Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA KEGIATAN (SAK)

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT


DI R. PALEM I RSUD Dr. SOETOMO

OLEH :
1. Moh. Baharuddin Fatih
2. Lisa Choirotus Sholiha
3. Anisa Ramadhani
4. Gabriela Kando Rato
5. Ragil Rizky Atviola
6. Lisa Ardiavianti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kanker Paru


Sasaran : Keluarga pasien
Tempat : Ruang Palem I, RSUD Dr. Soetomo
Hari/ Tanggal : Kamis/ 5 Oktober 2017
Waktu : 1 x 30 menit
Pelaksana : 1. Moh. Baharuddin Fatih
2. Lisa Choirotus Sholiha
3. Anisa Ramadhani
4. Gabriella Kando Rato
5. Ragil Rizky Atviola
6. Lisa Ardiavianti

I. Tujuan Instruksional Umum


Pada akhir proses penyuluhan, keluarga pasien mengerti dan memahami
tentang penyakit kanker paru dan pengobatannya.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan keluarga pasien diharapkan dapat :
a. Mampu menjelaskan pengertian kanker paru
b. Mampu menjelaskan tentang stadium penyakit kanker paru
c. Mampu menyebutkan penyebab dan faktor resiko kanker paru
d. Mampu menjelaskan tanda dan gejala penyakit kanker paru
e. Mampu menjelaskan pencegahan penyakit kanker paru
f. Mampu menyebutkan penanganan setelah terkena kanker paru
g. Mampu menyebutkan prognosis dari kanker paru

III. Sasaran
Keluarga pasien yang mendampingi pasien selama perawatan di ruang Palem I.

IV. Materi
a. Pengertian kanker paru
b. Etiologi dan faktor risiko kanker paru
c. Klasifikasi kanker paru
d. Stadium klinis kanker paru
e. Gejala klinis kanker paru
f. Pemeriksaan diagnostik kanker paru
g. Penatalaksanaan jika sudah terkena kanker paru
h. Prognosis kanker paru

V. Metode
1) Ceramah
2) Tanya jawab

VI. Kegiatan Penyuluhan


No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1. 5 Menit Pembukaan :
- Membuka kegiatan - Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam
- Memperkenalkan diri - Mendengarkan
- Menjelaskan tujuan dari - Memperhatikan
penyuluhan
- Menyebutkan materi - Memperhatikan
yang akan diberikan
2. 15 Pelaksanaan :
menit Menjelaskan :
1. Pengertian kanker paru - Memperhatikan
2. Etiologi dan Faktor - Memperhatikan
Risiko Kanker Paru
3. Klasifikasi Kanker Paru - Memperhatikan
4. Stadium Klinis kanker - Memperhatikan
paru - Memperhatikan
5. Gejala Klinis kanker - Memperhatikan
paru
6. Pemeriksaan diagnostik - Memperhatikan
kanker paru
7. Penatalaksanaan jika
sudah terkena kanker
paru
3. 10 Evaluasi :
menit Menanyakan kepada peserta Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah
diberikan
4. 5 menit Terminasi :
- Mengucapkan - Mendengarkan
terimakasih atas
partisipasi peserta - Menjawab salam
- Mengucapkan salam
penutup

VII. Media
a. Flip chart
b. Leaflet

VIII. Pengorganisasian dan Uraian tugas


1. Pembagian tugas:
a. Moh. Baharuddin Fatih sebagai fasilitator
b. Lisa Choirotus Sholiha sebagai moderator
c. Anisa Ramadhani sebagai fasilitator
d. Gabriella Kando Rato sebagai fasilitator
e. Ragil Rizky Atviola sebagai pemateri
f. Lisa Ardiavianti sebagai notulen dan dokumentasi
2. Penyuluh bertugas :
- Pelaksana pemberi pendidikan kesehatan, menjawab, mengarahkan
proses acara
- Mengawasi dan membantu jalannya promosi kesehatan
- Mendokumentasikan seluruh acara
3. Peserta penyuluhan bertugas :
- Mengikuti penjelasan penyuluh
- Menjawab pertanyaan penyuluh
- Menanyakan hal-hal yang belum dimengerti kepada peneliti

IX. Kriteria Evaluasi


Evaluasi proses
Sebanyak 80% keluarga peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan dapat
memahami tentang faktor penyebab dan penanganan kanker paru. Hal ini
dibuktikan dari pertanyaan yang diajukan oleh petugas.
Lampiran 1
TINJAUAN PUSTAKA
KANKER PARU

1.1 Definisi Kanker Paru


Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel
yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal.
Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan
pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang
ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin &
Kumar ,2007)

