Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERSEPSI DAN MOTIVASI

OLEH
KELOMPOK 7:

RAUKA HILLIAH (161211194)


RESSY RAHMADANI (161211195)
REZA SOVIA (161211196)
SAFADILLA UMMIA Y (161211197)
SHAFIRA HASANAH (161211198)
SUCI WAHYU BUSTA (161211199)
TIKA YULASNI (161211200)

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Guslinda, M.Kep. Sp.Kep J

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera
kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita,
termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Sedangkan motivasi juga merupakan kekuatan yang
mendorong dan mengarahkan keberhasilan perilaku yang tetap ke arah tujuan tertentu.
Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki
kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di
sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa yang dilihat
atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan apa yang hendak dilakukan untuk mengatasi
keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif pada
manusia meliputi tingkat intelegensi, kondisi fisik, serta kecepatan sistem pemrosesan
informasi terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai
kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada kemampuan
kognitif. Masalah yang dialami dapat terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan pada tubuh
manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat menyebabkan
kerusakan salah satu indera, fisik dan juga mental. Akibat dari adanya keterbatasan kognitif
ini, manusia menjadi tidak mampu untuk memproses informasi dengan sempurna. Dengan
ketidaksempurnaan ini maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif mengalami
masalah dalam meraba, mempelajari, atau berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang
dihadapinya.

Motivasi adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan
bantuan orang lain. Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan
dorongan kita. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri.
Sementara harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang
diinginkan bisa kita capai.

B. Tujuan
1. Mempelajari tentang apa pengertian persepsi dan motivasi
2. Mempelajari tentang proses dan factor yang mempengaruhi persepsi dan motivasi
3. Mempelajari tentang gangguan persepsi dan motivasi
4. Mempelajari tentang coping behaviour persepsi dan motivasi
5. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada
perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu
yang dinamakan persepsi. Proses persepsi tidak dapat lepas dari proses pengindraan, dan
proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan
akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indra,
yaitu melalui mata sebagai alat penglihatan, telingga sebagai alat pendengar, hidung sebagai
alat pembauan, kulit pada telapak tangan sebagai indra perabaan, yang kesemuanya
merupakan alat indra yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu.

Ada beberapa pengertian menurut para ahli :

a) Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterprestasian terhadap rangsang yang

diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu berarti dan

merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang intergrated diri

individu (Bimo Walgito, 2001).

b) Persepsi ialah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara

hal ini melaui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah

pancaindranya mendapat rangsang (Maramis, 1999).

c) Menurut Matlin (1998), persepsi adalah proses aplikasi pengetahuan sebelumnya


untuk memperoleh/mengumpulkan dan menginterpretasikan stimulus yang
ditangkap panca indera (sensory register).
d) Menurut Davidoff (1981), persepsi adalah stimulus yang diterima indera oleh individu
di organisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti
apa yang diindera.

Dengan demikian, persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang


melalui panca indra yang didahulu oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui,
mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun dalam
diri individu

2. Macam-Macam Persepsi
Ada dua macam persepsi, yaitu :

a) External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang
dari lur diri individu.

b) Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari
dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.

3. Proses Persepsi

Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa tahap-tahap persepsi antara lain:
a. Tahap pertama
Merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik,
merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
b. Tahap kedua
Merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses
diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf
sensoris.
c. Tahap ketiga
Merupakan tahap yang dikenal dengan proses psikologik, merupakan proses
timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
d. Tahap keempat
Merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan
perilaku.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut David Krech dan Ricard Crutfield dalam Jalaludin Rahmat (2003:55)
membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Faktor Fungsional
Faktor Fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu
dan hal-hal lain yang kita sebut sebagai faktor personal. Faktor fungsional yang
menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang
melakukan persepsi.
b. Faktor Struktural
Faktor Struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap
efek-efek syarat yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.
5. Gangguan Persepsi

