Anda di halaman 1dari 24

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA GURU PAI

A. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar
mengajar yang sangat berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru sebagai
salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan aktif dan menempatkan
kedudukan sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat
yang semakin berkembang. Hal ini dapat diartikan bahwa pada setiap guru
memiliki tanggung jawab untuk membawa para siswa kepada suatu
kedewasaan atau taraf pematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak
semata-semata sebagai salah satu pengajar yang hanya menstransfer ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sebagai pendidik dan
pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam
belajar.1
Diakui atau tidak, guru akan selalu menjadi unsur penting yang
menentukan berhasil atau tidaknya mutu pendidikan. Oleh karena itu maka
guru selalu berperan dalam pembentukan sumberdaya manusia yang
pontensial di bidang pembangunan bangsa dan negara. Guru adalah orang
kedua setelah orang tua yang selalu mendidik dan mengawasi anak, untuk
menuju cita-cita dan tujuan hidupnya. Oleh karena itu seorang guru harus
memiliki dedikasi yang sangat tinggi dan profesi yang dipilihnya itu bukan
pekerjaan sampingan sebab diakui atau tidak, gurulah yang menentukan
keberhasilan peserta didik sebagai cikal bakal dari generasi bangsa yang akan
meneruskan perkembangan bangsa Indonesia.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar dirasakan sangatlah besar
pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku peserta didik. Untuk dapat
mengubah tingkah laku peserta didik sesuai dengan yang diharapkan maka

1
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan
(Jakarta: CV. Haji Masagung, 1999), hlm.123

1
diperlukan seorang guru yang profesional, yaitu seorang guru yang mampu
menggunakan komponen-komponen pendidikan sehingga proses pendidikan
dapat berjalan dengan baik.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui profesionalisme guru sangat
penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dan dalam mencapai
tujuan pendidikan. Profesionalisme ini dirasakan sangat penting seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian jelasnya bahwa mutu pendidikan dan
profesionalisme guru memiliki kaitan yang sangat erat dan saling
mempengaruhi pada proses pencapaian tujuan pendidikan. Jika guru memiliki
profesionalisme yang tinggi dalam pendidikan, maka secara otomatis mutu
pendidikan akan tinggi pula. Sehingga hal ini akan berpengaruh pada masa
depan peserta didik sendiri maupun Bangsa dan Negara. Tentunya dengan
berbagai strategi pengembangan yang harus di upayakan dalam peningkatan
profesionalisme guru tersebut.

b. Rumusan Pembahasan
1. Bagaimana tugas dan tanggung jawab professional guru ?
2. Bagaimana upaya pengembangan kompetensi professional guru PAI ?
3. Apa yang mempengaruhi strategi pengembangan profesionalisme guru ?

c. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan tugas dan tanggung jawab professional guru
2. Mendeskripsikan upaya pengembangan kompetensi professional guru PAI
3. Mendeskripsikan factor yang mempengaruhi strategi pengembangan
profesionalisme guru

2
B. POKOK PEMBAHASAN
1. Profesionalisme Sumber Daya Guru
a. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 28, di kemukakan
bahwa: Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani.2
Selanjutnya dalam penjelasan dikemukakan bahwa yang di maksud
pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidik
antara lain sebagai:
a. Fasilitator
Sebagai fasilitator tugas guru yang paling utama adalah to facilitate
of learning (memberi kemudahan belajar), bukan hanya menceramahi, atau
mengajar atau bahkan menghajar perserta didik, kita perlu guru demokratis,
jujur dan terbuka serta siap dikritik oleh peserta didik.3
Guru harus siap menjadi fasilitator yang demokratis profesional,
karena dalam kondisi perkembangan informasi, teknologi, dan globalisasi
yang begitu cepat, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam hal tertentu
peserta didik lebih pandai atau tahu terlebih dahulu, ini menuntut guru untuk
senantiasa belajar meningkatkan kemampuan, siap dan mampu menjadi
pembelajar sepanjang hayat, bahkan tidak menutup kemungkinan untuk
belajar dari peserta didiknya.4
b. Motivator
Sebagai motivator, guru harus mampu membangkitkan motivasi
belajar, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut5:
1) Peserta didik akan bekerja keras kalau memiliki minat dan perhatian terhadap
pekerjaannya.
2) Memberi tugas yang jelas dan dapat dimengerti.

