Modul Workshop Ina CBG 2014
Modul Workshop Ina CBG 2014
8 9 Pebruari 2017
dengan
HealthcareSOLUTION
Consulting Services and Training
In-House Training Coding INA-CBGs
DAFTAR ISI
1
In-House Training Coding INA-CBGs
MODUL I
PENGENALAN SISTEM CASEMIX/INA-CBG
DEFINISI CASEMIX
Pembiayaan RS pemerintah akan bergeser dari system alokasi
anggaran/subsidi (global budget) menjadi pembiayaan berdasar kinerja
(output/performance based). Dalam sistem Casemix, alokasi langsung berdasarkan
output layanan dan biaya. Pergeseran pola pembiayaan layanan kesehatan di rumah
sakit-rumah sakit didunia saat ini mengarah pada pembiayaan prospektif / prospektif
payment.
Terdapat beberapa perbedaan antara pembiayaan retrospektif dibanding
dengan pembiayaan prospektif, diantaranya pada Pembiayaaan berdasar Fee for
service :
1. Tidak memiliki pengaruh besar terhadap kualitas penegakan diagnosa.
2. Kurang sensitif terhadap rasionalisasi penggunaan obat, AMHP dll
3. Kurang sensitif terhadap rasionalisasi penggunaan teknologi canggih dan
mahal
4. Pemberi Pelayanan Kesehatan baik fasilitas kesehatan maupun dokter menjadi
kurang sensitif terhadap biaya
5. Kemungkinan moral hazard oleh penyedia layanan kesehatan yang
menimbulkan supply induced demand (unnecessary services)
2
In-House Training Coding INA-CBGs
Secara Umum :
Tarif terstandarisasi dan lebih transparan
Penghitungan tarif pelayanan lebih objektif dan berdasarkan kepada biaya yang
sebenarnya;
RS mendapat pembiayaan berdasarkan kepada beban kerja sebenarnya;
Dapat meningkatkan mutu & efisiensi pelayanan RS.
3
In-House Training Coding INA-CBGs
Bagi Masyarakat
Memberikan prioritas perawatan pada pasien berdasar tingkat keparahan
penyakit
Pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik
Mengurangi resiko yang dihadapi pasien
Mempercepat pemulihan dan meminimalisasi kecacatan
Adanya kepastian mutu dan kepastian biaya.
SISTEM INA-CBG
Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada tahun 2006
dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group). Implementasi
pembayaran dengan INA-DRG dimulai pada 1 September 2008 pada 15 rumah sakit
vertikal, dan pada 1 Januari 2009 diperluas pada seluruh rumah sakit yang bekerja
sama untuk program Jamkesmas.
Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan nomenklatur dari INA-
DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) menjadi INA-CBG (Indonesia Case Based
Group) seiring dengan perubahan grouper dari 3M Grouper ke UNU (United Nation
University) Grouper. Dengan demikian, sejak bulan Oktober 2010 sampai Desember
2013, pembayaran kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Lanjutan dalam
Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) menggunakan INA- CBG.
Sejak diimplementasikannya sistem casemix di Indonesia telah dihasilkan 3 kali
perubahan besaran tarif, yaitu tarif INA-DRG tahun 2008, tarif INA-CBG tahun 2013
dan tarif INA-CBG tahun 2014. Tarif INA-CBG mempunyai 1.077 kelompok tarif terdiri
dari 789 kode grup/kelompok rawat inap dan 288 kode grup/kelompok rawat jalan,
menggunakan sistem koding dengan ICD-10 untuk diagnosis serta ICD-9-CM
4
In-House Training Coding INA-CBGs
Keterangan :
1. Digit ke-1 merupakan CMG ( Casemix Main Groups)
2. Digit ke-2 merupakan tipe kasus
3. Digit ke-3 merupakan spesifik CBG kasus
4. Digit ke-4 berupa angka romawi merupakan severity level
5
In-House Training Coding INA-CBGs
CMG
NO Case-Mix Main Groups (CMG)
Codes
14 Deleiveries Groups O
6
In-House Training Coding INA-CBGs
23 Ambulatory Groups-Episodic Q
24 Ambulatory Groups-Package QP
25 Sub-Acute Groups SA
26 Special Procedures YY
27 Special Drugs DD
28 Special Investigations I II
29 Special Investigations II IJ
30 Special Prosthesis RR
31 Chronic Groups CD
32 Errors CMGs X
7
In-House Training Coding INA-CBGs
c. Kode CBG
Sub-group ketiga menunjukkan spesifik CBG yang dilambangkan dengan numerik
mulai dari 01 sampai dengan 99.
d. Severity Level
Sub-group keempat merupakan resource intensity level yang menunjukkan tingkat
keparahan kasus yang dipengaruhi adanya komorbiditas ataupun komplikasi
dalam masa perawatan. Keparahan kasus dalam INA-CBG terbagi menjadi :
1) 0 Untuk Rawat jalan
2) I - Ringan untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 1 (tanpa komplikasi
maupun komorbiditi)
3) II - Sedang Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 2 (denganmild
komplikasi dan komorbiditi)
4) III - Berat Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 3 (dengan major
komplikasi dan komorbiditi)
Istilah ringan, sedang dan berat dalam deskripsi dari Kode INA CBG bukan
menggambarkan kondisi klinis pasien maupun diagnosis atau prosedur namun
menggambarkan tingkat keparahan (severity level) yang dipengaruhi oleh diagnosis
sekunder (komplikasi dan ko-morbiditi).
10
In-House Training Coding INA-CBGs
Top up pada special CMG tidak diberikan untuk seluruh kasus atau kondisi,
tetapi hanya diberikan pada kasus dan kondisi tertentu. Khususnya pada
beberapa kasus atau kondisi dimana rasio antara tarif INA-CBG yang sudah
dibuat berbeda cukup besar dengan tarif RS. Penjelasan lebih rinci tentang Top
Up dapat dilihat pada poin D.
4. Tidak ada perbedaan tarif antara rumah sakit umum dan khusus, disesuaikan
dengan penetapan kelas yang dimiliki untuk semua pelayanan di rumah sakit
berdasarkan surat keputusan penetapan kelas yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan RI.
5. Tarif INA-CBG merupakan tarif paket yang meliputi seluruh komponen sumber
daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik medis maupun non-
medis.
Untuk Rumah Sakit yang belum memiliki penetapan kelas, maka tarif INA-CBG
yang digunakan setara dengan Tarif Rumah Sakit Kelas D sesuai regionalisasi
masing-masing.
