Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem
ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatn dan keselamatan kerja
pada saat ini bukan hanya kewajiban yang harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan.
Salah satu akibat yang ditimbulkan dari kesehatan dan keselamatan kerja yang kurang
terkontrol adalah Muscoloskeletal Disorders (MSDs) dapat menyebabkan sakit menahun,
cacat, perawatan medis dan kerugian keuangan bagi mereka yang menderita Stress akibat
mengalami Muskuloskeletal Disorders (MSDs).
Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam
hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja,
material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan dan hasil produksi.
Salah satu penyakit akibat kerja yang menjadi masalah kesehatan yang umum terjadi di dunia
dan mempengaruhi hampir seluruh populasi adalah Low Back Pain (LBP).
LBP adalah nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah,
bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah
untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama
terjadinya nyeri. Nyeri punggung bawah tersebut merupakan penyebab utama kecacatan yang
mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Keluhan LBP dapat terjadi pada setiap
orang, baik jenis kelamin, usia, ras, status pendidikan dan profesi.
Prevalensi nyeri muskuloskeletal, termasuk LBP, dideskripsikan sebagai sebuah
epidemik. Sekitar 80 persen dari populasi pernah menderita nyeri punggung bawah paling
tidak sekali dalam hidupnya. Prevalensi penyakit muskuloskeletal di Indonesia berdasarkan
pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis atau
gejala yaitu 24,7 persen, sedangkan di provinsi Lampung angka prevalensi penyakit
muskuloskeletal berdasarkan diagnosis dan gejala yaitu 18,9 persen.
Prevalensi penyakit muskuloskeletal tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pada
petani, nelayan atau buruh yaitu 31,2 persen. Prevalensi meningkat terus menerus dan
mencapai puncaknya antara usia 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang,
risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat karena terjadinya kelainan pada diskus
intervertebralis pada usia tua.
LBP dapat disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan psikologis
dan mobilisasi yang salah. Terdapat beberapa faktor risiko penting yang terkait dengan
kejadian LBP yaitu usia diatas 35 tahun, perokok, masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja,
kegemukan dan riwayat keluarga penderita musculoskeletal disorder. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi timbulnya gangguan LBP meliputi karakteristik individu yaitu indeks massa
tubuh (IMT), tinggi badan, kebiasaan olah raga, masa kerja, posisi kerja dan berat beban
kerja.
Pada tahun 2003 WHO memperkirakan prevalensi gangguan otot rangka mencapai
hampir 60 % dari semua penyakit akibat kerja sedangkan nyeri punggung bawah banyak
dikeluhkan selama satu tahun di negara barat sekitar 36,2-57,9 %.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LOW BACK PAIN


1. DEFINISI
Low back pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah dapat bersifat
nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga
terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu daerah lumbal atau lumbo-sacral dan sering
disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.
Penelitian telah menunjukkan bahwa prevalensi seseorang menderita nyeri punggung
bawah seumur hidup sebesar 84%. Onset biasanya dimulai sejak usia remaja hingga awal
usia 40-an. Kebanyakan pasien mengalami serangan nyeri singkat yang ringan atau
sedang dan tidak membatasi aktivitasnya, akan tetapi gejala ini cenderung berulang
selama bertahun-tahun. Kebanyakan episode akan mereda dengan ataupun tanpa
pengobatan. Sebagian kecil nyeri punggung bawah akan berlanjut menjadi kronis, pada
akhirnya gejala ini akan menyebabkan keterbatasan yang signifikan.
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk
dalam low back pain terdiri dari :
a) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:
Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari
vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung
prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal
tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
b) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis pertama, inferior oleh
garis transversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh
garis imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior.
c) Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas
daerah sacral spinal pain. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah
lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain.

2. EPIDEMIOLOGI
Data Epidemologis di Australia yang dilaporkan oleh Australian Bureau of
statistics pada tahun 1989-1990 terdapat 607.800 individu dengan riwayat LBP.
Setiap tahun prevalensi LBP dilaporkan sebesar 15-45 %, sedangkan insiden
terjadinya LBP Sekitar 10-15 %. Angka kejadian LBP terbanyak didapatkan pada usia
35-55 tahun dan tidak ada perbedaan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan.
LBP merupakan salah satu dari sepuluh penyebab penderita datang berkunjung ke
dokter. Hasil penelitian yang dilakukan PERDOSSI ( Persatuan Dokter Saraf Seluruh
Indonesia) di poliklinik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Pada tahun
2002 menemukan prevalensi penderita LBP sebanyak 15,6 % ( Fajrin, 2009).