2
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
(2008), hlm. 53
3
Ibid, hlm. 54
4
Ibid, hlm. 57
5
Ibid, hlm. 59

3
3) Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik.
4) Menggunakan hadiah atau hukuman, hukuman secara efektif dan tepat guna;
serta
5) Memberikan penilaian dengan adil dan transparan
Dari prinsip-prinsip tersebut maka, guru harus memperhatikan apa
saja hal-hal yang dapat memotivasi peserta didik agar peserta didik mampu
terus belajar dalam meningkatkan kecerdasan serta potensi yang ada dalam
dirinya.
c. Pemacu
Sebagai pemacu belajar, guru harus mampu melipatgandakan potensi
peserta didik dan pengembangannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita
mereka di masa yang akan datang. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal.6
d. Pemberi Inspirasi Belajar Bagi Peserta Didik
Sebagai pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan
diri dan memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar
dan pembelajaran dapat membangkitkan pemikiran, gagasan, dan ide-ide
baru. Untuk kepentingan tersebut guru harus mampu menciptakan sekolah
yang aman, nyaman, dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari
seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, kegiatan-kegiatan yang terpusat
pada peserta didik, agar dapat membangkitkan nafsu, gairah dan semangat
belajar. Iklim belajar yang kondusif dan merupakan tulang punggung yang
dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya iklim
belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa
bosan.7
Guru sebagai pekerjaan profesi, secara holistik adalah berada pada
tingkatan tertinggi dalam sistem pendidikan nasional.8 Karena guru dalam

6
Ibid, hlm. 63
7
Ibid, hlm. 67
8
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
ALFABETA, 2009), Hlm. 1

4
melakukan profesionalismenya memiliki otonomi yang kuat. Tugas guru
sangat banyak baik yang terkait dengan kedinasan dan profesinya di sekolah.
Seperti mengajar membimbing, memberikan penilaian hasil belajar peserta
didik, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, dan
kegiatan lain yang bersangkutan dengan pembelajaran.
Dengan demikian tampak secara jelas bahwa tugas dan
tanggungjawab guru begitu berat dan luas. Roestiyah N.K menginvestarisir
tugas guru secara garis besar, yaitu: 9
a. Mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian, dan
pengalaman empirik kepada peserta didik.
b. Membentuk kepribadian peserta didik sesuai dengan nilai dasar negara.
c. Mengantarkan peserta didik menjadi warganegara yang baik.
d. Mengarahkan dan membimbing peserta didik sehingga memiliki kedewasaan
dalam berbicara, bertindak, dan bersikap.
e. Memfungsikan diri antara sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat.
f. Harus mampu mengawal dan menegakkan disiplin, baik kepada dirinya
sendiri, peserta didik serta orang lain.
g. Memfungsikan diri sebagai manager dan administrator yang disenangi.
h. Melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai anamat profesi.
i. Guru di beri tanggungjawab paling besar dalam hal perencanaan dan
pelaksanaan kurikulum serta evaluasi keberhasilannya.
j. Membimbing peserta didik untuk belajar memahami dan menyelesaikan yang
dihadapi peserta didiknya.
k. Guru harus merangsang peserta didik untuk memiliki semangat yang tinggi
dalam membentuk kelompok studi serta dalam mengembangkan kegiatan
ekstra kurikuler dalam rangka memperkaya pengalaman
b. Ciri-ciri Profesional Guru
Seorang pekerja profesional misalnya (guru) akan menampakkan
adanya ketrampilan teknis yang didukung oleh sikap kepribadian tertentu

9
Ibid, hlm. 12

5
karena dilandasi oleh pedoman-pedoman tingkah laku khusus (kode etik)
yang mempersatukan mereka dalam satu korps profesi. Pendidikan yang baik
sebagaimana yang diharapkan modern dewasa ini dan sifatnya yang selalu
menantang, adalah model pendidikan yang mengharuskan tenaga
kependidikan dan guru yang berkualitas dan profesional. Setidaknya ada 7
(tujuh) ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru yaitu:10
a. Guru bekerja semata-mata hanya memberi pelayanan kemanusiaan bukan
usaha untuk kepentingan pribadi
b. Guru secara hukum dituntut memenuhi berbagai persyaratan untuk
mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi
anggota profesi keguruan.
c. Guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi.
d. Guru dalam organisasi profesional memiliki publikasi yang dapat melayani
para guru sehingga tidak ketinggalan bahkan selalu mengikuti perkembangan
yang terjadi.
e. Guru selalu diusahakan mengikuti kursus-kursus, workshop, seminar,
konvensi dan terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan in service.
f. Guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karir hidup (a live carier).
g. Guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun secara
lokal.
c. Kompetensi Guru
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengembangkan standar
kompetensi guru dan dosen, karena badan inilah yang memiliki kewenangan
untuk mengembangkan standar kompetensi guru dan dosen yang hasilnya
ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Namun demikian dapat dicermati
pendapat Johnson yang mengatakan kompetensi merupakan perilaku rasional
guna mencapai tujuan yanag dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan. Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1,
Ayat 10, disebutkan Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

10
Saiful Sagala,. Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000) hlm. 216-217

6
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh
guru dan dosen dalam melakukan tugas keprofesionalan.11
Berangkat dari keyakinan adanya perubahan peningkatan status guru
menjadi tenaga profesional, dan apresiasi lingkungan yang tinggi. Tentunya
kompetensi merupakan langkah penting yang perlu ditingkatkan. Kompetensi
intelektual merupakan berbagai perangkat pengetahuan dalam diri individu,
diperlukan untuk menunjang berbagai aspek unjuk kerja sebagai guru
profesional.12
Peraturan pemerintah (PP No 19 tahun 2005) tentang Standar
Nasional Pendidikan, menyebutkan ada 4 kompetensi guru, yaitu: kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi
sosial. 13
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan beberapa
kompeteni yang dimilikinya.14
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik dan berakhak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam standar pendidikan.15
Sedangkan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif

11
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
ALFABETA, 2009), hlm. 23
12
Ibid., hlm 24
13
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung, ALFABETA, CV. 2009) hlm. 50
14
Ibid., hlm 31
15
Ibid., hlm 31

7
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau
wali peserta didik dan masyarakat sekitar.16
2. Pengembangan Profesionalisme Guru
a. Model Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Islam
Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan
perubahan, baik secara perorangan, kelompok, atau dalam satu sistem yang
diatur oleh lembaga. Mulyasa menyebutkan bahwa pengembangan guru dapat
dilakukan dengan cara on the job training dan in service training. Sementara
Castetter menyampaikan lima model pengembangan untuk guru seperti
dalam tabel berikut:17
Model Pengembangan Guru Keterangan
Peran guru dapat menilai kebutuhan
belajar mereka dan mampu belajar
Individual guided staff
aktif serta mengarahkan diri sendiri.
development
Para guru harus dimotivasi saat
(Pengembangan guru yang dipadu
menyeleksi tujuan belajar berdasar
secara individual)
penilaian personil dari kebutuhan
mereka.
Observasi dan penilaian dari instruksi
menyediakan guru dengan data yang
dapat direfleksikan dan dianalisis
Obsevation / Assesment
untuk tujuan peningkatan peserta
(Observasi / Penelitian)
didik. Refleksi oleh pada praktiknya
dapat ditingkatkan oleh observasi
lainnya.
Involvement in a development Pembelajaran orang dewasa lebih
in provement process efektif ketika mereka perlu untuk
(Keterlibatan dalam suatu proses) mengetahui atau perlu memecahkan

16
Ibid., hlm 31
17
Ibid., hlm 102

8
suatu masalah. Guru perlu untuk
memperoleh pengetahuan atau
ketrampilan melalui keterlibatan pada
proses peningkatan sekolah atau
pengembangan kurikulum.
Ada teknik-teknik dan perilaku-
perilaku yang pantas untuk ditiru guru
Training dalam kelas. Guru-guru dapat
(Pelatihan) merubah perilaku mereka dan belajar
meniru perilaku mendalam kelas
mereka.
Pengembangan profesional adalah
studi kerjasama oleh para guru sendiri
Inquiry untuk permasalahan dan isu yang
(Pemeriksaan) timbul dari usaha untuk membuat
praktik mereka konsisten dengan nilai-
nilai bidang pendidikan.

Dari kelima model pengembangan guru di atas, model training


merupakan model pengembangan yang banyak dilakukan oleh lembaga
pendidikan swasta. Pada lembaga pendidikan, cara yang populer untuk
pengembangan profesional guru adalah dengan melakukan penataan (in
service training) baik dalam rangka penyegaran (refreshing) maupun
peningkatan kemampuan (up-grading). Cara lain baik dilakukan sendiri-
sendiri (informal) atau bersama-sama, seperti: on the job training, workshop,
seminar, diskusi panel, rapat-rapat, simposium, konferensi, dan sebagainya.18
Inovasi dalam pendidikan juga berdampak pada pengembangan guru.
Beberapa model pengembangan guru sengaja dirancang untuk menghadapi
pembaharuan pendidikan. Candall mengemukakan model-model efektif
pengembangan kemampuan profesional guru, yaitu: model mentoring, model

18
Ibid., hlm 103

9
ilmu terapan atau model dari teori ke praktik, dan model inquiry atau
model reflektif. Model mentoring adalah model dimana berpengalaman
merilis pengetahuannya atau melakukan aktivitas mentor pada guru yang
kurang berpengalaman. Model ilmu terapan berupa perpaduan antara
hasilhasil riset yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan praktis. Model
inquiry yaitu pendekatan yang berbasis pada guru-guru, para guru harus aktif
menjadi peneliti, seperti membaca, bertukar pendapat, melakukan observasi,
melakukan analisis kritis, dan merefleksikan pengalaman praktis mereka
sekaligus meningkatkannya, sedangkan menurut Soetjipto dan Kosasi,
pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan selama dalam
pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas.19
Training profesi sebagai upaya memfasilitasi peningkatan kualitas.
Training mengacu pada fungsi organisasi yan diarahkan untuk memastikan
kontribusi individu dapat dimaksimalkan melalui pengembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang tepat. Disamping perlunya
training, maka untuk menyebarluaskan kemajuan, organisasi profesi perlu
melakukan pertemuan terjadwal baik tingkat nasional maupun tingkat
dibawahnya, kemudian memiliki jurnal dan saran publikasi profesional
lainnya yang menyajikan berbagai karya penelitian dan kegiatan ilmiah
sebagai media pembinaan dan pengembangan para anggotanya.
Bentuk-bentuk peningkatan profesi keguruan secara garis besar
sebagai berikut:
a. Peningkatan profesional secara individual:
1. Peningkatan melalui penataran
a) Penataran melalui radio ( siaran radio pendidikan)
b) Penataran diselenggarakan oleh Proyek Pelita Depdikbud
c) Penataran tertulis seperti yang diselenggarakan oleh pusat
pengembangan penataran guru
2. Peningkatan profesi melalui belajar sendiri
3. Peningkatan profesi melalui media massa