Gangguan persepsi (dispersepsi) adalah kesalahan atau gangguan persepsi. Menurut


Maramis (1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi, yaitu:

a. Halusinasi atau mava


Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada
pancaindera seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin organik,
fungsional psikotik ataupun histerik. Secara singkat halusinasi adalah persepsi atau
pengamatan palsu.
Jenis-jenis halusinasi, yaitu:
1). Halusinasi optik (halusinasi penglihatan)
Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk, tidak berbentuk, berwarna, dan tidak
berwarna.
2). Halusinasi auditif/akustik
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara manusia, hewan, barang, musik dan
kejadian alami.
3). Halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman)
Halusinasi yang seolah-olah mencium suatu bau tertentu.
4). Halusinasi gustatorik (halusinasi pengecapan)
Halusinasi yang seolah-olah mengecap suatu zat atau rasatentang sesuatu yang
dimakan.
5). Halusinasi taktil (halusinasi peraba)
Halusinasi yang seolah-olah merasa diraba, disentuh, dicolek, ditiup, dirambati ulat
dan disinari.
6). Halusinasi kinestik
Halusinasi yang seolah-olah merasa badannya bergerak disebuah ruang tertentu dan
merasa anggota badannya bergerak sendiri.
7). Halusinasi viseral
Halusinasi yang seolah-olah ada perasaan tertentu yang timbul ditubuh bagian dalam
(mis. Lambung seperti ditusu-tusuk jarum).
8). Halusinasi hipnagonik
Persepsi sensorik bekerja yang salah terdapat pada orang normal, terjadi sebelum
tidur.
9). Halusinasi hipnopompik
Persepsi sensorik bekerja yang salah terdapat pada orang normal, terjadi tepat
sebelum bangun tidur.
10). Halusinasi histerik
Halusinasi yang timbulpada neurosis histerik karena konflik emosional.

b. Ilusi
Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan (persepsi)
yang sebenarnya sunguh terjadi karena adanya rangsang pada pancaindera. Secara singkat
ilusi adalah persepsi atau pengamatan yang menyimpang. Contoh: bayangan daun pisang
dilihatnya seperti seorang pejahat, bunyi angin terdengar seperti ada orang yang memanggil
namanya, suara binatang disemak-semak terdengar seperti ada tangisan bayi.

c. Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah perasaan yang aneh tentang dirinya sudah tidak seperti biasa
lagi, tidak menurut kenyataan atau kondisi patologis yang seseorang. Contoh: perasaan
bahwa dirinya seperti sudah di luar badannya, perasaan bahwa kaki kanannya bukan miliknya
lagi.

d. Derealisasi
Derealisasi adalah perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar dan tidak menurut
kenyataan sebenarnya. Contoh: segala sesuatu dirasakan seperti mimpi.

e. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi


Somatosensorik adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara simbolik
menggambarkan adanya suatu konflik emosional. Contoh: anestesia yaitu kehilangan
sebagian atau seluruh kepekaan indera peraba pada kulit, perestesia yaitu perubahan pada
indera peraba (seperti ditusuk-tusuk jarum), gangguan penglihatan atau pendengaran,
makropsia, dan mikropsia.

f. Gangguan psikofisiologik
Gangguan psikofisiologik adalah gangguan pada tubuh yang disyarafi oleh susunan
syaraf yang berhubungan dengan kehidupan dan disebabkan oleh gangguan emosi. Contoh:
Kulit : radang kulit, biduran, gatal-gatal, dan banyak cairan pada kulit.
Otot dan tulang : otot tegang sampai kaku dikepala dan punggung.
Alat pernafasan : sindrom hiperventilasi (nafas berlebihan).
Jantung dan pembuluh darah : debaran jantung yang cepat, dan tekanan darah
meningkat.
Alat pencernaan : lambung perih, mual, muntah, kembung, dll.

g. Agnosia
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi, baik
sebagian maupun total sebagai akibat kerusakan otak.

6. Syarat Agar Individu Dapat Mengadakan Persepsi

Dengan persepsi individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan
lingkungan yang ada disekitar maupun tentang keadaan diri individu yang bersangkutan (self
perception). Alat penghubung individu antara dunia luar adalah alat indra. Persepsi
merupakan suatu proses yang harus didahuluin pengindraan.Yaitu dengan diterimanya
stimulus oleh reseptor, diteruskan diotak atau pusat saraf yang diorganisasikan dan
diinterprestasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya individu menyadari tentang apa yang
dilihat dan didengarkan

Syarat terjadinya persepsi :

a) Adanya objek stimulus alat indra (reseptor). Stimulus berasal dari luar individu
(langsung mengenai alat indra/resptor) dan dari dalam individu (langsung mengenai
saraf sensoris yang bekerja sebagai alat reseptor).

b) Adanya perhatian sebagai langkah untuk mengadakan persepsi.


c) Adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus.

d) Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat
kesadaraan) dari otak bawah melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan
respon