3. ETIOLOGI
a. Organ yang mendasari
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu :
a) LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera didaerah pelvis, serta
tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah berat dengan aktivitas
tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik yang
mengalami neri hebat akan selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang
penderita LBP spondilogenik akanlebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu
untuk menghilangkan nyerinya.
b) LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau
nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat menimbulkan
nyeri di daerah bokong, yang makin memberat saat jalan dan mereda saat berdiri.
Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa
nyeri ini tidak terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya: membungkuk,
mengangkat benda berat yang mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna
vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai iskialgia yang disebabkan
oleh iritasi radiks.
c) LBP neurogenik
o Neoplasma
o Araknoiditis
o Stenosis kanalis spinalis
d) LBP spondilogenik
o Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang
terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses patologik di artikulatio
sacroiliaka.
e) LBP psikogenik
o Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau
campuran keduanya.
f) LBP osteogenik
o Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis tuberculosa,
trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun spondilolistesis, keganasan,
kongenital misalnya scoliosis lumbal, nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan
peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi, metabolik misalnya osteoporosis,
osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia familial
g) LBP diskogenik
o Spondilosis
o Hernia nucleus pulposus (HNP):
o Spondilitis ankilosa:
h) LBP miogenik
o Ketegangan otot
o Spasme otot atau kejang otot
o Defisiensi otot
o Otot yang hipersensitif
b. Berdasarkan mekanisme patologiknya dapat dibedakan menjadi:
a) Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back Pain. Pada
orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas
dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang yang akut. Gerakan bagian
punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang
tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga
menimbulkan nyeri.Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam
jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan
medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.
b) Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh
bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis.Infeksi kronis ditandai
dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan. Artritis
rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis rematoid
merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal. Penyakit Marie-
Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis ankilosa atau bamboo spine
terutama mengenai pria dan teruta mengenai kolum vertebra dan persendian
sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan menyebar di daerah
pnggang disertai kekakuan (stiffness) dan kelainan ini bersifat progresif.
c) Neoplasma
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas.Tumor jinak dapat
mengenai tulang atau jaringan lunak.Contoh gejala yang sering dijumpai pada tumor
vertebra ialah adanya nyeri yang menetap.Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor
ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang
menyebabkan nyeri pinggang terutama waktu malam hari.Tumor ini biasanya sebesar
biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau lamina vertebra.Hemangioma adalah
contoh tumor benigna di kanalis spinal yang dapat menyebabkan nyeri pinggang.
Meningioma adalah tumor intradural dan ekstramedular yang jinak, namun bila ia
tumbuh membesar dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan.
d) Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat
yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah
punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota
bagian tubuh lain. Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan
oleh perubahan jaringan antara lain Osteoartritis
e) Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang penting.
Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah adalah
Spondilolisis, spondilolistesis, spina bifida, stenosis kanalis vertebralis.
f) Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada
bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan
sebagainya.Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu
yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya. Kehamilan dan obesitas merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal
ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak,
kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.

4. PATOFISIOLOGI
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang tersusun
atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus intervertebralis) yang diikat
satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis.
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibelitas sementara disisi
lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat
berlari dan melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah
dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini.
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping menyebabkan
otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga
pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua
permukaan facet joint menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya
menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas, masalah postur,
masalah struktur, dan perengangan berlebihan pendukung tulang dapat berakibat nyeri
punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah
tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matrik
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat
dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan penekanan pada
akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar
sepanjang saraf tersebut.

5. FAKTOR RISIKO
LBP disebsabkan oleh kombinasi berbagai faktor yang digolongkan atas 3 faktor,
yaitu ;
1.Faktor gerakan tubuh yang menyebabkan beban dinamis maupun statis bagi punggung ;
berputar, membungkuk, posisi statis.
2.Faktor Lingkungan ; Vibrasi seluruh tubuh, suhu dingin dan kecelakaan : pada punggung
seperti jatuh, terpeleset dan lainnya.
3.Faktor individu : Umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kekuatan otot, stress mental dan
penyakit.
Hampir semua pekerjaan beresiko untuk terkena LBP, Apabila pekerjaan tersebut ada
posisi tubuh membungkuk, berputar, duduk/berdiri yang kama, mengangkat, menarik, atau
mendorong beban. (Depkes RI,2008)

- Faktor Risiko di tempat kerja meliputi ;


1.Sikap tubuh dan desain tempat kerja
Sikap dengan posisi menunduk terlalu lama dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan sakit punggung. Posisi statis, terus menerus akan menyebabkan otot-otot
menjadi spasme dan akan merusak jaringan lunak.
Sikap duduk yang baik adalah tidak menghalangi pernafasan, tidak menghambat sistem
peredaran darah, tidak menghalangi gerak otot atau menghalangi fungsi organ-organ dalam
tubuh.
2.Faktor Getaran
Mekanisme dan prevalensi keluhan akibat pengaruh getarann tidak banyak diketahui.
Suatu pegangan alat yang bergetar dapat mempengaruhi gerakan kontraksi otot dalam rangka
menstabilkan tangan tersebut dan alat dengan demikian dapat menimbulkan efek lebih pada
punggung dan leher.
3.Faktor Psikososial
Stress dapat menyebabkan otot menjadi tegang sehingga merupakan faktor
psikososial terhadap pekerjaan dan gangguan daerah punggung.

