oleh
Hari :
Tanggal :
Jember,.............................2017
TIM PEMBIMBING
............................................. .............................................
NIP. ........................................ NIP. ........................................
ii
DAFTAR ISI
iii
1
Edema (termasuk peau dorange) atau ulserasi kulit payudara atau satellite
T4b
skin nodules pada payudara yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma
Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)
Nx KGB regional tak dapat dinilai (mis.: sudah diangkat)
N0 Tak ada metastasis KGB regional
Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih dapat
N1
digerakkan
pN1mi Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm
pN1a 1-3 KGB aksila
KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node
pN1b
biopsy tetapi tidak terlihat secara klinis
T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna dengan metastasis mikro
pN1c
melalui sentinel node biopsy tetapi tidakterlihat secara klinis
Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau
N2 KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis dan jika tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis.
Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain
N2a
(matted) atau terfiksir pada struktur lain
pN2a 4-9 KGB aksila
Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara
N2b
klinis dan jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.
pN2b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila
Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna yang
N3 terdekteksi secara klinis dan jika terdapat metastasis KGB aksila secara
klinis; atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna.
N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a >10 KGB aksila atau infraklavikula
N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB aksila atau >3
pN3b KGB aksila dan mamaria interna dengan metastasis mikro melalui
sentinel node biopsy namun tidak terlihat secara klinis
N3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
pN3c KGB supraklavikula
Metastasis Jauh (M)
Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai
3
Pengelompokan Stadium
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1
pernapasan pasien. Alat bantu terapi oksigen dengan konsentrasi rendah yaitu
nasal kanul (1-6 L/menit) dan simple mask (5-8 L/menit).
2. High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan
dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernapasan
pasien. Alat bantu terapi oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu rebreathing
mask (8-12 L/menit) dan non-rebreathing mask.
B. Epidemiologi
Jumlah penderita kanker payudara di seluruh dunia terus mengalami
peningkatan, baik pada daerah dengan insiden tinggi di negara-negara bagian
barat maupun pada insiden rendah seperti di Asia. Satu laporan penelitian pada
tahun 1993 memperkirakan bahwa jumlah kasus baru di seluruh dunia pada tahun
1985 mencapai 720.000 orang yaitu 422.000 di negara maju dan 298.000 di
negara berkembang (Tim Penanggulangan & Pelayanan Kanker Payudara
Terpadu Paripurna RS. Kanker Dharmais, 2002). Di Amerika terdapat sekitar
92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau
18% dari kematian yang dijumpai pada wanita (Kemenkes RI, 2017).
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di
Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KDP
menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. Diperkirakan
angka kejadian di Indonesia adalah 12/100.000 wanita. Penyakit ini juga dapat
diderita pada laki-laki dengan frekuensi sekitar 1%. Di Indonesia, lebih dari 80%
kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit
dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan,
diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang
baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal (Kemenkes
RI, 2017).
5
6. Penyakit otot.
7. Penyakit system persarafan.
8. Pengaruh penyakit kronis.
2. Clinical Pathway
Mempengaruhi
mekanisme autokrin
perkembangan tumor
Carcinoma Mammae
9
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Kemenkes RI (2017) yang diterapkan di
Indonesia sesuai stadium kanker payudara, yaitu:
1. Kanker payudara stadium 0 (TIS/T0, N0M0)
Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi
didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.
2. Kanker payudara stadium dini/operabel (Stadium I dan II)
Dilakukan tindakan operasi:
a) Breast Conserving Therapy (BCT), tumor tidak boleh lebih dari 3 cm
b) Kemoterapi adjuvant
c) Radiasi
3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)
a) Operabel (III A)
1) Mastektomi simpel dan radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
2) Mastektomi radikal modifikasi dan radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
3) Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau
mastektomi simpel, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.
b) Inoperabel (III B)
1) Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi, kemoterapi, hormonal terapi
2) Kemoterapi preoperasi/neoadjuvant, dengan/tanpa operasi, kemoterapi,
radiasi, terapi hormonal, dengan/tanpa terapi target
3) Kemoradiasi preoperasi/neoadjuvant, dengan/tanpa operasi,
dengan/tanpa kemoterapi, dengan/tanpa terapi target.