1.2 Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Paru


Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006). Dibawah ini akan
diuraikan mengenai faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru :
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung
lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat
menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh
usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif,
atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang
tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap
asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson,
2005). Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika
Serikat terjadi pada perokok pasif (Stoppler,2010).
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian
akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa
penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat
sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas
yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa
kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat
dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih
tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi
(juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker
paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani
asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko
kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat
kalau orang tersebut juga merokok.
e. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru (Amin, 2006).
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras
dan myc) dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53,
dan CDKN2) (Wilson, 2005).
g. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika
efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

1.3 Klasifikasi Kanker Paru


Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer,
SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC).
Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan
kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar,
atau campuran dari ketiganya.
Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker
paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.
Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa
biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar.
Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar
secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum.
Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan (Wilson, 2005).
Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus
dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian
perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut
lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke
pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh
sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.
Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma
dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel
ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar
dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan
paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-
tempat yang jauh.
Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang
terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini
kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor
dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular.
Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin
luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan crush
artifact pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang
paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak
sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar, 2007).
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).
Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma
bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai
karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.

1.4 Stadium Klinis


Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut
International Union Against (IUAC) /The American Joint Comittee on Cancer
(AJCC) 1997 adalah sebagai berikut :
Stadium Ciri-ciri
Karsinoma -Kanker masih tersembunyi tapi bisa diketahui dengan
tersembunyi pemeriksaan dahak melalui alat bronkoskopi
-Tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening
-Tidak ada penyebaran ke organ yang lebih jauh
(tulang, otak, organ yang lain atau organ paru-paru
sendiri)
Stadium 0 -kanker yang masih berada pada tempatnya muncul
awal pertama
-Tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening
-Tidak ada penyebaran ke organ yang lebih jauh
(tulang, otak, organ yang lain atau organ paru-paru
sendiri)
Stadium IA -Tumor berdiameter 3 cm
-Tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening
-Tidak ada penyebaran ke organ yang lebih jauh
(tulang, otak, organ yang lain atau organ paru-paru
sendiri)
Stadium IB -Tumor berdiameter > 3 cm
-Tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening
-Tidak ada penyebaran ke organ yang lebih jauh
(tulang, otak, organ yang lain atau organ paru-paru
sendiri)
Stadium IIA -Tumor berdiameter 3 cm
- Terjadi penyebaran ke kelenjar getah bening
-Tidak ada penyebaran ke organ yang lebih jauh
(tulang, otak, organ yang lain atau organ paru-paru
sendiri)
Stadium IIB -Tumor berdiameter > 3 cm, menyebar ke area paru
seperti dinding dada
- Terjadi penyebaran ke kelenjar getah bening
-Tidak ada penyebaran ke organ yang lebih jauh
(tulang, otak, organ yang lain atau organ paru-paru
sendiri)
Stadium IIIA -Ukuran tumor >7 cm, menginvasi dinding dada, lebih
dari 1 nodul
-Penyebaran ke kelenjar getah bening
-Tidak ada penyebaran ke organ yang lebih jauh
(tulang, otak, organ yang lain atau organ paru-paru
sendiri)
Stadium IIIB -Ukuran tumor sembarang melibatkan trakea, jantung,
pembuluh darah besar
- Penyebaran ke kelenjar getah bening di antara rongga
paru kiri dan kanan
- Tidak ada penyebaran ke organ yang lebih jauh
(tulang, otak, organ yang lain atau organ paru-paru
sendiri)
Stadium IVA -Ukurannya tumor sembarang
-Terdapat penyebaran ke sembarang kelenjar getah
bening
-Terjadi penyebaran ke area paru-paru
Stadium IVB -Ukurannya tumor sembarang
-Terdapat penyebaran ke sembarang kelenjar getah
bening
- Terjadi penyebaran ke organ lain (otak, tulang, leher,
hati)

1.5 Gejala Klinis


Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala
klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
a) Lokal (tumor tumbuh setempat) :
1. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
2. Hemoptisis
3. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
4. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
5. Ateletaksis
b) Invasi lokal
1. Nyeri dada
2. Dispnea karena efusi pleura
3. Invasi ke perikardium terjadi tamponade atau aritmia
4. Sindrom vena cava superior
5. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
6. Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
7. Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakhialis dan saraf
simpatis servikalis
c) Gejala Penyakit Metastasis :
1. Pada otak, tulang, hati, adrenal
2. limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
3. Sindrom Paraneoplastik : terdapat 10% kanker paru dengan gejala :
4. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
5. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
6. Hipertrofi osteoartropati Neurologik : dementia, ataksia, tremor,
neuropati perifer
7. Neuromiopati
8. Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
9. Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
10. Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone
d) Asimtomatik dengan kelainan radiologis
1. Sering terdapat pada perokok dengan COPD yang terdeteksi secara
radiologis.
2. Kelainan berupa nodul soliter (Amin, 2006).

