara.

Gelombang gempa Bumi


Gelombang gempa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut:
gelombang primer (P)
gelombang sekunder (S) atau gelombang transversal
gelombang panjang (L) atau gelombang permukaan

Gambar: Rambatan Gelombang Gempa Bumi dan Zone Teduh

Jenis gempa Bumi


Gempa Bumi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, hal ini
tergantung dari dasar klasifikasi yang digunakan.
menurut penyebab terjadinya dibedakan menjadi:
gempa vulkanik.
gempa tektonik.
gempa runtuhan.
menurut kedalaman hiposentrum dibedakan menjadi:
gempa dalam, jika hiposentrum terletak 300-700 km di bawah
permukaan Bumi.
gempa sedang, jika hiposentrum terletak 100 km-300 km di
bawah permukaan Bumi.
gempa dangkal, jika hiposentrumnya terletak kurang dari 100
km di bawah permukaan Bumi.

Menentukan letak episentrum untuk menentukan letak episentrum


digunakan rumus laska yang didasarkan pada selisih datangnya
gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S).

Rumus LASKA: = { (S - P) - 1} x 1 megameter


Keterangan:
= jarak episentrum dengan stasiun pencatat gempa.
SP = selisih waktu datangnya gelombang P dan S (dalam menit)
1 megameter = 1.000 km

Persebaran gempa di dunia pola persebaran aktifitas kegempaan di


seluruh dunia dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar: Persebaran terjadinya gempa Bumi di dunia

Gempa Bumi yang episentrumnya terdapat di dasar laut dapat


menyebabkan terjadinya tsunami. Meskipun tsunami tidak semata-
mata disebabkan oleh gempa Bumi, namun, peranan gempa Bumi
sebagai salah satu penyebab terjadinya tsunami sangat dominan.

Tenaga eskogen
Tenaga eksogen merupakan tenaga pemndorong dinamika permukaan
Bumi yang berasal dari luar Bumi. Tenaga tersebut bisa berupa:
Pelapukan
Pelapukan merupakan proses perusakan dan penghancuran batuan
penyusun kerak Bumi. Pelapukan terjadi melalui tiga macam proses
yaitu secara mekanis, kimia dan organis.
Pelapukan mekanik/fisika terjadi karena adanya perubahan
temperatur, pemanasan langsung dari Matahari, perubahan air
menjadi es, dan lain-lain.
Pelapukan kimia aktivitas uap, gas , dan air memegang peranan
yang sangat penting dalam perubahan komposisi mineral dan
batuan. Uap air yang mengalami kondensasi memungkinkannya
untuk mengandung substansi yang dapat meningkatkan daya larut
terhadap mineral-mineral tertentu.
Pelapukan organik organisme dapat mengubah bentuk batuan
baik secara mekanik maupun kimiawi. Kehadiran mikroorganisme
pada lapisan batuan dapat mengakibatkan reaksi reaksi kimia
berlangsung secara lebih intensif.

Pengikisan dan pengendapan


Pengikisan dan pengendapan oleh tenaga angin dapat berupa:
deflasi dan korasi angin terdapat dimanapun di permukaan
Bumi ini, tetapi sebagai tenaga geologi, angin tidak mempunyai
pengaruh yang sama terhadap setiap daerah. Aktivitas tenaga
angin yang sifatnya merusak terutama terjadi didaerah gurun
atau semi gurun.
Sebagai tenaga angin yang bersifat merusak, didaerah-daerah
gurun sering dijumpai dengan kenampakan-kenampakan yang
berupa:
wadi, adalah lembah-lembah dalam yang tidak berair.
batu Jamur (mushroom rock), yaitu yang berbentuk jamur.
Bentuk ini tercipta karena adanya pengerjaan korasi.
honeycomb, yaitu batuan yang terbentuk menyerupai sarang
lebah.
pyramid rock, yaitu batuan hasil sisa pengerjaan korasi
yang dasarnya dibatasi oleh tiga bidang atau lebih dengan
bentuk yang menyerupai piramida.

deposisi partikel-partikel batuan hasil pelapukan di daerah


gurun diangkat dan diterbangkan oleh angin. Jika kekuatan
angin berkurang partikel-partikel tersebut akan diendapkan di
tempat tertentu dan bisa membentuk bukit pasir. Berikut ini
adalah contoh akibat proses deposisi.
Gambar: Beberapa Bentuk Bukit Pasir

Pengikisan dan pengendapan aliran air permukaan.


Air hujan, salju, dan mata air adalah merupakan sumber terjadinya
aliran air di permukaan Bumi, aliran ini secara terus menerus
menjalanya peranya sebagai salah satu kekuatan dalam geologi.
Batuan yang dilalui dikikis, dilarutkan dan kemudian diangkutnya.
Pengikisan dan pengendapan oleh air bawah tanah.
Pengikisan dan pengendapan oleh air bawah tanah terutama terjadi
di daerah yang terdiri dari batuan kapur. Pada daerah kapur, air
hujan yang jatuh di samping membentuk aliran permukaan,
sebagian diantaranya meresap dan mengalir memasuki diaklas-
diaklas yang pada umumnya terdapat pada batuan kapur.
Pengkisan dan pengendapan pada air laut aktifitas pada laut yang
bersifat merusak disebabkan oleh pengerjaan gelombang, pasang
naik dan pasang surut serta arus laut.
sedimen dasar laut sebagian besar sungai yang mengalir di
permukaan Bumi bermuara dilaut. Aliran sungai selalu membawa
serta material-material hasil pengikisan dan pelarutan. Akibatnya di
dasar laut selalu terjadi proses sedimentasi.

Pembentukan terumbu karang terumbu karang dibentuk oleh


binatang koral. Syarat hidup binatang ini adalah suhu air laut yang
lebih dari 18oC kedalaman kurang dari 40 meter, air laut jernih, dan
kadar garamnya normal. Karena itu termbu karang ini hanya
dijumpai di perairan laut tropis.
Terumbu karang dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
karang pantai (fringing reef) adalah terumbu karang yang
menempel pada pantai.
karang penghalang (barrier reef) adalah termbu karang
terbentuk pada jarak tertentu dari pantai.
atol, adalah sebuah pulau yang terdiri dari terumbu karang
berbentuk gelang yang di bagian dalamnya berupa laguna yang
pada umumnya dangkal.
karang papan (platform reef), adalah terumbu karang yang
datar dan sejajar dengan permukaan air laut.

Pengikisan dan pengendapan di danau dan rawa.


Danau genangan air yang cukup luas diatas daratan yang
tidak memiliki hubungan secara langsung dengan laut.
Berdasarkan cara terjadinya, danau dapat dibedakan menjadi
beberapa macam yaitu:
danau glasial
danau tektonik
danau vulkanik
danau vulkano-tektonik
danau bendungan
danau karst

Rawa lahan yang cukup luas dengan tanah yang jenuh air.
Pada beberapa tempat rawa dapat merupakan fenomena yang
sifatnya hanya musiman, tetapi ada juga yang merupakan rawa
permanen.

Pengikisan dan pengendapan oleh salju dan es.


Salju yang jatuh pada lereng-lereng pegunungan akan selalu
bergerak ke bawah dan membentuk gletser.

Aktivitas geologi oleh manusia


Dengan bermacam-macam kegiatannya, manusia mempunyai pengaruh
yang besar terhadap kerak Bumi. Pengolahan tanah untuk lahan pertanian
dengan cara membajak atau mencangkul, menyebabkan tanah yang semula
padat menjadi gembur dan tidak terkobnsulidasi lagi. Tanah yang semula
merupakan lahan kering diusahakan untuk di airi, sebaliknya tanah rawa
yang semula selalu tergenang air di buat saluran-saluran pemutus supaya
kering untuk dijadikan lahan pertanian.
Aktivitas manusia dalam penambangan bahan-bahan yang lain juga dapat
menyebabkan terjadinya perubahan permukaan Bumi secara mencolok.
Deposit minyak Bumi yang terletak pada kedalaman 5 atau 6 kilometer
atau lebih dibawah permukaan Bumi dapat ditambang dengan pembuatan
pompa-pompa. Pemerasan minyak Bumi pada lapisan batuan dalam
jumlah yang sangat besar dapat menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan pada lapisan-lapisan batuan yang ada diatasnya.

e. Orde Perkembangan Relief Permukaan Bumi dan Kasifikasi Bentuk Lahan


Relief orde pertama.
Pada orde pertama ini, permukaan Bumi masih berupa Paparan Benua
(Continental Platforms) dan Cekungan Lautan (Ocean Basin).
Relief orde kedua.
Pada orde kedua ini, pada permukaan Bumi telah bekerja tenaga endogen
yang membentuk dataran, perbukitan, pegunungan, dan gunung api.
Relief orde ketiga.
Relief permukaan Bumi pada orde ini merupakan hasil dari proses-proses
yang berasal dari tenaga eksogen. Bentang relief Relief order ketiga
dikenal juga sebagai bentuk yang bersifat menghancurkan atau
distruksional.

