Anda di halaman 1dari 37

MODUL17

PERAWATAN BERBASIS RUMAH


DAN PERAWATAN BERBASIS MASYARAKAT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Konsep perawatan Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) pada dasarnya adalah perawatan
kronis berkesinambungan dalam layanan kesehatan dasar yang
menempatkan individu dan keluarga sebagai pusat dari sistem
perawatan dan dukungan.Berbagai layanan yang
berkesinambungan dibutuhkan oleh ODHA karena
kebutuhannya yang terus berubah dan berkembang seiring
dengan perjalanan penyakit dari waktu ke waktu. ODHA
memerlukan akses secara teratur pada layanan pencegahan,
perawatan, dan pengobatan.Kemungkinan juga dukungan
psikologis secara ekstensif, konseling mengenai hidup sehat,
dan informasi mengenai HIV dan pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS).

Salah satu bentuk kegiatan dalam perawatan kronis berkesinambungan adalah dengan
menyediakan perawatan berbasis rumah dan perawatan berbasis komunitas. Peran
perawat sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien/individu,
keluarga dan masyarakat.

Setiap tenaga keperawatan harus memiliki ketrampilan dalam melakukan perawatan


berbasis rumah dan perawatan berbasis masyarakat bagi pasien HIV/ODHA. Modul ini
akan membahas tentang: Asuhan keperawatan IO, Asuhan keperawatan Paliatif dan
Perawatan berbasis rumah dan Perawatan Berbasis masyarakat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi, peserta mampu merancang kegiatan perawatan berbasis
rumah (PBR)/ perawatan berbasis masyarakat (PBM) bagi pasien ODHA di wilayah
kerja.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi, peserta mampu:
1. Melakukan asuhan keperawatan IO
2. Melakukan asuhan keperawatan paliatif
3. Merancang kegiatan PBR dan PBM di wilayah kerja:

III. POKOK BAHASAN

1. Asuhan keperawatan IO
2. Asuhan keperawatan paliatif
3. Perawatan Berbasis Rumah dan Perawatan Berbasis Masyarakat (PBR dan PBM)
a. Konsep PBR dan PBM Perawatan Berbasis Rumah

1
b. Peran dan tanggung jawab perawat dalam PBR dan PBM
c. Merancang kegiatan PBR dan PBM di wilayah kerja

IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN (Waktu: 5 jpl=225 menit)

Langkah 1. Pengkondisian (waktu 5 menit)

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila ini merupakan
pertemuan pertama di kelas ini, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja/pengalaman bekerja terkait
dengan materi yang akan disampaikan.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan diba
has, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Pembahasan pokok bahasan 1 (waktu 70 menit)

1. Fasilitator melakukan curah pendapat, bagaimanakah pemahaman peserta tentang


asuhan keperawatan IO? Ingatkan lagi peserta akan materi IO pada Modul Dasar 1.
Bagaimanakah penerapannya di tempat masing-masing? Mintalah peserta berbagi
pengalaman. Tuliskan poin-poin penting penyampaian peserta pada kertas flipchart.
2. Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang Asuhan keperawatan IO, menggu
nakan bahan tayang. Lakukan secara interaktif dengan melibatkan peserta. Kaitkan
dengan poin-poin penyampaian peserta agar merasa dihargai.
3. Setelah seluruh presentasi selesai, atau selama presentasi fasilitator memberi ke
sempatan peserta untuk tanya jawab .
4. Sampaikan bahwa peserta akan melakukan latihan tentang Asuhan keperawatan IO
dan akan digunakan pada waktu melaksanakan PBR dan PBM. Jelaskan penugasan
peserta sesuai dengan petunjuk yang ada pada faasilitator.
5. Setelah selesai latihan, fasilitator memandu presentasi. Mintalah peserta dari kelom
pok lain menyampaaikan tanggapan. Setelah bagian akhir, fasilitator menyampaikan
ulasan.
6. Menyampaikan rangkuman singkat dari pokok bahasan 1.

Langkah 3. Pembahasan pokok bahasan 2 (70 menit)

1. Fasilitator melakukan curah pendapat, bagaimanakah pemahaman peserta tentang


asuhan keperawatan paliatif? Bagaimanakah penerapannya di tempat masing-ma
sing? Mintalah peserta berbagi pengalaman. Tuliskan poin-poin penting penyampa-
ian peserta pada kertas flipchart.
2. Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang Asuhan keperawatan paliatif, meng
gunakan bahan tayang. Lakukan secara interaktif dengan melibatkan peserta.
Kaitkan dengan poin-poin penyampaian peserta agar merasa dihargai.
3. Setelah seluruh presentasi selesai, atau selama presentasi fasilitator memberi kesem
patan peserta untuk tanya jawab .

2
4. Sampaikan bahwa peserta akan melakukan latihan tentang Asuhan keperawatan
paliatif dan akan digunakan pada waktu melaksanakan PBR/ dan PBM. Jelaskan
penugasan peserta sesuai dengan petunjuk yang ada pada fasilitator.
5. Setelah selesai latihan, fasilitator memandu presentasi. Mintalah peserta dari kelom
pok lain menyampaikan tanggapan. Setelah bagian akhir, fasilitator menyampaikan
ulasan.
6. Menyampaikan rangkuman singkat dari pokok bahasan 2.

Langkah 4. Pembahasan Pokok bahasan 3 (waktu 70 menit)

1. Fasilitator melakukan curah pendapat, bagaimanakah pemahaman peserta tentang


konsep PBR dan PBM? Bagaimanakah penerapannya di tempat masing-masing?
Mintalah peserta berbagi pengalaman. Tuliskan poin-poin penting penyampaian
peserta pada kertas flipchart.
2. Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang Konsep PBR dan PBM, mengguna
kan bahan tayang. Lakukan secara interaktif dengan melibatkan peserta. Kaitkan
dengan poin-poin penyampaian peserta agar merasa dihargai.
3. Setelah seluruh presentasi selesai, atau selama presentasi fasilitator memberi ke-
sempatan peserta untuk tanya jawab .
4. Fasilitator menyampaikan bahwa akan beralih pada pembahasan tentang Peran dan
Tanggungjawab Perawat dalam PBR dan PBM. Tanyakan apa yang dilakukan pera
wat dalam pelaksanaan PBR dan PBM di fasyankes/puskesmas masing-masing.
Tuliskan poin-poin penting penyampaian peserta pada kertas flipchart.
5. Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang Peran dan Tanggungjawab Perawat
dalam PBR dan PBM, menggunakan bahan tayang. Lakukan secara interaktif dengan
melibatkan peserta. Kaitkan dengan poin-poin penyampaian peserta agar merasa
dihargai.
6. Setelah seluruh presentasi selesai, atau selama presentasi fasilitator memberi ke
sempatan peserta untuk tanya jawab .
7. Lakukan curah pendapat tentang pengalaman peserta dalam merancang pelaksanaan
kegiatan PBR dan PBM di wilayah kerja masing-masing. Tuliskan poin-poin penting
penyampaian peserta pada kertas flipchart.
8. Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang Pelaksanaan PBR dan PBM, meng
gunakan bahan tayang. Lakukan secara interaktif dengan melibatkan peserta. Kaitkan
dengan poin-poin penyampaian peserta agar merasa dihargai.
9. Setelah seluruh presentasi selesai, atau selama presentasi fasilitator memberi
kesempatan peserta untuk tanya jawab .
10. Fasilitator menyampaikan bahwa selanjutnya peserta akan mengerjakan Latihan
Merancang pelaksanaan kegiatan PBR dan PBM. Jelaskan penugasan peserta se-
suai dengan petunjuk penugasan Latihan yang ada pada fasilitator. Pastikan semua
peserta berpartisipasi.
11. Setelah selesai latihan, fasilitator memandu presentasi. Mintalah agar peserta dari ke
lompok lain memberikan tanggapannya, dan saling memberi masukan. Pada akhir
fasilitator menyampaikan ulasan.

3
12. Menyampaikan rangkuman singkat dari pokok bahasan 3.

Langkah 5. Rangkuman dan Penutup (waktu 10 menit)

1. Fasilitator mengajak peserta merangkum apa yang telah dipelajari peserta dalam sesi
ini.
2. Sampaikan penegasan hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan PBR dan
PBM di wilayah kerja peserta.
3. Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan salam

V. URAIAN MATERI

4
POKOK BAHASAN 1. ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI OPORTUNISTIK

UU
38
thn
2014 tentang Keperawatan UU 38 thn 2014 tentang Keperawatan, mencantumkan tentang:
Pasal 1 ayat 1.Keperawatan yang dimaksud dalam Undang-Undang ini adalah kegiatan
pemberian asuhan keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat, baik dalam
keadaan sakit mapun sehat.

Pasal 1, ayat 4. Praktik keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat
da- lam bentuk asuhan keperawatan

Pasal 1, ayat 5.Asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi antara perawat dengan
klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian
klien dalam merawat dirinya.

Pasal 30
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya
kesehatan perorangan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
d. melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep
tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.

Pada modul ini akan dibahas tentang asuhan keperawatan pada ODHA, meliputi: Asuhan
keperawatan infeksi oportunistik dan asuhan keperawatan paliatif.