Faktor Individu
1.Faktor Umur
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan
ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang
berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan.
Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua
seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang,
yang menjadi pemicu timbulnya gejala low back pain. Bahwa pada umumnya keluhan
muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25 65 tahun.
2.Faktor jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang
sampai dengan 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat
mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang karena pada wanita keluhan ini sering
terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga
dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon esterogen
sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. Pada penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60 % dari kekuatan
otot pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki yang menyatakan bahwa
perbandingan otot antara pria dan wanita adalah 1 : 3.
3.Faktor risiko kebiasaan olahraga
Banyak faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani seseorang, salah satunya gaya
hidup seperti konsumsi makanan, pola aktivitas dan kebiasaan merokok.
4.Faktor status gizi
Diet yang tidak seimbang menyebabkan obesitas sehingga akan meningkatkan insiden
terjadinya gangguan musculoskeletal, terutama pada punggung bawah karena lumbal
merupakan titik mobilitas dari punggung.
5.Faktor Merokok
Dalam laporan resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), Jumlah kematian akibat
merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang tahun 2020 mencapai 10 juta orang
per tahunnya. Hubungan signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang
khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok
dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula
menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri
akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang.
6.Faktor Masa Kerja
Duduk statis lama terus menerus akan menyebabkan deformitas pada diskus
invertebralis sehingga terjadi peningkatan tegangan pada bagian annulus posterior dan
penekanan pada nukleus.
7.Faktor bersandar saat bekerja
Bekerja dalam posisi duduk dengan sandaran yang tepat memberikan keuntungan
yakni kurangnya kelelahan pada kaki, terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah,
berkurangnya pemakaian energi dan kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
6. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Low Back Pain dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
a) Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi
ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya
seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
b) Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom
yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai
hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh
proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
c) Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada
dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat
dirasakan di bagian lebih superfisial.
d) Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam
ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
e) Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat
dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan
oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.
f) Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom
dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri punggung meliputi
evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi
evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.
a) Inspeksi :
o Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
o Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri
dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya
skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh
spasme otot paravertebral.
b) Palpasi :
o Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu
keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis.
o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada
palpasi di tempat/level yang terkena.
o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari
adanya fraktur pada vertebra.
o Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
o Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia
yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari
pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau
LMN.
c) Pemeriksaaan Motorik
o Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris.
d) Pemeriksaan Sensorik
o Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari
penderita dan tak jarang keliru
o Nyeri dalam otot.
o Rasa gerak.
e) Refleks
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon
dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada
saraf spinal.
f) Special Test:
o Tes Laseque:
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak
dapatmengangkat tungkai kurang dari 60 dan nyeri sepanjang nervus ischiadicus.
Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai radikulopati, terutama pada
herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.

o Tes Patrick dan anti-patrick:


Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika gerakan diluar
kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit sendi
panggul, negative pada ischialgia.

o Tes kernig:
Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan tungkai bawah sejauh
mungkin anpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika terdapat spasme
involunter otot semimembraneus, semitensinous, biceps femoris yang membatasi
ekstensi lutut dan timbul nyeri.
o Tes Naffziger:
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat, akan
menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada
spondilitis.
o Tes valsava:
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat, hasilnya
sama dengan percobaan Naffziger.
o Spasme m. psoas:
Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis ditekan kuat kuat
pada meja oleh sebelah tangan pemeriksa, sementara tangan lain menggerakkan
tungkai ke posisi vertical dengan lutu dalam keadaan fleksi tegak lurus.
Panggulsecara pasif mengadakan hiperekstensi ketika pergelangan kaki diangkat.
Terbatasnya gerakan ditimbulkan oleh spasme involunter m.psoas.
o Tes Gaenselen:
Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang diakibatkan sering
menyertai penyakit pada art. Lumbal / lumbo-sacral. Dengan pasien berbaring
terlentang, pemeriksa memegang salah satu ekstremitas bawah dengan kedua belah
tangan dan menggerakkan paha sampai pada posisi fleksi maksimal. Kemudian
pemeriksa menekan kuat kuat ke bawah kearah meja dan ke atas kearah kepala
pasien, yang secara pasif menimbulkan fleksi columna spinalis lumbalis.

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan Radiologis :
a) Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-
kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan
suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
b) CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
c) MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
Vertebra dan level neurologis belum jelas
Kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
Untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
Kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