4. Kanker payudara stadium lanjut
a) Sifat terapi paliatif
b) Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi hormonal)
c) Terapi lokoregional (radiasi dan bedah) apabila diperlukan
d) Hospice home care
11
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas Klien
Usia : biasanya terjadi pada usia >35 tahun
Jenis Kelamin : wanita lebih berisiko daripada laki-laki
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Nyeri pada payudara kiri/kanan/bilateral
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keadaan klien lemah, nyeri pada payudara, sesak napas, dan tampak
adanya benjolan pada payudara
3) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Klien memiliki riwayat tumor pada payudara kiri/kanan/bilateral
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga dengan riwayat tumor mammae atau kanker
lainnya
c) Pengkajian Fokus
1) Payudara kanan atau kiri atau bilateral
2) Massa tumor:
a. Lokasi
b. Ukuran
c. Konsistensi
d. Bentuk dan batas tumor
e. Terfiksasi atau tidak ke kulit, m.pectoral atau dinding dada
f. Perubahan kulit (kemerahan, dimpling, edema/nodul satelit, peau de
orange, ulserasi)
g. Perubahan puting susu/nipple (tertarik, erosi, krusta, dischange)
3) Status kelenjar getah bening
a. Kgb aksila : jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir
terhadap sesama atau jaringan sekitar
12
Diagnosa
No. NOC NIC Rasional
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Tujuan: 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui RR (RR normal 16-
pola napas (00032) Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji frekuensi, kedalaman 20x/menit).
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, pernapasan, dan penggunaan 2. Identifikasi adanya
dengan klien menunjukkan pola napas otot bantu pernapasan dispnea/bradipnea/takipnea.
hiperventilasi efektif. 3. Auskultasi suara napas 3. Identifikasi adanya suara napas
Kriteria Hasil: 4. Atur posisi klien semi fowler tambahan seperti ronki dan mengi
1. RR dalam rentang normal (16- 5. Lakukan penghisapan lendir yang menandakan adanya obstruksi
20x/menit) pada jalan napas (suction) jalan napas/kegagalan pernapasan.
2. Tidak dispnea, bradipnea, dan 6. Jelaskan kepada klien dan 4. Ekspansi paru (mengurangi tekanan
takipnea keluarga terkait tujuan pada paru dan memudahkan
3. Tidak ada suara napas tindakan. pernapasan.
tambahan 7. Kolaborasi dengan tim tenaga 5. Mengurangi adanya sputum.
4. Tidak menggunakan kesehatan terkait pemberian 6. Klien dan keluarga terpapar informasi
pernapasan cuping hidung oksigen tambahan terkait tindakan yang akan dilakukan.
5. Tidak menggunakan otot bantu 8. Kolaborasi dengan tim tenaga 7. Memaksimalkan bernapas dan
pernapasan kesehatan terkait pemberian menurunkan kerja napas.
humidifikasi tambahan 8. Memberikan kelembaban pada
(nebulizer) membran mukosa dan membantu
9. Kolaborasi dengan tim tenaga pengenceran sekret.
kesehatan terkait tindakan 9. Memudahkan upaya pernapasan
fisioterapi dada dalam dan meningkatkan drainase
sekret dari paru ke bronkus.
14
2. Nyeri kronis Tujuan: 1. Kaji nyeri (PQRTS) 1. Mengetahui sumber dan skala nyeri
(00133) Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi TTV klien.
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, 3. Atur posisi klien yang 2. Peningkatan frekuensi jantung atau
dengan infiltrasi nyeri klien dapat berkurang. nyaman TD menunjukkan bahwa klien
tumor Kriteria Hasil: 4. Ajarkan teknik relaksasi mengalami nyeri.
1. TTV normal (napas dalam) 3. Posisi yang nyaman dapat membuat
2. Skala nyeri berkurang 5. Ajarkan terapi dzikir/murottal klien lebih rileks dan mengurangi
3. Tidak tampak meringis al quran/musik klasik nyeri.
kesakitan 6. Kolaborasi dengan tim tenaga 4. Napas dalam dapat membuat klien
kesehatan terkait pemberian lebih rileks dan mengurangi nyeri.
analgesik 5. Dzikir dapat menjadi salah satu frasa
fokus (kata-kata yang menjadi titik
fokus perhatian) dalam proses
penyembuhan diri klien dari
kecemasan, ketakutan bahkan dari
keluhan fisik seperti nyeri
(Budiyanto, 2015).
6. Obat ini dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri.
3. Kerusakan Tujuan: 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Suhu yang meningkat merupakan
integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji luka dan tanda-tanda salah satu tanda infeksi.
(00046) keperawatan, menunjukkan infeksi 2. Identifikasi apakah terdapat tanda-
berhubungan kesembuhan kerusakan integritas 3. Atur posisi klien tanda infeksi (dolor, kalor, tumor,
dengan gangguan kulit. 4. Lakukan rawat luka rubor, fungsio laesa).
sirkulasi Kriteria Hasil: 5. Jelaskan kepada klien dan 3. Menurunkan tekanan pada kulit dan
Tidak ada tanda infeksi keluarga terkait rawat luka meningkatkan sirkulasi perifer.
6. Kolaborasi dengan tim tenaga 4. Mencegah adanya infeksi dan
kesehatan terkait pemberian mempercepat kesembuhan luka.
15
H. Daftar Pustaka