19
Ibid., hlm 103

10
b. Peningkatan profesi keguruan melalui organisasi profesi.20
Di Indonesia, sesungguhnya telah ada wahana yang digunakan untuk
meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru),
dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk
berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka
hadapi dalam kegiatan mengajarnya.
Adapun bentuk-bentuk kegiatan peningkatan melalui organisasi
profesi antara lain berupa:
1) Diskusi kelompok
2) Ceramah ilmiah
3) Karyawisata
4) Buletin organisasi21
Tugas utama organisasi profesi bertalian dengan pengembangan
profesi pendidik adalah mengkoordinasi kesempatan yang ada untuk
meningkatkan profesi, menilai tingkat profesionalisme pendidikan, mengawasi
pelaksanaan pendidikan dan perilaku pendidikan sebagai seorang profesional
dan menjatuhkan sanksi terhadap mereka yang melanggar kode etik profesi
pendidikan.22
Setiap program kerja organisasi profesi keguruan disusun dengan
menggunakan alur kerja sebagai berikut:
Pertama, adakan kajian secara teoritis dan empiris yang mantap untuk
mendiskripsikan kebutuhan pengembangan diri serta profesionalitas para guru,
baik yang bersifat kuratif (remidial; pembenahan atau perbaikan), preservatif
(membina serta mempertahankan eksistensi dan kecakapan kerja yanbg
terstandar), maupun yang bersifat preventif (antisipatif; menjawab tantangan
yang diduga akan muncul sebagai akibat perkembangan iptek dan kebutuhan
masyarakat yang semakin modern)
Kedua, daftar kebutuhan pengembangan diri guru serta
profesionalitasnya, yang telah dipolakan dengan mempertimbangkan prioritas

20
B. Suryobroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta; Rineka Cipta, 2004), hlm. 191
21
bid., hlm. 192
22
Made Pidarta, Op.Cit., hlm. 282

11
setiap satuan kebutuhan (hasil kerja tahap pertama), perlu dimantapkan
dengan meminta konfirmasi dan atau persetujuan dari para ahli di bidang
keguruan dan para guru yang mengenali dengan baik tuntutan profesinya serta
yang berhasil dalam kerjanya. Penyelesaian tahap kedua ini umumnya
ditempuh dengan menyelenggarakan seminar, lokakarya dan konsultasi.
Ketiga, perumusan program kerja secara definiif, penggandaan
penyebarluasan , dan pengarsipannya.23
b. Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Agama Islam
Mengingat peranan stategis guru dalam setiap upaya peningkatan
mutu relevansi dan efesiensi pendidikan, maka pengembangan profesional
guru merupakan kebutuhan.
Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan,
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran,
lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan
dan berbagai kegiatan akademik lainnya.24
Upaya peningkatan profesi guru di indonesua sekurang-kurangnya
menghadapi dan memperhitungkan empat faktor yaitu, ketersediaan dan mutu
calon guru, pendidikan pra jabatan dan peranan organisasi profesi.25
Usaha pengembangan profesi tenaga kependidikan, khususnya guru,
meliputi:26
1. Program pre-service education
Sejak Indonesia merdeka sampai sekarang pemerintah telah
mengusahakan berbagai lembaga yang menata usaha perbaikan mutu guru,
diantaranya diadakan pembaharuan pendidikan guru dengan ditetapkan suatu
pola pembaharuan sistem pendidikan tenaga kependidikan ( PPSPTK ).

23
A. Samana, Profesionalisme Keguruan; Kompetensi dan Pengembangannya, (Yogyakarta:
Kanisius, 1994), hlm. 101
24
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta; Rineka Cipta, 1999), hlm. 46
25
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta; Ciputat Pers,
2002), hlm. 24
26
Piet A Sahertian, Profil Pendidikan Profesional, (Yogyakarta: Abdi Offset, 1994), hlm. 67