Selanjutnya, bentuk lahan dapat dibedakan menjadi 10 kelas, yaitu sebagai


berikut.
bentuk lahan asal struktural
bentuk lahan asal vulkanik
bentuk lahan asal denudasi
bentuk lahan asal fluvial
bentuk lahan asal marin
bentuk lahan asal glasial
bentuk lahan asal aeolin
bentuk lahan asal solusional
bentuk lahan asal organik
bentuk lahan asal antropogenik

f. Mitigasi bencana alam


Menurut UU no 24 Tahun 2007, bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia yang mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.
United Nations International Strategy for Disaster Reduction-UN ISDR
(2004) mendefinisikan bahwa bencana adalah suatu gangguan serius terhadap
keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas
pada kehidupan manusia maupun dari segi materi, ekonomi, atau lingkungan
dan melampaui batas kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk
mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri.
Berikut beberapa istilah yang yang terkait dengan kebencanaan.
Ancaman (hazard) adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis,
klimatologis, geografiis, geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan
teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu
yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan.
Kerentanan (vulnerability) adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu
masyarakat untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan
menanggapi dampak bahaya tertentu. Kerentanan dapat berupa kerentanan
fisik, ekonomi, sosial dan tabiat, yang dapat ditimbulkan oleh beragam
penyebab.
Kemampuan (capacity) adalah penguasaan sumberdaya, cara dan
kekuatan yang dimiliki penduduk, yang memungkinkan mereka untuk,
mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi,
mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat
bencana.
Risiko (risk) bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan
atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Pencegahan (prevention) adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya sebagian atau seluruh bencana.
Mitigasi (mitigation) adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi
risiko bencana dengan menurunkan kerentanan dan/atau meningkatkan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi Fisik (Structure Mitigation) adalah upaya dilakukan untuk
mengurangi risiko bencana dengan menurunkan kerentanan dan/atau
meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman bencana dengan
membangun infrastruktur.
Mitigasi NonFisik (Non Structure Mitigation) adalah upaya yang
dilakukan untuk mengurangi risiko bencana dengan menurunkan
kerentanan dan/ atau meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman
bencana dengan meningkatkan kapasitas pemerintah dan masyarakat
dalam menghadapi bencana.
Kesiapsiagaan (preparedness) adalah upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian langkahlangkah yang
tepatguna dan berdayaguna.
Peringatan dini (early warning) adalah upaya pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
Tanggap darurat (emergency response) bencana adalah upaya yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan,
evakuasi korban dan harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
Bantuan darurat (relief) bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
Pemulihan (recovery) adalah upaya mengembalikan kondisi masyarakat,
lingkungan hidup dan pelayanan publik yang terkena bencana melalui
rehabilitasi.
Rehabilitasi (rehabilitation) adalah perbaikan semua aspek pelayanan
publik dan kehidupan masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah bencana.
Rekonstruksi (reconstruction) adalah upaya perbaikan jangka menengah
dan jangka panjang berupa fisik, sosial dan ekonomi untuk
mengembalikan pelayanan publik dan kehidupan masyarakat pada kondisi
yang sama atau lebih baik dari sebelum bencana.
Penanggulangan bencana (disaster management) adalah upaya yang
meliputi: penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana; pencegahan bencana; mitigasi bencana; kesiapsiagaan;
rehabilitasi dan rekonstruksi.
Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi badan
yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
Pengungsi adalah orang atau sekelompok orang yang terpaksa atau dipaksa
keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti
sebagai akibat dampak buruk bencana.
Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan
hukum.
Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau
meninggal dunia akibat bencana.
Prosedur Tetap adalah serangkaian upaya terstruktur yang disepakati
secara bersama tentang siapa berbuat apa, kapan, dimana dan bagaimana
cara penanganan bencana.
Gagal teknologi adalah jenis ancaman bahaya yang disebabkan oleh tidak
berfungsinya atau kesalahan operasi suatu media/aplikasi tertentu.
Pengurangan risiko bencana (Disaster Risk Reduction) adalah segala
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan
kapeasitas terhadap jenis bahaya tertentu atau mengurangi potensi jenis
bahaya tertentu.

Siklus managemen bencana meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.


Pra-Bencana, meliputi kegiatan pencegahan (prevention), kesiapsiagaan,
peringatan dini, dan mitigasi.
Kegiatan saat terjadi bencana, meliputi kegiatan tanggap darurat
(response) dan bantuan darurat.
Kegiatan pasca-bencana, meliputi pemulihan (recovery), rehabilitasi
(rehabilitation), rekontruksi (reconstruction).

3. Bab 3 Hidrosfer
Jika ditinjau dari namanya, maka hidrosfer merupakan istilah serapan yang berasal
dari Bahasa Inggris, yaitu hydrosphere dan ini pun merupakan serapan dari
Bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata hydros yang berarti air dan sphaire yang
berarti lapisan. Sehingga, hidrosfer secara sederhana bisa diterjemahkan sebagai
lapisan perairan yang menyelubungi permukaan Bumi.
Kadar perairan di permukaan Bumi menempati posisi pertama jika dibandingkan
dengan kadar daratan. Hidrosfer terdiri dari laut, danau, rawa, sungai, air tanah,
salju dan es, dan lain-lain. Dari seluruh air yang ada di Bumi, sebagian besar
berupa air laut, yaitu meliputi 97,22%, sedangkan sisanya sebanyak 2,78%
merupakan air tawar. Distribusi di air samudera dan air tawar di Bumi dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar: Distribusi di air samudera dan air tawar di Bumi (Tarbuck,1998)

Berikut ini adalah gambaran jumlah air yang ada di permukaan Bumi.

Di lautan/samudra 329.000.000 cubic milies


Di danau dan sungai 55.000 cubic milies
Didalam tanah 20.780.000 cubic milies
Salju dan es 3.250.000 cubic milies
Di atmosfer 3.600 cubic milies

Keberadaan air di atas tidak selalu tetap, namun volumenya secara keseluruhan di
Bumi tidak berubah. Volume air di Bumi tidak berubah dimungkinkan akibat
adanya siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah
berhenti dari atmosfer ke Bumi dan kembali ke atmosfer melalui evaporasi dan
transpirasi. Siklus hidrologi terjadi melalui serangkaian proses yang kondensasi,
run-off, dan infiltrasi.

Gambar: Siklus Hidrologi

a. Penguapan dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu evaporasi,


transpirasi, dan sublimasi.
Evaporasi adalah penguapan air dari badan-badan air di permukaan Bumi,
seperti laut, danau, rawa, sungai, dan lain-lain.
Transpirasi adalah adaah penguapan air yang terdapat pada jaringan
makluk hidup, yaitu tumbuhan dan hewan.
Sublimasi adalah proses perubahan es menjadi uap air tanpa melalui fase
cair terlebih dahulu.

b. Kondensasi uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi,


dan sublimasi naik hingga mencapai suatu titik ketinggian tertentu akan
mengalami kondensasi berubah bentuk menjadi partikel-partikel es berukuran
sangat kecil.
c. Presipitasi semakin tinggi awan di atmosfer, temperaturnya semakin turun.
Akibatnya terjadilah kondensasi dan terbentuklah butiran-butiran air atau
Kristal-kristal es yang kemudian jatuh di permukaan Bumi sebagai hujan.
d. Run-off dan infiltrasi run-off atau limpasan adalah suatu proses aliran air di
permukaan Bumi yang bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih
rendah.

Berdasarkan tempat jatuhnya curah hujan, maka siklus hidrologi dibagi menjadi 3
macam, yaitu siklus pendek, siklus sedang, dan siklus panjang.
a. Siklus pendek siklus yang tidak melalui proses adveksi, sehingga hujan
jatuh di atas permukaan laut.
b. Siklus sedang siklus ini menghasilkan hujan di daratan. Setelah terjadi
evaporasi terdapat angin yang bergerak menuju daratan.
c. Siklus panjang terjadi ketika awan tidak mengalami kondensasi dan
membentuk titik-titik air, namun mengalami sublimasi, yaitu dari awan
langsung berubah menjadi Kristal-kristal es dan jatuh sebagai hujan salju.

Badan perairan di permukaan Bumi bisa diklasifikasikan menjadi:


a. Samudera dan laut
Sebagian besar permukaan Bumi terdiri dari laut. Luas laut seluruhnya sekitar
362 juta km2, sedang luas daratannya 149 juta km2. Dengan demikian luas
laut meliputi 71% dari seluruh permukaan Bumi. Laut di belahan Bumi selatan
lebih luas dari pada belahan Bumi utara. Di belahan Bumi selatan laut meliputi
83% bagian. Sedang di belahan Bumi utara meliputi 60%.
Kadar gram (padat terlarut) air laut yang menyebabkan rasa asin air laut rata-
rata sebesar 3,5% atau 0,35 permisal, artinya tiap satu liter air laut terkandung
35 gram larutan garam. Dalam posisi unsur-unsur kimia yang terkandungair
laut, sodium khlorid (NaCl) merupakan gram yang dominan yaitu 78,32%
gram yang lain adalah magnesium khlorid (MgCl2) 9,44%, magnesium sulfat
(MgSO4) 6,4%, kalsium sulfat (CaSO3) 0,04%, bromine (MgBr2) 0,22%,
jodium, mangan ,seng, timah hitam, tembaga dan bahan lainya yang
jumlahnya kecil.
Perbedaan kadar garam air laut antara yang satu dengan yang lain relatif kecil,
tetapi perbedaan tersebut dapat menjadi besar apabila:
pada air laut terjadi evaporasi/penguapan secara lokal yang menghasilkan
kadar garam lebih dari biasanya,
naik/bertambahnya hujan, masukan air dari sungai-sungai besar,
penambahan air tawar dari pencairan es yang menghasilkan kadar garam
lebih rendah.