7. PENATALAKSANAAN
Sebagian besar serangan nyeri punggung bawah dapat diterapi secara konservatif.
Terapi konservatif bukan merupakan pilihan pertama apabila pasien kehilangan bowel
control atau bladder control, atau mengalami kelemahan yang progresif pada tungkai,
gejala-gejala ini merupakan kegawatdaruratan medis dan memerlukan tindakan
pembedahan yang segera.
Pada sebagian besar pasien, nyeri punggung bawah memiliki kecenderungan
untuk mengalami perbaikan dalam jangka waktu dua minggu sampai tiga bulan. Selama
periode waktu ini, saat keluhan nyeri punggung bawah berada dalam proses resolusi, atau
apabila nyeri punggung bawah bersifat kronis, maka perlu dipertimbangkan
penatalaksanaan konservatif yang tepat dalam rangka untuk : Mengurangi rasa nyeri dan
spasme, Memberikan pengkondisian untuk tulang belakang, Membantu mengatasi
masalah-masalah yang sering menyertai nyeri punggung bawah, seperti kurang tidur atau
depresi.
Pada saat awitan nyeri punggung bawah, disarankan untuk mencoba tirah baring
selama satu atau dua hari untuk mengurangi spasme otot dan memberikan kesempatan
tulang belakang untuk beristirahat.Tirah baring yang lebih lama cenderung memperberat
keadaan karena menimbulkan pelemahan otot-otot yang berperan menyangga tulang
belakang.
a. Medikamentosa
Terdapat dua jenis obat-obatan bebas yang disarankan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah, yaitu asetaminofen dan obat-obatan anti inflamasi non steroid
(OAINS). Asetaminofen dan OAINS bekerja dengan mekanisme yang berbeda, sehingga
keduanya dapat digunakan secara bersamaan. Untuk jangka waktu yang pendek, obat-
obatan terbatas (seperti obat-obatan anti nyeri narkotik dan relaksan otot) dapat
bermanfaat dalam mengurangi nyeri atau komplikasi lain yang terkait. Golongan obat
yang lain (seperti obat-obatan antidepresan atau obat-obatan anti kejang) juga dapat
berguna mengurangi sensasi nyeri dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang
panjang.
1. Asetaminofen
Tidak seperti aspirin atau OAINS, asetaminofen tidak memiliki efek anti
inflamasi.Obat ini mengurangi nyeri dengan bekerja secara sentral di otak untuk mematikan
persepsi rasa nyeri. Tylenol merupakan salah satu contoh obat dengan kandungan aktif
asetaminofen yang banyak dikenal. Dosis sebesar 1000 mg asetaminofen dapat dikonsumsi
setiap empat jam sekali, dengan dosis maksimal 4000 mg per 24 jam.
2. Obat-obatan Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Karena sebagian besar serangan nyeri punggung bawah melibatkan suatu komponen
inflamasi, obat-obatan anti inflamasi sering menjadi pilihan terapi yang efektif. OAINS
bekerja seperti aspirin dengan menghambat terjadinya proses inflamasi, namun memiliki efek
samping gastrointestinal yang lebih sedikit dibandingkan dengan aspirin.
Penggunaan OAINS lebih baik secara terus menerus agar terbentuk suatu konsentrasi
obat anti inflamasi di dalam darah, dan efektivitas OAINS berkurang apabila hanya
digunakan setiap merasa nyeri.Karena OAINS dan asetaminofen bekerja dengan mekanisme
yang berbeda, maka kedua obat ini dapat digunakan secara bersamaan. Kelas baru OAINS,
yaitu penyekat COX-2, sudah tersedia. Perbedaan utama antara kelompok obat ini dengan
obat-obatan OAINS sebelumnya adalah penyekat COX-2 menghambat secara selektif reaksi
kimiawi yang berujung pada inflamasi, tetapi di lain pihak tidak menghambat produksi
kimiawi lapisan pelindung lambung. Karena efek samping utama dari OAINS adalah
pembentukan ulkus lambung, maka obat-obatan ini memiliki angka komplikasi yang lebih
rendah dan cenderung untuk tidak menghasilkan ulkus.Celebrex merupakan penyekat COX-2
yang pertama dipasarkan, dan Vioxx merupakam obat yang baru saja dipasarkan.
3. Obat Anti Nyeri Narkotika
Untuk serangan nyeri punggung bawah yang berat, obat anti nyeri narkotika dapat
diresepkan.Jelas, golongan narkotik lebih kuat dan memiliki potensi adiksi yang tinggi,
sehingga hanya boleh diberikan oleh dokter. Narkotika yang umum digunakan adalah kodein
(mis.Tylenol), hidrokodon (mis.Vicodin), Oksikodon (mis.Oxycontin). Obat-obatan narkotika
sangat efektif dalam mengatasi nyeri punggung bawah untuk periode watu yang singkat
(kurang dari dua minggu).Setelah dua minggu pertama, tubuh secara cepat membangun
toleransi alami terhadapi obat-obatan narkotika tersebut, sehingga efektivitas obat-obatan
tersebut berkurang. Obat-obatan narkotika memiliki efek samping utama dan risiko yang
berat seperti: Gangguan fungsi mental dan rasa kantuk, Konstipasi yang signifikan, dan
adiksi.
4. Relaksan otot
Obat-obatan ini tidak bekerja secara langsung pada otot, melainkan bekerja secara
sentral (di otak) dan merupakan relaksan tubuh dan memiliki efek sedatif. Biasanya, relaksan
otot diresepkan lebih dini dalam perjalanan penyakit nyeri punggung bawah, dan biasanya
dalam jangka waktu yang singkat, dengan tujuan mengurangi nyeri punggung bawah yang
diakibatkan spasme otot. Tersedia beberapa obat-obatan yang sering digunakan untuk
mengobati nyeri punggung bawah: Carisoprodol (Soma), Cyclobenzaprine (Flexeril) dan
Diazepam (Valium).
5. Steroid oral
Steroid oral, obat resep jenis non-narkotik, obat anti inflamasi yang sangat kuat