1.6 Diagnosis
1.6.1 Anamnesis
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal
penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang
bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri
dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang
mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka
kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok, dan terpapar
zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.
1.6.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa
perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening
dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.
1.6.3 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru.
Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas.
b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
organ-organ lainnya.
c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena
metastasis.
1.6.4. Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama
dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran
radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan
metastasis ke organ lain.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi
komputer. Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker
paru dengan dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas.
Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga
struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding toraks. Tomografi komputer
juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor
yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan.
1.6.5 Sitologi
Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai
nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan
dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat
menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun
kanker. Selain itu dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai
untuk mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan
yang paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium
preinvasif maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik
terutama untuk kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering
digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi.
1.6.6 Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi
untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan
mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging.
Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral.
Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.
1.6.7 Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk
mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini
diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun
jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih
titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang berdekatan dengan tumor.
1.6.8 Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan
histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat
dan mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak.
Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke dalam paru
dengan menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian
dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada (Soeroso, 1992).

1.7 Penatalaksanaan Jika Telah Terkena Kanker Paru-Paru


1.7.1. Pembedahan
Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor secara
total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada
kanker paru yang tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium I (T1 N0 M0 atau T2
N0 M0), kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas reseksi atau pembedahan
tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat juga
dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan
paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan
demikian kualitas hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.
Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara :
a. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi
tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.
b. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
c. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini
dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan
satu paru.
1.7.2. Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker paru
dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat dilakukan pada
NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak dapat dilakukan
pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama sehingga teknik
pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak mendukung untuk
dilakukan pembedahan.
Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk membunuh
sel kanker. Pada beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar tubuh (eksternal).
Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara internal dengan cara meletakkan
senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan menggunakan kateter dimasukkan ke
dalam atau dekat paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan sebagai
kombinasi dengan pembedahan atau kemoterapi.
1.7.3 Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum
diberikan pada SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah
bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat
digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan, dan
mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang kemoterapi
diberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau radioterapi
Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk
membunuh sel kanker. Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam satu
seri pengobatan, dalam periode yang memakan waktu berminggu-minggu atau
berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita dapat pulih (ASCO, 2010).

1.8 Prognosis
Yang terpenting pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium
penyakit. Pada kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan
pembedahan, kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ,
kemampuan hidup setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I,
sebesar 35-40% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan kurang
dari 10% pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis
bervariasi dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Hal ini tergantung pada status
penderita dan luasnya tumor. Sedangkan untuk kasus SCLC, kemungkinan hidup
rata-rata adalah 1-2 tahun pasca pengobatan. Sedangkan ketahanan hidup SCLC
tanpa terapi hanya 3-5 bulan (Wilson, 2005).
Angka harapan hidup 1 tahun untuk kanker paru sedikit meningkat dari 35
% pada tahun 1975-1979 menjadi 41% di tahun 2000-2003. Walaupun begitu,
angka harapan hidup 5 tahun untuk semua stadium hanya 15%. Angka ketahanan
sebesar 49% untuk kasus yang dideteksi ketika penyakit masih bersifat lokal,
tetapi hanya 16% kanker paru yang didiagnosis pada stadium dini (American
Cancer Society, 2008).

DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society, 2008. Cancer Facts & figures. Atlanta : American
Cancer Society.
American Society of Clinical Oncology, 2010. Lung cancer. Available from : http
://www.cancer.net/ diakses 28 September 2017.
Amin, Z. 2006. Kanker Paru. Dalam : Sudoyo, A.W.2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta : pusat penerbitan IPD FK UI.
Soeroso, L & Tambunan, G.W. Beberapa aspek deteksi dini karsinoma paru.
Cermin dunia kedokteran , Edisi Khusus No. 80.
Stoppler, M.C.2010. Lung Cancer. Available from : http://www.emedicinehealth/
diakses pada tanggal 30 September 2017.
Kumar, V., Cotran , R.S., & Robbins , S.L.,2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7.
Jakarta : ECG.
Huq, S.,2010. Lung Cancer Non Small Cell. Available from
http://www.emedicinehealth/ diakses pada tanggal 02 Oktober 2017.
ABSENSI KEHADIRAN PESERTA PKRS

Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 5 Oktober 2017


No Nama TTD
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.
21. 21.
22. 22.
23. 23.
24. 24.
25. 25.
26. 26.
27. 27.

Anda mungkin juga menyukai