Tekanan air laut bertambah 1 atmosfer setiap pertambahan kedalaman 10m,


sehingga dapat di simpulkan bahwa tekanan yang terjadi di dasar laut amat
besar, paling besar di dasar palung mindanau yaitu 1.000 atmosfer.
Suhu permukaan air laut tergantung kepada letak lintang suatu wilayah dan
musim (penyebab suhu secara horizontal). Suhu permukaan air laut di kutub
sekitar -3C di musim panas, sedangkan diekuator suhunya sekitar 32C.
Makin ke dalam suhu air laut makin berkurang, mula-mula penurunanya cepat,
kemudian perlahan. Pada kedalaman 750-1.000 m temperatur air laut sekitar
4C, makin kedalam turunya suhu secara perlahan lahan sehingga pada
tempat terdalam di equator suhunya berkisar antara -2C sampai +2C.
Aktivitas geologi pada laut meliputi kegiatan yang hampir sama dengan yang
terjadi pada sungai, es dan angin, yaitu meliputi erosi, transportasi,
pengasahan, sortasi dan deposisi. Dasar laut, bukanlah merupakan dataran yng
rata. Gunung berapi, pegunungan, dataran, jurang dan lembah dapat
ditemukan disini.
Berdasarkan reliefnya, topografi dasar laut dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu continental margin dan ocean basin.
Continental Margin dasar laut yang berdekatan dengan benua. Dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
continental shelf dasar laut yang berbatasan dengan benua,
sehingga berhubungan langsung dengan benua. Kemiringan lerengnya
landai yaitu kurang dari 10 dengan kedalaman kira-kira mencapai 130
meter. Lebih dari kedalaman tersebut dasar laut turun secara tiba-tiba.
continental slope dasar laut yang terletak di bawah continental
shelf. Kemiringan lerengnya berkisar antara 2-50 dengan kedalaman
berkisar antara 1400-3000 meter.

Gambar: Topografi dasar laut

continental rise bagian dasar laut yang lebih dalam daripada


continental slope. Kedalamannya berkisar antara 3000-4000 meter
dengan kemiringan lereng kurang 0,50.

Ocean Basin merupakan dasar laut dengan relatif yang sangat


bervariasi. Disini di jumpai kenampakan-kenampakan yang berupa:
abysal plain merupakan dasar laut yang paling rata.
trench/trough dasar laut yang sangat dalam, panjang dan sempit.
Pada umumnya terdapat di tepian kontinen sejajar dengan deretan
pegunungan yang bersifat vulkanik dan seismik seperti misalnya
sirkum mediteran dan sirkum pasifik.
sub-marine ridge pegunungan yang muncul dari dasar laut yang
dalam. Pegunungan ini seolah-olah memisahkan laut menjadi dua
bagian. Sub-marine ridge yang terdapat ditengah-tengah samudra
besar disebut mid oceanic ridge.
seamount gunungapi yang muncul dasar laut dengan puncak yang
berada dibawah permukaan air laut. Jika puncak gunungapi tersebut
datar dinamakan guyot.

Berdasarkan kedalamannya, dasar laut dibedakan sebagai berikut:


zona litoral atau zona pasang-surut (kedalaman 0 meter).
zona neritik, yaitu zona dengan kedalaman antara 0-200 meter dan kaya
dengan sinar Matahari dan kaya sumberdaya hayati.
zona bathyal atau dasar laut yang berada pada kedalaman antara 200-1800
meter.
zona abysal atau dasar laut dengan kedalaman lebih dari 1800 meter.

b. Sungai
Air sungai berasal dari curahan air hujan dari atmosfer yang jatuh dan
mengalir di permukaan Bumi membentuk saluran-saluran kecil yang
selanjutnya bergabung menjadi saluran yang lebi besar dan membentuk
sungai.
Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan sebagai berikut:
sungai yang airnya dari pencairan es dan salju,
sungai yang airnya dari hujan,
sungai yang airnya dari pencairan es dan salju serta hujan.

Sungai terdiri dari sungai induk dan anak-anak sungai yang membentuk
sebuah sistem yang disebut Daerah Aliran Sungai (DAS). Makin besar DAS
makin besar pula daya tampungnya. Hujan yang jatuh di atas DAS, sebagian
akan mengalami infiltrasi dan sebagian lagi akan mengalir ke sungai-sungai.
Bentuk DAS akan sangat menentukan karakteristik aliran sungai ketika hujan.
Bentuk DAS yang melingkar, ketika hujan aliran sungainya akan lebih cepat
meluap dibandingkan dengan DAS yang memanjang.

Gambar: Darah Aliran Sungai (DAS)

Ada beberapa pola aliran sungai dalam DAS, yaitu sebagai berikut.
Dendritik, yaitu pola aliran yang menyerupai percabangan pohon dengan
percabangannya, Sebuah sungai induk mendapat aliran dari sejumlah anak
sungai.
Rektangular, yaitu pola aliran dari pertemuan antara alirannya membentuk
yang relatif tegak lurus. Sungai ini mengalir pada daerah yang berstruktur
patahan.
Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara
pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke
laut.
Trellis, yaitu pola aliran dengan percabangan anak sungai dan sungai
utama hampir tegak lurus, sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar.
Radial sentrifugal, yaitu pola aliran sungai yang mengalir ke segala arah
dari satu titik. Pola aliran ini berkembang di daerah vulkanik atau dome.
Radial sentripetal, yaitu pola aliran sungai yang mengalir memusat dari
berbagai arah. Pola aliran ini berkembang di kaldera atau basin.
Annular, yaitu sungai utama melingkar dengan anak sungai yang
membentuk sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan
yang berseling antara lunak dan keras.
Pinnate, yaitu pola aliran yang anak-anak sungainya membentuk sudut
lancip dengan sungai induknya. Pola aliran ini ini biasanya terdapat
perbukitan yang lerengnya terjal.
Memusat/multi-basinal, yaitu percabangan sungainya tidak bermuara di
sungai utama, melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada
topografi karst.

Gambar: Pola aliran sungai

Berdasarkan debit airnya, sungai dapat diklasifikasikan sebagai berikut.


Sungai permanen sungai yang airnya sepanjang tahun relative tetap.
Sungai periodik sungai yang pada musim hujan airnya banyak sedang
pada musim kemarau airnya kecil.
Sungai episodik sungai yang pada musim kemarau kering sedangkan
pada musim penghujan airnya banyak

Berdasarkan asal kejadian atau genesisnya, sungai dapat diklasifikasikan


sebagai berikut.
Sungai konsekwen
Sungai subsekwen
Sungai obsekwen
Sungai resekwen
Sungai insekwen

Berdasarkan struktur geologisnya, sungai dapat diklasifikasikan sebagai


berikut.
Sungai anteseden
Sungai superposed

c. Danau
Danau adalah suatu genangan air di sebuah ledokan besar/depresi di
permukaan Bumi dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan laut. Ada
danau yang memiliki jalan keluar atau outlet dan ada juga yang tidak punya.
Danau dengan pintu keluar untuk mengalirkan airnya biasanya memiliki kadar
garam yang rendah, sedangkan yang tidak akan cenderung berkadar garam
tinggi.

d. Air tanah
Kerak Bumi tidak semata-mata tersusun dari batuan yang benar-benar kompak
dan padat. Sebagian diantaranya ada yang berongga dan berlubang-lubang.
Pada batuan ini, air dapat masuk dan meresap ke dalamnya. Air yang terdapat
di dalam batuan dinamakan air bawah tanah atau underground water. Setiap
batuan memiliki susunan fisika dan kimia yang khas, akibatnya tidak ada dua
jenis batuan pun yang memiliki permeabilitas dan kapasitas terhadap air yang
sama. Sifat permaeabilitas tersebut berpengaruh terhadap pola peresapan air
permukaan ke dalam tanah. Selain itu, aspek lain yang penting pada batuan
adalah kapasitas air atau moisture capacity, yaitu kemampuan batuan untuk
menyimpan air yang telah diserapnya.
Dalam hubungannya dengan hal ini batuan dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu:
batuan dengan kapasitas tinggi, misalnya peat dan clyloam,
batuan dengan kapasitas rendah, misalnnya loess, argillaceous sandstone
dan argillaceous sand,
batuan yang tidak memiliki kapasitas, misalnya batuan beku. batuan
sedimen yang kompak dan juga batuan sedimen yang terdiri dari fragmen-
fragmen lepas sperti misalnya gravel.