kadang-kadang efektif untuk nyeri punggung bawah.Seperti jenis narkotik, steroid oral
digunakan untuk jangka waktu yang singkat (satu hingga dua minggu). Efek sampingnya
antara lain kenaikan berat badan, radang perut, osteoporosis, runtuhnya sendi panggul, serta
komplikasi lainnya. Penting untuk dicatat bahwa penderita diabetes tidak boleh menggunakan
steroid oral sejak obat tersebut meningkatkan kadar gula darah. Steroid juga tidak boleh
diberikan kepada pasien dengan infeksi aktif (misalnya infeksi sinus, infeksi saluran kemih)
karena dapat membuat infeksi lebih parah.
b. Terapi fisik
Setelah serangan nyeri punggung bawah berlangsung antara dua sampai enam
minggu, atau terjadi rekurensi-rekurensi berikutnya, maka dapat dipertimbangkan
penggunaan terapi fisik.Beberapa spesialis tulang belakang bahkan mempertimbangkan
terapi fisik lebih dini, terutama apabila nyerinya berat untuk mengurangi nyeri punggung
bawah, memperbaiki fungsi, dan memberikan edukasi berupa program pemeliharaan untuk
mencegah kekambuhan. Terdapat berbagai macam bentuk terapi fisik. Pada fase akut,
terapis mungkin akan fokus pada upaya mengurangi nyeri menggunakan terapi fisik pasif
(modalitas). Terapi jenis ini disebut terapi pasif karena dikerjakan pada pasiennya. Selain
terapi pasif, terapi fisik aktif (olahraga) juga diperlukan untuk merehabilitasi tulang
belakang. Secara umum, program latihan pasien perlu melingkupi hal-hal berikut ini:
1. Terapi Fisik Pasif (Modalitas)
a) Kompres hangat / dingin
Kompres hangat/dingin merupakan modalitas yang paling sering
digunakan.Masing-masing berguna untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi.
Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan
yang lain pada pengkompresan dingin. Keduanya dapat digunakan secara
bergantian. Umumnya kompres digunakan selama 10-20 menit setiap dua jam dan
lebih bermanfaat pada beberapa hari pertama serangan nyeri.
b) Iontophoresis
Iontophoresis merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid
diletakkan pada permukaan kulit dan kemudian dialirkan aliran listrik yang akan
menyebabkan steroid tersebut untuk bermigrasi ke bawah kulit. Steroid tersebut
kemudian menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan
nyeri.Modalitas ini terutama efektif dalam mengurangi serangan nyeri akut.
c) Unit TENS
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS) menggunakan
stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung bawah dengan
mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak.Biasanya dilakukan percobaan
terlebih dahulu, dan apabila nyeri berkurang secara signifikan maka unit TENS
dapat digunakan untuk mengurangi nyeri punggung bawah dalam jangka waktu
yang lama.
d) Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam dengan
menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai jaringan lunak
dibawahnya.Ultrasound terutama berguna dalam menghilangkan serangan nyeri
akut dan dapat mendorong terjadinya penyembuhan jaringan.
2. Terapi Fisik Aktif (Latihan)
Terapi aktif (latihan) biasanya diperlukan untuk merehabilitasi tulang
belakang dan membantu mengurang nyeri.Lebih penting lagi, suatu rutinitas latihan
yang memberikan pasien cara untuk menghindari kekambuhan nyeri punggung bawah
dan mengurangi intensitas serta durasi serangan nyeri di kemudian hari. Program
latihan pasien perlu meliputi peregangan (seperti peregangan hamstring), penguatan
otot (seperti latihan stabilisasi dinamik lumbal), dan latihan aerobiclow impact(seperti
berjalan, bersepeda atau berenang).
3. Back Braces
Mengurangi pergerakan tulang belakang biasanyamakan mengurangi insidensi
nyeri atau rasa tidak nyaman pada pinggang. Terdapat dua jenis back brace yang
sering digunakan untuk mengurangi pergerakan tulang belakang:
1. Rigid Braces
Rigid braces, seperti Boston Overlap braces atau Thoracolumbar Sacral Orthosis
(TLSO), merupakan brace plastic yang mengikuti lekuk tubuh. Apabila ukuran
rigid brace tepat, penggunaannya dapat menghambat kurang lebih 50%
pergerakan tulang belakang.Fraktur sering dapat ditangani dengan penggunaan
rigid brace yang juga dapat digunakan pasca operasi fusi.Rigid braces cukup
berat, panas, dan cenderung tidak nyaman bagi pasien. Sebaiknya dipakai saat
pasien sedang dalam posisi tegak namun tidak dipakai saat pasien sedang
berbaring.
2. Corset Braces (Braces Elastis)
Sebuah corset brace sering dianjurkan untuk membatasi pergerakan
tulang belakang pasca fusi lumbalis. Brace ini membantu mengurangi pergerakan
tulang belakang sementara fusi sedang menyembuh dengan cara menghambat
pergerakan membungkuk ke depan. Tulang tumbuh dengan lebih baik apabila
pergerakan lebih sedikit, dan terutama pada kasus-ksus tanpa penggunaan
instrumentasi (alat-alat yang membantu stabilisasi), penggunaan brace dapat
membantu terbentuknya fusi yang solid.
Brace ini bekerja dengan menghambat pergerakan dan sekaligus
mengingatkan pemakainya untuk mempertahankan postur tubuh yang baik saat
mengangkat. Dengan memakai corset brace, seseorang yang mengangkat beban
akan melakukannya dengan posisi punggung yang lurus (tidak membungkuk),
dan mengandalkan otot tungkai yang besar untuk mengangkat.