12
Selain itu juga ada program akta mengajar. Program ini diberikan
kepada mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh
kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sosial.
2. Program in-service education
Bagi mereka yang sudah memiliki jabatan guru dapat berusaha
meningkatkan profesinya melalui pendidikan lanjutan. Dikatakan in-
service education bila mereka sudah menjabat dan kemudian mengikuti kuliah
lagi. Dari sisi ini LPTK mempunyai fungsi in-service.
Program ini adalah suatu usaha yang memberi kesempatan kepada
guru-guru untuk mendapatkan penyegaran yang membawa guru-guru
kearah up-to date.
Yang jelas pemahaman terhadap pengertian in-service harus dilihat
dari fungsinya terhadap subjek didik. Kalau lembaga pendidikan guru
difungsikan untuk meningkatkan mereka yang sudah punya jabatan dan
bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dan peranannya, maka
lembaga itu berfungsi in-service.
3. Program in-service training
Pada umumnya yang paling banyak dilakukan ialah melalui
penataran. Ada tiga macam penataran:

a) Penataran penyegaran, yaitu usaha peningkatan kemampuan guru agar sesuai


dengan kemajuan iptek serta memantapkan kemampuan tenaga kependidikan
tersebut agar dapat melakukan tugas sehari-hari nya dengan lebih baik. Sifat
penataran ini memberi kesegaran sesuai dengan perubahan yang terjadi.
b) Penataran peningkatan kualifikasi, yaitu usaha peningkatan kemampuan guru
sehingga mereka memperoleh kualifikasi formal tertentu sesuai dengan
standar yang ditentukan.
c) Penataran penjenjangan adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan guru
sehingga dipenuhi persyaratan suatu pangkat atau jabatan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Ada sejumlah cara dan tempat mengembangkan profesi pendidikan,
yaitu:

13
a) Dengan belajar sendiri dirumah
b) Belajar diperpustakaan khusus untuk pendidik
c) Dengan cara membentuk persatuan pendidik sebidang studi atau yang
berspesialisasi sama dan melakukan tukar menukar pikiran atau diskusi dalam
kelompoknya masing-masing.
d) Mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah dimanapun pertemuan itu diadakan
selama masih dapat dijangkau oleh pendidik.
e) Belajar secara formal dilembaga-lembaga pendidikan
f) Mengikuti pertemuan organisasi profesi pendidikan
g) Ikut mengambil bagian dalam kompetisi-kompetisi ilmiah.27
Upaya-upaya pemerintah yang dapat dikategorikan sebagai usaha
peningkatan kemampuan profesional guru:

a) Program pascasarjana, yaitu usaha peningkatan terhadap kualifikasi tenaga


pengajar diperguruan tinggi
b) Pengelolaan pengadaan tenaga kependidikan, yang dilakukan dengan dua
usaha, yaitu:
Usaha penunjang pembinaan pendidikan, yaitu peningkatan kegiatan
pelayanan pada tingkat pusat terhadap setiap lembaga penyelenggara
pendidikan, serta adanya hubungan timbal balik antara pihak penghasil dan
pemakai tenaga guru demi peningkatan mutu lulusan
Usaha pengurusan lulusan, yang berkenaan dengan pengangkatan,
penempatan, dan pemberhentian.
c) Proyek Pengembangan Pendidikan Guru ( P3G ), yang memusatkan
perhatiannya kepada usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan guru,
usaha-usaha yang dilakukan oleh P3G adalah:
Menyelenggarakan penataran lokakarya
Menyediakan sarana-sarana penting berupa pembanguanan Pusat Sumber
Belajar ( PSB )
Menyusun makalah-makalah yang dapat dijadikan penunjang kurikulum.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Strategi Pengembangan
Profesionalisme guru
1) Faktor Pendukung

27
Made Pidarta, Op.Cit., hlm. 282

14
Pada hakekatnya kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai seorang pendidik dan pengajar tidak lepas dari beberapa
unsur yang akan menunjang dan menghambat tugasnya, baik unsur yang
datang dari dalam dirinya (faktor Intern) maupun unsur yang datang dari luar
dirinya (faktor ekstern). Kedua faktor yang dapat menunjang atau
menghambat perkembangan profesionalisme guru tersebut akan diuraikan di
bawah ini:
a. Faktor Intern
Adapun factor intern yang dapat membentuk yang selanjutnya akan
menentukan keberhasilan profesionalisme guru adalah:28
1) Latar belakang pendidikan guru
Cece Wijaya dan A. Tabrai mengungkapkan bahwa: Tinggi
rendahnya pengakuan profesionalisme sangat bergantung kepada keahlian
dan tingkat pendidikan yang ditempuh.29
2) Pengalaman belajar
Pengalaman (lama) mengajar akan ikut menunjang keberhasilan guru
dalam melaksanakan tugasnya, sebab pengalaman itu merupakan guru yang
paling baik. Untuk itu semakin lama kadar pengalaman guru mengajar maka
akan semakin banyak kadar pengalaman diperoleh, dengan demikian ia akan
lebih lancar dalam melaksanakan tugasnya. Jadi kemampuan guru dalam
menjalankan tugas sangatlah berpengaruh terhadap peningkatan
profesionalisme guru. Begitu juga ditentukan oleh pengalaman mengajar guru
terutama pada latar belakang pendidikan guru. Bagi guru yang pengalaman
mengajarnya baru satu tahun misalnya, akan berbeda-beda dengan guru yang
pengalaman mengajar telah bertahun-tahun sehingga semakin lama semakin
banyak pengalaman semakin besar tugas guru dan mengantarkan peserta
didiknya utnuk mencapai tugas belajar.30

28
Mufarrihah, Strategi Pengembangan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Aspek Kompetensi Pedagogik di SMA, (Skripsi Sarjana, Fakultas Tarbiyah Universtas Islam
Negeri Malang, Malang, 2010), hlm. 79
29
Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,
Cet 3, (Bandung: Rosdakarya, 1994), hlm. 22
30
Mufarrihah, Op Cit., hlm. 83.