Asuhan Keperawatan Infeksi Oportunistik (IO)

Tujuan Keperawatan
Manajemen masalah infeksi dan pengobatan
Memaksimalkan kualitas hidup
Menatalaksana penyakit kronis dan terulangnya penyakit
Mencegah dan atau mengobati infeksi oportunistik

5
Mencegah penularan selanjutnya.

Pengkajian
Pengkajian keperawatan mencakup aspek: biologis, psikologis,sosial, kultural dan spiritual
(biopsikososiokulturalspiritual)

Data Identitas Pribadi


Riwayat kesehatan
Menggali perilaku berisiko
Aspek sosial kultural dan ekonomi
Aspek psikologi
Aspek spiritual
Pemeriksaan fisik
Riwayat pengobatan

Diagnosa Keperawatan
Penegakan diagnosa keperawatan berdasarkan tanda dan gejala yang muncul pada pasien
HIV, sesuai dengan IO yang dialami pasien. Diagnosa keperawatan merupakan penentu
intervensi keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien secara komprehensif.

Beberapa contoh
Intoleransi aktivitasberhubungan dengan (b/d): kelemahan; anemia; diare.
Ketidakseimbangan nutrisikurang dari kebutuhan tubuh b/d: kehilangan nafsu makan,
sakit menelan, diare, mual muntah.
Defisit pengetahuan tentang pengobatan (efek samping obat, interaksi obat, tidak
percaya dg pengobatan) b/d: tidak terpapar informasi, mendapat informasi yang salah.
Ansietas b/d: status HIV; penularan; stigma dan diskriminasi; kematian.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b/d: mual muntah, diare, nyeri menelan.
Kerusakan integritas kulit (mukosa di mulut) b/d: kandidiasis oral.

Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah ditetapkan,
untuk rentang waktu tertentu dan rasional
Contoh
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
o Memberikan makanan lunak dan hangat
o Makanan berdasarkan kesukaan pasien
o Makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP), vitamin, lemak dan mineral
o Mengajarkan pengelolaan makanan yang bersih dan sehat
Kerusakan integritas kulit (mukosa di mulut):
o Perawatan gigi dan mulut
o Perawatan luka

Implementasi

6
Implementasi keperawatan harus dilakukan sesuai dengan intervensi yang ditetapkan dan
sumber daya yang ada.

Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai
perkembangan kondisi pasien .
Ketidak seimbangan nutrisi teratasi:
o Peningkatan berat badan
o Nafsu makan meningkat
o Kadar albumin dalam keadaan normal
Kerusakan integritas kulit (mukosa di mulut), teratasi:
o Pertumbuhan jamur berkurang atau hilang
o Perbaikan luka /tidak ada luka di mulut

Asuhan Keperawatan Pasien AIDS dengan IO TB

Masalah keperawatan pada pasien AIDS dengan IO TB tergantung pada gejala klinis
yang muncul pada pasien saat melakukan pengkajian. Pasien yang datang dengan
stadium awal HIV tentunya memiliki masalah yang tidak sama dengan pasien HIV
stadium lanjut, demikian juga Infeksi oportunistik yang muncul. Untuk itu maka dibawah
ini akan diuraikan pengkajian keperawatan dan lima masalah keperawatan pasien AIDS
dengan IO TB yaitu :

Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

Data Identitas Pribadi


o Data umum pasien (termasuk status pernikahan, jumlah anak, usia anak, pendi -
dikan)
Riwayat kesehatan
o Keluhan utama :
Batuk
Panas
Keringat malam
Penurunan BB
Gejala dan tanda TB ekstra paru
o Riwayat penyakit:
Kontak dengan orang terinfeksi TB
Riwayat penyakit TB sebelumnya
Riwayat pengobatan TB
Menggali perilaku berisiko
o Riwayat seksual (berganti-ganti pasangan; perilaku seks tanpa
kondom(vaginal/anal)

7
o Penggunaan napza suntik bergantian jarum

o Pekerjaan kontak langsung degan pasien TB


Aspek sosial kultural dan ekonomi
o Keadaan rumah dan lingkungannya (ventilasi, pencahayaan, kebersihan)
o Status ekonomi (pendapatan dan pengeluaran)
o Ketersediaan pemenuhan kebutuhan gizi yang berkesinambungan
o Budaya dan atau keyakinan yang tidak tepat (misalnya: orang sakit tidak boleh
makan telur, tidak boleh mandi, sakit disebabkan guna-guna, pengobatan herbal
lebih baik dll)
Aspek psikologi
o Persepsi terhadap penyakit
o Harapan terhadap kesembuhan
o Membuka diri (status HIV)
o Mekanisme koping dalam menghadapi masalah
Aspek spiritual
o Keyakinan tentang sakit dan kesembuhan
o Keyakinan tentang kematian
Pemeriksaan fisik
o Inspeksi: kesulitan bernafas, sesak, pucat, terlihat sangan kurus, frekuensi nafas
o Palpasi: Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, selangkangan
o Perkusi: ada/tidak cairan di rongga paru
o Auskultasi: ada/tidak suara ronhi/wheezing
o Pengukuran: BB dan TB, IMT, hasil pemeriksaan dahak
Riwayat pengobatan
o Riwayat pengobatan OAT/ARV sekarang
o Riwayat putus obat
o Riwayat gagal pengobatan

Diagnosa dan intervensi Keperawatan AIDS dengan IO TB dan IO lainnya (terlampir)

-
Sampai di sini peserta dapat
melakukan Latihan Asuhan
Keperawatan IO, sesuai dengan
petunjuk latihan yang ada pada
fasilitator

8
POKOK BAHASAN 2. ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

Pengertian :
Banyak definisi perawatan paliatif yang memiliki arti berbeda, pada umumnya perawatan
paliatif berhubungan dengan pengurangan gejala yang dirasakan pasien pada akhir
hayatnya, namun harus memberikan pendekatan terhadap seseorang dengan tujuan
meningkatkan kualitas hidupnya. Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk
pasien dalam kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru pera
watan paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah
fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik. Dalam kasus ini, perawatan paliatif
bertujuan untuk mencapai kualitas hidup optimal bagi ODHA dan keluarganya, dengan
meminimalkan penderitaan dengan perawatan klinis, psikologis, spiritual, dan sosial
sepanjang seluruh perjalanan penyakit HIV.

Filosofi perawatan faliatif


Meyakini bahwa setiap orang mempunyai hak diobati, meninggal secara bermartabat, mengu
rangi rasa nyeri dan pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosio dan spiritual

Tujuan perawatan paliatif


Menghilangkan nyeri adalah dasar dari perawatan paliatif, hal ini sering tidak dapat
diatasi karena keterbatasan pengertian tentang prinsip tata laksana nyeri
Menghilangkan beberapa gejala infeksi seperti batuk, panas, nausea, diare, dan gatal
kulit
Mencegah terhadap beberapa masalah seperti decubitus
Hidup berkualitas meliputi fisik, sosial, spiritual.
Dukungan kepada pasien.

Peran perawat dan bidan dalam perawatan paliatif

Dapat menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan


keperawatan.
Menetapkan prioritas asuhan keperawatan, mengelola waktu secara efektif dan saran-
saran untuk meningkatkan kualitas hidup.
Sebagai nara sumber / konselor bagi pasien, keluarga dan komunitas dalam
menghadapi perubahan kesehatan, ketidakmampuan dan kematian.

9
Sebagai komunikator yang terapeutik dan pendengar yang baik dalam memberikan
dukungan dan perhatian.
Membantu pasien tetap independen sesuai kemampuan mereka sehingga kenyamanan
terpenuhi, serta meningkatkan mutu hidup

Asuhan Keperawatan Paliatif:


1. Masalah
a. Kelemahan fisik terkait sistem imunitas yang rendah
b. Adaptasi psikologis terganggu
c. Depresi/ gangguan spiritual
d. Daya dukung keluarga terhadap ODHA

2. Pengkajian
- Kaji status fisik pasien secara umum
- Kaji status psikososial dan spiritual pasien
- Kaji kemampuan pasien dalam melakukan pencegahan penularan penyakitnya
- Kaji kemampuan keluarga dalam membantu proses adaptasi psikososial dan spiritual
pasien

3. Tujuan
- Tingkatkan kualitas hidup ODHA dan keluarga dengan penyakit yang mengancam
jiwa melalui pencegahan dan meringankan pasienan.
- Berikan sistem dukungan untuk membantu pasien bisa produktif sampai akhir
hayatnya walaupun dengan status terinfeksi HIV.
- Berikan sistem dukungan untuk membantu keluarga menanggulangi penyakit pasien.
- Gunakan pendekatan tim dalam memberikan kebutuhan pasien dengan HIV-AIDS.
- Pencegahan terjadinya penularan dari pasien ke keluarga dan orang lain.

4. Intervensi
Paket perawatan paliatif dasar pasien TB/HIV dapat berupa pemberian beberapa
intervensi sebagai berikut :
- Berikan kelambu yang diresapi insektisida (ITN)
- Ajarkan penggunaan kondom
- Gunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan gizi pasien
- Berikan multivitamin pada pasien jika perlu
- Ajarkan penanganan nyeri seperti teknik relaksasi
- Bila kondisi odha mulai membaik, maka keluarga harus disiapkan untuk merawat
odha di rumah.

Hal hal yang perlu di informasikan / diajarkan kepada keluarga adalah sbb :
- Usahakan lingkungan rumah sesuai syarat sehat yang disesuaikan dengan
kemampuan keluarga. Ventilasi dan pencahayaan yang cukup, nyaman dan tidak
bising

10
- Bila mungkin lengkapi dengan alat kesehatan sederhana seperti: bel, pengukur
suhu, tensi meter, alat kompres, urinal dan pispot
- Ajarkan pada keluarga cara memberikan pertolongan / pengobatan sementara bila
demam, batuk, diare
- Pada keadaan darurat seperti kejang, perdarahan, nyeri hubungi petugas kesehatan
- Ajarkan pada keluarga cara penccegahan pajanan di rumah.
- PMO di keluarga sudah ditentukan sebelum pasien pulang.

5. Evaluasi
- Kondisi fisik pasien stabil
- Keluarga mampu membantu proses adaptasi psikologis pasien
- keluarga dalam membantu proses adaptasi sosial pasien
- keluarga dalam mendampingi pasien dalam melaksanakan ibadah
- pasien mampu menggunakan kelambu, kondom dengan baik
- kebutuhan air bersih dan nutrisi pasien terpenuhi
- pasien mampu menggunakan teknik relaksasi.

Sampai di sini peserta dapat


melakukan Latihan Asuhan
Keperawatan Paliatif sesuai
dengan petunjuk latihan yang ada
pada fasilitator.

11
POKOK BAHASAN 3. PERAWATAN BERBASIS RUMAH DAN PERAWATAN
BERBASIS MASYARAKAT

1. Konsep Perawatan Berbasis Rumah dan Perawatan Berbasis Masyarakat (PBR dan
PBM)

Pentingnya Perawatan Berbasis Rumah dan Perawatan Berbasis Masyarakat

Pada tahap awal epidemi AIDS, sebagian besar waktu hidup ODHA dihabiskan di di RS
hingga meninggal, seringkali mereka terisolasi dari keluarga dan masyarakat. Beban RS
menjadi berat karena permintaan terus meningkat, oleh karena itu model perawatan
berbasis rumah dan komunitas yang efektif mulai dikembangkan. Hal tersebut juga meres
pon keinginan ODHA untuk dirawat sedekat mungkin dengan rumah dan keluarganya.
Banyak model perawatan berbasis rumah/komunitas yang inovatif bermunculan sebagai ha-
silnya. Sebagai contoh di Thailand menunjukkan bahwa kualitas hidup ODHA dapat
ditingkatkan dengan perawatan dan dukungan dari rumah sakit dan masyarakat. Kolaborasi
multisektor termasuk sektor pemerintah, LSM, organisasi swasta nirlaba, organisasi
keagamaan, kelompok ODHA dan organisasi masyarakat lainnya penting dalam
penyediaan perawatan berbasis rumah dan komunitas tersebut.

Kenyataan yang juga menunjukkan pentingnya PBR/PBM, adalah:


70-90% perawatan orang sakit dilakukan di rumah
Terbukti meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya
Mayoritas pasien lebih nyaman di rumah dan hidup bersama keluarga
Biaya perawatan dan pengobatan lebih murah
Kemungkinan infeksi di Rumah Sakit lebih rendah
Kebutuhan utama HBC adalah :
- Rumah, tidak memerlukan alat canggih
- Makanan, air, sanitasi dan peralatan
- Orang miskin yang tidak mampu dapat dilakukan perawatan di rumah
- Harus tersedia dan terjangkau oleh semua orang

a. Pengertian dan Tujuan

Home Careatau perawatan di rumah, didefinisikan sebagai pelayanan kesehatan di


rumah oleh Care givers baik formal maupun non formal untuk memperbaiki dan
mempertahankan tingkat kenyamanan dan kesehatan seseorang serta mempersiapkan
kematian yang bermarta bat.

Home Base Care (HBC) atau Perawatan Berbasis Rumah (PBR): adalah bentuk
pelayanan dan pemberian support terhadap pasien HIV-AIDS dan penyakit kronik
lainnya di rumah, yang men- cakup pelayanan fisik, psikososial, paliatif dan aktivitas
spiritual.

Tujuan

12
Tujuan PBR/PBM adalah memberikan layanan yang berkualitas dan cepat bagi pasien
dan keluarganya, agar tetap mandiri dan mendapatkan kualitas hidup sebaik mungkin

b. Elemen-Elemen Penting PBR/PBM

Elemen-elemen penting pada PBR/PBM adalah :


1) Tersedianya perawatan fisik dasar, perawatan paliatif, dukungan sosial dan
konseling serta perawatan anggota kelompok yang juga terinfeksi / terkena dampak
2) Pelayanan berkelanjutan (Continuing of Care ), yaitu jaringan sumber daya dan
layanan untuk memberikan dukungan holistik dan komprehensif untuk ODHA dan
keluarga. Yang dimaksud dengan holistik adalah pelayanan yang mencakup
biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Sedangkan pelayanan
komprehensif adalah pelayanan yang mencakup penyediaan perawatan,
pengobatan, dukungan dan pencegahan. Agar perawatan berkelanjutan ini dapat
dilaksanakan, maka perlu adanya Discharge Planning (rencana pemulangan pasien)
dengan memperhatikan sumber daya yang ada di masyarakat, koordinasi jejaring
dan komunikasi yang baik, akses ke layanan dan dukungan komunitas yang lain,
record keeping, penemuan dan penatalaksanaan kasus.
3) Edukasi pada ODHA dan keluarga
4) Materi pendukung, meliputi:
Lokasi tim PBR/PBM
Materi pusat kesehatan
Manajemen, monitoring dan record keeping
PBR Kit:
- Obat-obatan esensial
- Obat-obatan untuk nyeri
- Instrumen, dressing
- Desinfektan, kondom, suplemen, makanan dan lain lain.
5) Sumber Daya Manusia, terdiri dari :
Supervisi dan koordinasi kegiatan PBR/PBM, umumnya dilakukan perawat
Rekruitmen petugas, sesuai kemampuan dan kebutuhan
Untuk mempertahankan SDM, perlu:
- Mempertahankan staf: motivasi, insentif, stigma, kelompok dukungan dan
rotasi staf
- Perlunya memperhatikan pemberi pelayanan
- Menghindari kebosanan (burn Out)
- Dukungan psikososial sesama staf

6) Dana dan kesinambungan


Budget dan manajemen keuangan
Dukungan teknis
Memotivasi sukarelawan
Sumber daya
Pembayaran dari pasien
Pelayanan gratis

7) Monitorng dan Evaluasi


Quality Assurance
Indikator kualitas

13
Monitoring dan supervisi
Evaluasi informal
Evaluasi formal
Fleksibilitas.

Pada PBM, hal-hal yang bisa dilakukan dan perannya:


1) Anggota keluarga (Inti)
Perawatan pasien
Memberi dukungan moral dan kasih sayang
Pekerjaan praktis, seperti memasak, menyapu, mencuci dan lain lain.
Bertanggung jawab terhadap obat
Merencanakan masa depan
Menjembatani hubungan pasien dengan pihak lain
2) Anggota keluarga besar:
Mendukung perawatan secara berkala
Memberi dukungan moral dan psikososial
3) Kelompok Religius:
Memberi perawatan melalui konseling, spiritual, dukungan moral dan penyediaan
dukungan
Membantu edukasi
Membantu makanan
4) Pemerintah
Pelatihan, perencanaan, monitoring dan implementasi HBC serta supervisi
5) Sukarelawan
6) Perawat
7) LSM

2. Peran dan Tanggung Jawab Perawat Pada PBR/PBM

Peran dan tanggung jawab perawat klinis pada PBR/PBM adalah membuat Discharge
Planning, yang melibatkan rujukan, follow upp, monitoring dan tata laksana kasus. Perawat
juga harus mempersiapkan layanan/ perawatan yang harus ada pada PBR/PBM. Layanan
tersebut meliputi:
a. Memberikan perawatan fisik dasar, mencakup :
Personal Hygiene
Bed making
Menjaga keamanan dan kebersihan lingkungan
Memenuhi kebutuhan eliminasi
Perawatan luka
Meningkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
Meningkatkan nutrisi yang adekuat
Meningkatkan cairan yang adekuat
Mempertahankan hubungan sosial.

b. Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada ODHA


1) Demam :
Kenali penyebabnya: TBC, Infeksi HIV
Mengenal karakteristik demam, Jika demam disertai menggigil: Selimuti ODHA
atau memberikan baju hangat, jangan mendinginkan badan pasien (dengan

14
kompres dingin, memandikan, menyiram air), berikan minum yang cukup dan
berikan obat aspirin / paracetamol 500 mg
Jika demam tidak disertai menggigil: Jangan memakai baju terlalu tebal,
Dinginkan badan dengan lap basah (kompres dingin) pada dahi, ketiak dan
paha, berikan minum yang cukup kurang lebih 8 gelas perhari, bila perlu berikan
obat antipiretik (paracetamol)
Rujuk ke pelayanan kesehatan jika dijumpai : ODHA sangat panas, panas
berlangsung lama, panas disertai batuk dan penurunan berat badan, nyeri hebat,
tidak sadar, kejang dll, disertai kehamilan dan ODHA tinggal di daerah kasus
malaria banyak.
2) Nyeri:
Kenali penyebab nyeri (kurang gerak, infeksi, pembengkakan, pada kaki, tangan,
nyeri kepala karena radang otak)
Tehnik relaksasi (menarik nafas dalam dan teratur)
Tehnik meditasi
Melakukan pemijatan ringan
Mengalihkan perhatian (mendengarkan musik, nonton TV)
Memberikan kompres hangat / dingin
Pemberian obat-obat analgetik
3) Kelelahan dan kelemahan
Kenali penyebab
Lakukan kegiatan-kegiatan sesuai kemampuan pasien
Usahakan agar ODHA dapat beristirahat sesuai kebutuhan
Mencari-cara-cara untuk meringankan aktivitas ODHA
Memberikan dukungan emosional
Memberikan dukungan spiritual
Memberikan makanan dan minum secara adekuat
4) Diare
Kenali penyebab
Berikan cairan lebih banyak dari biasanya ( sari buah, larutan gula garam, kuah
sayur, air tajin, oralit)
Berikan makanan yang bergizi dan mudah dicerna serta hindari makanan yang
berserat tinggi
Mengenali tanda-tanda kurang cairan : mengeluh kehausan, gelisah, kulit
nampak kisut, bila dicubit maka bekas cubitan tsb akan lama kembali ke normal /
turgor kulit jelek
5) Sesak nafas dan batuk:
Kenali penyebab
Mengatur posisi menjadi posisi fowler
Usahakan ventilasi ruangan yang cukup
Memberikan support psikologis
Memberikan bronchodilator
Rujuk jika ada tanda-tanda yang membahayakan
6) Mual dan muntah
Kenali penyebab
Hentikan makan / minum selama 1 2 jam
Pelan-pelan minum air hangat kuku, teh encer, oralit
Tingkatkan jumlah cairan secara bertahap
Secara bertahap berikan makan yang mudah dicerna

15
Perhatikan ventilasi/pertukaran udara
Kompres dingin pada dahi
Pindahkan barang-barang yang dapat menyebabkan mual
Berikan obat-obat anti emetik
Rujuk ke pelayanan kesehatan jika muntah berulang dan disertai gejala-gejala
lain.
7) Kesulitan tidur (insomnia):
Kenali penyebab
Anjurkan pasien untuk menghindari makan yang berlebihan
Hindarkan minum kopi dan alkohol sebelum tidur
Berikan obat hipnotik sedatif jika dibutuhkan
8) Masalah kulit genital:
Kenali penyebab
Lakukan penis / vulva hygiene
Berikan obat-obat sesuai program terapi
Rujuk jika gejala berlanjut

c. Perawatan Paliatif:
Perawatan paliatif adalah perawatan yang diberikan kepada pasien dengan penyakit
kronik atau terminal, bertujuan untuk mengurangi penderitaan mereka, menjaga
martabat mereka dan /atau mempersiapkan kematian dengan tenang

Asuhan Keperawatan Paliatif telah


dibahas pada pokok bahasan 2.
Minta peserta untuk mengingatnya

Edukasi Pada PBR/PBM

Edukasi pada PBR/PBM perlu dilakukan bagi ODHA dan keluarganya,


pekerjakesehatan maupun masyarakat, yang mencakup pencegahan, pengobatan dan
perawatan.
Yang dimaksud dengan keluarga ODHA adalah orang-orang yang mempunyai tanggung
jawab utama dalam perawatan ODHA di rumah (mis: saudara kandung, suami/istri
ODHA, teman, tetangga dll.)
Melakukan edukasi pada ODHA dan keluarga

a. Edukasi pada ODHA dan keluarga ODHA:


- Bertanya dan mendengarkan
- Memberikan informasi dan mendiskusikannya
- Mengevaluasi pemahaman terhadap informasi yang diberikan
- Mendengarkan dan menjawab pertanyaan
- Menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu yang benar dan membantu
keluarga belajat melakukannya sendiri
- Memecahkan masalah dan membantu kerluarga menemukan penyelesaian
masalah mereka sendiri
- Mendengar dan bertanya

16
b. Teknik edukasi pada keluarga hendaknya disesuaikan dengan latar belakang keluar
ga tersebut.
Pada keluarga yang sudah mendapatkan keterampilan membaca dan menulis,
appalagi dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi, umumnya lebih menyukai
cara pengajaran formal seperti di sekolah. Pemberian materi seperti: brosur,
pamplet, dll sangat dianjurkan. Keluarga dengan latar belakang pendidikan yang
rendah, bahkan buta huruf, tidak bisa dididik dengan cara diatas, mereka seringkali
bisa belajar lebih baik dari pengalaman dari pada mendapatkan sejumlah informasi
dalam situasi pengajaran formal. Pada keadaan ini, perawat bisa menggunakan
cara:
- Menceriterakan kisah orang lain dengan HIV/AIDS dan permasalahannya yang
kurang lebih serupa dengan yang dialami keluarga tersebut
- Menggunakan alat bantu, seperti: poster, gambar-gambar ataupun video untuk
lebih memperjelas ceritera yang dimaksud
- Memberikan pertanyaan harus lebih nyata, jangan menimbulkan kebingungan
pada keluarga
- Memberikan materi tertulis, seperti : brosur atau leaflet juga memungkinkan,
dengan harapan ada teman ataupun keluarga lain yang ikut membantu
membacakan. Pemberian materi tertulis juga membantu mengingatkan bila ada
topik bahasan yang terlupa
c. Rancangan pembelajaran:
Agar edukasi dapat dilaksanakan dengan baik, maka perawat perlu membuat
rancangan pembelajaran, yang mencakup:
- Tetapkan topik yang akan diajarkan, sesuaikan dengan kebutuhan ODHA dan
keluarga
- Pastikan bahwa informasi yang diberikan sudah benar, siapkan jauh sebelum
saat memberikan pengajaran
- Persiapkan apa yang akan dikatakan, pastikan pengajar dapat mengingat semua
langkah prosedur ataupun terapi. Buatlah pedoman singkat yang memungkinkan
dibawa
- Persiapkan materi pendukung, seperti: poster, plipchart, spidol dan alat bantu
lainnya
- Tentukan tempat dan waktu pengajaran yang sesuai dengan kondisi keluarga
ODHA
d. Sikap pada saat edukasi:
Pada saat melakukan edukasi, petugas harus:
- Bersikap fleksibel: Sebelum mulai tanyakan dulu apakah ada permasalahan
yang lebih penting untuk ditangani. Bila ada, tangani lebih dulu permasalahan
tersebut
- Bersikap sabar, karena rasa takut pada keluarga dapat membuat mereka sulit
menerima materi yang diajarkan
- Bersikap menghargai, menunjukkan penerimaan, bersikap perhatian. Jangan
membuat keluarga merasa bodoh, karena mempunyai sesuatu hal yang tidak
benar
- Bersikap waspada, artinya berikan respon segera terhadap tanggapan keluarga
dan sesuaikan tehnik pengajarannya selama proses edukasi berlangsung
e. Cakupan edukasi:
Edukasi yang diberikan pada ODHA dan kerluarga mencakup:

17
- Informasi dasar tentang HIV, yang mencakup: pengerian HIV/AIDS, cara
penularannya, cara mencegah penularan dan gejala-gejala yang berkaitan
dengan HIV/AIDS
- Mencegah infeksi
- Infeksi Oportunistik yang umum dan cara menanganinya
- Kapan keluarga harus mencari bantuan (merujuk)
- Bagaimana mengelola Sumber Daya pada keluarga dan Sumber daya dalam
masyarakat
- Bagaimana bisa hidup normal seperti biasanya

3. Merancang Pelaksanaan Kegiatan PBR/PBM


Setiap tenaga keperawatan yang bertugas di fasyankes, harus memiliki kemampuan dalam
melaksanakan kegiatan PBR/PBM. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan merancang
kegiatan PBR/PBM di wilayah kerjanya, untuk memudahkan dalam implementasinya .

Langkah-langkah yang dilakukan:


a. Mengidentifikasi ODHA yang ada di wilayah kerja dan menjadi tanggungjawabnya dalam
melakukan PBR/PBM.
b. Melakukan pengkajian terhadap ODHA yang ada di wilayahnya
c. Mengidentifikasi kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan hasil pengkajian
d. Menentukan SDM untuk setiap ODHA. Selain tenaga keperawatan, adakah tenaga
fasyankes lain yang perlu dilibatkan? Adakah tenaga di komunitas yang perlu dilibat
kan? Identifikasi secara cermat.
e. Tentukan kegiatan yang harus dilakukan dan siapa pelaksananya.
f. Buatlah penjadwalan.

Faktor berikut ini perlu untuk dipertimbangkan.


Sumber daya apa yang telah ada dalam komunitas? Siapa saat ini yang merawat
orang sakit di komunitas?
Apakah ada orang yang toleran dan peduli di komunitas yang dapat digerakkan
untuk berpartisipasi dalam perawatan berbasis komunitas dan rumahperawat yang
sudah pensiun, kelompok agama, LSM?
Apa yang mereka butuhkan (pelatihan, perlengkapan, dana tambahan) untuk
melaksanakan perawatan ODHA?
Apa yang dibutuhkan keluarga untuk percaya diri dalam menyediakan perawatan
berbasis rumahpelatihan, bantuan perawatan/ medis?
Apakah komunitas marginal dapat dilatih untuk menyediakan perawatan bagi
anggota komunitas mereka sendiri yang terinfeksi HIV (pekerja seks, Penasun,
LSL)?
Rujukan ke mana yang dapat dikembangkan, layanan kesehatan lokal - perawatan
berbasis komunitas- keluarga?

Untuk mempertahankan kesinambungan sumber daya bagi perawatan berbasis


rumah/komunitas perlu dilakukan analisis biaya yang yang diperlukan untuk perawatan
institusional, untuk mendukung LSM, layanan kesehatan lokal, dan masyarakat yang
menyediakan perawatan berbasis rumah dan komunitas.

Sampai disini peserta dapat mengerjakan Latihan Merancang kegiatan


PBR/PBM di wilayah kerja, sesuai petunjuk latihan yang ada pada fasilitator.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 38 tentang Keperawatan


2. Kementerian Kesehatan RI, 2012, Layanan Komprehensif Berkesinambungan
3. Kementerian Kesehatan RI, 2009, Buku Pedoman Manajemen

19
Lampiran
b. Asuhan Keperawatan terkait IO ( Infeksi Oportunistik )

1). Toksoplasmosis Encephalitis (TE)


a) Masalah keperawatan
- Gangguan perfusi jaringan serebral
- Risiko tinggi terhadap cedera
- Gangguan mobilitas fisik
- Perubahan persepsi sensori
- Hipertermi
- Nyeri
- Keterbatasan perawatan diri

b) Etiologi
Disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang dibawa oleh kucing, burung dan
hewan lain yang dapat ditemukan pada tanah yang tercemar oleh tinja kucing dan
kadang pada daging mentah atau kurang matang. Begitu parasit masuk ke dalam
sistem kekebalan, ia menetap di sana dan pada manusia dengan imunitas tubuh
yang rendah dapat terjadi reaktivasi dari infeksi laten yang akan mengakibatkan
timbulnya infeksi opportunistik dengan predileksi di otak

c) Pengkajian keperawatan
Gejala termasuk ensefalitis, demam, sakit kepala berat yang tidak respon terhadap
pengobatan, lemah pada satu sisi tubuh, kejang, kelesuan, kebingungan yang
meningkat, masalah penglihatan, pusing, masalah berbicara dan berjalan, muntah
dan perubahan kepribadian serta tingkat kesadaran. Di dapati adanya gangguan
penglihatan seperti diplopia, strabismus.

d) Tujuan
- Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan serebral
- Pasien tidak mengalami cidera fisik
- Komplikasi dapat dicegah
- Mampu melakukan aktivitas fisik
- Mengembalikan fungsi sensorik

e) Intervensi
Mandiri :
- Kaji status neurologis yang berhubungan dengan tanda peningkatan TIK
- Monitor tanda tanda vital setiap 2 jam sampai stabil
- Atur posisi kepala 30
- Monitor intake dan output setiap 6 jam
- Bantu pasien untuk menghindari batuk yang berlebihan dan mengejan
- Jelaskan pada keluarga tentang perubahan sensorik yang terjadi

20
- Berikan dan ajarkan keluarga untuk memberikan stimulus : berbicara, taktil dan
musik.
- Bantu pasien melakukan aktivitas ringan atau sesuai kemampuannya
- Libatkan keluarga untuk melakukan gerakan pasif
- Berikan keamanan pasien dan lindungi dari resiko cedera
- Lakukan pencegahan komplikasi dengan mengatur posisi tubuh, massage.

Kolaborasi :
- Pemberian terapi oksigen dan cairan
- Pemberian terapi anti edema : manitol atau lasik
- Pemberian terapi laxatif bila dibutuhkan
- Pemeriksaan lab : elektrolit, GDS, Albumin
- Fisioterapis

f) Evaluasi
- Pasien menunjukan perbaikan fungsi neurologis
- Tidak mengalami komplikasi yang tidak diharapkan seperti dekubitus,
Bronkopneumonia, kontraktur
- Pasien tidak mengalami cidera fisik

2). Cryptococcus
a). Masalah keperawatan:
- Gangguan perfusi jaringan serebral
- Risiko tinggi terhadap cedera
- Gangguan mobilitas fisik
- Perubahan persepsi sensori
- Hipertermi
- Nyeri
- Keterbatasan perawatan diri

b). Etiologi
- Disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans terjadi pada 5 10% ODHA
stadium lanjut. Gejala yang paling menonjol berupa sakit kepala hebat dan
penurunan tingkat kesadaran ( kejang/kaku kuduk/koma ).
- Meningitis kriptococcus di obati dengan pemberian Ampotericin B, diberikan
melalui intra vena dengan dosis 0,5 1.5 mg/kgBB/hari, biasanya diberikan
selama 2 minggu. Hal yang harus diperhatikan selama pasien mendapat terapi ini
adalah; fungsi ginjal ( cek ureum dan kreatinin secara berkala ), awasi
keseimbangan cairan , awasi tanda-tanda vital, hindari obat dari cahaya
lampu/matahari langsung selama pemberian , ketepatan waktu pemberian obat,
observasi tingkat kesadaran selama pemberian, dan 2-4 hari setelah pemberian.
Efek samping akan muncul berupa rasa panas, gatal, kemerahan dikulit, nyeri
kepala.

21
c). Pengkajiankeperawatan:
Pengkajian yang dilakukan meliputi adanya keluhan sakit kepala, demam, nausea,
vomiting dan nuckal rigidity, tanda-tanda peningkatan TIK, penurunan LOC, seizure,
perubahan tanda-tanda vital dan pola pernafasan, dan papiledema. Pengkajian fisik
dilakukan dengan pemeriksaan metode head to toe atau pemerikasaan organ dengan
cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Pemeriksaan penunjang pada klien
dengan meningitis bervariasi, protein di csf cenderung meningkat, glukosa serum
meningkat, sel darah putih sedikit meningkat dengan peningkatan neutropil (infeksi
bakteri), CT scan dan MRI hasilnya akan normal pada meningitis yang tidak
kompleks.

d). Tujuan :
- Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan serebral
- Pasien tidak mengalami cidera fisik
- Komplikasi dapat dicegah
- Mampu melakukan aktivitas fisik
- Mengembalikan fungsi sensorik

e). Intervensi :
Mandiri :
- Kaji status neurology
- Monitor tanda-tanda vital
- Kaji adanya komplikasi
- Kaji kepatenan dan fungsi jalan nafas
- Monitor intake dan out put cairan
- Berikan support kepada klien dan keluarga.

Kolaborasi :
- Berikan terapi cairan
- Berikan terapi Ampotericin B
- Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen

f). Evaluasi :
- Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi
endogen atau keterlibatan orang lain.
- Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
- Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
- Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tepat.
- Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
- Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan
keakuratan pengetahuan tentang situasi.

22
3). Candidiasis Oral dan Oral Hairy Leukoplakia
a) Masalah keperawatan :
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
- Nyeri
- Gangguan komunikasi verbal
- Cemas
- Kurang pengetahuan tentang perawatan diri

b) Etiologi/epidemiologi
- Candida albicans merupakan penyebab paling sering dari spesies candida yang
dapat menyebabkan penyakit.
- Candida albicans hidup di saluran pencernaan dan juga ditemukan di lingkungan.
Ia dapat menyebabkan penyakit ketika pertahanan individu lemah secara lokal
atau sistemik.
- OHL terdapat pada 25 % ODHA dan disebabkan oleh virus Epstein Barr yang
terdapat pada bagian lateral lidah kadang meluas ke sekitarnya . Mirip bentuknya
seperti kandidiasis namun memiliki kekhasan yaitu seperti gambaran proyeksi
rambut dan bila digosok akan sulit untuk lepas. Gambaran tersebut bisa semakin
bertambah dalam beberapa minggu atau bulan. Terkadang bisa timbul rasa sakit,
dan rasa sensitif terhadap panas, sentuhan, makanan pedas, dan sumber iritasi
lainnya.
- Pasien yang mempunyai kadar CD4 dan jumlah limfosit-T yang rendah, memiliki
risiko paling besar terhadap infeksi jamur.
- Dua per tiga pasien pengidap HIV mempunyai gejala-gejala esofageal, penyebab
tersering adalah candidiasis mukosa. Orofaringitis yang disebabkan oleh candida
biasanya terjadi ketika jumlah CD4 kurang dari 100 cell/mm.

c) Pengkajian keperawatan
- Gejala-gejala meliputi: nyeri terbakar, perubahan sensasi rasa (kecap), dan
disfagia.
- Pada mukosa oral ditemukan adanya: pseudomembranous (thrush), erythematous
(atrophic), hyperplastic (candidal leukoplakia), angular chelitis.
- Pada Candidiasis esofageal bisa ditemukan adanya meliputi nyeri difus
retrosternal, disfagia, dan odinofagia tanpa demam (namun tidak terbatas hanya
hal tersebut).

d) Tujuan
- Pasien bisa mempertahankan status nutrisi.
- Nyeri pasien berkurang sampai hilang.

e) Intervensi
- Mandiri:
Kaji terhadap status nutrisi dengan mengukur TB dan BB usia

23
Kaji riwayat diet, kemampuan menelan, makanan yang disukai dan tidak
disukai, alergi makanan.
Melakukan/ menganjurkan pasien melakukan oral hygiene sebelum dan setelah
makan.
Buat jadwal makan yang tidak berbarengan dengan prosedur, terutama yang
menimbulkan nyeri.
Batasi masukan cairan satu jam sebelum dan saat makan.
Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri pasien.

