Anda di halaman 1dari 4

DIIT DEGENERATIF GINJAL

SARAF SIMPATIS

Disusun Oleh :

1. Syafrina Mareta Sari NIM : 101311223003

2. Fika Marlina. A NIM : 101311223011

PROGRAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2013 2014
Olahraga Berat Suhu dingin

Saraf simpatis pada


ginjal

Norepinefrin berikatan dg reseptor di


otot polos dengan ateriol

Perubahan pada ateriol aferen &


eferen di ginjal

Vasokontriksi arteri aferen &


eferen

Aliran darah ke glomerulus

Laju filtrasi glomerulus (LFG)

Aparatus jukstaglomerulus Ginjal tidak mampu Tidak mampu


terangsang u/ mensekresi renin mempertahankan metabolisme tubuh mensekresikan kalium ke
& keseimbangan cairan & elektrolit dalam cairan tubuh
Angiotensin I
Gangguan Fungsi ginjal
ACE Hiperkalemia
(angiotensinogen
converting enzyme)

Angiotensin II

Aldosteron Vasokonstriksi pembuluh darah

retensi Na & air di


tubulus ginjal

Tekanan darah
KETERANGAN

Peningkatan saraf simpatis dipengaruhi oleh olahraga berat dan suhu yang dingin.
Peningkatan saraf simpatis menyebabkan norepinefrin berikatan dg reseptor di otot polos
dengan ateriol kemudian berakibat pada perubahan pada ateriol aferen & eferen di ginjal.
Perubahan kondisien ateriol aferen dan eferen mengakibatkan terjadinya menyempinya
(vasokontriksi) arteri aferen & eferen. Jika arteri aferen dan eferen menyempit maka
menurunnya aliran darah ke glomerulus sehingga laju filtrasi glomerulus (LFG) juga
menurun. Keadaan menurunnya LFG mengakibatkan terjadinya tiga kondisi yaitu aparatus
jukstaglomerulus terangsang untuk mensekresi rennin, ginjal tidak mampu mempertahankan
metabolisme tubuh & keseimbangan cairan & elektrolit serta ginjal tidak mampu
mensekresikan kalium ke dalam cairan tubuh. Aparatus jukstaglomerulus terangsang untuk
mensekresi rennin akan mengeluarkan hormon angiotensin I. Melalui sistem ACE
(angiotensinogen converting enzyme) maka angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II
sehingga mengakibatkan keluarnya aldosteron dan menyebabkan vasokontriksi pada
pembuluh darah. Aldosteron akan meningkatkan retensi natrium & air di tubulus ginjal.
Vasokontriksi pada pembuluh darah dan meningkatnya retensi natrium dan air oleh
aldosteron memicu peningkatan tekanan darah tinggi. Pada kondisi dimana ginjal tidak
mampu mempertahankan metabolisme tubuh & keseimbangan cairan & elektrolit maka
terjadi gangguan fungsi ginjal. Kondisi LFG yang menurun mengakibatkan ginjal tidak
mampu mensekresikan kalium ke dalam cairan tubuh sehingga terjadi hiperkalemia yaitu
kondisi dimana kalium sangat berlebih dalam aliran darah.
DAFTAR PUSTAKA

1. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21382/4/Chapter%20II.pdf
2. www.academia.edu/5536218/MAKALAH_SISTEM_SARAF_OTONOM
3. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197003311997022-
HERNAWATI/FILE_6.pdf

Anda mungkin juga menyukai