15
3) Penguasaan materi secara mendalam dan dinamis
Menguasai materi pelajaran menjadi indikator pertama dan utama.
Dalam hal ini, guru harus memegang materi yang menjadi keahliannya,
jangan mengajar materi yang tidak disenangi atau disukai karena peserta
didik akan menjadi korban. Kalau guru belajar dari nol maka kualitas
pengajarannya nihil. Peserta didik merasa tidak ada kepuasan dalam
menerima penjelasan guru, atau mengajar materi yang tidak disukai
menyebabkan guru malas membaca dan ogah-ogahan dalam menjelaskan
kepada murid.31
Guru yang mengajar sesuai bidangnya akan termotivasi untuk
mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin, ada kepuasan batin
dalam jiwanya untuk mencapai taraf tertinggi dalam kemampuannya. Peserta
didik akan tercerahkan dengan pemikiran dan gagasannya yang dinamis,
kompetitif, dan produktif.32
4) Kesadaran untuk meningkatkan kemampuan profesional
Guru jangan hanya mengandalkan pihak lain untuk mengembangkan
profesionalitas. Guru harus mempunyai mental aktif, dinamis, dan pro aktif
dalam mengembangkan potensi. Ia harus menekuni bidang yang digelutinya
dengan banyak membaca, berdiskusi, dan kegiatan-kegitan ilmiyah lainnya.33
Seorang guru jangan sampai disibukkan mengajar saja (meskipun
sudah menjadi aktivitas rutin yang dilakoni), tapi harus mampu menampilkan
profesionalitas dalam menjalankan fungsifungsinya. Terutama dalam
menumbuhkan kesadaran untuk meningkatkan kempuan profesionalitasnya
sebagai guru yang berada di era global ini.34
Guru tidak boleh merasa puas terhadap ilmu yang dimilikinya.
Sebaliknya, ia merasa ilmu yang dimiliki masih sedikit, jauh dari standar
profesionalitas sehingga ia harus terus belajar, belajar, dan belajar.35 Dengan

31
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Dan Perkembangan Watak Bangsa, (Jakarta: PT.
Grafindo Persada, 2005), hlm. 164
32
Ibid, hlm. 165
33
Abdul Rachman Shaleh Op. cit., hlm. 56
34
Ibid, hlm. 54
35
Ibid, hlm. 101

16
tidak merasa puas dengan ilmu yang dimiliki maka guru akan menyadari
untuk selalu mengembangkan potensinya dalam rangka meningkatkan mutu
keilmuannya serta dalam mengembangkan profesionalismenya yang selalu
metuntut keluasan ilmu dan inovasi-inovasi baru pada zaman sekarang ini.
Dalam buku Pendidikan Agama Dan Perkembangan Watak Bangsa
menyebutkab bahwa Adapun kemampuan dasar yang mendukung
profesionalisme guru, yaitu:36
a) Merencanakan program mengajar
b) Mengelola proses belajar mengajar
c) Menilai proses belajar mengajar
d) Menguasai bahan pelajaran
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern faktor yang datang dari luar diri guru yang dapat
menunjang atau mengambat guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
berikut:37
1) Sifat karakteristik anak
Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah antara lain ditentukan
oleh ketepatan pemahaman guru terhadap perkembangan murid. Pemahaman
terhadap perkembangan murid tersebut, dapat menjadi dasar bagi
pengembangan strategi dan proses pembelajaran yang membantu murid
mengembangkan perilaku-perilakunya yang baru. Kenyataan menunjukkan
bahwa pada setiap murid memiliki karakteristik pribadi atau perilaku yang
relatif berbeda dengan murid lainnya. Keragaman perilaku ini mengandung
implikasi akan perlunya data dan pemahaman yang memadai terhadap setiap
murid.38
Sebagai seorang guru yang profesional harus memahami betul
karakteristik anak, karena setiap murid memiliki perbedaan antara satu dan
lainnya. Disinilah peran dan fungsi serta tanggung jawab guru, selain
mengajar juga perlu memperhatikan keragaman karakteristik. Perilaku