7. Coping Behavior Gangguan Persepsi

Tingkah laku coping yang berhasil maka terjadi penyesuaian antara diri individu
dengan lingkungannya (adaptasi). Otto Soemarwoto (1987), mengungkapkan bahwa adaptasi
itu ada tiga macam, yaitu:
a. Adaptasi Fisiologi, adalah proses adaptasi melalui faal. Contohnya: orang yang hidup di
lingkungan yang tercemar dalam tubuhnya berkembang kekebalan terhadap infeksi.
b. Adaptasi Morfologi, yaitu terjadi perubahan bentuk fisik pada dirinya. Contohnya orang
eskimo yang hidup di daerah dingin mempunyai bentuk tubuh yang pendek dan
kekar.
c. Adaptasi kultural / adjusment, yaitu adaptasi yang terjadi dengan melakukan perubahan
pada lingkungan tempat hidup agar tercapai keseimbangan dengan dirinya.
Contohnya penggunaan alat pendingin ruangan.

Penjelasan mengenai bagaimana manusia mengerti dan menilai lingkungan dapat didasarkan
pada 2 cara pendekatan:
a. Pendekatan pertama, adalah yang dinamakan pandangan konvesional. Bermula dari adanya
rangsang dari luar individu (stimulus), individu menjadi sadar akan adanya stimulus ini
melalui sel-sel syaraf reseptor (penginderaan) yang peka terhadap bentuk-bentuk energi
tertentu (cahaya, suara, suhu). Bila sumber energi itu cukup kuat untuk merangsang sel-sel
reseptor maka terjadilah penginderaan. Jika sejumlah penginderaan disatukan dan
dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa
mengenali dan menilai obyek-obyek, maka keadaan ini dinamakan persepsi. Secara umum
pandangan konvensional ini menganggap persepsi sebagai kumpulan penginderaan
(sensation). Jadi, kalau kita melihat sebuah benda yang bisa bergerak cepat, punya roda
empat maka kumpulan penginderaan itu akan diorganisasikan secara tertentu, dikaitkan
dengan pengalaman dan ingatan masa lalu, dan diberi makna tertentu sehingga kita bisa
mengenal benda itu sebagai mobil. Pandangan seperti ini dinamakan juga pendekatan
konstruktivisme. Akan tetapi, aktivitas mengenali obyek atau benda itu sendiri adalah
aktivitas mental, atau disebut juga aktivitas kognisi (kesadaran yang didapat dari proses kerja
pikiran yang dengannya orang akan waspada terhadap obyek yang ada dalam pikirannya).
Maka sebenarnya otak tidak secara pasif menggabung-gabungkan kumulasi (tumpukan)
pengalaman dan memori, melainkan aktif untuk menilai, memberi makna, dan sebagainya.
Karena adanya fungsi aktif dari kesadaran manusia, pandangan ini digolongkan juga pada
pandangan fungsionalisme. Jadi, secara konvensionalisme, persepsi adalah kegiatan
mengkonstruksikan dari suatu fungsi.

b. Pendekatan kedua, adalah pendekatan ekologik. Pendekatan ini dikemukakan oleh Gibson
(Fisher et al, dalam Sarwono 1992), individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa
yang diinderakannya karena sesungguhnya makna-makna itu telah terkandung dalam
stimulus itu sendiri dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya. Ia berpendapat
bahwa persepsi terjadi secara spontan dan langsung. Jadi, bersifat holistik. Spontanitas itu
terjadi karena organisme selalu menjajaki (eksplorasi) lingkungannya dan dalam penjajakan
itu ia melibatkan setiap obyek yang ada di lingkungannya dan setiap obyek menonjolkan
sifat-sifatnya yang khas untuk organisme bersangkutan. Dengan kata lain menurut Gibson,
obyek-obyek atau stimulus sendiripun aktif berinteraksi dengan makhluk yang mengindera
sehingga akhirnya timbul makna-makna spontan itu. Adapun kelebihan manusia dari
makhluk lainnya adalah ia bisa mengubah kemanfaatan dari suatu stimulus sehingga lebih
memenuhi keperluanya sendi

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi
Adanya keinginan dan kebutuhan pada diri individu, memotivasi individu tersebut
untuk memenuhinya induvidu merasa haus mengarahkan perilakunya ke arah minum,
demikian pula individu yang lapar akan mengarahkan perilakunya ke arah makanan demikian
pula mahasiswa yang haus akan ilmu keperawatan akan mengarahkan perilakunya ke arah
tersebut. Di bandingkan dengan individu yang tidak haus atau tidak lapar, ternyata individu
tersebut melakukan perilaku yang lebih giat di bandingkan yang tidak termotivasi. Secara
umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi. Menurut Nancy Stevenson
(2001) motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang
melakukan sesuatu sebagai respons. Dan menurut Sarwono, S.W.(2000) motivasi menunjuk
pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu,
tingkahlaku yang di timbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari pada gerakan
atau perbuatan.

