Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN PELAYANAN

POLI MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT


(MTBS) DAN ANAK

UPT PUSKESMAS TANAH TINGGI


DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG
TAHUN 2017
DAFTAR ISI

Halaman Judul 1

Visi Misi Kebijakan Mutu, Tata Nilai, Slogan 2

DAFTAR ISI 3

BAB I : Pendahuluan 4

a. Latar Belakang 5

b. Tujuan 6

c. Ruang Lingkup Pelayanan

d. Batasan Operasional

e. Landasan Hukum

BAB II : Standar Ketenagaan 7

a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia 7

b. Distribusi Ketenagaan 20

c. Jadwal Pelayanan

BAB III : Standar Fasilitas 21

a. Denah Ruang 21

b. Standar Fasilitas 24

BAB IV : Tata Laksana Pelayanan 40

a. Tata Laksana Pelayanan Poli MTBS dan Anak

b. Tata Laksana Sistem Rujukan

BAB V : Logistik

BAB VI : Keselamatan Pasien

BAB VII : Keselamatan Kerja

BAB VIII : Pengendalian Mutu

BAB IX : Penutup

Lampiran Lampiran 41
DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG
UPT PUSKESMAS TANAH TINGGI UPT
Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah
JL.Al-Muhajirin Kel. Tanah Tinggi Kota Tangerang Telp.(021) 29663127 Tinggi
Kota Tangerang

SURAT KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS TANAH TINGGI

NOMOR : ......../............../......../2017

Lampiran : 1 (satu) berkas

TENTANG

PENYUSUNAN PELAYANAN POLI MTBS DAN ANAK

DI UPT PUSKESMAS TANAH TINGGI

KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Menimbang : a. bahwa untuk mengatur bagaimana cara kerja di poli MTBS dan
Anak dengan baik dan benar, agartidak terjadi kesalahan perlu
didukung oleh pedoman pelayanan poli MTBS dan Anak.

b. bahwa agar pedoma sebagimana dimaksud pada huruf a,


diatas mempunyai kekuatan hukum, perlu ditetapkan melalui
surat Keputusan Kepala Unit Pelaksana Teknis Puskesmas
Tanah Tinggi.

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Mengingat :
Perlindungan Konsumen, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
No 42;

b. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116;

c. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Tahun
112;

d. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahu 2009 tentang


Kesehatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144;

e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem


Kesehatan Nasional, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 193;

f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 169 Tahun 2011 tentang Keselamatan


Pasien;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik
Klinis.
Lampiran : SK Kepala Unit Pelaksana Teknis Puskesmas Tanah Tinggi
Nomor :

Tentang : Pedoman Pelayanan Poli MTBS dan Anak Puskesmas Tanah Tinggi

PEDOMAN PELAYANAN DI POLI MTBS DAN ANAK

PUSKESMAS TANAH TINGGI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama


disatu wilayah kecamatan atau bagian wilayah kecamatan yang difungsikan sebagai
Gate Keeper dalam pelayanan kesehatan, harus dapat memberikan jaminan terhadap
penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang paripurna, adil,
merata, berkualitas, dan memuaskan masyarakat.

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat


memuaskan setiap pamakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode
etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, maka di Poli


MTBS perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak
dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada pasien pada umumnya
dan khususnya pasien Poli MTBS Puskesmas Tanah Tinggi. Berkaitan dengan hal
tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan Poli MTBS harus berdasarkan
standar pelayanan Poli MTBS Puskesmas Tanah Tinggi.

B. Tujuan

Sebagai bahan pedoman untuk melaksanakan kegiatan pelayanan di Poli MTBS pada
pasien anak usia 2 bulan 12 tahun, sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang cepat dan tepat dan memberikan kepuasan pada masyarakat.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

Ruang lingkup pelayanan Poli MTBS meliputi :

Dimulai dari memanggil pasien sesuai urutan antrian hingga penlisan di Rekam Medis
dan penatalaksanaan sesuai dengan kondisi pasien.

