Anda di halaman 1dari 9

LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT MENGENAI HAM

Oleh :

I GEDE MURDANA

1514101001

3A

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

TAHUN AJARAN 2016/ 2017


1. LSM YANG ADA DI INDONESIA MENGENAI PENEGAKAN HAM

Lembaga swadaya masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh
perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.
Organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal juga sebagai Organisasi
non pemerintah (disingkat ornop atau ONP (Bahasa Inggris: non-governmental Organization
.Organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara. Maka
secara garis besar organisasi non pemerintah dapat di lihat dengan ciri sbb :

Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara


Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan
(nirlaba)
Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk
kepentingan para anggota seperti yang di lakukan koperasi ataupun organisasi
profesi

Berdasarkan Undang-undang No.16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka secara umum
organisasi non pemerintah di indonesia berbentuk yayasan.

Secara garis besar dari sekian banyak organisasi non pemerintah yang ada dapat di kategorikan
sbb :

Organisasi donor, adalah organisasi non pemerintah yang memberikan dukungan biaya
bagi kegiatan ornop lain.
Organisasi mitra pemerintah, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan
dengan bermitra dengan pemerintah dalam menjalankan kegiatanya.
Organisasi profesional, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan
berdasarkan kemampuan profesional tertentu seperti ornop pendidikan, ornop bantuan
hukum, ornop jurnalisme, ornop kesehatan, ornop pengembangan ekonomi dll.
Organisasi oposisi, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan dengan
memilih untuk menjadi penyeimbang dari kebijakan pemerintah. Ornop ini bertindak
melakukan kritik dan pengawasan terhadap keberlangsungan kegiatan pemerintah

Sebuah laporan PBB tahun 1995 mengenai pemerintahan global memperkirakan ada sekitar
29.000 ONP internasional. Jumlah di tingkat nasional jauh lebih tinggi: Amerika Serikat
memiliki kira-kira 2 juta ONP, kebanyakan dibentuk dalam 30 tahun terakhir. Russia memiliki
65.000 ONP. Lusinan dibentuk per harinya. Di Kenya, sekitar 240 NGO dibentuk setiap
tahunnya.

2. Dasar Hukum

Lembaga swadaya masyarakat secara hukum dapat didirikan dalam dua bentuk:

Organisasi Massa, yakni berdasarkan Pasal 1663-1664 Kitab Undang-Undang Hukum


Perdata (KUHPerdata), serta UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan
("UU Ormas").
Badan Hukum, yakni berdasarkan Staatsblad 1870 No. 64, serta UU No. 16 Tahun 2001
tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 28 Tahun 2004 ("UU
Yayasan").
3. Era Otonomi Daerah

Pada era otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki peran dalam mengatur dan membina
lembaga swadaya masyarakat di daerah. Pemerintah daerah juga dapat membuat Peraturan
Daerah untuk mengatur lebih lanjut segala sesuatu tentang LSM. Sebagai contoh adalah
Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 09 Tahun 2004 tentang Lembaga Swadaya Masyarakat.
Dalam upaya perlindungan dan penegakan HAM telah di bentuk lembaga-lembaga resmi
oleh pemerintah diantaranya:

1. Komnas HAM

Komisi nasional HAM pada awalnya dibentuk dengan KEPPRES No. 50 Tahun 1993 pada
Tanggal 17 Juni 1993 dan kemudian di kukuhkan melalui UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM. KOMNAS HAM berkedudukan di Ibu Kota Negara dengan 1 orang ketua dan 2 wakil
ketua, anggotanya berjumlah 35 orang dengan massa jabatan 5 Tahun.

A. Tujuna dibentuknya KOMNAS HAM menurut UU RI No. 39 Tahun 1999 Pasal 75


adalah sebagai berikut:
Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM sesuai dengan
Pancasila, UUD 1945, Piagam PBB, serta Deklarasi Universal HAM.
Meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi dalam berbagai
bidang kehidupan.

B. Fungsi KOMNAS HAM sebagai berikut:

1. Fungsi Pengkajian dan Penelitian

Melakukan pengkajian dan penelitian berbagai instrument internasional dangan


tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi dan atau retifiksi.
Melakukan pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan
untuk memberikan rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan dan
pencabutan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan HAM

2. Fungsi Penyuluhan

Menyebarlusakan wawasan mengenai HAM kepada masyarakat Indonesia


Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HAM
Melakukan kerjasama dengan organisasi, lembaga, atau pihak-pihak lain
3. Fungsi Pemantauan

Pengamatan pelaksanaan HAM dan penyusunan laporan hasi pengamatan tersebut


Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap pelangaran HAM
Pemanggilan kepada pihak pengadu dan korban untuk di mintai keterangan
Pemangilan saksi untuk dimnintai keterangan dan penyerahan bukti yang
dibutuhkan
Peninjauan di tempat kejadiandan tempat lainnya
Pemangilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan secara tertulis
dengan persetujuan ketua pengadilan
Melakukan pemeriksaan dengan persetujuan ketua pengadilan
Pemberian pendapat berdasarkan persetujuan ketua pengadilan dari hasil
pemeriksaan

2. Pengadilan HAM

Pengadilan hak asasi manusia di Indonesia dibentuk berdasarkan UU RI No. 26 Tahun 2000
tentang pengadilan hak asasi manusia. Pengadilan hak asasi manusia merupakan pengadilan
khusus yang berada dilingkungan pengadilan umum dan berkedudukan di daerah kabupaten atau
kota. Untuk daerah khusus ibu kota Jakarta, pengadilan HAM berkedudukan di setiap wilayah
pengadilan negeri yang bersangkutan. Adapun tugas dan wewenag pengadilan HAM adalah
sebagai berikut:

Memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang berat


Memriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan
di luar batas territorial wilayah Negara RI oleh WNI
Pengadilan HAM tidak berwenang mengadili seseorang yang berumur di bawah 18
tahun
Pengadilan HAM Ad Hoc merupakan pengadilan yang mengadili Pelanggaran HAM yang
berlaku sebalum di undangkannya UU No. 26 tahun 2000. pengadilan HAM Ad Hoc di bentuk
atas usul DPR dengan keputusan Presiden. Adapun pelanggaran HAM berat yang ditangani oleh
pengadilan HAM berupa:

Kejahatan Genosida

Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan


seluruh atau sebagian kelompok Bangsa, Ras, Kelompok Etnis, Kelompok Agama. Ciri-
ciri Kejahatan Genosida Berupa:

1) Membunuh anggota kelompok


2) Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok
3) Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh atau sebagian
4) Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran didalam
kelompok
5) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain

Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagi bagian dari serangan yang meluas atau
sistematik yang diketahuinya bahwa seranggan tersebut ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil.

3. Lembaga Bantuan Hukum (LBH)

Lembaga bantuan hukum adalah organisasi independen yang memberi bantuan dan
pelayanan hukum kepada masyarakat.lembaga ini di kelola secara mandiri oleh para aktifis.
Lembaga bantuan hukum berperan sebagai:
a) Sebagai relawan yang membantu kepada pihak-pihak yang membutuhkan bantuh di
bidang hukum
b) Sebagi pembela dalam menegakkan keadilan dan kebenaran
c) Sebagi pembela dan pelindung HAM
d) Sebagai penyuluh dan penyebar informasidi bidang hokum dan hak-hak asasi
manusia

LBH dalam menjalankan tugasnya bersifat Pengabdian dan Professional yang artinya:

Bersifat pengabdian karena perbuatannya semata-mata mengabdi diri untuk kepentingan


hukum dan HAM
Bersifat Professional karena tindakan dan perbuatannya sesuai dengan bidang
keahliannya

4. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR)

Komisi kebenaran dan rekonsiliasi adalah lembaga yang melakukan penyelesaian terhadap
kasus pelanggaran HAM di luar pengadilan HAM. komisi ini di bentuk berdasarkan UU RI
nomor 27 tahun 2004. Menurut pasal 43 UU No. 26 tahun 2000 menyatakan bahwa kasus
pelanggaran HAM Berat yang tidak dapat di selesaikan melalui pengadilan HAM akan ditangani
oleh KKR. KKR ini di bentuk untuk:

Memberikan alternatif penyelesaian pelanggaran HAM berat di luar pengadilan


HAM
Sarana mediasi antar pelaku dengan korban pelanggaran HAM.

5. Komisi Perlindungan Anak Indonesia

Dalam rangka melindungi anal-anak Indonesia dibentuklah komisi nasional perlindungan


anak Indonesia. Di bentuk sesuai dengan UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Komisi perlindungan anak Indonesia diketuai oleh seto mulyadi:
Tugas kimosi perlindungan anak Indonesia adalah :
Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan perlindungan anak
Mengumpulkan data dan informasi
Menerima pengaduan masyarakat
Melakukan penelaahan
Pemantauan evaluasi
Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak Memberikan laporan,
saran, masukan dan pertimbangan kepada presiden dalam rangka perlindungan anak

6. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan

Komisi ini dibentuk berdasar kepres No. 181 tahun 1998 dengan dasar pertimbangan
sebagai upaya penghapusan tindak kekerasan terhadap perempuan. Tujuan komisi ini adalah: 1.
Menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan terhadap perempuan 2.
Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan kekerasan terhadap perempuan 3.
Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan dan hak asasi perempuan.

Fungsi komisi ini antara lain:


Penyebarluasan pemahaman, pencegahan penghapusan kekerasan terhadap
perempuan penanggulangan,
Pengkajian dan penelitian terhadap instrument PBB terkait perlindungan HAM
terhadap perempuan
Pemantauan dan penelitian terhadap segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
Penyebarluasan hasl pemantauan thd kekerasan terhadap perempuan
Pelaksanaan pencegahan perempuan kerjasama regionl dan internasional dalam dan
penanggulangan kekerasan terhadap
7. Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi Dibentuk berdasar UU No. 27 tahun 2004 dengan tujuan:

Memberikan alternative penyelesaian pelanggaran HAM berat di luar pengadilan (non


litigasi) HAM ketika pengadilan HAM mengalami kebuntuan.
Sarana mediasi pelaku dan korban pelanggaran HAM berat di luar jalur sidang.

8. LSM Pro Demokrasi dan HAM

Merupakan organisasi non pemerintah (lembaga swadaya masyarakat) yang ini antara
lain: YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia), Kontras (Komisi untuk orang
hilang dan korban kekerasan), Elsam (lembaga studi dan advokasi masyarakat), PBHI
(Perhimpunan bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia) dan lain-lain. LSM semacam ini
kebanyakan lahir sebelum lahirnya KomnasHAM. Dalam pelaksanaannya, LSM merupakan
mitra kerja Komnas HAM yang mendampingi korban pelanggaran HAM ke Komnas HAM.
berfokus pada pengembangan kehidupan demokratis dan pengembangan HAM. Yang termasuk
LSM

Anda mungkin juga menyukai