8.PENCEGAHAN
Pencegahan pada berlangsungnya LBP dapat dilakukan dengan ;
- Berhati-hati saat mengangkat barang/benda, Hindari memutarkan punggung saat
mengangkat suatu benda.
- Lindungi punggung saat duduk ataupun berdiri, Hindari duduk dikursi yang empuk
dalam waktu yang lama, berjalanlah sejenak dan mengubah posisi duduk secara periodik, saat
menyetir dalam waktu lama maka tegakanlah kursi mobil sehingga lutut dapat terteuk dengan
baik, gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi.
- Tetaplah aktif dan hidup sehat dengan cara berjalanlah setiap hari dengan
menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak rendah bagi perempuan, makanlah
makanan seimbang, diet rendah lemak, dan banyak mengonsumsi syur dan buah untuk
mncegah konstipasi.
- Tidurlah di kasur yang nyaman
- Hubungilah petugas kesehatan atau segera ke fasilitas kesehatan bila nyeri
memburuk dan terjadi trauma.

9. PROGNOSIS
Prognosis LBP baik pada tipe mekanik. Setelah 1 bulan pengobatan, 35% pasien
dilaporkan membaik, dan 85% pasien membaik setelah 3 bulan. Dilaporkan tingkat
kekumatan LBP mencapai 62% pada tahun pertama. Setelah 2 tahun, 80% pasien setidaknya
mengalami satu kali kekumatan.
9. LOW BACK PAIN AKIBAT KERJA
Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang merupakan
salah satu faktor risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus spondylolisthesis akan
lebih berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat, tetapi kondisi seperti ini sangat langka.
Kelainan secara struktural seperti spina bifida acculta dan jumlah ruas tulang belakang yang
abnormal tidak memiliki konsekuensi.Perubahan spondylitic biasanya memiliki nilai risiko
yang lebih rendah. Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga merupakan faktor
risiko terjadinya LBP karena trauma akan merusak struktur tulang belakang yang dapat
mengakibatkan nyeri yang terus menerus.
Faktor Pekerjaan yang mempengaruhi LBP:
1. Beban kerja
Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima oleh
seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik,
maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut. Beban kerja adalah sejumlah
kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode
waktu tertentu dalam keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga
besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen dan sendi.
Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon
dan jaringan lainnya. Penelitian Nurwahyuni melaporkan bahwa persentase tertinggi
responden yang mengalami keluhan LBP adalah pekerja dengan berat beban > 25 kg.
2. Posisi kerja
Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan dari posisi
tubuh normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja dengan posisi janggal dapat meningkatkan
jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal dapat menyebabkan kondisi
dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah
menimbulkan kelelahan. Termasuk ke dalam posisi janggal adalah pengulangan atau waktu
lama dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang
dalam posisi statis dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh
seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami cedera
3. Repetisi
Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama. Frekuensi
gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue dan ketegangan otot tendon.
Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat yang digunakan
untuk peregangan otot. Dampak gerakan berulang akan meningkat bila gerakan tersebut
dilakukan dengan postur janggal dengan beban yang berat dalam waktu yang lama. Frekuensi
terjadinya sikap tubuh terkait dengan berapa kali repetitive motion dalam melakukan
pekerjaan.Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban terus menerus
tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
4. Durasi
Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi didefinisikan sebagai durasi
singkat jika < 1 jam per hari, durasi sedang yaitu 1-2 jam per hari dan durasi lama yaitu > 2
jam per hari. Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut
dipertahankan lebih dari 10 detik.Risiko fisiologis utama yang dikaitkan dengan gerakan
yang sering dan berulang-ulang adalah kelelahan otot. Selama berkontraksi otot memerlukan
oksigen, jika gerakan berulang-ulang dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum
mencapai jaringan maka akan terjadi kelelahan otot.
Faktor Lingkungan Fisik
1. Getaran
Getaran berpotensi menimbulkan keluhan LBP ketika seseoang menghabiskan waktu
lebih banyak di kendaraan atau lingkungan kerja yang memiliki hazard getaran.Getaran
merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya LBP. Selain itu, getaran dapat
menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar,
penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri
2. Kebisingan
Kebisingan yang ada di lingkungan kerja juga bisa mempengaruhi performa
kerja.Kebisingan secara tidak langsung dapat memicu dan meningkatkan rasa nyeri LBP yang
dirasakan pekerja karena bisa membuat stres pekerja saat berada di lingkungan kerja yang
tidak baik.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur (tahun) : 34 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Bagian pencetakan kacipo
Kantor : Kacipo Halijah, jl.Goa Ria No 21 sudiang
Tanggal periksa : Rabu, 2017