Air bawah tanah dapat berasal dengan berbagai cara, yaitu dapat berasal dari
infiltrasi air hujan, salju yang mengalir dari magma, dan lain-lain. Di beberapa
daerah, terjadinya air bawah tanah tidak berasal dari infiltrasi. Air bawah
tanah yang terdapat pada tempat-tempat tertentu di gurun dengan kedalaman
beberapa meter adalah permulaan contoh dari hal ini. Di daerah gurun, curah
hujan sangat kecil, sementara penguapan sangat tinggi. Karena itu, air dapat
terjadi dari pengembunan uap air secara langsung, baik yang berasal dari
atmosfer maupun udara yang ada di dalam tanah.
Air tanah dan air yang bersal dari air hujan dinamakan air vados. Banyaknya
air hujan atau salju yang dapat meresap kedalam tanah, antara lain dipengaruhi
oleh permeabilitas tanah, tipe vegetasi, topografi, posisi gradien dan keadaan
musim. Berdasarkan tempat terdapatnya air bawah tanah dapat di bedakan
menjadi tiga jenis, yaitu: soil waters, sub soil waters, dan interstrata waters.
Soil waters, adalah air yang berada dalam lapisan tanah yaitu sampai
kedalaman beberapa kaki dari permukaan tanah.
Sub soil waters terdapat di bagian bawah dan dibatasi oleh lapisan batuan
yang resisten dan hampir merupakan batuan yang impermeabel.
Permukaan sub soil waters dinamakan water table. Kedalamanan water
table ini sangat bervariasi, antara lain dipengaruhi oleh keadaan
presipitasi, evapotranspirasi, infiltrasi, kedalaman lapisan batuan kedap air,
dan lain-lain
Interstrata waters adalah air bawah tanah yang terdapat antar lapisan
batuan yang impermeabel, pada daerah yang memiliki struktur sebagai
sinklin, intersrata water ini dapat menyebabkan timbulnya sumber air
artesis.

Gambar: Sumber air artesis

Temperatur air tanah tergantung pada kondisi batuan yang ada disekitarnya
yaitu litosfernya. Di samping itu juga dipengaruhi oleh kegiatan vulkanisme
sehingga kadang-kadang timbul sumber air panas dan gletser. Di antara peran
yang sangat penting yang dilakukan air adalah penghancur secara universal.
Jika waktu mencukupi, hampir semua mineral secara umum di dalam lapisan
kulit Bumi dilarutkan ke dalam air. Mineral tersebut merupakan padatan
terlarut dari batuan/tanah, yang banyak kurang lebih 2,75 miliard ton/tahun
ditransformasikan oleh sungai menuju ke laut. Hal inilah yang bertanggung
jawab terhadap kadar garam air laut (salinitas).
Salah satu efek dari kapasitas air yang sangat signifikan dalam hubunganya
dengan panas yang sangat besar adalah control dari lautan terhadap iklim di
Bumi. Lautan mempunyai efek yang sangat kuat dalam menahan fluktualisasi
suhu yang sangat ekstrem di atas perbatasan antara daratan dan lautan dengan
memindahkan panas yang sangat luar biasa dari daerah hangat ke daerah
dingin dengan arus.

B. Materi Apa Saja Yang Tidak Esensial Namun Ada di Dalam Sumber Belajar
1. Bab 1 tentang pengetahuan dasar dan penelitian geografi pada halaman 5
sampai 8 membahas mengenai pendekatan keruangan. Menurut saya kajian
mengenai tema tersebut terlalu detil dan cenderung mengambang. Saya
mengatakan demikian karena tuntutan di tingkat sekolah sesuai dengan
kurikulum geografi K-13 tidak menitikberatkan pada bahasan pendekatan
keruangan yang terlalu detil. Bagi saya yang lebih penting adalah pemberian
contoh-contoh di setiap pembahasannya, sehingga materi yang dipelajari oleh
guru akan lebih bermanfaat, tidak hanya untuk menyelesaikan tugas-tugas
PLPG, namun bisa dijadikan bekal untuk meningkatkan kualitas penguasaan
materi dan pada akhirnya kualitas mengajar juga meningkat tajam.
2. Pada bab 2 mengenai dinamika planet Bumi pada halaman 48 modul
membahas mengenai pengikisan dan pengendapan. Bagian yang menurut saya
kurang esensial dan agak bertele-tela adalah penjelasan yang terlalu panjang
dan kurang diberikan contoh, baik berupa gambar atau lokasi fenomena di
mana (mungkin ada di Indonesia) fenomena tersebut dapat dijumpai.
3. Bab 3 tentang hidrologi membahas mengenai siklus hidrologi pada halaman 3
sampai 5. Dalam penjelasannya di halaman 5 ada siklus pendek, sedang, dan
panjang. Konsep siklus pendek, sedang, dan panjang ini sudah lama sekali ada
di dalam kurikulum geografi di Indonesia dan sampai saat ini belum ada yang
memperbaikinya. Saya tidak menyalahkan siklusnya itu sendiri, yang ingin
saya pertanyakan adalah, apakah ada siklus pendek, sedang, dan panjang
dalam ilmu hidrologi?
Dari pencarian di beberapa sumber bacaan di internet dan buku-buku hidrologi
saya belum menemukan adanya konsep siklus hidrologi seperti ini. saya
beranggapan bahwa siklus hidrologi hanya ada satu, yaitu siklus hidrologi.
Bagi saya materi ini kurang esensial untuk dibahas.

C. Materi Esensial Apa Saja Yang Tidak Ada di Dalam Sumber Belajar
1. Dalam beberapa pembahasan mengenai pengetahuan dasar dan penelitian
geografi, banyak disampaikan teori-teori keruangan dan lain-lain. Modul
sudah tepat dengan juga menyertakan contoh kasus, sehingga lebih mudah
dipahami. Namun, di beberapa kasus penjelasan tentang pendekatan, prisip,
dan konsep dasar geografi tidak diikuti oleh contoh kasus.
Saya menganggap hal ini penting karena pokok bahasan yang sering dibahas
oleh guru geografi untuk siswa di sekolah-sekolah adalah tentang pendekatan,
prinsip, dan konsep dasar geografi. Menyertakan penjelasan dengan contoh
kasus akan lebih mudah dipahami guru dan selanjutnya guru dapat
mengembangkan menjadi soal-soal atau penjelasan yang lebih kompleks.
2. Pada bab 2 mengenai dinamika planet Bumi yang mengkaji mengenai geologi
sejarah modul hanya membahas sedikit sekali materi mengenai zaman-zaman
perkembangan permukaan Bumi. Materi ini sekarang telah masuk ke
kurikulum geografi kelas 10 dan ini merupakan materi tema yang sangat baru
yang dibahas di geografi. Jika ada penjelasan yang lebih banyak dan lebih
jelas mungkin akan lebih bermanfaat bagi guru-guru geografi, sehingga bisa
digunakan sebagai pedoman dalam mengajar di kelas.
3. Di bab 2 mengenai dinamika planet Bumi tidak dibahas teori-teori yang
menjelaskan bagaimana alam semesta dan tata surya kita berkembang mulai
dari pertama lahir sampai kondisinya saat ini. Materi tentang tata surya dan
alam semesta merupakan salah satu tema penting yang dibahas di geografi
kelas 10 dan materi ini sampai saat ini masih menjadi tema dalam ujian
nasional dan ujian sekolah berstandar nasional. Modul diharapkan
memberikan pencerahan kepada guru mengenai bagaimana memahamkan
teori-teorinya kepada siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
4. Dalam pembahasan bab 3 hidrosfer ada beberapa yang saya anggap penting,
namun modul tidak membahasnya. Di dalam modul, penulis hanya berfokus
pada pembahasan mengenai laut dan samudera ditinjau dari aspek biologis,
fisik, dan kimiawinya saja. Modul todak memuat pembahasan mengenai
materi batas-batas di laut yang digunakan untuk menentukan laut teritorial,
zona ekonomi ekslusif (ZEE), dan aturan-aturan internasional terkait dengan
lalu lintas laut dan pemanfaatannya.
Sangat penting bagi guru geografi untuk bisa memahami bagaimana aturan
standar yang dibuat pemerintan bersama komunitas internasional tentang
penentuan pangkal ukur untuk menentukan laut teritorial dan ZEE. Laut bagi
Indonesia sangat penting artinya mengingat negara ini memiliki teritorial
berupa perairan laut lebih dominan dibanding daratan. Sumberdaya alam yang
terdapat di laut milik Indonesia pun diperkirakan lebih banyak daripada di
daratan, terutama migas.
Penjelasan mengenai laut teritorial dan ZEE beririsan dengan cita-cita
Pemerintah Indonesia yang menjadikan laut sebagai basis pembangunan
Indonesia di masa depan. Apalagi Indonesia masih memiliki permasalahan
batas di laut dengan negara-negara tetangga dan sejumlah di antaranya masih
belum selesai dirundingkan.
5. Materi esensial yang penting dibahas dalam modul adalah hubungan kondisi
geologis Indonesia dengan kekayaan sumberdaya alam bahan galian. Dalam
modul materi ini belum dibahas secara masif, padahal ini adalah modal bagi
guru untuk menanamkan rasa bangga dan nasionalisme kepada siswa.