Pengertian motivasi :
a. Menurut Wahjosumidjo (1987), motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau psikologis
yang membuat seseorang melakukan sesuatu dengan respon dan juga merupakan proses
psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan
yang terjadi pada diri seseorang.
b. Menurut Herlina, adalah kekuatan, tanaga, keadaan yang komplek, kesiapsediaan dalam
diri individu dalam bergerak (motion) ke arah tujuan tertentu, baik disadari atau pun tidak
disadari.

2. Jenis Motivasi

Manusia sifatnya unik sehingga untuk memotivasi satu dengan yang lain tidak harus

sama. Melalui pemahaman tentang hierarki kebutuhan Maslow, tidak dapat mengetahui 9
jenis-jenis motivasi individu memiliki hierarki kebutuhan yang menetukan tindakannya sekali
kebutuhan paling dasar dipuaskan individu akan termotivasi untuk mencapai kebutuhan
berikutnya.

Menurut Abraham. C. dan Shanley F. (1997), jenis motivasi secara umum adalah uang,

penghormatan, tantangan, pujian, kepercayaan atasan, lingkungan kerja yang menarik, jam

kerja yang fleksibel, promosi, persahabatan, pengakuan, penghargaan, kemandirian,


lingkungan yang kreatif, bonus/hadiah, ucapan terimakasih, dan kenyakinan dalam berkerja

3. Proses Motivasi
a. Tahap pertama, keadaan yang mendorong, yang biasa disebut drive. Istilah drive sering
digunakan saat keadaan motif memiliki dasar biologis atau fisiologis. Drive dipandang
sebagai pendorong seseorang untuk bertindak. Drive dapat muncul bila organisme
kekurangan sesuatu atau memiliki kebutuhan. Drive juga bisa muncul bila ada stimulus dari
lingkungan.
b. Tahap kedua, tingkah laku, yang ditimbulkan oleh karena adanya Drive. Sebagai contoh
rasa lapar mendorong manusia untuk mencari makanan. Cepat atau lambat, bila tingkah laku
itu berhasil, maka kebutuhan maupun drive akan berkurang. Dengan perkataan lain, tingkah
laku pencarian makanan oleh manusia, merupakan alat untuk mendapatkan makanan dan
mengurangi dorongan lapar.
C Tahap ketiga, tingkah laku manusia diarahkan pada tahap ketiga dari siklus motifasional,
yaitu mencapai tujuan. Contoh siklus motivasi ini adalah pada rasa haus. Kekurangan air
pada tubuh menimbulkan kebutuhan dan dorongan (tahap I), memunculkan tingkah laku
mencari air minum (tahap II), yang merupakan tujuan (tahap III). Minum meredakan
kebutuhan air dalam tubuh sehingga rasa haus terpuaskan, dan siklus motifasional berhenti.
Tetapi dengan segera kebutuhan akan air timbul kembali, maka manusia akan memulai
kembali siklus motifasionalnya.

4. Motivasi dan Stress dalam Keperawatan

a) Motivasi dalam Keperawatan

Menurut Abraham C, dan Shanley F. (1997) motivasi perawat agar tetap berkerja di

departermen kesehatan Inggris didasarkan pada hasil penelitian Barret (1988), yaitu:

a. Kepuasan dengan pekerjaan mereka

b. Suasana kerja yang baik

c. Dukungan manajerial Yang baik

d. Tersedianya pendidikan berkelanjutan

e. Pengembangan profesionalisme

Menurut Abraham C, dan Shanley F. (1997), menyebutkan bahwa MC Dowell (1989)

dalam penelitiannya menemukan hal-hal yang memotivasi perawat tetap berkerja di

keperawatan, yaitu:

a. Kepuasan bekerja

b. Pengembangan profesional

c. Kondisi kerja yang baik


d. Tingkat penggajian

Namun, Hinshaw,dan kawan-kawan (1987) dalam penelitiannya di Amerika Serikat

menemukan faktor-faktor pendukung motivasi perawat yaitu:

a. Pengurangan staf

b. Status profesional

c. Kesenangan pada posisi yang dimiliki

d. Kemampuan memiliki aspek yang berkualitas

e. Kekohesifitasan kelompok

f. Pengenalan terhadap keunikan perawat

g. Kesempata pertumbuhan profesional

h. Pengendalian praktik keperawatan

b) Sumber stres dalam keperawatan

Menurut Abraham. C dan Shanley F. (1997), berdasarkan hasil survei yang dilakukan