36
Ibid, hlm. 295
37
Mufarrihah, Op Cit., hlm. 86.
38
Ibid, hlm. 86

17
peserta didik, sehingga peran guru bukan hanya sebagai pengajar akan tetapi
guru juga mempunyai tugas sebagai motivator atau pendorong, sebagai
pembimbing dan memberi fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mencapai
tujuan. 39
Begitu juga perbedaan individual peserta didik juga merupakan
masalah dalam kaitannya dengan pekasanaan proses belajar mengajar, untuk
itu guru harus memperhatikan pebedaan individu peserta didik. Harus diakui
bahwa pada setiap peserta didik mempunyai daya potensi masing-masing,
baik itu didalam tingkat berfikirnya, emosinya, minat, bakat dan yang
lainnya. Dalam hal ini persiapan menerima pelajaran dan kematangannya
untuk berkembangnya suatu pada peserta didik tersebut mewujudkan gerak
langkah berhasil tidaknya profesional guru.40
2) Personalia administrasi
Relasi guru dengan personalia administrasi sekolah juga ikut
menentukan kelancaran tugas-tugas profesional guru. Apabila keperluan guru
yaitu keperluan yang ada kaitannya dengan proses belajar mengajar, misalnya
sarana dan prasarana pendidikan dapat terpenuhi dengan baik, akan banyak
membantu kelancaran pelaksanaan tugas guru. Adapun pada sekolah tertentu
yang disebabkan tenaganya terbatas, maka guru di samping mempunyai tugas
akademik juga mempunyai tugas administratif, dengan demikian ia
mengemban tugas ganda. Gejala seperti ini akan banyak pengaruhnya
terhadap profesi guru. Karena terlalu banyak pekerjaan yang dibebankan
kepada guru-guru, otomatis akan menganggu konsetrasi berfikirnya dan
dalam hal ini membawa dampak pada kelancaran tugasnya sebagaimana
tugas yang semestinya, yaitu mengajar dan mendidik dalam rangka untuk
mengantarkan peserta didiknya menjadi manusia yang dewasa dan
berkepribadian luhur. 41
Dengan tersedianya fasilitas khusus bagi masing-masing guru akan
banyak memberikan keleluasaan kepadanya, untuk belajar dan mengorganisir

39
Ibid, hlm. 87
40
Ibid, hlm. 87
41
Ibid, hlm. 88

18
bahan-bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dengan
demikian diharapkan bahwa guru dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik.42
3) Orang tua murid
Hubungan antara orang tua murid dengan pihak sekolah akan ikut
mendukung terhadap tugas dan profesi guru di sekolah. Adanya kerjasama
antara guru dengan orang tua murid ini menunjukkan adanya keharmonisan
antara guru dengan orang tua murid serta tanggung jawab bersama dengan
membantu anak untuk menuju kedewasaan, baik kedewasaan dalam berfikir
maupun kedewasaan dalam bertingkah laku.43
4) Pengawasan dari kepala sekolah
Pengawasan dari kepala sekolah sering disebut supervisi. Pelaksanaan
ini untuk mengetahi perkembangan guru dalam mengajar dan ditujukan untuk
pembinaan, peningkatan professional guru dalam proses belajar mengajar.44
2) Faktor Penghambat
Krisis profesionalisme guru dalam dunia pendidikan merupakan
problematika tersendiri bagi dunia pendidikan dalam menciptakan mutu yang
baik yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran guru akan jabatan dan tugas
yang diembannya serta tanggung jawab keguruannya. Guru hanya
menganggap mengajar sebagai kegiatan untuk mencari nafkah semata atau
hanya untuk memperoleh salary dan sandang pangan demi survival fisik
jangka pendek, agaknya akan berbeda dengan cara seseorang yang
memandang tugas atau pekerjaannya sebagai calling profesio dan amanah
yang hendak dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan.45
Mulyasa mengungkapkan beberapa kesalahan yang sering dilakukan
oleh guru dalam pembelajaran yaitu:46
a. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran

42
Ibid, hlm. 88
43
Ibid, hlm. 89
44
Ibid, hlm. 91
45
Muhaimin, Paradirgma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 118.
46
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 28-30

19
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian
informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru
harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai
keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan.
Dalam pada itu, guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang
efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal. 47
Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk membuat
persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam kenyataannya,
dengan berbagai alasan banyak guru yang mengambil jalan pintas dengan
tidak membuat persiapan ketika mau melakukan pembelajaran, sehingga guru
mengajar tanpa persiapan. Mengajar tanpa pesiapan di samping merugikan
guru sebagai tenaga profesional juga akan sangat mengganggu perkembangan
peserta didik. Adakalanya guru membuat persiapan mengajar tertulis hanya
untuk memenuhi tuntutan administrative atau disuruh oleh kepala sekolah
karena akan ada pengawasan ke sekolahnya.48
b. Menunggu peserta didik berperilaku negatif
Dalam pembelajaran di kelas, kebanyakan guru terperangkap dengan
pemahaman yang keliru tentang mengajar. Mereka menganggap mengajar
adalah menyampaikan materi kepada peserta didik, mereka juga menganggap
mengajar adalah memberikan sejumlah pengetahuan kepada peserta didik.
Tidak sedikit guru yang sering mengabaikan perkembangan kepribadian
peserta didik, serta lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat
baik, dan tidak membuat masalah. Biasanya guru baru bisa memberikan
perhatian kepada peserta didik ketika ribut, tidak memperhatikan atau
mengantuk di kelas, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk.
Kondisi tersebut seringkali mendapat tanggapan yang salah dari peserta
didik. Mereka beranggapan bahwa jika ingin mendapat perhatian atau