- Kolaborasi :
Pasang NGT jika pasien tidak mampu menelan.
Berikan makanan pengganti yang tinggi kalori dan protein.
Berikan analgesik Mycostatin oral.

f) Evaluasi
- Status nutrisi pasien bisa terpenuhi.
- Nyeri pasien bisa berkurang sampai menghilang.

4). Pneumocystis Carinii Pneumonia (PCP)

a) Masalah keperawatan :
- Bersihan jalan napas tidak efektif
- Gangguan pertukaran gas
- Intoleransi aktivitas
- Nyeri akut
- Nutrisi kurang dari kebutuhan

b) Etiologi :
Pneumocystis Carinii Pneumonia atau kadang hanya disebut Pneumocystis
Pneumonia disebabkan oleh bakteri Pneumocystis jiroveci. PCP tidak akan terjadi
pada orang dengan sistem imun yang baik. Tapi pada orang yang terinfeksi HIV akan
mudah terserang PCP karena imunitasnya menurun. Pasien yang terkena PCP akan
merasa demam, batuk, susah bernafas terutama ketika beraktifitas atau nyeri dada.
PCP menular melalui udara, tapi belum diketahui cara penularan yang lainnya. Pada
pasien yang terinfeksi HIV, PCP masih bisa dicegah dengan pengobatan
Trimethoprim-Sulfamethoxazole (TMP-SMX) yang terdiri dari dua kombinasi obat
yaitu bentuk pil dan cairan.

c) Pengkajian :
Tanda dan gejala meliputi sesak nafas, batuk nonproduktif, sputum pada nasal, suara
nafas lemah, retraksi intercostae, penggunaan otot bantu nafas, demam, diaforesis,
anoreksia, malaise, suara ronchi, cyanosis dan leukositosis. Pemeriksaan foto
rontgen mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau

24
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus).
Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah dilakukan dengan biopsi jarum, aspirasi
transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab.

d) Tujuan :
- Tidak terjadi gangguan pernapasan pada pasien
- Tanda-tanda vital pasien membaik
- Mencegah kecacatan dan kematian pada pasien

e) Intervensi :
Mandiri :
- Kaji status pernapasan pasien
- Lakukan penghisapan sputum jika tampak sputum berlebih di jalan napas
- Monitor suhu tubuh pasien
- Berikan posisi semi fowler
- Awasi GDA dan nadi oksimetri
- Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
- Monitor tanda-tanda vital pasien

Kolaborasi :
- Berikan terapi cairan
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
- Lakukan pengobatan TMP-SMX jika diperlukan

f) Evaluasi :
- Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea dan sianosis.
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam
rentang normal dan tak ada gejala distres pernapasan.
- Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak
adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal,
- Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat.
- Menunjukkan peningkatan masukan makanan, dan meningkatkan berat badan.
- Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang
tepat, misal : membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat,
tanda vital stabil.

5). Diare
a) Masalah keperawatan
- Defisit volume cairan.
- Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Resiko tinggi gangguan integritas kulit

25
- Resiko tinggi perubahan tingkat kesadaran
- Gangguan perawatan diri

b) Etiologi
- Efek samping pengobatan, meliputi ART dan antibiotik spektrum luas
- Diet: mengkonsumsi makanan yang belum dimasak atau makanan atau air yang
terkontaminasi
- Infeksi bakteri: salmonella, shigella, campylobacter, Clostridium difficile (C. difficile)
dan Escherichia coli (E. coli)
- Parasit: cryptospordia, microspordia, isospora, giardia, dan amuba.
- Penyakit yang mempengaruhi pencernaan: Mycobacterium avium complex (MAC),
cytomegalovirus (CMV), lymphoma, Sarkoma Kaposi dan kanker kolon.
- Penyebab lain: penyalahgunaan alkohol, Idiopathic HIV enteropathy, enzim
pencernaan tidak adekuat atau intoleransi laktosa, kadar albumen rendah dan
kolitis nonspesifik.

c) Pengkajian keperawatan
- Data subjektif
Dapatkan riwayat sebelumnya dan yang sedang berlangsung, terkait:
pengobatan, penyakit pencernaan, tahapan penyakit, kehilangan berat badan,
pemasukan makanan dan riwayat perjalanan.

Tanyakan kepada pasien tentang pola diare: jumlah, frekuensi, penampilan,


durasi, dan gejala-gejala yang berhubungan. Tanyakan tentang kejadian
pencetus, kram, flatus, distensi abdomen, kualitas hidup, dan kemampuan untuk
merawat diri sendiri.

- Data objektif
Periksa pasien terhadap tanda-tanda dehidrasi, seperti kulit kering, tenggorokan
kering, penurunan turgor kulit, penurunan pengeluaran urin, penurunan tekanan
darah, dan peningkatan denyut nadi.

Lakukan pengkajian abdomen: palpasi terhadap adanya massa, observasi


terhadap distensi, auskultasi bising usus, dan lakukan pemeriksaan rectal.

Dapatkan analisis laboratorium: hitung darah lengkap, kimia, c-reaktif protein,


kadar eritrosit, leukosit, parasit dan telur; kultur pathogen usus: salmonella,
shigella dan campylobacter; assay terhadap C. difficile dan acid fast bacilli
(AFB).

d) Tujuan
- Identifikasi dan atasi penyebab
- Kurangi diare dengan intervensi nonfarmakologis, medikasi dan perubahan diet.
- Cegah komplikasi dari diare.

26
e) Intervensi dan edukasi kesehatan
- Intervensi Mandiri
Pertahankan hidrasi dengan mendorong pemasukan oral dan pemberian cairan
intravena.
Ganti elektrolit yang hilang dengan cairan-cairan seperti the, air jahe; dan cairan
intravena dengan suplemen kalium sesuai kebutuhan.
Pertahankan integritas kulit dengan meningkatkan penggunaan pembersih
perineal, tissue yang lembut dan air hangat.
Diskusikan perubahan diet untuk menghilangkan diare dan memenuhi kebutuhan
kalori, seperti jumlah sedikit dengan frekuensi sering makanan yang kaya kalori.
Hindari makanan yang tinggi lemak. Laktosa, kafein, alcohol dan makanan pedas
dapat memperburuk diare. Dorong pemasukan makanan yang padat seperti
nasi putih, roti tawar, biscuit (crackers), mie macaroni, kentang, yogurt.
Ganti nutrient yang hilang (seperti vitamin yang larut dalam lemak, magnesium,
kalium dan kalsium)
Rujuk pasien yang mengalami gizi buruk kepada ahli gizi untuk pemberian
suplemen nutrisi oral.
Edukasi/ajarkan pasien tentang food safety: cuci tangan sebelum menyentuh
makanan; buang makanan yang sudah kadaluarsa; jaga makanan hangat tetap
hangat dan makanan dingin tetap dingin; lunakkan makanan beku dalam kulkas;
bersihkan permukaan dapur dengan sabun dan air hangat; gunakan alas/talenan
platik ketimbang talenan kayu.
Dorong pasien untuk menggunakan latex barrier condoms untuk aktivitas seks
oral atau anal.

- Kolaborasi / Delegatif
Antibiotik, jika disebabkan bakteri :
1) C. difficile
(a) Hentikan penggunaan antibiotic disebabkan C.difficile
(b) Garis pertama: metronidazole 50 mg po 3x sehari atau 250 mg 4x sehari
selama 10 sampai 14 hari.
(c) Garis kedua: vancomycin 125 mg po 4x sehari selama 10 sampai 14 hari

2) Salmonella
(a) Ciprofloxacin 500-750 mg po 2x sehari selama 7 sampai 14 hari.
(b) Catatan: durasi pemberian untuk pasien dengan CD4 kurang dari 200
cell/mm dan atau dengan bakteremia seharusnya minimal 4-6 minggu.

3) Shigella
(a) Garis pertama: ciprofloxacine 500 mg po 2x sehari selama 3-7 hari
(durasi untuk penanganan dengan bakteremia: 14 hari)
(b) Garis kedua: TMP-SMX po double strength 1 tab 2x sehari selama 3-7
hari.