Dewe (1989) di Amerika Serikat menemukan lima sumber stres dalam keperawatan, yaitu :

a. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak pasien, mengalami kesulitan
dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberi dukungan yang
dibutuhkan teman sekerja, dam menghadapi keterbatasan tenaga.

b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami konflik dengan teman
sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan, dan gagal
membentuk tin kerja dengan staf.

c. Kesulitan dalam merawat pasien kritis, misalnya kesulitan menjalankan perawatan yang
belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru, dan bekerja dengan Dokter yang
menuntut jawaban dan tindakan cepat.

d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien,misalnya bekerja dengan Dokter yang


tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional pasien, terlibat dalam ketidaksepakatan
pada program tindaka, merasa tidak pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien
atau keluarga, dan merawat pasien sulit atau tidak kerja sama.

e. Merawat pasien yang gagal untuk membaiki, misalnya pasien lansia, pasien yang nyeri
kronis, dan pasien yang meninggal selama merawat.
c) Cara memotivasi

Ada bebrapa cara yang dapatdi terapkan untuk memotivasi seseorang, yaitu :

a. Memotivasi dengan kekerasan (Motivating by force), yaitu cara memotivasi dengan

menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang diotivasi dapat

melakukan apa yang harus dilakukan.

Contoh :

Seorang komandan mengancam akan memberikan hukuman kepada anak buahnya

apabila tidak disiplin. Jenis motivasi ini lazim dikemiliteran dan tidak lazim

didalam masyarakat demokratis.

b. Memotivasi dan bujukan (Motivating by enticement), yaitu cara memotivasi dengan

bujukan atau memberi hadianh agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang

memberikan motivasi.

Contoh :

1. Mahasiswa yang berprestasi akan diberikan hadiah oleh pendidikan berupa

bebas membayar SPP selama 2 semester.

2. Pimpinan perusahaan akan menaikan gaji/upah karyawannya apabila

perusahaannya maju dan memperoleh kentungan besar.

c. Memotivasi dengan identifikasi (Motivating by indentification or ego-involvement),

yaitu cara memotivasi dengan menambahkan kesadaran sehingga individu berbuat

sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam

mencapai sesuatu.

Contoh :

Seorang mahasiswa belajar giat karena termotivasi bahwa bila belajar dengan

baik hingga berprestasi, yang akan memetik hasilnya adalah diri sendiri.

Seorang kariawa bekerja dengan baik, bukan karena ancaman atau bujukan,
tetapi karena termotivasi akan kesadarannya ntuk bekerja baik agar

perusahaannya maju dan dampaknya kesejahteraan meningkat

5. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi


Menurut Porter dan Miles, ada 3 faktor utama yang berpengaruh pada motivasi antara lain :
a. Ciri-ciri pribadi seseorang.
b. Tingkat dan jenis pekerjaan.
c. Lingkungan kerja.

4. Gangguan Motivasi
a. Hyperactive/hiperaktif
Ciri anak ini tidak bisa duduk diam dikelas. Kadang anak ini berlarian, meloncat,
bahkan berteria-triak. Anak ini sulit dikontrol untuk melaukan aktifitas secara teratur dan
tertib, serta suka menganggu teman sekelasnya.

b. Distractibility child
Tipe anak ini cenderung cepat bosan, mudah mengalihkan perhatiannya keberbagai
objek lain dikelas, mudah dipengaruhi, dan sulit memusatkan perhatian pada kegiatan-
kegiatan yang berlangsung di kelas.

c. Poor self concept


Ciri anak ini pendiam, sangat perasa atau sensitif, mudah tersinggung, sikapnya pasif
dan cenderung tidak berani bertanya karena merasa diri tidak mampu dan kurang bergaul.

d. Impulsive
Ciri anak ini cepat bereaksi. Anak jenis ini langsung berbicara, tanpa menghiraukan
pertanyaan guru, jawaban spontan, kurang mendukung kemampuan berfikir logis. Anak ini
berteriak pada saat menjawab, ingin menunjukan diri sebagai anak yang pandai, namun
jawaban atau reaksinya mencerminkan ketidakmampuanya, jawabannya tidak sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan.

e. Distractive behavior
Anak ini tipe perusak, sikapnya agresif kearah negatif, suka membanting atau
melempar. Anak ini termasuk anak yang bermasalah (trouble maker) sikap mudah
tersinggung dengan tempramen yang tinggi dan suka merusak.