47
Ibid,
48
Ibid,

20
diperhatikan guru, maka harus berbuat salah, beruat gaduh, mengganggu, dan
melakukan tindakan indisiplin lainnya.49
c. Mengabaikan perbedaan peserta didik
Kesalahan yang sering dilakukan oleh guru dalam pembelajaran
adalah mengabaikan perbedaan individu peserta didik. Setiap peserta didik
memiliki perbedaan individual sangat mendasar yang perlu diperhatikan
dalam pembelajaran. Peserta didik memiliki emosi yang sangat bervariasi dan
sering memperlihatkan sejumlah perilaku yang tampak aneh. Pada umumnya,
perilaku-perilaku tersebut relatif normal dan cukup bisa ditangani dengan
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Akan tetapi, karena guru di
sekolah dihadapkan pada sejumlah peserta didik, guru seringkali kesulitan
untuk mengetahui mana perilaku yang normal dan wajar, serta mana perilaku
yang indisiplin dan perlu mendapat penanganan khusus.50
d. Merasa paling pandai
Kesalahan lain yang sering dilakukan oleh guru dalam pembelajaran
adalah merasa paling pandai. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa
pada umumnya para peserta didik di sekolah usianya relatif lebih muda dari
gurunya, sehingga guru merasa bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh
dibandingkan dengan dirinya, peserta didik dipandang sebagai gelas yang
perlu diisi air ke dalamnya.51
e. Tidak adil
Keadilan dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru dalam
pembelajaran dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam
prakteknya banyak guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangan
peserta didik dan ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan oleh guru,
terutama dalam penilaian.52
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka seorang guru harus mampu
memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah, dan

49
Ibid,
50
Ibid,
51
Ibid,
52
Ibid,

21
yang paling penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari
kesalahan-kesalahan.53

C. PENUTUP
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar
mengajar yang sangat berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru
sebagai salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan aktif dan
menempatkan kedudukan sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang. Hal ini dapat diartikan bahwa pada
setiap guru memiliki tanggung jawab untuk membawa para siswa kepada
suatu kedewasaan atau taraf pematangan tertentu.
Guru bertugas dan bertanggungjawab mewariskan kebudayaan dalam
bentuk kecakapan, kepandaian, dan pengalaman empirik kepada peserta
didik, membentuk kepribadian peserta didik sesuai dengan nilai dasar
Negara, mengantarkan peserta didik menjadi warganegara yang baik,
mengarahkan dan membimbing peserta didik sehingga memiliki kedewasaan
dalam berbicara, bertindak, dan bersikap. Guru juga bertanggungjawab dalam
memfungsikan diri antara sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat, guru harus mampu mengawal dan menegakkan disiplin, baik
kepada dirinya sendiri, peserta didik serta orang lain, guru harus bisa
memfungsikan diri sebagai manager dan administrator yang disenangi,
melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai anamat profesi. Guru di beri
tanggungjawab paling besar dalam hal perencanaan dan pelaksanaan
kurikulum serta evaluasi keberhasilannya, membimbing peserta didik untuk
belajar memahami dan menyelesaikan yang dihadapi peserta didiknya. Guru
harus merangsang peserta didik untuk memiliki semangat yang tinggi dalam
membentuk kelompok studi serta dalam mengembangkan kegiatan ekstra
kurikuler dalam rangka memperkaya pengalaman.

53
Ibid,

22
Model pengembangan guru mencakup: individual guided staff
development, obsevation / assessment, involvement in a development in
provement process, training dan inquiry.
Adapun bentuk-bentuk peningkatan professional keguruan secara
garis besar dibedakan menjadi peningkatan secara individual dan melalui
organisasi profesi.
Selanjutnya dalam upaya mengembangkan kompetensi professional
dilaksanakan dengan menggunakan program pre-service education,
program in-service education dan program in-service training

23
DAFTAR RUJUKAN

Nawawi, Hadari. 1999. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai


Lembaga Pendidikan. Jakarta: CV. Haji Masagung
Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: ALFABETA
Sagala, Saiful. 2000. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta
Darmadi, Hamid. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: ALFABETA
Suryobroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Samana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan; Kompetensi dan
Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius
Soetjipto dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Nurdin, Syafruddin. 2002. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.
Jakarta: Ciputat Pers
Sahertian, Piet A. 1994. Profil Pendidikan Profesional. Yogyakarta: Abdi Offset
Mufarrihah. Strategi Pengembangan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama
Islam dalam Aspek Kompetensi Pedagogik di SMA. Skripsi Sarjana,
Fakultas Tarbiyah Universtas Islam Negeri Malang, Malang, 2010
Wijaya, Cece dan Tabrani Rusyan. 1994. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Cet 3. Bandung: Rosdakarya
Shaleh, Abdul Rachman. 2005. Pendidikan Agama Dan Perkembangan Watak
Bangsa. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Muhaimin. 2002. Paradirgma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya

24

Anda mungkin juga menyukai