Penghitungan tarif INA CBGs berbasis pada data costing dan data koding rumah
sakit. Data costing didapatkan dari rumah sakit terpilih (rumah sakit sampel)
representasi dari kelas rumah sakit, jenis rumah sakit maupun kepemilikan rumah
sakit (rumah sakit swasta dan pemerintah), meliputi seluruh data biaya yang
dikeluarkan oleh rumah sakit, tidak termasuk obat yang sumber pembiayaannya dari
program pemerintah (HIV, TB, dan lainnya). Data koding diperoleh dari data koding
11
In-House Training Coding INA-CBGs
rumah sakit PPK Jamkesmas. Untuk penyusunan tarif JKN digunakan data costing
137 rumah sakit pemerintah dan swasta serta 6 juta data koding (kasus).
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013,
mengamanatkan tarif ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun. Upaya
peninjauan tarif dimaksudkan untuk mendorong agar tarif makin merefleksikan actual
cost dari pelayanan yang telah diberikan rumah sakit. Selain itu untuk meningkatkan
keberlangsungan sistem pentarifan yang berlaku, mampu mendukung kebutuhan
medis yang diperlukan dan dapat memberikan reward terhadap rumah sakit yang
memberikan pelayanan dengan outcome yang baik. Untuk itu keterlibatan rumah sakit
dalam pengumpulan data koding dan data costing yang lengkap dan akurat sangat
diperlukan dalam proses updating tarif.
REGIONALISASI
Regionalisasi dalam tarif INA-CBG dimaksudkan untuk mengakomodir
perbedaan biaya distribusi obat dan alat kesehatan di Indonesia. Dasar penentuan
regionalisasi digunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari Badan Pusat Statistik
(BPS), pembagian regioalisasi dikelompokkan menjadi 5 regional. Kesepakatan
mengenai pembagian regional dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan dengan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) dengan hasil regionalisasi tingkat propinsi sebagai berikut.
REGIONALISASI
I II III IV IV
Banten Sumatera Barat NAD Kalimantan Selatan Bangka Belitung
DKI Jakarta Riau Sumatera Utara Kalimantan Tengah NTT
Jawa Barat Sumatera Selatan Jambi Kalimantan Timur
Jawa Tengah Lampung Bengkulu Kalimantan Utara
DI Yogyakarta Bali Kepulauan Riau Maluku
Jawa Timur NTB Kalimantan Barat Maluku Utara
Sulawesi Utara Papua
Sulawesi Tengah Papua Barat
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
12
In-House Training Coding INA-CBGs
Special CMG atau special group pada tarif INA-CBG saat ini dibuat agar
mengurangi resiko keuangan rumah sakit. Saat ini hanya diberikan untuk beberapa
obat, alat, prosedur, pemeriksaan penunjang serta beberapa kasus penyakit subakut
dan kronis yang selisih tarif INA-CBG dengan tarif rumah sakit masih cukup besar.
Besaran nilai pada tarif special CMG tidak dimaksudkan untuk menganti biaya yang
keluar dari alat, bahan atau kegiatan yang diberikan kepada pasien, namun
merupakan tambahan terhadap tarif dasarnya.
Dasar pembuatan special CMG adalah CCR (cost to charge ratio ) yaitu
perbandingan antara cost rumah sakit dengan tarif INA-CBG, data masukan yang
digunakan untuk perhitungan CCR berasal dari profesional (dokter specialis),
beberapa rumah sakit serta organisasi profesi. Rincian special CMG yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Special CMG untuk Drugs, Prosthesis, Prosedur serta Investigasi
13
In-House Training Coding INA-CBGs
Kode Jenis
List Item Special Kode Kode ICD 10 dan ICD 9 CM Tipe
Special Peraw
CMG INA-CBG Diagnosis/Prosedur Special CMG
CMG atan
E-1-01-I
Tumor pineal - Rawat Special
YY01 E-1-01-II 0713,0714,0715,0717
Endoskopy Inap Procedure
E-1-01-III
M-1-04-I
Hip Replacement Rawat Special
YY02 M-1-04-II 8151,8152,8153,8154,8155
/knee replacement Inap Procedure
M-1-04-III
I-1-40-I
Rawat Special
YY03 PCI I-1-40-II 3606,3607,3609
Inap Procedure
I-1-40-III
H-1-30-I
Rawat Special
YY04 Keratoplasty H-1-30-II 1160,1161,1162,1163,1164,1169
Inap Procedure
H-1-30-III
B-1-10-I
Rawat Special
YY05 Pancreatectomy B-1-10-II 5251,5252,5253,5259,526
Inap Procedure
B-1-10-III
Repair of septal defect I-1-06-I
Rawat Special
YY06 of heart with I-1-06-II 3550,3551,3552,3553,3555
Inap Procedure
prosthesis I-1-06-III
C-4-12-I Z510,9221,9222,9223,9224,9225
Stereotactic Surgery & Rawat Special
YY08 C-4-12-II ,9226,9227,9228,9229,9230,923
Radiotheraphy Inap Procedure
C-4-12-III 1,9232,9233,9239
J-1-30-I
Rawat Special
YY09 Torakotomi J-1-30-II 3402,3403
Inap Procedure
J-1-30-III
J-1-10-I
Lobektomi / Rawat Special
YY10 J-1-10-II 3241,3249
bilobektomi Inap Procedure
J-1-10-III
J-4-20-I
Rawat Special
YY11 Air plumbage J-4-20-II 3332
Inap Procedure
J-4-20-III
D-1-20-I
Rawat Special
YY12 Timektomi D-1-20-II 0780,0781,0782
Inap Procedure
D-1-20-III
H-1-30-I
Rawat Special
YY13 Vitrectomy H-1-30-II 1473
Inap Procedure
H-1-30-III
Rawat Special
YY14 Phacoemulsification H-2-36-0 1341
Jalan Procedure
Rawat Special
YY15 Microlaringoscopy J-3-15-0 3141,3142,3144
Jalan Procedure
Rawat Special
YY16 Cholangiograph B-3-11-0 5110,5111,5114,5115,5213
Jalan Procedure
14
In-House Training Coding INA-CBGs
Kode Jenis
List Item Special Kode Kode ICD 10 dan ICD 9 CM Tipe
Special Peraw
CMG INA-CBG Diagnosis/Prosedur Special CMG
CMG atan
Rawat Special
II01 Other CT Scan Z-3-19-0 8741,8801,8838
Jalan Investigation
Rawat Special
II02 Nuclear Medicine Z-3-17-0 9205,9215
Jalan Investigation
Rawat Special
II03 MRI Z-3-16-0 8892,8893,8897
Jalan Investigation
Diagnostic and Rawat Special
II04 H-3-13-0 9512
Imaging Procedure of Jalan Investigation
G-1-10-I
Subdural grid Rawat Special
RR01 G-1-10-II 0293
electrode Inap Prosthesis
G-1-10-III
I-1-03-I
Rawat Special
RR02 Cote graft I-1-03-II 3581
Inap Prosthesis
I-1-03-III
M-1-60-I
Rawat Special
RR03 TMJ Prothesis M-1-60-II 765
Inap Prosthesis
M-1-60-III
G-1-12-I
Liquid Embolic (for Rawat Special
RR04 G-1-12-II 3974
AVM) Inap Prosthesis
G-1-12-III
M-1-04-I
Hip Implant/ knee Rawat Special
RR05 M-1-04-II 8151,8152,8153,8154,8155
implant Inap Prosthesis
M-1-04-III
2. Special CMG untuk Subakut dan Kronis dengan penjelasan sebagai berikut :
Special CMG subakut dan kronis diperuntukkan untuk kasus-kasus Psikiatri serta
kusta dengan ketentuan lama hari rawat (LOS) dirumah sakit sebagai berikut :
Fase Akut : 1 s/d 42 Hari
Fase subakute : 43 s/d 103 Hari
Fase Kronis : 104 s/d 180 Hari
Special CMG subakut dan kronis berlaku di semua rumah sakit yang memiliki
pelayanan psikiatri dan kusta serta memenuhi kriteria lama hari rawat sesuai
ketentuan diatas. Perangkat yang akan digunakan untuk melakukan penilaian
pasien subakut dan kronis dengan menggunakan WHO-DAS (WHO Disability
Assesment Schedule) versi 2.0. Penghitungan tarif special CMG subakut dan kronis
akan menggunakan rumus sebagai berikut :
Fase Akut : Tarif Paket INA-CBG
Fase Subakut : Tarif Paket INA-CBG + Tarif Subakut
Fase Kronis : Tarif Paket INA-CBG + Tarif Subakut + Tarif Kronis
15
In-House Training Coding INA-CBGs
WHO-DAS
1. WHO-DAS adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur disabilitas.
Instrumen ini dikembangkan oleh Tim Klasifikasi, Terminologi, dan standar WHO
dibawah The WHO/National Institutes of Health (NIH) Joint Projecton Assesment
of Classification of Disability.
2. Dalam konteks INA-CBG :
a. Versi yang digunakan adalah versi 2.0, yang mengandung 12 (duabelas)
variabel penilaian (s1-s12)dengan skala penilaian 1 (satu) sampai dengan 5
(lima), sehingga total skor 60 (enampuluh)
b. Tidak digunakan sebagai dasar untuk pemulangan pasien tetapi sebagai
dasar untuk menghitung Resource Intensity Weight (RIW) pada fase subakut
dan kronis bagi pasien psikiatri dan pasien kusta
c. Penilaian/assessment dilaksanakan pada awal fase subakut (hari ke-43) dan
awal fase kronis (hari ke-104) yang dihitung sejak hari pertama pasien
masuk.
d. Penilaian dilakukan dengan metode wawancara langsung (interview)
dan/atau observasi oleh psikiater atau dokter ahli lainnya, dokter umum,
maupun perawat yang terlatih
e. Lembar penilaian ditandatangani oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP) dengan mencantumkan nama jelas (Perangkat lengkap WHO-DAS
terlampir)
3. Salinan lembar hasil scoring WHO-DAS yang telah ditandatangani oleh DPJP
dilampirkan sebagai bahan pendukung pengajuan klaim.
4. Petugas administrasi klaim atau koder melakukan input hasil scoring WHO-
DAS berupa angka penilaian awal masuk pada periode subakut atau kronis
ke dalam software INA-CBG pada kolom ADL, selanjutnya software akan
melakukan penghitungan tarif secara otomatis.
EPISODE
Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
pasien keluar rumah sakit, termasuk konsultasi dan pemeriksaan dokter, pemeriksaan
penunjang maupun pemeriksaan lainnya. Pada sistem INA-CBG, hanya ada 2
episode yaitu episode rawat jalan dan rawat inap, dengan beberapa kriteria di bawah
ini :
1. Episode rawat jalan
Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara
16
In-House Training Coding INA-CBGs
pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat
yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung
sebagai episode baru.
Pasien yang membawa hasil pada hari pelayanan yang berbeda yang
dilanjutkan dengan konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi
medis, dianggap sebagai episode baru.
Pemeriksaan penunjang khusus dirawat jalan (MRI, CT Scan) tidak menjadi
episode baru karena termasuk dalam special CMG.
Pelayanan IGD, pelayanan rawat sehari maupun pelayanan bedah sehari
(One Day Care/Surgery) termasuk rawat jalan
Pasien yang datang ke rumah sakit mendapatkan pelayanan rawat jalan pada
satu atau lebih klinik spesialis pada hari yang sama, terdiri dari satu atau lebih
diagnosis, dimana diagnosis satu dengan yang lain saling berhubungan atau
tidak berhubungan, dihitung sebagai satu episode.
2. Pasien datang kembali ke rumah sakit dalam keadaan darurat pada hari
pelayanan yang sama, maka dianggap sebagai episode baru.
3. Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan jika pasien mendapatkan
perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika pasien telah mendapatkan fasilitas
rawat inap (bangsal/ruang rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif)
walaupun lama perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah
menjadi pasien rawat inap.
4. Pasien yang masuk ke rawat inap sebagai kelanjutan dari proses perawatan di
rawat jalan atau gawat darurat, maka kasus tersebut termasuk satu episode rawat
inap, dimana pelayanan yang telah dilakukan di rawat jalan atau gawat darurat
sudah termasuk didalamnya.
5. Dalam hal pelayanan berupa prosedur yang berkelanjutan di pelayanan rawat
jalan seperti radioterapi, kemoterapi, rehabilitasi medik dan pelayanan gigi,
episode yang berlaku adalah per satu kali kunjungan.
17
In-House Training Coding INA-CBGs
1. Menambah diagnosis yang tidak ada pada pasien yang diberikan pelayanan untuk
tujuan meningkatkan tingkat keparahan atau untuk tujuan mendapatkan grouping
pada kelompok tariff yang lebih besar.
2. Menambah prosedur yang tidak dilakukan atau tidak ada bukti pemeriksaan untuk
tujuan mendapatkan grouping pada kelompok tariff yang lebih besar.
3. Melakukan input diagnosis dan prosedur hingga proses grouping berkali-kali
dengan tujuan mendapatkan kelompok tarif yang lebih besar.
4. Upcoding, yaitu memberikan koding dengan sengaja dengan tujuan
meningkatkan pembayaran ke rumah sakit.
5. Melakukan manipulasi terhadap diagnosis dengan menaikkan tingkatan jenis
tindakan. Misalnya : appendiectomy tanpa komplikasi ditagihkan sebagai
appendiectomy dengan komplikasi, yang memerlukan operasi besar sehingga
menagihkan dengan tarif yang lebih tinggi.
6. Memberikan pelayanan dengan mutu yang kurang baik. Misalnya: memperpendek
jam pelayanan poliklinik, pelayanan yang bisa diselesaikan dalam waktu satu hari
dilakukan pada hari yang berbeda, tidak melakukan pemeriksaan penunjang yang
seharusnya dilakukan, tidak memberikan obat yang seharusnya diberikan, serta
membatasi jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah sakit untuk peserta JKN.
20
In-House Training Coding INA-CBGs
1. Perencanaan
Seperti layaknya suatu organisasi bisnis, maka rumah sakit diwajibkan memiliki
perencanaan antara lain Business plan sebagai dokumen perencanaan suatu
rumah sakit, atau beberapa tahun yang lalu cukup hanya rencana strategis.
Kemudian setiap unit memiliki Strategic Action Plan, implementation plan dan
annual plan serta accountability system. Namun perencanaan dalam suatu rumah
sakit adalah sejak rumah sakit itu akan didirikan sehingga streamline perencanaan
yang berwawasan penekanan biaya akan menjadi jelas sampai pada perencanaan
proses pelayanan.
Sebelum rumah sakit didirikan, sebaiknya investor memiliki business plan yang
jelas, yang kemudian akan diuji dengan studi kelayakan dan jika layak maka
disusun suatu master plan. Disinilah sebenarnya awal penekanan biaya bisa bisa
dipikirkan. Untuk itu dibutuhkan pemahaman tentang bangunan rumah sakit.
Bangunan rumah sakit memiliki dua aspek utama yaitu fungsi dan estetika
bangunan. Keduanya harus dipikirkan dengan baik jangan sampai terjadi bangunan
hanya mengutamakan estetika akan tetapi mengabaikan fungsi bangunan itu
sendiri. Banyak kejadian bahwa bangunan tampak estetik dan menarik akan tetapi
kurang fungsional, akibatnya banyak ruangan yang idle dan tidak bisa
difungsikan. Hal ini akan berdampak terhadap semakin tinggi
21
In-House Training Coding INA-CBGs
pembiayaan. Dan jika hal ini terjadi maka biaya tetap atau Fixed cost suatu rumah
sakit akan sangat tinggi dan sudah pasti akan berpengaruh terhadap kebijakan
pentarifan, terif menjadi sulit bersaing dan tentu saja akan merugikan investornya.
Hal lain adalah bagaimana kita mensiasati agar rumah sakit menjadi rumah sakit
dengan bangunan yang mampu mengakomodasi fungdi fungsi yang nantinya
akan dilaksanakan di rumah sakit tersebut. Tentu saja fungsi harus
diterjemahkan menjadai bangunan yang memadai dengan melihat luasan,
pencahaayan, ventilasi, akses, integrasi, zoning bahkan ramah lingkungan, dan
faktor estetika.
Pada saat ini perencanaan bangunan rumah sakit mengarah kepada yang kita
kenal green hospital atau khususnya green building. Yang dimaksud disini adalah
bagaimana bangunan yang tidak terlalu menghamburkan biaya dan pencemaran.
Misalnya one bed one window, jendela yang cukup memadai, sehingga setiap
pasien bisa menikmati pencahayaan dan sirkulasi udara yang memadai.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pasien yang dirawat pada bangunan rumah
sakit yang seperti ini tingkat kesembuhannya lebih cepat dua setengah hari
dibanding dirawat pada ruangan yang mengandalkan air kondition dan
pencahayaan listrik healing power of nature. Tentunya open space dan pertamanan
juga merupakan dukungan yang seharusnya ada di rumah sakit.
Menggunakan bahan bahan bangunan yang ramah lingkungan, jika rumah sakit
berada pada daerah gempa sebaiknya menggunakan seismic isolation agar
bangunan tahan gempa, walaupun harganya tiga kali lipat dari fondasi bangunan
tersebut dan setiap kolom bangunan harus dipasang alat ini.
Didalam master plan akan tercantum peralatan medis yang akan digunakan,
perlu di listing dan dikelompokkan kemudian lakukan standarisasi peralatan medis,
yang diupayakan dengan merek yang sama, atau dari fabrikan yang sama dengan
mempertimbangkan sisi harga dan maintenance peralatan medis tersebut.
Ada rumah sakit yang menggunakan peralatan medis dari fabrikan yang sangat
terkenal, pertimbangannya adalah akurasi, daya tahan alat dan rendah energy,
akan tetapi harganya sangat mahal. Adapula yang menggunakan peralatan medis
dari fabrikan yang kurang terkenal, harganya murah akan tetapi biasanya boros
energy dan daya tahannya tidak sebaik merek terkenal. Namun hal ini berpulang
kepada para investor itu sendiri.
22
In-House Training Coding INA-CBGs
strategy map, pada kolom internal business process the Balance scorecard,
dimunculkan angkanya atau kebijakannya.
Kemudian setiap pejabat struktural dan pejabat fungsional menyusun strategic
action plan untuk menjabarkan business plan rumah sakit dengan mencantumkan
rencana cost containment dan nantinya akan dijabarkan menjadi annual plan yang
secara otomatis akan memunculkan cost containment yang harus dilaksanakan
oleh unit unit yang memiliki Annual plan unit. Dan disini perencanaan cost
containment akan menjadi jelas untuk dilaksanakan.
23
In-House Training Coding INA-CBGs
Kebijakan tentang Cost containment pada proses pelayanan, yang isinya antara
lain:
Pelayanan harus mengacu kepada standar pelayanan yang telah ditetapkan
oleh rumah sakit.
Penggunaan peralatan medis dan non medis sesuai SPO.
Pemakaian obat obatan dan BHP sesuai dengan standar obat dan terapi
Penggunaan obat generik 100% pada jamkesmas dan kelas III sesuai dengan
keputusan Menteri Kesehatan RI
Melaksanakan program patient safety
Setiap unit pelayanan menyusun strategic action plan, implementation plan,
annual plan dan accountability system
Setiap unit memiliki dokumen tentang unit cost, pembiayaan, pendapatan dan
breakeven point.
Melaksanakan pencatatan dan pelaporan KTD secara kontinu.
Melakukan Post Delivery Audit pada setiap unit pelayanan dengan
memaparkan hasil proses pelayanan yang telah dilaksanakan
Sanksi bagi yang tidak mematuhi dan tidak melaksanakan kebijakan cost
containment.
Penghargaan bagi yang berhasil menekan pembiayaan berdasarkan evaluasi
bulanan.
Saling mengingatkan antara anggota tim pemberi pelayanan didalam proses
pelayanan, sesuai dengan budaya sadar biaya.
Selalu menyadari bahwa selama proses pelayanan diperlukan orientasi
terhadap penekanan biaya
Menggunakan alat, BHP dan obat obatan secara rasional selama proses
pelayanan
Menghindari moral hazzard dalam proses pelayanan agar pembiayaan bisa
dilaksanakan secara rasional
Menumbuhkan stewardship dilingkungan para pemberi pelayanan
Menhindari terjadinya error dalam proses pelayanan
Pengisian status secara lengkap setiap selesai pelayanan
yang tidak sadar biaya akan meneggelamkan institusi dan jika institusi tenggelam,
maka secara tidak disadari bahwa tempat dimana para prosfesional bekerja akan
menjadi cedera dan tidak mampu membiayai perasional. Dengan demikian
sebenarnya akan merugikan para profesi itu sendiri, artinya kesinambungan
organisasi menjadi uncertainty.
Pada sisi lain inspirasi tidak akan bisa diakomodasi oleh institusi, akibatnya
banyak keluhan dikalangan para profesi bahwa organisasi tidak mampu memberikan
akomodasi yang memadai. Sesungguhnya bisa atau tidaknya suatu organisasi
mendukung pengembangan palayanan atas dasar inspirasi para profesi, akan sangat
tergantung kepada tersedianya biaya atau tidak. Banyak keluhan seperti ini terjadi di
beberapa rumah sakit sebenarnya hal ini akibat ketidak berdayaan rumah sakit dalam
pengendalian biaya yang diakibatkan karena budaya sadar biaya sangat lemah di
rumah sakit. Jadi apakah rumah sakit mampu berada pada staying in business amat
sangat tergantung kepada kesadaran semua pihak yang terkait di rumah sakit itu
sendiri. Apakah kita semua telah memiliki kesadaran tentang pentingnya pembiayaan
yang efektif atau hanya bekerja sesuai keinginan kita tanpa memperhatikan efektifitas
biaya. Karenanya budaya sadar biaya sangat penting untuk dibentuk secara dini, agar
rumah sakit mampu berada pada staying in business dan mampu memberikan
dukungan penuh terhadap para profesi sesuai dengan ketersediaan dana yang efektif
di rumah sakit. Jika budaya sadar biaya sudah terbentuk di rumah sakit, maka secara
otomatis institusi menjadi sehat dan inspirasi para karyawan akan berkembang serta
mampu terbiayai secara efektif.
25
In-House Training Coding INA-CBGs
MODUL II
KOSTING DALAM INA-CBG
Metode pembayaran yg digunakan saat ini ada 2 (dua) jenis yaitu sistem
prospektif (Prospective Payment) dan retrospektif (Retrospective Payment)
Prospective Payment
Payment are made or agreed upon in advance before provision of services
Case-mix payment
Capitation payment
Global budget
Retrospective Payment
Payment are made or agreed upon after provision of services
Fee-for-service
Payment per itemised bill
Payment perdiem
BIAYA
Pengertian Biaya ( Cost)
Biaya (cost) adalah seluruh pengorbanan (sacrifice) untuk memproduksi atau
mengkonsumsi suatu komoditas atau produk tertentu yang berwujud barang atau jasa.
Bentuk pengorbanan bisa berupa uang, tenaga, barang, kenyamanan, waktu atau
kesempatan (yang diukur dengan nilai moneter). Pengertian lainnya, Biaya adalah
nilai seluruh input yang dipakai untuk menghasilkan output.
Pengelompokan biaya
1. Berdasar fungsi :
a. Biaya Investasi (Investment Cost) adalah biaya yang dipakai untuk pembelian
barang investasi/barang modal, barang investasi adalah barang yang bisa
dipakai berulang- ulang dan harganya lebih dari 500 ribu Rupiah, dipakai lebih
dari satu tahun dan tidak untuk dijual. Contoh : biaya investasi gedung,
investasi alat medis, investasi alat non medis, investasi sarana- prasarana
lainya dll. Biaya investasi berhubungan dengan opportunity cost dan
depreciation cost.
26
In-House Training Coding INA-CBGs
2. Berdasar lokasi/penggunaannya :
a. Biaya Langsung (Direct Cost) adalah biaya yang secara langsung terkait
dengan pelayanan pasien di unit produksi. Secara jelas dapat ditelusuri
penggunaannya dalam suatu unit kegiatan produksi tertentu misal unit rawat
inap, unit rawat jalan, unit radiologi, unit laboratorium dll
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) adalah biaya yang tidak terkait secara
langsung dengan pelayanan pasien diunit produksi. Tidak dapat secara jelas
ditelusuri penggunaannya dalam suatu unit kegiatan produksi tertentu. Misal
unit administrasi, keuangan, laundry, security dll.
3. Berdasar hubungan antara biaya dengan volume produksi (Output)
a. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang tidak terpengaruh besaran
output/produk. Biaya yang tidak berubah dengan berubahnya volume atau
jumlah produksi. Misal : Gedung, Peralatan, Furniture dll
b. Biaya variable (Variable Cost) adalah biaya yang terpengaruh besaran output.
Biaya berubah sesuai dengan perubahan volume atau jumlah produksi
(layanan yang dihasilkan/diberikan ). Misalnya obat, reagen, bahan habis
pakai, makanan pasien, utilitas, dll.
c. Semi Fixed Cost
d. Total Cost
e. Annualized Fixed Cost
4. Berdasar masa/ frekuensi pengeluaran :
a. Biaya modal adalah biaya yang dikeluarkan sekali saat permulaan
menjalankan usaha. Biaya yang digunakan untuk pengadaan barang investasi
yang digunakan lebih dari setahun, misal : gedung, kendaraan dll.
b. Biaya berulang adalah biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang setiap
tahun untuk menjalankan usaha. Misalnya : gaji karyawan, biaya bahan habis
pakai, pemeliharaan dll. Karena dikeluarkan secara berulang-ulang disebut
juga biaya rutin.
30
In-House Training Coding INA-CBGs
UNIT COST
Pengertian Unit Cost
Biaya Satuan (Unit Cost) adalah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi atau
mengkonsumsi satu barang atau jasa. Ditentukan oleh total biaya dan total produksi.
Dipakai sebagai alat untuk mengukur efisiensi, pricing policy, dan profit suatu unit
usaha.
Unit Cost
BIAYA INVESTASI BIAYA TOTAL UNIT
PEMELIHARAAN
COST
OPERASIONAL OUTPUT
Keterangan :
1. Suku Bunga Bank/Inflasi BI
2. Usia Teknis Gedung Ditjen Cipta Karya
3. Usia Teknis Alat Medik & Non Medik AHA
Contoh :
AIC 2004 = Rp. 8.100.000,-
AIC 2005 = Rp. 8.748.000,-
AIC 2006 = Rp. 9.447.840,-
AIC 2007 = Rp. 10.203.667,-
AIC 2008 = Rp. 11.019.961,-
AIC 2009 = Rp. 11.901.557,-
Jumlah Total = Rp. 59.421.025,-
Atau menggunakan table WHO Annualization factor .
30
In-House Training Coding INA-CBGs
Hasil penghitungan adalah unit cost rawat jalan per kunjungan dan unit cost
rawat inap perhari rawat per unit layanan. Unit cost setelah dikalikan LOS (Length Of
Stay) masing-masing kasus secara individual akan menghasilkan individual CBG cost
yang kemudian digunakan untuk menghitung costweight masing-masing kelompok
CBG.
Step-down costing starts with total expenditures & then divides these by a
measure of total output to give averagecost per patient per visit, per day or per
admission. (Creese and Parker 1994)
30
In-House Training Coding INA-CBGs
OVERHEAD
COST CENTRE
INTERMEDIATE
COST CENTRE
FINAL/PATIENT
CARE COST CENTRE
Metode Gabungan
Top-down costing exercises sometimes use bottom-up approaches based on
clinical pathway to generate allocation statistics or to cost a limited number of services
to validate top-down cost estimates. Bottom up designs within a top down costing
exercise typically include bottom up measurement of:
Priority services, treatment episodes, activities, or cost items
Services that are heterogeneous in their resource use (vary widely in their
complexity and coste.g., ICU services, laboratory tests, surgical procedures
Services where precision and accuracy of cost measurement is considered
important
Services where there is heavy personnel time or overheads that go into a
technology
Services or technologies where there is extensive sharing of personnel,
buildings, or equipment
Cost items that are anticipated to have the highest impact on total cost
Data that are missing or not routinely captured
Data for allocation statistics (e.g., personnel time worked)
31
In-House Training Coding INA-CBGs
Process 3. Sum the unit costs to calculate the total cost 3. Allocate costs to departments
per service/patient proportionally according to their
4. Construct the average cost for a particular consumption of resources
service or patient group 4. Divide department costs by its service
volume to estimate unit costs
Unit cost estimates are built from the Unit cost estimates are averaged from the
Cost Flow individual service or patient level upwards facility and department level downwards
32
In-House Training Coding INA-CBGs
Top-down Approach
Top-down results are best for relative cost comparisons and bottom-up
results are best for absolute cost estimates.
Top-down Costing Results Bottom-up Costing Results
The average cost of a Medicine discharge is $80, compared to On average, a complicated delivery costs $122, ranging
$140 for Surgery and $110 for Maternity. Assuming the from $100 to $140 across patients. Staff time and
average hospital discharge costs $100, the cost weights are drugs/medical supplies account for the majority of the cost,
0.80, 1.40, and 1.10 respectively. at 55% and 23%.
33
In-House Training Coding INA-CBGs
Data dari rumah sakit yang digunakan dalam proses penghitungan tarif terdiri dari :
1. Data Kosting meliputi dasar kinerja RS selama tiga hingga lima tahun terakhir
dan data pembiayaan RS selama satu tahun terakhir
2. Data Koding 14 (empat belas) variable, dalam bentuk txt file
Data koding yang dibutuhkan terdiri dari 14 (empat belas) variable yang terdiri dari :
1. Identitas Pasien
2. Tanggal Lahir
3. Umur
4. Jenis Kelamin
5. Jenis Perawatan
6. Tanggal Masuk RS
7. Tanggal Keluar RS
8. Lama Rawatan(Length Of Stay/LOS)
9. Status Pulang
10. Berat Badan Bayi usia 0 28 hari (Gram)
11. Diagnosis Utama dan Diagnosis Sekunder (bila ada)
12. Prosedur/Tindakan
13. Score ADL
14. Item Special CMG
34
In-House Training Coding INA-CBGs
35
In-House Training Coding INA-CBGs
36
Data Data
In-House
CostingTraining Coding INA-CBGs Coding
Langkah Pembentukan
DATA DASAR
DATA TEMPLATE
Tarif TEMPLATE TXT
FILE
ANALISA EKSPLORING
CBGs COST
COST WEIGHT
CMI
HBR
PRELEMINARY TARIF
AF
TARIF
37
In-House Training Coding INA-CBGs
Berikut adalah hal-hal yang dapat menjadi akibat pembentukan tarif yg tidak baik :
1. Providers may charge informal payment to compensate for inadequate formal
payment.
2. Providers may avoid treating sicker patients.
3. Inappropriate referrals may occur.
4. Providers provide suboptimal care.
5. Services may be over or under utilize.
38
In-House Training Coding INA-CBGs
Outpatient Department
13. Medical Specialist Clinic Visit
14. Surgical Specialist Clinic Visit
Total
39
In-House Training Coding INA-CBGs
Unit cost dalam INA-CBG terbagi menjadi 4 (empat) Layanan Kasus yaitu Unit
Kos Penyakit Dalam, Anak, Bedah dan Obstetri-Ginekologi. Untuk Rawat Jalan,
berlaku unit kos per kunjungan, sedangkan untuk Rawat Inap berlaku unit kos per
hari rawat.
Unit Cost dalam INA-CBG dihitung menggunakan Clinical Cost Modelling (CCM)
Unit kos dari seluruh sampel RS digabung untuk mencari nilai rata-rata yang
akan ditetapkan menjadi Unit Kos Nasional
UC x individual LOS per CBG = individual CBG Cost
Dikelompokkan per CBG dihitung averagenya
Sebagai dasar perhitungan CW
Tarif tersebut dihitung secara nasional perkelompok kelas RS dan mengacu pada
Perpres no12 thn 2013 ttg JKN,tariff harus direview sekurang2nya setiap 2 thn
40
In-House Training Coding INA-CBGs
Sumber UNU-IIGH
Total Cost
HBR = Total # of equivalent cases x CMI
Dihitung masing2 RS
Dikelompokkan berdasar kelas dan jenis RS
Perkelompok RS diambil Mean HBR
Menggambarkan total biaya RS ((inpatient,outpatient) dibagi
jmlh output (inpatient/outpatient)
Meliputi HBR ranap dan rajal
41
In-House Training Coding INA-CBGs
Perbedaan wilayah
Inflasi
Perbedaan biaya transportasi
Location Geographic
Local wage rates
Direct and indirect health professions
education
Hospital role in healthcare delivery
Metode Adjustment
Formula
Pass throught of actual cost
Hospital spesific rates
Peer grouping
42
AF INA CBGs 2013 AF INA CBGs 2014
Kelas RS Kelas RS
Jenis RS : Umum, Khusus
RS Pendidikan non pendidikan
Regionalisasi
Jenis RS : Umum, Khusus
Ketersediaan anggaran agar terlaksana
Regionalisasi kontinuitas pelayanan.
Ketersediaan anggaran agar terlaksana CBGs ttt utk RS kelas C dan D
kontinuitas pelayanan. CBGs ttt utk kelas A-B
CBGS ttt vs tarif RS (cost to charge ratio )
Special CMG
HOSPITAL LEVEL
Hospital Casemix Team
Clinical Specialists
Hospital Directors
43
In-House Training Coding INA CBGs
MODUL III
KODING DALAM INA-CBG
2. Definisi
Suatu klasifikasi penyakit merupakan suatu sistem kategori yang
mengelompokkan suatu penyakit menurut kriteria yang telah disepakati.
44
In-House Training Coding INA CBGs
47
In-House Training Coding INA CBGs
48
In-House Training Coding INA CBGs
RULE MB1 :
Kondisi minor direkam sebagai diagnosis utama (main condition),
kondisi yang lebih bermakna direkam sebagai diagnosis sekunder
(other condition).
Diagnosis utama adalah kondisi yang relevan bagi perawatan yang
terjadi, dan jenis spesialis yang mengasuh, maka pilih kondisi yang
relevan sebagai Diagnosis utama.
Contoh :
Diagnosis utama : Sinusitis akut
Diagnosis sekunder : Carcinoma endoservik, Hypertensi
Prosedur : Histerektomi Total
Spesialis : Ginekologi
Reseleksi Carcinoma endoserviks sebagai kondisi utama.
RULE MB2 :
Beberapa kondisi yang direkam sebagai diagnosis utama :
- Jika beberapa kondisi yang tidak dapat dikode bersama dicatat
sebagai diagnosis utama dan informasi dari rekam medis
menunjukkan salah satu dari diagnosis tersebut sebagai diagnosis
utama maka pilih diagnosis tersebut sebagai diagnosis utama.
- Jika tidak ada informasi lain, pilih kondisi yang disebutkan pertama
Contoh :
a) Diagnosis Utama : Osteoporosis
Bronchopnemonia
49
In-House Training Coding INA CBGs
Rheumatism
Diagnosis Sekunder : -
Bidang specialisasi : Penyakit Paru
Reseleksi Diagnosis utama Bronchopneumonia (J 18.9)
b) Diagnosis Utama : Ketuban pecah dini, presentasi bokong, anemia
Diagnosis Sekunder : Partus spontan
Reseleksi Diagnosis Utama Ketuban pecah dini
RULE MB3 :
Kondisi yang direkam sebagai diagnosis utama menggambarkan suatu
gejala yang timbul akibat suatu kondisi yang ditangani.
Suatu gejala yang diklasfikasikan dalam Bab XVIII (R.-), atau suatu
masalah yang dapat diklasfikasikan dalam bab XXI (Z) dicatat sebagai
kondisi utama, sedangkan informasi di rekam medis, terekam kondisi
lain yang lebih menggambarkan diagnosis pasien dan kepada kondisi ini
terapi diberikan maka reseleksi kondisi tersebut sebagai diagnosis
utama.
Contoh:
Diagnosis Utama : Hematuria
Diagnosis Sekunder : Varises pembuluh darah tungkai bawah,
Papiloma
dinding posterior kandung kemih
Tindakan : Eksisi diatermi papilomata
Specialis : Urologi
Reseleksi Papiloma dinding posterior kandung kemih (D41.4) sebagai
diagnosis utama.
RULE MB4 :
Spesifisitas
Bila diagnosis yang terekam sebagai diagnosis utama adalah istilah
yang umum, dan ada istilah lain yang memberi informasi lebih tepat
tentang topografi atau sifat dasar suatu kondisi, maka reseleksi kondisi
terakhir sebagai diagnosis utama : Contoh:
Diagnosis Utama : Cerebrovascular accident
Diagnosis Sekunder : Diabetes mellitus, Hypertensi, Cerebral
haemorrhage
Reseleksi cerebral haemorrhage sebagai diagnosis utama ( I61.9.)
RULE MB5 :
Alternatif diagnosis utama
Apabila suatu gejala atau tanda dicatat sebagai kondisi utama yang
karena satu dan lain hal gejala tersebut dipilih sebagai kondisi utama.
50
In-House Training Coding INA CBGs
Bila ada 2 atau lebih dari 2 kondisi direkam sebagai pilihan diagnostik
sebagai kondisi utama, pilih yang pertama disebut.
Contoh :
a) Diagnosis Utama : Sakit kepala karena stess dan tegang atau
sinusitis akut
Diagnosis Sekunder : -
Reseleksi sakit kepala headache (R51) sebagai Diagnosis utama
b) Diagnosis Utama : akut kolesistitis atau akut pankreatitis
Diagnosis Sekunder : -
Reseleksi akut kolesistitis K81.0 sebagai diagnosis utama
1. Definisi ICD-9CM
Suatu klasifikasi tindakan/prosedur merupakan suatu sistem kategori yang
mengelompokkan suatu tindakan/prosedur menurut kriteria yang telah
disepakati.
2. Buku ICD-9CM
ICD-9CM terdiri dari 2 jilid : Buku jilid 1 berisi klasifikasi utama; Buku jilid 2 berisi
indeks alphabet klasifikasi.
Daftar bab dan judul blok juga termasuk inti klasifikasi. Daftar tabular
memberikan seluruh rincian level 4 karakter dan dibagi dalam 16 bab.
51
In-House Training Coding INA CBGs
d. Baca setiap catatan dalam tanda kurung setelah kata kunci (penjelasan ini
tidak mempengaruhi kode) dan penjelasan indentasi dibawah lead term
(penjelasan ini mempengaruhi kode) sampai semua kata dalam diagnosis
tercantum.
e. Ikuti setiap petunjuk rujukan silang (see dan see also) yang ditemukan
dalam index
f. Cek ketepatan kode yang telah dipilih pada Tabular List.
g. Baca setiap inclusion atau exclusion dibawah kode yang dipilih atau
dibawah bab atau dibawah blok atau dibawah judul kategori.
h. Tentukan Kode
1. Pengkodingan Bayi
Bayi lahir sehat maka tidak memiliki kode diagnosis penyakit (P), hanya perlu
kode bahwa ia lahir hidup di lokasi persalinan, tunggal atau multiple (Z38.-)
Bayi yg lahir dipengaruhi oleh faktor ibunya yaitu komplikasi saat hamil dan
melahirkan dapat digunakan kode P00-P04
Tetapi yang dapat diklaimkan hanya yang menggunakan kode P03.0 P03.6
52
In-House Training Coding INA CBGs
3. Dual klasifikasi
Apabila ada dua kondisi atau kondisi utama dan sekunder yang berkaitan,
maka dalam ICD 10 harus menggunakan satu kode.
Contoh :
Kondisi utama : Renal failure
Kondisi lain : Hypertensive renal disease
Diberi kode hypertensive renal disease with renal failure (I12.0)
53
In-House Training Coding INA CBGs
Pasien seksio sesar dalam satu episode rawat dilakukan tindakan sterilisasi
maka kode tindakan sterilisasi tidak perlu diinput ke dalam aplikasi INA-CBG.
Persalinan normal maupun tidak normal tidak diperbolehkan menginput high
risk pregnancy (Z35.5, Z35.6, Z35.7, dan Z35.8) ke dalam aplikasi INA-CBG
Kasus umum disertai dengan kehamilan yang tidak ditangani oleh dokter
obstetric pada akhir episode perawatan maka diagnosis utamanya adalah
kasus umumnya.
Contoh :
Diagnosis utama : Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Diagnosis sekunder : Keadaan hamil
Dokter yang merawat : dokter penyakit dalam
Pasien dalam keadaan hamil, maka diberi kode A91 sebagai diagnosis
utama dan O98.5 sebagai diagnosis sekunder.
Kasus umum disertai dengan kehamilan yang ditangani oleh dokter obstetric
sampai akhir episode perawatan maka diagnosis utamanya adalah kasus
kehamilan.
Contoh :
Diagnosis utama : Keadaan hamil
Diagnosis sekunder : Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Dokter yang merawat : dokter obstetri
Pasien dalam keadaan hamil, maka diberi kode O98.5 sebagai
diagnosis utama dan A91 sebagai diagnosis sekunder.
D. Code Creep
Menurut Seinwald dan Dummit (1989) code creep diartikansebagai perubahan
dalam pencatatan Rumah Sakit (rekam medis) yang dilakukan praktisi untuk
meningkatkan penggantian biaya dalam sistem Casemix.
Code Creep sering disebut sebagai upcoding, dan apabila mengacu pada konteks
Tagihan RumahSakit (hospital billing) maka disebut DRG Creep. Kurangnya
pengetahuan koder juga dapat menimbulkan code creep. Namun, tidak semua
variasi yang timbul dalam pengkodingan dapat disebut code creep.
Pengembangan, revisi sistem koding dan kebijakan yang diambil oleh suatu negara
dalam pengklaiman kasus tertentu dapat menyebabkan variasi pengkodean.
54
In-House Training Coding INA CBGs
Contoh:
1. Kode Z dan R dipakai sebagai diagnosis utama, padahalada diagnosis lain
yang lebihspesifik.
Contoh :
Diagnosis Utama : Chest Pain (R07.1)
Diagnosis Sekunder : Unstable Angina Pectoris (I20.0),
Seharusnya
Diagnosis Utama : Unstable Angina Pectoris (I20.0)
Diagnosis Sekunder : Chest Pain (R07.1)
2. Beberapa diagnosis yang seharusnya dikode jadi satu, tetapi dikode terpisah
Contoh :
Diagnosis Utama : Hypertensi (I10)
Diagnosis Sekunder: Renal disease (N28.9)
Seharusnya dikode jadi satu yaitu Hypertensive Renal Disease (I12.9)
3. Kode asteris diinput menjadi diagnosis utama dan dagger sebagai diagnosis
sekunder.
Contoh :
Diagnosis Utama : Myocardium (I41.0*)
Diagnosis Sekunder : Tuberculosis of after specified organs (A18.5)
Seharusnya
Diagnosis Utama : Tuberculosis of after specified organs (A18.5)
Diagnosis Sekunder : Myocardium (I41.0*)
56
In-House Training Coding INA CBGs
MODUL IV
SOFTWARE INA-CBG 4.0
DESKRIPSI SINGKAT
Software INA-CBG 4.0 merupakan software yang dikembangkan oleh
kementerian kesehatan RI yang merupakan pengembangan dari INACBG versi
sebelumnya, untuk mengakomodir perubahan yang terjadi pada sistem INA-CBG
yang digunakan pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Software INA-
CBG saat ini sudah terinstall dirumah sakit yang bekerja sama dalam program JKN.
Bab ini membahas tentang software serta mekanisme kerja INA-CBG dalam
melakukan input klaim yang dilakukan oleh petugas RS yang perlu diketahui oleh
petugas dirumah sakit yang bertanggung jawab dalam melakukan penginputan data
klaim. Metode yang digunakan dalam modul ini adalah demo, praktek dan tanya
jawab. Perubahan yang terjadi pada update software INA-CBG 4.0 diantaranya adalah
:
1. Penambahan Varibale Spesial CMG
2. Terdapat tarif kelas perawatan rawat inap kelas 1,2 dan 3
3. Terdapat tarif Top Up Spesial CMG
4. Input BHP (Bahan Habis Pakai) ditiadakan
57
In-House Training Coding INA CBGs
Software INA-CBG diberikan secara gratis kepada seluruh rumah sakit atau
pihak lain untuk dipergunakan sesuai dengan kegunaannya, software INA-CBG dapat
diperoleh dengan cara :
1. Mendownload di website buk.depkes.go.id
2. Mengcopy dari rumah sakit lain yang sudah memiliki software INA-CBG
3. Sekretariat Tim Teknis INA-CBG.
1. Folder Extra
2. REGUNU
3. INACBGs-4.exe
58
In-House Training Coding INA CBGs
1 2
1
2
3 4
59
In-House Training Coding INA CBGs
5 6
1 2
60
In-House Training Coding INA CBGs
Instalasi Grouper :
1 2
3 4
61
In-House Training Coding INA CBGs
5
6
7 8
62
In-House Training Coding INA CBGs
Dalam Aplikasi INA-CBG juga terdapat menu untuk melakukan back up data
untuk pasien sudah dimasukkan apabila terjadi kerusakan pada software INA-
CBG sehingga data bisa dilakukan restore kembali.
63
In-House Training Coding INA CBGs
64
In-House Training Coding INA CBGs
3. Jika data yang kita masukkan belum pernah ada klaim/grouping maka akan
keluar pesan Belum ada klaim/grouping klik Klaim/grouping baru untuk
melanjutkan proses selanjutnya.
65
In-House Training Coding INA CBGs
4. Isikan data data klaim pasien kemudian klik simpan, kemudian lanjutkan
ke proses selanjutnya :
66
In-House Training Coding INA CBGs
7. Setelah memasukkan kode diagnosis dan prosedur yang ada dalam resume
medis, kemudian klik tombol reflesh untuk mengetahui apakah pasuen
tersebut mendapat tambahan tarif untuk spesial group.
Catatan :
Variable ADL akan aktif apabila LOS lebh dari 42 hari dan hanya untuk
kasus psikiatri, kusta dan rehabilitasi obat.
67
In-House Training Coding INA CBGs
8. Setelah kode diagnosa dan prosedur sudah selesai tersimpan klik Proses
CBG Grouper dan apabila sudah sesuai datanya klik final
9. Akan timbul menu konfirmasi . Ya jika telah benar atau klik Tidak jika ingin
mengedit ulang datanya
68
In-House Training Coding INA CBGs
11. Isikan data yang akan dibuat laporannya: range pasien pulang, kelas
perawatan, rawat inap/rawat jalan, lalu klik tampilkan untuk melihat datanya.
Klik klaim pasien (PDF) untuk membuat laporan klaim perpasien dengan
format PDF, klik rekap TXT untuk membuat rekapitulasi dalam bentuk TXT,
klik Rekap PDF untuk membuat rekapitulasi dalam bentuk PDF atau klik
Hasil Grouper TXT untuk melihat hasil grouper dalam bentuk TXT.
12. Hasil Rekap TXT. File hasil Rekap TXT inilah yang akan digunakan untuk
persyaratan klaim ke BPJS yang berasal dari software INA-CBG.
69
In-House Training Coding INA CBGs
70
In-House Training Coding INA CBGs
DAFTAR PUSTAKA
71