f. Dependency
Ciri anak ini tidak dapat tinggal dikelas tanpa ditemani oleh ibunya, ketergantungan
ini dapat disebabkan oleh sikap ibu yang sangat melindungi anak sehingga saat di sekolahpun
harus ditemani oleh ibu

g. Withdrawl
Ciri anak ini adalah pemalu dan menganggap dirinya bodoh, sehingga malu pergi
kesekolah. Harga diri rendah yang disebabkan karena latar belakang sosial ekonomi orang tua
yang rendah.
h. Underachiever
Anak ini tidaklah termasuk anak bodohatau tolol. Meskipun semangat belajarnya
sangat rendah, sering melipakan PR dan hasil ulangannya selalu rendah. Anak ini potensi
intelektualnya diatas rata-rata. Guru diharapkan memberi perhatian yang serius kepada anak
yang berprestasi dibawah kemampuan ini.

i. Overrachiever
Anak ini memiliki motivasi belajar yang tinggi, cepat merespon dan sering tidak
menerima kritik. Sikapnya agak sombong serta merespon dengan sangat cepat. Anak ini tidak
bisa menerima kegagalan dirinya.

j. Slow learner
Anak ini acapkali malas, kalau ditanya biasanya membutuhkan waktu lama untuk
menjawabnya, sering lupa mengerjakan tugasnya, kalaupun dikerja biasanya tidak tuntas dan
cara berfikirnya lamban.

k. Social interception
Sikap anak ini seperti cuek ia kurang peka terhadap lingkungannya, sulit membaca
ekspresi guru dan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ini sering dikucilkan oleh teman-
teman sekitarnya.

5. Coping Behaviour Gangguan Motivasi


a. Motivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu cara memotivasi dengan
menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa
yang harus dilakukan. Contoh: seorang komandan akan memberikan hukuman pada anak
buahnya apabila tidak disiplin.
b. Motivasi dengan bujukan (motivacing by enticement), yaitu cara memotivasi dengan
bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang dimotivasi.
Contoh: mahasiswa berprestasi akan mendapat hadiah berupa bebas membayar SPP selama 2
semester.
c. Motivasi dengan identifikasi (motivating by identification or ego-involvement), yaitu cara
memotivasi dengan menambahkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena
adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai tujuan. Contoh:
seorang mahasiswa belajar giat karena termotivasi bila belajar dengan baik hingga berprestas,
yang akan memetik hasilnya adalah diri sendiri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa
ataupun hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi
dimulai dari persepsi. Permasalahan atau gangguan persepsi sangat beragam, diantaranya:
halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi,
gangguan psikologi dan agnosia.
2. Motivasi merupakan keinginan, hasrat penggerak dalam diri manusia, motivasi
berhubungan dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan,
kepuasan yang terjadi pada diri manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri seseorang
ditimbulkan oleh pimpinan.motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan
potensi bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan
mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi
adalah hal menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya mau
bekerjasama secara giat sehingga mencapai hasil yang optimal.

B. Saran
1. Setiap persepsi senantiasa diarahkan pada hal-hal yang positif agar tercipta kerukunan
hidup antara satu dengan yang lain.
2. Saling memberikan motivasi yang positif harus selalu dipupuk untuk menciptakan
semangat dan rasa percaya diri.
3. Persepsi dan motivasi adalah bagian dari perilaku manusia yang masing-masing memiliki
karakter atau ciri khas yang berbeda. Oleh karena itu perlu dijaga keseimbangan masing

DAFTAR PUSTAKA
Ibadina, Azkia. Motivasi Psikologi 2014. http//tugasku4free.blogspot.com/2014/12/psikologi-
motivasi.html

Khadiyanto, Parfi. 2009. Pemahaman Tentang Persepsi.


http://parfikh.blogspot.com/2009/02/pemahaman-tentang-persepsi.html

Setiawan, Agus. 2012. Gangguan Persepsi. http://agusetiawan-


onpapers.blogspot.com/2012/01/pengertian-persepsi.html

Tedjo. 2012. Persepsi dan Motivasi. https://tedjho.wordpress.com/2012/04/15/motivasi-dan-


persepsi.html

West Sinjai. 2009. Masalah motivasi dalam ilmu psikologi. http://psikologi


motivasi.blogspot.com/2009/05/masalah-motivasi-dalam-ilmi-psikologi.html

Anda mungkin juga menyukai