D. Batasan Operasional

MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) adalah

E. Landasan Hukum

1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

3. Undang Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat

5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 169 Tahun 2011 tentang Kesehatan


Pasien Rumah Sakit
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Poli MTBS, adalah :

No Jenis Ketenagaan Kompetensi Kompetensi Jumlah


(Ijazah) tambahan
(pelatihan)

1 Fungsional Dokter Dokter Pelatihan MTBS / 1


MTBM

2 Fungsional Perawat DIII Pelatihan MTBS / 1


terampil Keperawatan MTBM

3 Fungsional Bidan terampil DIII Pelatihan MTBS / 1


Kebidanan MTBM

B. Distribusi Ketenagaan

Petugas di Poli MTBS berjumlah 3 orang dengan standar minimal sudah


melaksanakan pelatihan MTBS / MTBM.

Kategori :

- 1 orang dokter (Dokter bertindak sebagai konsultan)

- 1 orang perawat

- 1 orang bidan

C. Jadwal Pelayanan

Jam buka pelayanan :

- Senin s/d kamis : 08.00 11.30

- Jumat : 08.00 10.00

- Sabtu : 08.00 11.00


BAB III

A. Denah Ruang

TEMPAT SAMPAH
TROLLY
BED

PEMERIKSAA NON
N
MEDIS MEDIS
S

MEJA

ANAMNESA
KURSI
PEMERIKSAAN PINTU MASUK

B. Standar Fasilitas

I. Fasilitas & Sarana

Poli MTBS berlokasi dilantai 1 gedung Puskesmas Tanah Tinggi. Ruangan


terdiri dari 1 (satu) tempat tidur.

Peralatan Poli MTBS adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk
melaksanakan pelayanan kesehatan di Poli MTBS.

a. Set Pemeriksaan Kesehatan Anak

1. Pengukur tinggi badan anak

2. Sphygnanometer dan manset anak

3. Stetoskop pediatric

4. Thermometer anak

5. Timbangan anak

6. Timbangan bayi

7. Otosscope

8. Spatula lidah

9. ARI Timer

10. Meteran
11. Pen light

b. Bahan habis pakai

1. Kassa / kapas

2. Masker wajah

3. Sabun tangan / antiseptic

4. Sarung tangan non steril

c. Perlengkapan

1. Bantal

2. Sarung bantal

3. Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan injakan pembuka


penutup

d. Meubelair

1. Kursi kerja

2. Lemari arsip

3. Meja tulis biro

e. Pencatatan dan pelaporan

1. Buku register pelayanan

2. Formulir Informed Consent

3. Formulir Rujukan

4. Formulir MTBS

5. Kertas Resep

6. Surat Keterangan Sakit


BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. Tatalaksana Pelayanan Poli MTBS

I. Petugas Penanggung Jawab

o Dokter umum

II. Perangkat Kerja

o Rekam Medis pasien

o Timbangan

o Microtoa

o Form MTBS

III. Tatalaksana Pelayanan Poli MTBS

1. Memanggil pasien sesuai nomor urut

2. Mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan

3. Melakukan anamnesa dan mencatat dalam Rekam Medis pasien

4. Pemeriksaan fisik dan vital sign pasien

5. Klarifikasi sesuai umur (< 5 tahun atau > 5 tahun)

6. Jika <5 tahun klarifikasikan penyakit dan lakukan tindakan sesuai dengan
buku panduan MTBS dan catat di form MTBS

7. Jika >5 tahun pengobatan berdasarkan pada buku pengobatan rasional

8. Bila tidak diperlukan tindakan lainnya pasien diberi resep dan bisa langsung
pulang

9. Pasien dianjurkan control kembali sesuai dengan saran petugas

B. Tatalaksana Sistem Rujukan

I. Petugas Penanggung Jawab

o Dokter umum

o Perawat / bidan

II. Perangkat Kerja

o Formulir persetujuan tindakan

o Formulir rujukan

III. Tatalaksana System Rujukan


1. Rujukan luar gedung

a. Pasien / keluarga dijelaskan oleh petugas mengenai keadaan pasien


untuk dirujuk ke RS guna pemeriksaan lebih lanjut.

b. Perawat / bidan mengisi form rujukan dengan kelengkapan : asal


Puskesmas, Poli / RS tujuan, Identitas pasien, Keluhan dan
Diagnosa.

2. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pasien / keluarga dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan


pemeriksaan laboratorium, bila setuju maka keluarga pasien harus
mengisi informed consent.

b. Petugas mengisi formulir pemeriksaan dan diserahkan ke petugas


laboratorium.

3. Rujukan dalam gedung

a. Pasien / keluarga dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan / tindakan


lanjutan

b. Bila keluarga setuju, jika rujukan perlu tindakan maka harus mengisi
informed consent

c. Petugas mengisi formulir rujukan antar poli dan pasien diantar ke poli
tujuan
BAB V

LOGISTIK

A. Bahan dan Obat

1. Parasetamol syrp 1

2. Parasetamol tablet

3. Vitamin A 200.000 iu

4. Vitamin A 100.000 iu

5. Oralit

6. Gelas

7. Sendok

8. Teko tempat air

Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui gudang obat. Kebutuhan
obat, bahan habis pakai dihitung tiap 1 bulan. Berdasarkan analisis kebutuhan obat
dan bahan habis pakai satu bulan yang lalu dengan cadangan 10%.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien ( patient safety) adalah suatu system dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporn dan analis
insinden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko. System ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.

Tujuan penerapan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya keselamatan


pasien, meningkatkan akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat,
menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas, terlaksananya program
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak di
harapkan.

Puskesmas Tanah Tinggi wajib menerapkan standar keselamatan pasien yang meliputi
:

1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan


program peningkatan keselamatan pasien

5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien di Puskesmas Tanah Tinggi aalah :

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

2. Memimpin dan mendukung staff

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko

4. Mengembangkan system pelaporan


5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

7. Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan

HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15tahun dan 14000 penduduk berusia 15 49 tahun terinfeksi
HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara Negara berkembang
yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus


yang sangat bermakna. Ledakkan kasus HIV/AIDS terjadi akibat masuknya kasus
secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara poteni
penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa
pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit
: tato, tindik, dll).

Penyakit hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui


tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan Hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan Hepatitis C dimasyarakat
menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan


untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua
pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal
melalui kewaspadaan umum atau universal precaution yaitu dimulai sejak
dikenalnya infeksi nsookomial yang terus menjadi ancaman bagi petugas
kesehatan.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal
II. Tujuan

a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat


melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai


resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
universal precaution

III. Tindakan yang beresiko terpajan

a. Cuci tangan yang kurang benar

b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat

c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman

d. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang kurang tepat

e. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

IV. Prinsip keselamatan kerja

Prinsip utama prosedur universal precaution dalam kaitan keselamatan kerja


adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga pronsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu:

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi hilang

b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna


mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.

c. Peneglolaan alat kesehatan bekas pakai

d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan

e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan


BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indicator mutu yang digunakan di Poli MTBS Puskesmas Tanah Tinggi dalam memberikan
pelayanan adalah :

1. Waktu nunggu Poli MTBS < 60 menit

Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai pasien selesai mendaftar sampai
dilayani di poli.

2. Kepuasan pelanggan > 90%

Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang


diberikan.

3. Jam buka pelayanan

Jam buka pelayanan adalah jam dimulainya pelayanan di poli jam buka 08.00 s.d
11.30 setiap hari kerja kecuali jumat dan sabtu.
BAB IX

PENUTUP

Demikian pedoman penyelengaraan pelayanan Poli MTBS ini dibuat sebagai acuan
pelayanan bagi petugas di Puskesmas Tanah Tinggi. Mudah mudahan dengan adanya
pedoma pelayanan ini, dapat lebih memudahkan semua pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan internal maupun eksternal.

Anda mungkin juga menyukai