Anda di halaman 1dari 2

IBU RUMAH TANGGA MENUNTUT AKSES

KESEHATAN YANG ADIL

Ratusan ibu rumah tangga dan anak-anak mereka melakukan sebuah demi di luar gedung kantor
walikota depok pada hari rabu tentang implementasi dari administrasi program jaminan kesehatan
(Jamkesda) yang mana mereka merasa tidak adilnya penyaluran jamkesda tersebut.

Para penduduk, selaku bagian dari DKR depok mengatakan bahwa lebih kurang 180.000 penduduk
miskin belum menerima kartu jamkesda mereka yang akan memberikan mereka pelayanan kesehatan
gratis dibeberapa rumah sakit dan klinik baik itu milik pemerintah ataupun pribadi.

Mereka mengatakan sejak program tersebut diluncurkan sejak tahun lalu, individu tersebut yang berada
pada daftar prioritas pembagian kartu adalah anggota dari program Kesejahteraan keluarga (PKK) yang
mana di ketuai oleh istri wali kota.

kami menginginkan wali kota Nur Mahmudi Ismail untuk meluruskan berbagai hal dan tidak
membiarkan masalah ini tidak terselesaikan. Kami adalah penduduk dan kami sadar dengan hak-hak
kami, kata Maryani, penduduk sawangan, yang ikut melakukan demo bersama dengan anaknya dan
cucunya.

Para pendemo kembali kacau saat polisi mendorong pendemo yang mencoba memanjat gerbang dan
mengunci gerbang kantor walikota yang ada di Jl. Margonda Raya. Tidak ada satupun pegawai walikota
yang berjumpa dengan para pendemo.

Idupyati mengatakan bahwa dia telah menjadi penduduk di Pancoran Mas sejak 15 tahun tetapi tidak
pernah menerima kartu Jamkesdanya. Sebagai istri dari seorang pekerja clining service, dia mengatakan
bahwa keluarganya tidak mampu membiayai biaya pengobatan.

Kami tidak mengerti bagaimana caranya mendaftar pada kartu tersebut. Kami biasanya pergi ke
Puskesmas jika kami sakit, tapi ketika dokter mengatakan bahwa kami harus kerumah sakit untuk
pengobatan selanjutnya, kami memilih untuk tinggal dirumah karena kami tidak punya cukup uang
untuk membayar rumah sakit, katanya.

Koordinator DKR Depok Roy Pangharapan mengatakan bahwa akses yang sulit yang dihadapi oleh
penduduk miskin disebabkan karena terbatasnya anggaran yang dialokasikan oleh pengelola program
Jamkesda.

Tahun ini, katanya, pengelola hanya memberikan Rp. 18 Triliun (1.8 Milliar Dolar) untuk program
kesehatan keluar dari total anggaran Rp. 1.7 Triliun. Angka tersebut telah berkurang dibandingkan
anggaran yang dialokasikan pada program tahun lalu, yang berjumlah Rp. 29 Triliun.
Tahun 2009 undang-undang kesehatan mengatur pemerintah daerah harus mengalokasikan 10 persen
dari anggaran untuk program kesehatan. Depok seudah memiliki anggaran Rp. 170 triliun hanya untuk
program kesehatan, Kata Roy.

Direktur Rumah Sakit Umum Depok Lies Karmawati mengakui bahwa rumah sakit tidak menyediakan
layanan untuk pemegang kartu Jamkesda disebabkan terbatasnya fasilitas. Rumah sakit hanya memiliki
36 ruang pasien dan tidak dilengkapi dengan fasilitas ICU.

kami telah menerima Rp. 9 Triliun dari anggaran tahun ini untuk memperluas rumah sakit. Kami akan
menambah 80 kamar, 60 diantaranya akan di dedikasikan untuk layanan kelas III yang di biayai oleh
Jamkesda. Kami sudah meminta bantuan dari kementrian kesehatan untuk meningkatkan rumah sakit,
katanya.

Anda mungkin juga menyukai