D. Materi Yang Sulit Dipahami


1. Penjelasan mengenai pendekatan keruangan masih membuat saya bingung.
Saya belum menemukan apa kata kuncinya ditambah lagi pada modul dibahas
mengenai aspek-aspek dalam pendekatan keruangan.
2. Pada bab 3 hidrologi bagian yang masih membuat belum jelas memahaminya
adalah mengenai hubungan antara bentuk-bentuk pola aliran sungai terhadap
banjir yang mungkin terjadi.

E. Jawaban Latihan Soal Uraian


1. Bab 1 Pengetahuan dasar dan penelitian geografi
a. Di Kota Surabaya, pusat kegiatan seperti pemerintahan, perdagangan,
jasa, dan pendidikan sebagian besar berada di pusat kota. Akibatnya setiap
pagi dan sore hari, jalan-jalan di kota tersebut selalu dilanda kemacetan.
Jelaskan, dalam kajian geografi pendekatan apakah yang paling tepat
digunakan!
Jawaban:
Dalam permasalahan yang diajukan di atas Surabaya adalah sebuah kota
pusat berbagai macam kegiatan masayarakat, baik yang tinggal di wilayah
pinggiran kota maupun yang tinggal di dalam kota itu sendiri. Dalam
meneliti permasalahan demikian, maka pendekatan yang paling sesuai
menurut saya adalah pendekatan kewilayah atau kompleks wilayah.
Alasan menggunakan pendekatan tersebut adalah karena permasalahan
yang dialami oleh Surabaya melibatkan dua wilayah yang saling terhubung
satu dengan lainnya, yaitu Surabaya sebagai tempat tujuan dan wilayah
pinggiran atau wilayah yang biasa disebut wilayah hinterland yang
berfungsi sebagai wilayah penyokong (buffer zone). Dalam pendekatan
kewilayahan syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan pendekatan
ini salah satunya harus melibatkan bukan hanya satu wilayah, namun
minimal dua wilayah.
Selain itu, permasalahan kemacetan yang dialami oleh Surabaya tidak
lepas dari aliran barang, jasa, dan manusia dari wilayah pinggiran ke pusat
kota atau sebaliknya. Sehingga, untuk mengatasinya harus melibatkan dua
wilayah tersebut, yaitu Surabaya sebagai kota tujuan dan wilayah
pinggiran. Pembangunan fasilitas transporatasi antar wilayah misalnya,
tidak bisa dilakukan hanya oleh satu pihak, namun harus mengikutsertakan
pihak-pihak terkait.
Sehingga, moda transportasi yang ingin dibangun harus terintergrasi
dengan baik. Misalnya, penduduk wilayah pinggirang yang ingin ke kota
disediakan kendaraan umum yang menghubungkan tempat tinggalnya
dengan tujuannya di kota. Di kota pun disediakan lagi angkutan umum
yang tersambung dengan angkutan sebelumnya. Integrasi moda
transportasi antara kedua wilayah ini akan mendorong orang-orang untuk
memilih angkutan umum, karena lebih mudah dijangkau dan (mungkin)
lebih murah karena cukup sekali bayar di lokasi berangkat atau di lokasi
turun.

b. Pada musim hujan, beberapa tempat di Indonesia sering mengalami


bencana banjir. Jelaskan Prinsip Geografi yang manakah yang paling
sesuai untuk menjelaskan fenomena tersebut!
Jawaban:
Pernyataan di atas memiliki beberapa prinsip dalam satu pernyataan.
Pertama, prinsip interelasi yang bisa dilihat dari pernyataan hujan
menyebabkan banjir, dan kedua pernyataan yang identik dengan prinsip
distribusi, yaitu banjir terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Sebuah
pernyataan yang memiliki lebih dari satu prinsip menunjukkan bahwa
prinsip yang digunakan adalah prinsip yang sifatnya lebih luas, yaitu
PRINSIP KOROLOGI. Prinsip ini sifatnya lebih universal dan lebih
luas, sehingga prinsip korologilah yang paling sesuai digunakan.

c. Sejak sepuluh tahun terakhir, di Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa Timur


terdapat perubahan penggunaan lahan yang cukup luas dari lahan
persawahan menjadi lahan permukiman dan industri. Dalam waktu kurun
waktu yang sama, setiap musim hujan tiba, beberapa bagian wilayah
Sidoarjo terjadi banjir dengan genangan yang semakin luas dan dalam.
Jika Anda mengadakan penelitian mengenai hal tersebut, rumuskan hal-hal
sebagai berikut.
1) Judul Penelitian
2) Masalah penelitian
3) Variabel penelitian
4) Jenis data yang diperlukan
5) Teknik pengumpulan data yang digunakan
6) Teknik analisis data yang digunakan
Jawaban:
1) Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Kondisi Bajir di
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
2) Masalah dalam penelitian ini berupa:
Bagaimana kondisi perubahan penggunaan lahan di Kabupaten
Sidoarjo?
Bagaimana kondisi banjir di Kabupaten Sidoarjo?
Apakah terdapat hubungan antara perubahan penggunaan lahan
dengan banjir di Kabupaten Sidoarjo?

3) Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:


Menurut Arikunto (2006:116) variabel adalah objek penelitian yang
bervariasi. Sedangkan variabel yang ada dalam penelitian ini adalah
variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Kedua variabel tersebut
dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Variabel Bebas (X): Variabel Terikat (Y):


Perubahan penggunaan Kejadian banjir
lahan

4) Dalam penelitian ini data-data yang digunakan berupa:


Data primer atau data mentah yang didapat langsung dari
pengamatan di lapangan, dan
Data sekunder atau data yang diperoleh dari berbagai sumber,
misalnya internet, buku, hasil penelitian terkait, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini data primer yang dibutuhkan dapat berupa jenis
penggunaan lahan yang ada di lapangan, kecepatan infiltrasi air
permukaan, kemiringan lereng, kondisi saluran air, dan lain-lain.
Sedangkan data sekunder pada penelitian ini bisa berupa data jumlah
penduduk, kerapatan populasi, mata pencaharian, jumlah curah hujan
pada waktu tertentu, dan lain-lain.

5) Menurut Sutrisno Hadi (1991) ada beberapa teknik pengumpulan data,


yaitu wawancara (interview), pengamatan (observation), keusioner,
dan skala penilaian (rating scale).
Pada penelitian ini teknik yang digunakan adalah:
Pengamatan
Pengamatan akan dilakukan pra-penelitian, saat penelitian, dan
pasca-penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan
yang terjadi setelah dilakukan beberapa tindakan, walaupun
perubahan yang terjadi mungkin sangat kecil.
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana pendapat
warga lokasi penelitian tentang perubahan yang dialami oleh
lingkungan tempat tinggal mereka. Menggali pendapat mereka
mengenai apa sebenarnya faktor alamiah atau non-alamiah yang
menyebabkan kondisi banjir di sana, bagaimana mereka menangani
masalah tersebut, dan apa harapan mereka di masa depan.
Selain kedua teknik di atas, peneliti akan menambahkan dengan:
Studi Literatur
Studi literatur adalah studi yang berlandaskan pada berbagai
literatur yang relevan dan dapat mendukung penelitian ini. Data
tersebut baik yang didapat dari instansi tempat penelitian
dilaksanakan maupun berbagai literatur pendukung lainnya.
Studi Dokumentasi
Studi dokumnetasi digunakan untuk mengumpulkan data-data
terkait penelitian yang bersifat dokumentatif. Data tersebut dapat
berasal dari koran, internet, buku, laporan statistik, data penduduk,
data rekapitulasi hasil perolehan suara kandidat, dan lain
sebagainya.