B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Nyeri punggung bawah
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Seorang Perempuan dengan keluahan nyeri punggung bawah yang dirasakan sejak 7
bulan terakhir. Keluhan ini dirasakan hilang timbul, memberat bila bekerja terlalu lama
saat duduk atau mengangkat barang yang berat. Nyeri dirasakan tidak menjalar ke tungkai
bawah. Menurut pengakuan pasien, keluhan ini belum diobati sama sekali, pasien hanya
berbaring untuk mengurangi nyeri .BAK dan BAB pasien dalam batas normal. Keluhan
lain (-).
3. Anamnesis Okupasi
a. Uraian Tugas/Pekerjaan
Pasien bekerja di bagian pencetakan pabrik kacipo Pasien bekerja sejak pukul 07.00
sampai pukul 14.00 (7 jam kerja dalam sehari). Hampir disetiap hari pasien duduk
bekerja mencetak kue dan mengangkat beban berat. Ruangan tempat pasien bekerja
beukuran sedang, dalam ruangan tersebut terdapat banyak ventilasi dari berbagai sisi
gedung. Terdapat 5 orang karyawan yang bekerja dibagian pembuatan dan pencetakan
kue. Kondisi udara dalam ruangan tesebut agak panas dikarenakan aktivitas bahan
bakar kompor gas yang beroperasi disekitar pekerja.
b. Potensial Hazard

Bahaya Tempat
c. H Masalah Kesehatan Lama Kerja
Potensial Kerja
u
bFisik Posisi duduk yang lama Kacipo 7 jam/hari
u Halijah
n
Fisiologi Mengangkat beban dengan cara yang Kacipo 7 jam/hari
g
(Ergonomi) salah Halijah
a
Mengangkat beban berat berulang kali
n
Pekerjaan dengan penyakit yang dialami
Pekerjaan utama pasien adalah dibagian pencetakan di produksi Kacipo Halijah. Pada
bagian pencetakan, memang mayoritas pekerjaan yang dilakukan adalah mencetak
dan mengangkat beban berat dengan cara manual tanpa mesin. Hal ini membuat
pasien harus terus duduk lama untuk mencetak, selain itu mengangkat beban berat
yaitu bahan kue yang akan di olah menjadi Kacipo, Posisi duduk yang lama dan posisi
mengangkat yang kadang salah dan beban yang terlalu berat diangkat bertahun
tahun membuat pasien merasakan nyeri pada punggung belakang.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien pertama kali bekerja sejak 10 tahun yang lalu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
ada keluarga yang mengalami keluhan serupa ( ke 5 karyawan adalah keluarga )
6. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya
7. Riwayat Alergi
Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : tampak baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
a. Kepala
Bentuk : tidak ada kelainan
Rambut : tidak ada kelainan
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva pucat (-/-)
Telinga : liang lapang (+/+), serumen (-/-)
Hidung : deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut : bibir lembab, sianosis (-)
b. Leher
Bentuk : simetris
Trakhea : di tengah
KGB : tidak teraba pembesaran KGB
JVP : tidak meningkat
c. Thorax
Paru
Inspeksi : bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan dan kiri
Palpasi : vocal fremitus simestris kanan dan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordiss tidak terlihat
Palpasi : iktus Kordis teraba di sela iga V linea midklavikularis kiri
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
d. Abdomen
Inspeksi : perut datar, simetris, eritema (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
e. Ekstremitas
Superior : tidak ada kelainan
Inferior : sensibilitas (+/+), parastesi (-/-)
2. Status Lokalis
Punggung bawah
Inspeksi : tanda tanda radang (-)
Palpasi : nyeri tekan (+)
Tes Lasegue (-)
Tes Patrick dan Kontra-patrick: (+)

D. Diagnosis Kerja
Low Back Pain

E. Diagnosis Banding
Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Spondilosis Lumbalis
Osteoporosis

F. Terapi
Ibuprofen 200mg tab 3 x 1
Vit. B complex 2 x 1 tab

G. Edukasi
Bila duduk dalam waktu lama, selingi dengan periode berdiri sebentar begitupun
sebaliknya.
Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi menekuk lutut terlebih
dahulu
Waktu berjalan, berjalan dengan posisi tegak rileks dan jangan tergesa-gesa
Bila duduk, kursi jangan terlalu tinggi sehingga kaki dapat sepenuhnya merapat ke lantai
Bila duduk seluruh punggung menempel atau bersandar pada kursi
Bila tidur dengan punggung mendatar, alas tidur sebaiknya yang keras
Saat akan bangun tidur dengan cara melipat kedua kaki terlebih dahulu, kemudian badan
dimiringkan dan kedua kak terlebih dahulu turun dari tempat tidur kemudian diikuti
badan.

H. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di salah satu industri Kacipo Halijah,
jl.Goa Ria No 21 sudiang, dilakukan pemeriksaan kepada 5 pekerja , dengan diagnosis Low
Back Pain dan hipertensi 1 orang, untuk 4 orang lainya dengan hipertensi. Berkaitan
banyaknya Low Back Pain yang dialami oleh pekerja, terutama pada bagian pencetakan, yang
memang mayoritas pekerjaan yang dilakukan mencetak dan mengakat beban berat dengan
cara manual tanpa mesin, maka diambil sampel observasi yaitu pekerja dengan diagnosa Low
Back Pain.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien didiagnosa Low
Back Pain dan ditemukan adanya penyakit lain yaitu hipertensi. Dari anamnesis, pasien
diketahui mengalami keluhannyeri punggung bawah. Keluhan ini dirasakan sejak kurang
lebih 1 tahun terakhir. Keluhan ini dirasakan hilang timbul, memberat bila bekerja terlalu
lama atau mengangkat barang yang berat.Nyeri dirasakan tidak menjalar ke tungkai bawah.
Pasien hanya berbaring untuk mengurangi nyeri .Pasien telah bekerja 10 tahun di Kacipo
Halijah, jl.Goa Ria No 21 sudiang. Pasien bekerja sejak pukul 07.00 sampai pukul 14.00 (7
jam kerja dalam sehari). Hampir disetiap hari pasien duduk lama dan mengangkat beban
berat. Ke 5 karyawan tersebut, mengeluh keluhan yang sama dan didiagnosis Low Back Pain.
Penyakit akibat kerja ditimbulkan karena hubungan kerja atau yang disebabkan oleh
pekerjaan dan sikap kerja. Faktor fisik dan kondisi lingkungan kerja dapat menjadi
pendorong resiko terjadinya Low Back Pain. Faktor fisik tersebut diantaranya duduk yang
lama. Dengan mengangkat beban dengan cara yang salah atau mengangkat beban berat
berulang kali, maka secara fisiologis tubuh akan berusaha menghadapinya dengan maksimal,
dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek yang membahayakan. Pekerjaan atau
gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar
terhadap otot, tendon, ligament dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi,
inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya. Faktor-faktor
pengaruh kerja seperti waktu kerja, waktu istirahat yang kurang dan pekerjaan yang monoton
dapat meningkatkan resiko terjadinyalow back pain.

Banyak faktor yang bisa menyebabkan nyeri punggung belakang di tempat kerja yaitu
ketegangan otot, spasme atau kejang otot, trauma dan gangguan mekanik. Mengangkat beban
berat pada posisi membungkuk menyamping menyebabkan otot tidak mampu
mempertahankan posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint
lepas dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint
menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan
gesekan pada tulang belakang. Diskus intervertebralisakan mengalami perubahan sifat ketika
usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan
matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.

Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan penekanan pada akar
saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf
tersebut.
Terapi yang dilakukan untuk pasien menjadi medikamentosa dan non medikamentosa.
Terapi medikamentosa diberikan ibuprofen 200mg tab 3 x 1, dan Vit. B complex 2 x 1
tab.Terapi nonmedikamentosa yang dilakukan adalah diberikan edukasi yaitu bila berdiri
dalam waktu lama selingi dengan periode duduk sebentar atau sebaiknya, bila mengambil
sesuatu di tanah jangan membungkuk tetapi menekuk lutut terlebih dahulu, bila berjalan
posisikan tubuh dengan tegak rileks dan jangan tergesa- gesa, bila tidur dengan punggung
mendatar dan alas tidur sebaiknya yang keras.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Salah satu penyakit akibat kerja yang menjadi masalah kesehatan yang umum terjadi
dan mempengaruhi hampir seluruh populasi adalah LBP. Penyakit akibat kerja merupakan
suatu penyakit yang diderita pekerja dalam hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena
kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja,
limbah perusahaan dan hasil produksi. Berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis dari
pasien dapat didiagnosis sebagai low back pain. Low back pain adalah nyeri punggung
bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun
diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area
anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri

B. SARAN
Untuk Pekerja
Hindari posisi yang salah saat bekerja, membiasakan mengangkat barang dengan cara
yang benar, rutin berolahraga, menjaga pola makan, lebih sadar akan pentingnya
kesehatan serta saran petugas kesehatan, tidak memaksakan diri untuk terlalu cepat
menyelesaikan pekerjaan, Selingi pekerjaan dengan istirahat beberapa kali sebelum
melanjutkan lagi.
Untuk Perusahaan
mengadakan pelatihan ergonomi, pemasangan poster tentang sikap kerja yang benar dan
melakukan olahraga bersama minimal 2 bulan sekali.
Untuk Puskesmas
Melakukan penyuluhan tentang keselamatan kerja dan kesehatan kerja pada tempat kerja
pasien minimal 1 kali dalam sebulan.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai