Anda di halaman 1dari 3

Fahmi Fathuhullah

Nim : 1313210028

IBU RUMAH TANGGA MENUNTUT AKSES

KESEHATAN YANG ADIL

Ratusan ibu rumah tangga dan anak-anak mereka melakukan sebuah demi di luar gedung

kantor walikota depok pada hari rabu tentang implementasi dari administrasi program jaminan

kesehatan (Jamkesda) yang mana mereka merasa tidak adilnya penyaluran jamkesda tersebut.

Para penduduk, selaku bagian dari DKR depok mengatakan bahwa lebih kurang 180.000

penduduk miskin belum menerima kartu jamkesda mereka yang akan memberikan mereka

pelayanan kesehatan gratis dibeberapa rumah sakit dan klinik baik itu milik pemerintah ataupun

pribadi.

Mereka mengatakan sejak program tersebut diluncurkan sejak tahun lalu, individu

tersebut yang berada pada daftar prioritas pembagian kartu adalah anggota dari program

Kesejahteraan keluarga (PKK) yang mana di ketuai oleh istri wali kota.

kami menginginkan wali kota Nur Mahmudi Ismail untuk meluruskan berbagai hal dan tidak

membiarkan masalah ini tidak terselesaikan. Kami adalah penduduk dan kami sadar dengan hak-

hak kami, kata Maryani, penduduk sawangan, yang ikut melakukan demo bersama dengan

anaknya dan cucunya.

Para pendemo kembali kacau saat polisi mendorong pendemo yang mencoba memanjat

gerbang dan mengunci gerbang kantor walikota yang ada di Jl. Margonda Raya. Tidak ada

satupun pegawai walikota yang berjumpa dengan para pendemo.


Idupyati mengatakan bahwa dia telah menjadi penduduk di Pancoran Mas sejak 15 tahun

tetapi tidak pernah menerima kartu Jamkesdanya. Sebagai istri dari seorang pekerja clining

service, dia mengatakan bahwa keluarganya tidak mampu membiayai biaya pengobatan.

Kami tidak mengerti bagaimana caranya mendaftar pada kartu tersebut. Kami biasanya

pergi ke Puskesmas jika kami sakit, tapi ketika dokter mengatakan bahwa kami harus kerumah

sakit untuk pengobatan selanjutnya, kami memilih untuk tinggal dirumah karena kami tidak

punya cukup uang untuk membayar rumah sakit, katanya.

Koordinator DKR Depok Roy Pangharapan mengatakan bahwa akses yang sulit yang

dihadapi oleh penduduk miskin disebabkan karena terbatasnya anggaran yang dialokasikan oleh

pengelola program Jamkesda.

Tahun ini, katanya, pengelola hanya memberikan Rp. 18 Triliun (1.8 Milliar Dolar) untuk

program kesehatan keluar dari total anggaran Rp. 1.7 Triliun. Angka tersebut telah berkurang

dibandingkan anggaran yang dialokasikan pada program tahun lalu, yang berjumlah Rp. 29

Triliun.

Tahun 2009 undang-undang kesehatan mengatur pemerintah daerah harus

mengalokasikan 10 persen dari anggaran untuk program kesehatan. Depok seudah memiliki

anggaran Rp. 170 triliun hanya untuk program kesehatan, Kata Roy.

Direktur Rumah Sakit Umum Depok Lies Karmawati mengakui bahwa rumah sakit tidak

menyediakan layanan untuk pemegang kartu Jamkesda disebabkan terbatasnya fasilitas. Rumah

sakit hanya memiliki 36 ruang pasien dan tidak dilengkapi dengan fasilitas ICU.

kami telah menerima Rp. 9 Triliun dari anggaran tahun ini untuk memperluas rumah

sakit. Kami akan menambah 80 kamar, 60 diantaranya akan di dedikasikan untuk layanan kelas
III yang di biayai oleh Jamkesda. Kami sudah meminta bantuan dari kementrian kesehatan untuk

meningkatkan rumah sakit, katanya.

Anda mungkin juga menyukai