6) Dalam penelitian ini teknik pengolahan data yang digunakan adalah:


Pengolahan Data
Memeriksa data
Terlebih dahulu data angket yang telah terkumpul akan
diperiksa kelengkapannya. Data angket yang tidak memenuhi
syarat atau dianggap tidak lengkap tidak akan dimasukkan
sebagai basis data penelitian atau digugurkan.
Tabulasi data
Dalam menabulasi data angket yang diperoleh dalam penelitian
ini digunakan formula statistika sederhana, seperti yang
diajukan oleh Muhammad Ali:

= 100%

Dimana : P = Persentase jawaban
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah responden
Untuk melihat tingkat keterhubungan antara variabel X dan Y
akan digunakan perhitungan Product Moment dengan
menggunakan software SPSS for Windows Version 12.0 dengan
tingkat kesalahan sebesar 5%.
Penafsiran Data
Dalam menafsirkan data yang dikumpulkan lewat sebuah
penelitian di lapangan perlu digunakan beberapa parameter. Untuk
kriteria penilaian persentase akan digunakan kriteria yang
dikemukakan oleh Affendi dan Manning (1988:263) berikut:

Kriteria Perhitungan Persentase


No. Nilai Keterangan
1 0% Tidak ada/tak seorang pun
2 1 24 % Sebagian kecil
3 25 49 % Hampir setengahnya
4 50 74 % Setengahnya
5 75 99 % Hampir seluruhnya
6 100 % Seluruhnya
Sedangkan untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel x
dengan variabel y digunakan parameter yang dipaparkan oleh
Sugiyono (1994:149) berikut:

Kriteria Penentuan Tingkat Hubungan Antarvariabel


No Interval Koefisien Tingkat Hubungan
1 0,00 0,199 Sangat rendah
2 0,20 0,399 Rendah
3 0,40 0,599 Sedang
4 0,60 0,799 Kuat
5 0,80 1,000 Sangat kuat

2. Bab 2 Dinamika planet Bumi


a. Indonesia secara geologis merupakan wilayah tempat bertemunya tiga
lempeng tektonik besar di dunia. Tuliskan ketiga lempeng tektonik
tersebut dan jelaskan dampak negatif dan dampak positif yang
ditimbulkannya!
Jawaban:
Wilayah Indonesia relatif berada di tengah-tengah tiga lempeng utama
dunia yang arah pergerakannya relatif menuju wilayah Indonesia. di sisi
selatan ada lempeng India-Australia (biasa disebut secara terpisah lempeng
India dan lempeng Australia), di sisi utara ada lempeng Eurasia, dan relatif
di sisi timur sampai timur laut ada lempeng Pasifik. Selain ketiga lempeng
utama tersebut, di sisi utara Indonesia juga ada lempeng mikro, yaitu
lempeng Filipina.
Berikut ini adalah beberapa efek positif lempeng-lempeng tersebut bagi
Indonesia:
1. Wilayah Indonesia menjadi negara dengan barisan pegunungan aktif
terpanjang di dunia, sehingga tanahnya menjadi sangat subur.
2. Aktifitas vulkanisme memberikan Indonesia sejumlah barang tambang
dalam jumlah yang sangat besar yang bisa dimanfaatkan bagi
kesejahteraan penduduk Indonesia.
3. Selain di darat, aktifitas vulkanisme juga terjadi di dasar laut di
Indonesia, terutama di wilayah Maluku, Sulawesi, sampai bagian barat
Papua yang menyebabkan perairan Indonesia kaya berbagai
sumberdaya alam hayati.
4. Banyaknya jumlah gunungapi di Indonesia memberikan keuntungan di
bidang pariwisata dengan tertariknya wisatawan asing datang menjajal
gunungapi-gunungapi di Indonesia untuk didaki, menjadi kawasan
wisata yang banyak menghasilkan sayur-sayuran dan buah-buahan, dan
sebagai tempat penyembuhan berbagai penyakit yang tidak bisa
dilakukan di luar wilayah pegunungan.

Sedangkan efek negatifnya antara lain;


1) Indonesia merupakan negara kerentanan bencana geologis tertinggi di
dunia, karena sebagian besar gunungapi aktif di dunia terletak di
Indonesia dan upaya mitigasi yang belum maksimal dilakukan
menyebabkan kerugian materil dan non-materil banyak dialami oleh
wilayah yang terkena bencana geologis.
2) Aktifitas vulkanisme dasar laut dan tekntonisme di dasar laut
menyebabkan bahaya bencana tsunami semakin nyata mengancam di
depan mata. Sama seperti pernyataan di nomor satu di atas, hal ini
diperparah dengan kurangnya pengetahuan mitigasi di kalangan
masyarakat awam yang langsung berhadapan dengan ancaman bencana
tersebut, akhirnya jumlah kerugian materil dan non-materil pun akan
semakin banyak.

b. Wilayah-wilayah di Indonesia seperti Banda Aceh, Padang, dan


Pangandaran memiliki potensi terjadi bencana tsunami. Jelaskan dan
lengkapi dengan gambar aspek geologis yang menyebabkan wilayah-
wilayah tersebut rawan bencana tsunami!
Jawaban:
Banda Aceh, Padang, dan Pangandaran adalah wilayah-wilayah yang
lokasinya berada di sisi Samudera Indonesia/Hindia. Di dasar samudera ini
terdapat batas pertemuan subduksi dua lempeng utama dunia, yaitu Eurasia
dan Indo-Australia. Gerakan lempeng ini bisa menimbulkan munculnya
fenomena-fenomena lain, misalnya terbentuknya patahan dan terbentuknya
palung.
Wilayah Jepang sebelah timur juga sebenarnya rentan gempa Bumi yang
dapat berimbas terhadap tsunami seperti wilayah barat Sumatera dan
selatan Jawa. Jika kita bandingkan kedua wilayah di atas (wilayah barat
Sumatera dan selatan Jawa dengan timur Jepang), maka keduanya
memiliki perbedaan dalam jarak. Wilayah selatan Jawa dan barat Sumatera
memiliki jarak yang lebih dekat dengan lokasi subduksi Eurasia dengan
Indo-Australia, sedangkan wilayah Jepang relatif lebih jauh dari subduksi
Eurasia dengan Pasifik. Hal ini menyebabkan jeda waktu antara kejadian
gempa Bumi dan tsunami yang di wilayah-wilayah di selatan Jawa dan
barat Sumatera lebih singkat dibandingkan dengan yang terjadi di Jepang,
sehingga masyarakat Jepang memiliki waktu yang relatif lebih banyak
untuk segera mengungsi pasca gempa Bumi terjadi. Selain itu, masyarakat
Jepang juga lebih siap menghadapi bencana geologis ini dibandingkan
masyarakat Indonesia.
Berikut ini gambar tentang bagaimana wilayah-wilayah tersebut rentan
bencana tsunami:

Gambar : Posisi Subduksi Eurasia-Indo-Australia di Wilayah Indonesia


(sumber: http://thejavatrench.weebly.com/geologyoceanography.html,
diakses 6 Oktober 2017)
c. Jelaskan, mengapa kawasan bagian utara Jawa dan bagian timur
Kalimantan memiliki potensi tambang minyak bumi!
Jawaban:
Secara geologis wilayah timur Kalimantan terletak dekat dengan titik
pertemuan tiga lempeng dunia sekaligus, yaitu Eurasia, Indo-Australia,
dan Pasifik. Wilayah timur Kalimantan mengalami berbagai macam proses
pasang-surut air laut akibat peroses transgresi dan regresi. Di wilayah ini
fase regresi lebih mendominasi. Batuan yang terdapat di wilayah ini pun
kebanyakan dari jenis sedimen yang memiliki sifat reservoar yang dapat
menangkan sel-sel pembentuk minyak Bumi. Akibat berbagai interaksi
geologis yang dilakukan oleh lempeng-lempeng tersebut, wilayah timur
Kalimantan memiliki berbagai macam patahan atau sesar. Di dasar laut
timur Kalimantan bisa dijumpai sesar mendatar, naik, dan turun sekaligus.
Akibat proses geologis tersebut, maka di wilayah ini terbentuk cekungan.
Cekungan tersebut terjadi karena lempeng samudera yang tertarik ke dua
arah yang berbeda. Di cekungan tersebutlah sel-sel pembentuk minyak
Bumi akan terperangkap dan inilah yang menyebabkan wilayah timur
Kalimantan kaya sumberdaya minyak Bumi.
Hampir sama dengan wilayah timur Kalimantan, kekayaan minyak Bumi
di Pulau Jawa juga terdapat di laut. Kebanyakan sumberdaya migas di
Pulau Jawa ditemukan di sisi utara Jawa Barat atau tepatnya antara daerah
Indramayu sampai Cirebon. Hampir sama seperti wilayah timur
Kalimantan, di wilayah utara Jawa ini pun banyak dijumpai cekungan-
cekungan atau graben-graben yang menjadi media tangkapan sel-sel
pembentuk minyak Bumi. Selain itu, Laut Jawa mengalami fase
kehidupan yang hampir sama dengan selat Makassar di mana wilayah
perairan timur Kalimantan berada, yaitu pernah mengalami menjadi dasar
laut, kemudian menjadi daratan, dan sekarang menjadi dasar laut kembali.

d. Bumi terdiri dari lapisan-lapisan yang konsentris. Jelaskan karakteristik


dari lapisan-lapisan tersebut dan lapisan yang manakah yang memiliki
peranan paling besar terhadap perubahan geologi seperti pembentukan
pegunungan, lembah keretakan (rift valley), dataran tinggi, gempa bumi
dan letusan gunung berapi?
Jawaban:
Lapisan-lapisan pembentuk Bumi dapat kita bedakan berdasarkan sifat-
sifat fisika dan kimianya masing-masing.
1) Berdarsarkan sifat-sifat fisika lapisan-lapisan Bumi dibedakan
menjadi:
Inti dalam (inner core)
Ketebalan diperkirakan sekitar 1215 km.
Kepadatan sangat tinggi.
Suhu sekitar 5400oC
Memiliki tekanan paling tinggi
Inti luar (outer core)
Ketebalan diperkirakan sekitar 2270 km.
Kepadatan sangat tinggi, namun lebih rendah dibandingkan inti
dalam.
Suhu sekitar 2730oC 4230oC.
Berbentuk lelehan.
Mantel bawah (lower mantle)
Ketebalannya sekitar 2100 km (secara keseluruhan mantel
bawah+mantel atas memiliki ketebalan sekitar 2885 km).
Suhu sangat tinggi.
Material memiliki kepadatan relatif tinggi dibandingkan mantel
atas.
Suhu lapisan meningkat seiring peningkatan kedalaman
(semakin dalam semakin panas).
Mantel atas (upper mantle)
Ketebalannya sekitar 760 km (secara keseluruhan mantel
bawah+mantel atas memiliki ketebalan sekitar 2885 km).
Suhu relatif lebih rendah dibandingkan mantel bawah.
Materialnya hampir keseluruhan padat, namun ada juga
sebagian yang berupa lelehan.

2) Berdarsarkan sifat-sifat kimianya lapisan-lapisan Bumi dibedakan


menjadi:
Inti (core) atau barisfer
Komposisi penyusun inti Bumi adalah besi dan nikel (Fe dan
Ni), namun ada sedikit material-material ringan yang lain
(antara lain silika, belerang, dan O2 cair).
Mantel (mantle)
Mantel bawah banyak mengandung unsur besi dan nikel.
Kandungan kimiawi lainnya berupa silika, magnesium,
alumunium, oksigen, dan lain-lain.
Kerak (crust)
Kerak Bumi dibagi menjadi dua, yaitu kerak benua dan kerak
samudera. Kerak samudera didominasi oleh SiMa (silika dan
magnesium), sedangkan kerak benua oleh SiAl (silika dan
alumunium).
Kerak benua cenderung bersifat asam atau granitis, sementara
kerak samudera bersifat cenderung basa atau basaltis.

3) Salah satu bagian lapisan Bumi adalah mantel. Mantel Bumi dibagi
menjadi dua jenis, yaitu mantel atas dan mantel bawah. Pada bagian
mantel atas terdapat lapisan yang disebut astenosfer dengan ketebalan
sekita 660 km yang berada tepat di bawah kerak. Pada lapisan
astenosfer terkandung magma pijar yang sangat panas. Di lapisan ini
kita bisa menemukan arus konveksi yang bergerak secara vertikal ke
atas dan ke bawah. Arus ini muncul akibat pola pemanasan lapisan
yang berbeda oleh panas yang berasal dari lapisan di bawah astenosfer.
Lapisan yang memiliki suhu yang lebih tinggi cenderung lebih ringan
dibandingkan yang lebih dingin. Akibatnya terjadi pergantian posisi
atas-bawah, yang ringan naik ke atas dan yang berat turun ke bawah.
Akibat pergerakan tersebutlah muncul arus konveksi.
Arus konveksi sendiri dapat mengakibatkan pergerakan lempeng di
atasnya. Jika arus bergerak saling menjauh, maka terbentukan gerak
divergen, sedangkan jika saling mendekat maka terbentuklah
konvergen. Akibat gerakan-gerakan ini, permukaan litosfer yang
merupakan lapisan kerak Bumi yang berada di atas astenosfer, maka
munculah berbagai dinamika permukaan Bumi, seperti gunungapi, air
terjun, rift valley, gempa Bumi, dan sebagainya.

e. Di Indonesia terdapat beberapa gunung api yang masih aktif. Jelaskan


usaha-usaha mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya korban bencana tersebut!
Jawaban:
Upaya mitigasi bencana dapat berupa struktural dan non-struktural. Upaya
struktural misalnya:
1) Membuat jalur-jalur evakuasi saat bencana terjadi dan jalur-jalur ini
harus diberikan tanda yang jelas agar mudah dibaca, dilihat, dan
diikuti.
2) Membuat peta zonasi bahaya gunungapi, misalnya zona yang
diperbolehkan dibangun sebagai tempat tinggal, zona yang
diperbolehkan tetapi terbatas, dan zona yang sama sekali dilarang
untuk ditinggali karena terlalu dekat dengan puncan gunungapi. Peta
seperti ini harus dibangun di semua wilayah yang berbatasan langsung
dengan gunungapi dan mudah dimengerti oleh masyarakat awam.
3) Untuk mengurangi jumlah korban jiwa bisa dilakukan dengan
membangun bunker tahan panas yang dapat dipergunakan oleh
penduduk yang tempat tinggalnya masuk ke zona tidak aman dan
dalam kondisi darurat.
4) Membuat jembatan dan jalan yang tahan terhadap terjangan lahar
encer/lahan dingin yang mobilitasnya tinggi. Karena pasca letusan
gunungapi dan kemudian turun hujan, maka ancaman berikutnya
datang dari aliran lahar encer yang cepat dan mampu menyeret rumah,
jembatan, dan merusak jalan.

Sedangkan upaya mitigasi non-struktural dapat berupa:


1) Pembuatan kebijakan zonasi yang ketat, sehingga penduduk yang
melanggar seharusnya diberikan hukuman dan diberikan solusi,
terutama untuk menyambung hidupnya, karena mungkin terkait dengan
mata pencaharian.
2) Memberikan pelatihan-pelatihan mitigasi bencana di wilayah-wilayah
rawan bencana gunungapi secara terus-menerus dan masif. Karena jika
hanya sekali atau dua kali dilakukan dan setelahnya tidak dilakukan
kembali, maka sangat mungkin masyarakat akan mudah
melupakannya.
3) Memasukkan mitigasi bencana ke dalam kurikulum nasional dan hal
ini harus melibatkan semua atau beberapa guru dan mata pelajaran.
Sehingga, tanggung jawab pengenalan mitigasi tidak hanya ada di
pelajaran geografi, namun juga ada di beberapa pelajaran yang lain.
4) Memperkenalkan mitigasi bencana kepada masyarakat Indonesia sejak
usia dini.
f. Di beberapa wilayah kota besar di Indonesia pada musim hujan sering
terjadi banjir. Jelaskan bagaimanakah alternatif cara-cara yang bisa
dilakukan untuk mengantisipasi bencana banjir tersebut!
Jawaban:
Banjir wilayah perkotaan kebanyakan diakibatkan oleh perbuatan manusia,
misalnya membuang sampah sembarang ke saluran air, menutup
permukaan tanah dengan semen atau aspal (air tidak dapat infiltrasi),
mengganti ruang terbuka hijau dengan bangunan, mengubah wilayah
tangkapan hujan/catchment area menjadi peruntukan yang lain, dan
mengubah penggunaan lahan di hulu sungai menjadi bangunan atau
peruntukan lain, sehingga terjadi erosi di hulu dan akhirnya di hilir terjadi
sedimentasi dan akhirnya menyebabkan sungai, danau, dan rawa menjadi
semakin dangkal.
Untuk wilayah perkotaan yang baru dibangun atau masih merupakan kota
kecil ada baiknya ruang terbuka hijau dipertahankan dan diperkuat dengan
peraturan daerah yang tegas dan mengikat, serta sanksi yang berat bagi
pelanggarnya.
Untuk wilayah perkotaan yang telah sangat padat dengan bangunan, maka
cara terbaik dan tercepat adalah dengan membangun sumur resapan dan
menggalakkan pembuatan biopori di rumah-rumah warga. Meningkatkan
jumlah atau luas danau-danau buatan yang fungsinya menampung
kelebihan air limpasan/run-off.

3. Bab 3 Hidrosfer
a. Pada musim hujan, terdapat kawasan daerah aliran sungai (DAS) yang
ketika hujan cepat mengalami banjir, tetapi ada juga yang datangnya banjir
lebih lambat, bahkan ada yang tidak mengalami banjir meskipun sama-
sama mengalami hujan dengan intensitas dan waktu hujan yang relatif
sama. Jelaskan dan lengkapi dengan gambar, bentuk-bentuk DAS dan
pengaruhnya terhadap kejadian banjir pada wilayah tersebut!
Jawaban:
Kejadian banjir yang dialami oleh suatu DAS dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya bentuk DAS, vegetasi atau tutupan lahan, kemiringan
lereng, jumlah curah hujan, dan lain-lain. Bentuk DAS yang relatif rentan
terhadap banjir adalah melingkar, sedangkan bentuk DAS yang relatif
lebih aman dari banjir adalah bentuk yang memanjang. Bentuk DAS yang
membulat akan cenderung memiliki memiliki laju aliran permukaan yang
lebih besar dibandingkan dengan DAS berbentuk memanjang. Hal ini
menyebabkan waktu yang dibutuhkan oleh aliran permukaan pada DAS
membulat lebih singkat dan berimbas terkonsentrasinya aliran permukaan
di sisi hilir sungai atau tempat di mana anak-anak sungai bertemu.
Sedangkan, pada sungai memanjang keadaaan sebaliknya terjadi.
Berikut ini beberapa bentuk DAS dengan pengaruhnya terhadap banjir:
1. DAS berbentuk bulu burung

Sumber : https://lanskaplangit.wordpress.com/2012/02/14/mengenal-
das/ (diakses pada 6 Oktober 2017)

Pada DAS berbentuk bulu burung terdapat bentuk yang sempit dan
memanjang. Pada pola demikian anak-anak sungai mengalir di kanan
dan kiri sungai utama. Debit banjir cenderung akan lebih kecil karena
suplai air datang silih berganti dari masing-masing anak sungai (aliran
dari anak sungai tidak datang secara bersamaan). Walaupun demikian,
banjir yang terjadi di DAS bulu burung cenderung memakan waktu
yang lama.