27
(c) Garis kedua alternatif: azithromycin 500 mg po pada hari pertama, 250
mg setiap hari selama 4 hari.
(d) Catatan: durasi untuk penanganan dengan bakteremia: 14 hari.

4) Campylobacter
(a) Ciprofloxacin 500 mg po 2x sehari selama 7 hari atau
(b) Azithromycin 500 mg po 1x sehari selama 7 hari
(c) Catatan: untuk penyakit ringan dapat dipertimbangkan menunda terapi
kecuali gejala muncul dalam beberapa hari. Durasi untuk penanganan
dengan bakteremia: 14 hari.

5) E. coli
(a) Ciprofloxacin 500 mg po 2x sehari selama 3 hari.

Agen antidiare meliputi opioid preparation (seperti opium tincture)dan


absorbents (seperti attapulgite)
Agen lain: Mesalamine telah terbukti dapat menurunkan diare kronik dan colitis
nonspesifik pada HIV
Agen antispasmodic dapat digunakan untuk mengatasi kram perut/abdomen.
Enzim pencernaan pankreatik digunakan untuk malabsorpsi.

f) Evaluasi
- Pasien akan menunjukkan penurunan frekuensi BAB dan peningkatan konsistensi
feces.
- Pasien akan menunjukkan normalisasi keseimbangan cairan dan elektrolit dan
pengembalian berat badan yang hilang.
- Pasien akan meningkat status fungsionalnya.

6). Hepatitis B
a) Masalah keperawatan
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Keletihan
- Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan
- Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi

b) Etiologi
Hepatitis B lebih utama ditularkan melalui kontak seksual atau penggunaan obat-
obatan dengan cara injeksi, selain itu perinatal dan anak balita. Virus ini mempunyai
media penularan yang serupa dengan HIV, yaitu melalui darah dan cairan
tubuh.Hepatitis B tidak ditularkan melalui kontak kulit, keringat, air mata. Peluang
menularkan Hepatitis B lebih besar atau lebih infectious dibanding HIV karena risiko
terkena Hepatitis B meningkat dengan penggunaan jarum suntik yang tidak aman,
hubungan seksual yang tidak berproteksi serta lahir dari ibu yang telah menderita
Hepatitis B.

28
c) Pengkajian keperawatan
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
meliputi:
- Aktivitas: kelemahan, kelelahan, malaise
- Sirkulasi: bradikardi (hiperbilirubin berat), Ikterik pada sklera kulit, membran
mukosa
- Eliminasi: urine gelap, diare feses warna tanah liat
- Makanan dan Cairan: anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah,
peningkatan oedema, asites
- Neurosensori: peka terhadap rangsang, mengantuk, letargi, asteriksis (flapping
tremor/ liver flap).
- Nyeri / Kenyamanan: kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, mialgia,
atralgia, sakit kepala, gatal (pruritus).
- Keamanan: demam, urtikaria, lesi makulopopuler, eritema, splenomegali,
pembesaran nodus servikal posterior
- Seksualitas: pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

d) Tujuan
- Status nutrisi baik
- Pasien bisa meningkatkan status fungsionalnya
- Tidak terjadi gangguan integritas kulit
- Tidak terjadi transmisi virus

e) Intervensi
- Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
- Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
- Kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas
- Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
- Sarankan pasien untuk tirah baring
- Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat
- Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi)
- Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
- Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin
dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
- Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan pasien untuk memberikan tekanan kuat
pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
- Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
- Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua pasien atau
spesimen

29
Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang
tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara
apapun
- Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada pasien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.

f) Evaluasi
- Mencegah komplikasi pada pasien Hepatitis B
- Meningkatkan kualitas hidup pasien

Membantu pasien mempertahankan status fungsionalnya.

Aktifitas/Istirahat:
Subjektif: Penurunan toleransi dalam melakukan aktifitas yang biasa, berkembang menjadi
kelelahan dan malaise; kelemahan.
Objektif: Perubahan pola tidur, Kelemahan otot, hilangnya masa otot; Perubahan respon
fisik akibat beraktifitas, spt. Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan.

Sirkulasi
Subjektif: Terdapat perlambatan dalam proses penyembuhan luka, perdarahan yang
memanjang.
Objektif: Takikardi, perubahan tekanan darah postural; Penurunan kekuatan nadi perifer.
Pucat atau sianosis; perlambatan pengisian kapiler.

Integritas Ego
Subjektif: Adanya stress yang berhubungan dengan perubahan gaya hidup, misalnya
dukungan keluarga, hubungan pribadi, keuangan dan masalah spiritual; Mengkhawatirkan
adanya perubahan penampilan: alopecia, adanya lesi, kehilangan berat badan, kulit
berkerut; Menyangkal diagnosis: merasa tak berdaya, putus harapan, merasa tidak berarti,
merasa bersalah, kehilangan control, depresi.
Objektif:Adanya penyangkalan, kecemasan, ketakutan, menarik diri; Perilaku marah,
menangis, tidak ada kontak mata

Eliminasi
Subjektif: Kesulitan/nyeri saat eliminasi, nyeri rectal, gatal, diare yang terus menerus
dengan atau tanpa kram pada abdomen, nyeri panggul, nyeri saat urinasi
Objektif: Wajah tampak kesakitan, frekuensi BAB meningkat

Makanan/Cairan,
Subjektif: Anoreksia, perubahan dalam rasa/tidak toleransi terhadap
makanan,mual/muntah, penurunan berat badan dengan cepat, kesulitan mengunyah dan
menelan,dispagia, diare terus menerus, menetap, diare akibat tidak toleransi terhadap
produk susu.

30
Objektif: Bising usus yang hiperaktif, distensi abdomen (hepatosplenomegali), kehilangan
berat badan, pernurunan massa lemak subkutan, penurunan turgor kulit, lesi pada rongga
mulut, perubahan warna pada gusi dan gigi, kehilangan gigi, edema.

Kebersihan
Subjektif: Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri.
Objektif: Tidak mampu melakukan aktifitas personal sehari-hari secara mandiri.

Neurosensori
Subjektif: Sakit kepala, kaku pada leher, gangguan berkonsentrasi, penurunan
kemampuan memecahkan masalah, kelemahan otot, tremor, penurunan.
Objektif: Status mental berubah (mulai dari kebingungan sampai pada demensia, mudah
lupa, kemampuan konsentrasi melemah, penurunan perhatian, apatis,respon psikomotor
yang lambat, paradoid, kecemasan dan harapan yang tidak motorik halus, hemiparese,
kejang, perdarahan dan cairan dari retina (CMV retinitis); kebutaan.

Nyeri/Ketidaknyamanan
Subjektif: Nyeri pada seluruh tubuh atau bagian tubuh tertentu; rasa terbakar, sakit kepala,
nyeri dada saat bernafas.
Objektif: Pembekakan sendi, nyeri pada nodul, penurunan kemampuan Range of Motion
(ROM), perubahan gesture tubuh.

Respirasi
Subjektif: Sering mengalami kekambuhan infeksi jalan nafas atas, nafas pendek yang
bertambah parah, batuk (dari ringan sampai berat); batuk produktif/nonproduktif (tanda awal
adanya PCP dapat ditunjukan denganadanya batuk saat bernafas dalam)
Objektif: Adanya penggunaan otot bantu pernafasan, frekwensi pernafasan
meningkat,dispnu, takipnu, pernafasan cuping hidung, perubahan nilai AGD (PaO2,
PaCO2).

1). Masalah Keperawatan : Pola nafas tidak efektif


Etiologi :
- Ketidakseimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan, penurunan
energy, penurunan ekspansi paru)
- Menahan sekresi (obstruksi trakeobronkial), proses infeksi jalan nafas
- Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

Pengkajian :
- Didapatkan keluhan sesak nafas
- Frekwensi nafas meningkat > 24 x/menit
- Terdapat bunyi nafas tambahan
- Menggunakan otot bantu pernafasan

Tujuan : Mempertahankan pola nafas efektif

31
Kriteria :
- Frekwensi nafas dalam batas normal (16-24x/menit)
- Tidak terdengar bunyi nafas tambahan
- Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
- Rasio inspirasi : ekspirasi = 1:2

Intervensi / Rencana Tindakan Keperawatan :


Mandiri :
- Kewaspadaan melalui penularan droplet dan airbone
- Monitor suara paru setiap 4-8 jam sebelum serta setelah episode batuk
- Berikan posisi semi atau fowler tinggi
- Latih breathing retraining (pursed-lips breathing dan diafragma breathing)
- Monitor frekwensi pernafasan, catat rasio ekspirasi dan inspirasi
- Kaji penyebab sesak nafas baik psikologis maupun fisiologis dan ajarkan untuk
menghindarinya.
- Bila sesak nafas secara fisiologis, tentukan skala beratnya sesak nafas, misalnya
dengan Boer Scala.
- Pertahankan hidrasi cairan

Kolaborasi :
- Pemberian oksigen
- Terapi inhalasi sesuai indikasi

2). Masalah Keperawatan: Gangguan Bersihan Jalan Napas


Etiologi :
- Adanya secret di jalan napas
- Kelemahan, upaya batuk buruk
- Edema tracheal