2. DAS berbentuk radial

Sumber : https://lanskaplangit.wordpress.com/2012/02/14/mengenal-
das/ (diakses pada 6 Oktober 2017)

DAS berbentuk paralel seperti gambar di atas memiliki bentuk mirip


kipas yang menyebabkannya nyaris membentuk sebuah lingkaran.
Anak-anak sungai mengalir dari berbagai macam arah ke satu titik
secara bersamaan pada satu waktu. Jika hujan yang dialami oleh anak-
anak sungai bersamaan kejadiannya, maka bisa diperkirakan debit
banjir yang dialami oleh pola aliran demikian akan sangat besar.

3. DAS berbentuk paralel

Sumber : https://lanskaplangit.wordpress.com/2012/02/14/mengenal-
das/ (diakses pada 6 Oktober 2017)
DAS berbentuk paralel seperti gambar di atas bisa dideskripsikan
memiliki anak-anak yang cukup besar di bagian, namun menyatu di
bagian hilirnya. Dari gambar terlihat masing-masing anak sungai
memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Jika terjadi hujan secara bersamaan di kedua sub-DAS di atas, baik
yang berada di kanan maupun kiri, maka bisa dipekirakan banjir yang
terjadi di titik pertemuan akan relatif besar, karena terjadi akumulasi
besar-besaran.

b. Pada musim kemarau, beberapa wilayah di Gunung Kidul mengalami


kekurangan air minum. Jelaskan faktor apakah yang menyebabkan
terjadinya hal tersebut!
Jawaban:
Gunung Kidul di Propinsi Jogyakarta merupakan wilayah berbatu kapur
dan gamping atau bisa dikatakan bentangalam yang ada di Gunung Kidul
adalah bentangalam solusional. Secara geologis wilayah ini dulu adalah
dasar laut dangkal yang merupakan bagian dari Samudera
Indonesia/Hindia di selatan Jawa. Wilayah ini mengalami pengangkatan
akibat tenaga tektonisme. Dasar laut yang banyak dibentuk oleh cangkang
hewan moluska membentuk batuan kapur dan gamping yang cukup masif,
sehingga ketika dasar laut berubah menjadi daratan, batuannya pun sama
seperti saat masih menjadi dasar laut.
Batuan kapur dan gamping (saya menyebutnya secara terpisah karena
lingkungan pembentukannya yang berbeda, walaupun bahan dasarnya
sama) memiliki sifat yang berbeda dengan jenis batuan lain, baik dari jenis
batuan beku, metamorf, atau dari jenis batuan sedimen yang lain. Batuan
ini sangat mudah larut terhadap air, sehingga kemampuannya menyimpan
air sangat rendah kualitasnya, sedangkan kemampuan mengalirkan air
sangat baik.
Wilayah-wilayah dengan batuan kapur yang banyak cenderung sulit
mendapatkan air, karena sangat jarang ditemukan sungai di atas
permukaan tanah. Kebanyakan aliran permukaan di daerah kapur meresap
ke dalam tanah dan membentuk sungai bawah tanah dan gua-gua kapur di
bawah tanah.
Di wilayah Gunung Kidul sendiri sumber air berada jauh di bawah wilayah
permukiman penduduk. Karena kondisinya yang sedemikian, maka
dibutuhkan upaya untuk menaikkan air dari bawah ke atas. Sama seperti
yang sudah jelaskan di atas, kondisi wilayah berbatuan kapur akan
menyebabkan tanah larut oleh air, aliran permukaan tidak mungkin terjadi
dalam jumlah besar karena air merembes ke dalam tanah membentuk
sungai bawah tanah dan gua.
Kondisi kekurangan air di sejumlah wilayah di Gunung Kidul tidak hanya
terjadi pada musim kemarau, namun ada wilayah-wilayah yang bahkan
saat musim penghujan pun kesulitan air minum. Hal ini terutama dialami
oleh wilayah-wilayah paling selatan kabupaten ini. Ditinjau dari sisi lain,
air yang mengandung kapur kurang baik bagi kesehatan tubuh, karena jika
tidak diolah dengan baik dan benar, bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
c. Di beberapa daerah kedalaman airtanah sangat bervariasi. Jelaskan faktor-
faktor yang memengaruhi potensi airtanah di suatu wilayah!
Jawaban:
Kandungan airtanah di suatu wilayah ditentukan oleh beberapa faktor
berikut ini:
1) Curah hujan
Curah hujan mampu memengaruhi keberadaan airtanah di suatu
wilayah, karena curah hujan adalah salah satu sumber airtanah
terbanyak di permukaan Bumi. Wilayah dengan curah hujan yang
tinggi, misalnya wilayah Indonesia bagian barat, akan cenderung
memiliki potensi airtanah yang banyak pula.
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dapat langsung menyerap ke
dalam tanah jika tidak terhalangi oleh berbagai macam halangan, baik
buatan manusia maupun karena kondisi alamiah. Manusia membangun
jalan, membangun gedung di atas permukaan tanah, dan mengubah
wilayah hijau menjadi peruntukan yang lain mampu mengurangi
kemampuan infiltrasi air hujan.
Kondisi alamiah bisa berupa bentuk lereng yang relatif miring, batuan
yang relatif keras, dan butir sedimen yang terlalu halus mampu
membuat air hujan tidak mampu terserap ke dalam tanah.

2) Material batuan
Di antara tiga jenis batuan (beku, sedimen, dan metamorf) hanya
sedimenlah yang merupakan jenis batuan yang paling
bersahabat/friendly terhadap infiltrasi air permukaan ke dalam tanah
dan mengalirkannya dengan baik. Tanah yang banyak mengandung
lapisan batuan keras (dari jenis beku dan metamorf) akan cenderung
menimbulkan lapisan yang sulit dilalui air dan menyimpan air.
Selain itu, tanah yang memiliki tekstur liat terlalu dominan pun dapat
menyebabkan lambatnya air permukaan menyerap ke dalam tanah dan
aliran air menjadi sangat lambat juga akibat rapatnya partikel
pembentuk tanah bertekstur liat.
Tekstur tanah yang kaya pasir dan dan kerikil sangat baik menyerap
dan mengalirkan airtanah. Lapisan tanah yang baik menyerap dan
mengalirkan airtanah ini biasa dinamakan lapisan akuifer. Semakin
banyak atau luas lapisan akuifer di suatu wilayah, maka semakin
banyak juga potensi airtanah yang dikandungnya.

3) Morfologi
Air permukaan membutuhkan waktu untuk dapat menyerap ke dalam
tanah. Bentuk medan yang rata atau datar dan bergelombang atau
miring akan langsung memengaruhi infiltrasi air permukaan. Medan
yang relatif berbentuk pedataran cenderung memberikan waktu yang
lebih banyak bagi air permukaan untuk berinfiltrasi. Sedangkan medan
yang miring atau bahkan terjal akan mempersulit air permukaan
menyerap ke dalam tanah. Pergerakan air di permukaan tanah lebih
banyak menyebabkan erosi daripada infiltrasi.
4) Vegetasi
Keberadaan vegetasi sangat membantu peningkatan potensi airtanah di
suatu wilayah. Wilayah yang cenderung hijau atau banyak ditutupi
oleh vegetasi berakar tunggang akan cenderung memiliki potensi
airtanah yang banyak juga. Sebaliknya, wilayah yang memiliki
vegetasi yang sedikit atau terlalu banyak ditanami dengan vegetasi
berakar serabut cenderung memiliki potensi airtanah yang lebih
sedikit.
Vegetasi yang ditanam di permukaan tanah mampu membantu tanah
menyerapkan air lebih cepat ke dalam tanah. Hal ini karena akar
tunggang mampu mengikat butir tanah lebih kuat dan tidak mudah
terbawa oleh gerakan air. Sedangkan wilayah yang lebih sedikit
vegetasinya atau kebanyakan ditanami vegetasi berakar serabut, air
cenderung mengerosi atau mengikis, bukannya terserap ke dalam
tanah. Tanah lebih mudah dihanyutkan oleh aliran air permukaan,
sehingga potensi erosi lebih tinggi daripada infiltrasi.
Selain itu, keberadaan vegetasi di permukaan tanah akan mampu
menyebabkan aliran permukaan/surface run-off akan lebih lambat
bergerak, sehingga malah terinfiltrasi ke dalam tanah. Sedangkan,
semakin sedikit vegetasinya, maka gerakan aliran permukaan semakin
cepat bergerak dan hal ini menyebabkan air tidak sempat terserap ke
dalam tanah.

Anda mungkin juga menyukai