Pengkajian :
- Kaji kepatenan jalan napas
- Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi
bunyi paru
- Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan denyut nadi
- Monitor lokasi selang endotrakheal/ gudel dan fiksasi dengan hati-hati
- Perhatikan batuk yang berlebihan, meningkatnya dispnea, adanya secret pada selang
endotrakeal/ gudel dan adanya ronchi
- Terdapat produksi sekret yang berlebihan pada jalan nafas

Tujuan :Mengatasi masalah ketidakefektifan jalan napas


Kriteria:
- Bunyi napas bersih (vesikuler)
- Irama dan kedalaman napas normal
- Tidak ada dispnea atau sianosis

32
- Pasien tenang
- Istirahat tidur terpenuhi
- AGD dalam batas normal
- Sekret encer dan mudah dilakukan suctioning

Intervensi / Rencana Tindakan Keperawatan :


Mandiri:
- Kewaspadaan melalui penularan droplet dan airbone
- Berikan oksigen lembab sesuai program
- Anjurkan untuk minum air hangat
- Berikan posisi yang nyaman (fowler/ semi fowler)
- Bantu pasien untuk melakukan latihan batuk efektif bila memungkinkan
- Motivasi dan berikan minum sesuai dengan kebutuhan cairan (40-50 cc/kg BB/24
jam)
- Jelaskan penggunaan peralatan pendukung dengan benar (oksigen, pengisapan,
spirometer, inhaler, dan intermitten pressure breathing)
- Instruksikan pasien mengenai batuk efektif dan teknik napas dalam untuk
memudahkan keluarnya sekresi
- Ajarkan pada pasien/ keluarga tentang pentingnya perubahan pada sputum (warna,
karakter, jumlah dan bau).
- Instruksikan pada pasien dan keluarga kepada rencana perawatan di rumah
(pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural, tanda dan gejala
komplikasi, sumber-sumber di komunitas)

Kolaborasi :
- Berikan terapi sesuai program
- Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi : Postural drainase, perkusi dan vibrasi
- Lakukan suction bila diperlukan, batasi lamanya suction kurang dari 15 detik dan
lakukan pemberian oksigen 100% sebelum melakukan suction
- Observasi hasil pemeriksaan AGD

3). Masalah Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Etiologi :
- Ketidakmampuan mencerna
- Anoreksia
- Peningkatan laju metabolism / kebutuhan nutrisi (demam, infeksi)

Pengkajian :
- Penurunan Berat Badan (tampilkan IMT)
- Penurunan lemak subkutan/masa otot
- Penurunan nafsu makan
- Mual / muntah
- Perubahan indra pengecap
- Kejang perut

33
- Peradangan mukosa mulut
- Pemeriksaan labor klinik bermasalah pada BUN, Protein serum, Albumin (nilai sesuai
hasil lab)

Tujuan : Perbaikan status nutrisi


Kriteria :
- Hasil evaluasi laboratorium klinik BUN, Protein serum, Albumin (tampilkan nilai
normal)
- BB seimbang atau terjadi peningkatan 0,5 kg/minggu
- Tidak terdapat mual, muntah dan anoreksia

Intervensi / Rencana Tindakan Keperawatan :


Mandiri :
- Kaji terhadap malnutrisi dengan mengukur TB dan BB usia, BUN, protein serum,
Albumin, kadar transferin, hemoglobin, hematokrit dan pengukuran antropometri.
- Kaji riwayat diet, makanan yang disukai dan tidak disukai, alergi makanan.
- Kaji penyebab mual, muntah dan anoreksia
- Anjurkan pasien melakukan oral hygiene sebelum makan
- Buat jadwal makan yang tidak berbarengan dengan prosedur, terutama yang
menimbulkan nyeri.
- Libatkan pasien untuk makan bersama dengan pasien lain atau keluarga untuk
meningkatkan nafsu makan jika memungkinkan.
- Ciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman saat makan.
- Batasi masukan cairan satu jam sebelum dan saat makan.
- Jelaskan kepada pasien manfaat makan tinggi protein.

Kolaborasi :
- Makanan pengganti, jumlah kalori
- Pemeriksaan BUN, Hb, Glukosa, Fungsi Hepar, Elektrolit, Protein dan Albumin.
- Pemberian obat antiemetik, suplemen vitamin sesuai indikasi.

4). Masalah Keperawatan : Nyeri akut / kronis


Etiologi :
- Inflamasi / kerusakan jaringan
- Kejang abdomen
- Neuropati perifer, mialgia

Pengkajian :
- Keluhan nyeri dengan mengukur skala nyeri
- Berfokus pada diri sendiri
- Peningkatan denyut nadi
- Kejang otot
- Ataksia
- Paralisis

34
- Parestesia
- Gelisah

Tujuan : Nyeri berkurang / hilang dan mampu mengelola nyeri


Kriteria :
- Nyeri berkurang/terkontrol
- Perhatian terhadap ruangan
- Ekspresi wajah rileks
- Dapat beristirahat dengan adekuat

Intervensi / Rencana Tindakan Keperawatan :


Mandiri :
- Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas, frekwensi dan waktu
- Ajarkan manajemen nyeri non farmakologis
- Dorong pengungkapan perasaan
- Berikan aktivitas hiburan, seperti : membaca, menonton TV dll
- Lakukan tindakan paliatif, seperti : mengubah posisi, masase, rentang gerak pada
sendi yang sakit.

Kolaborasi :
- Pemberian analgetik sesuai indikasi

5). Masalah Keperawatan : Kerusakan Integritas Kulit


Etiologi :
- Defisit Imunologis
- Infeksi virus, bakteri dan jamur
- Proses penyakit

Pengkajian :
- Terdapat ulserasi
- Terdapat lesi pada kulit
- Terdapat luka, catat karakteristik/ kondisi luka/warna/sirkulasi dan lokasi luka

Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit


Kriteria :
- Tidak ada lesi

Intervensi / Rencana Tindakan Keperawatan :


Mandiri :
- Periksa integritas kulit setiap hari, perhatikan dan catat adanya
iritasi/lesi/kemerahan/memar(kebiru-biruan)/gatal.
- Pertahankan kebersihan kulit: cuci dan kemudian keringkan dengan hati-hati, lakukan
masase dengan menggunakan krim/lotion

35
- Rubah posisi, ganti sprei sesuai kebutuhan, daerah yang menonjol berikan bantal
lakukan secara periodik
- Fasilitasi dan dorong untuk ambulasi/turun dari tempat tidur jika memungkinkan
- Lakukan perineal hygiene dan saat selesai BAB dengan menggunakan air bersih,
hindarkan penggunaan kertas toilet jika timbul vesikel.
- Gunting kuku secara teratur
- Lakukan perawatan luka dengan tehnik septic dan aseptic dan bila luka terbuka tutup
dengan pembalut steril.

Kolaborasi :
- Periksa Laboratorium darah lengkap dan kultur dari lesi yang terbuka
- Berikan obat-obatan topical/sistemik sesuai indikasi

6). Masalah Keperawatan : Infeksi / resiko tinggi penyebaran infeksi


Etiologi :
- Kulit rusak, jaringan traumatik
- Depresi sistem imun; penggunaan agen antimikroba
- Pemajanan lingkungan, tehnik invasif
- Malnutrisi

Tujuan : Tidak terjadi infeksi/penyebaran infeksi


Kriteria :
- Mencapai masa penyembuhan luka/lesi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Berperan serta aktif dalam perilaku mencegah infeksi
- Lekosit dbn (4000 11.000)
- Kultur urin, darah, sputum negatif

Intervensi / Rencana Tindakan Keperawatan :


Mandiri :
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Observasi tanda-tanda infeksi; demam, menggigil, dan diaforesis; batuk; napas
pendek; nyeri menelan; bercak berwarna krim di mulut; sering berkemih atau disuria;
lesi vesikuler di wajah, bibir, atau daerah perianal
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya melaporkan tanda kemungkinan
infeksi
- Ajarkan pasien cara mencegah infeksi :
Bersihkan tangan secara seksama setelah terpanjan cairan tubuh
Hindari pemajanan pada cairan tubuh lain atau penguna alat makan bersama
Mempertahankan kebersihan perianal
Pertahankan tehnik aseptik bila melakukan prosedur invasif, seperti pungsi vena,
kateterisasi kandung kemih, dan injeksi
Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. Periksa pengunjung dan
staf yang menderita infeksi

36
- Pantau tanda-tanda vital
- Kaji frekuensi dan kedalaman pernapasan, perhatikan batuk spasmodik, dan
karakteristik sputum
- Gunakan sarung tangan dan skort selama kontak langsung dengan cairan tubuh
pasien
- Berikan label pada tempat spesimen cairan tubuh pasien

Kolaborasi :
- Pantau jumlah sel darah putih (lekosit)
- Periksa kultur/sensitivitas lesi, darah, urin, dan sputum
- Berikan Obat antibiotik, anti mikroba sesuai indikasi

Lampiran:
- Teknik bernafas dalam
- Teknik batuk efektif
- Piramida gizi

37

Anda mungkin juga menyukai