Masa post partum (nifas) adalah masa sejak melahirkan sampai pulihnya alat-alat
reproduksi & anggota tubuh lainnya yg berlangsung sampai sekitar 40 hari (KBBI,
1990).
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu
kira-kira 6-8 minggu.
1.) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam Agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja dalan 40
hari.
3.) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Periode pasca partum ialah masa enam minggu setelah bayi lahir sampai organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil . Periode ini kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan. Immediate post partum >
Berlangsung dlm 24 jam pertama, Early post partum>Berlangsung sampai minggu
pertama, Late post partum > Berlangsung sampai masa post partum berakhir
Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas , walaupun dianggap normal dimana
proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat
energi dan tingkat kenyamanan ,kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional ikut mementuk respon ibu
terhadap bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan
ibu , bayi dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuannya
tentang anatomi dan fisiologi ibu pada proses pemulihan , karakteristik fisik dan
prilaku bayi baru lahir dan respon keluarga terhadap kelahiran seorang anak.
Sistem Reproduksi
@ Uterus
Proses involusi
Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uteri yang sangat
besar. Selama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Penting sekali untuk mempertahankan kontraksi
uterus pada masa ini, sehingga biasanya diberikan suntikan oksitosin segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan
bayinya di payudara karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.
Afterpains
Rasa nyeri menjadi lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu
teregang. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri karena
keduanya merangsang kontraksi uterus.
Tempat plasenta
Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ke 3 pasca partum, kecuali pada
bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam
minggu setelah melahirkan.
Lokia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir sering kali disebut lokia, mula-mula
berwarna merah kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Lokia rubra
pertama mengandung darah dan debrus desidua serta debris trofob;lastik. Aliran
menyembur menjadi merah muda atau coklat setelah 3-4 hari (lokia serosa). Lokia
serosa terdiri darah lama, serum, leukosit, dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah
bayi lahir warna cairan menjadi kuning sampai putih (lokia alba).lokia alba
mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, dan bakteri.lokia alba bisa
bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir.
Batas waktu
Pengeluaran tidak
Lochia sejak Pengeluaran normal
normal
melahirkan
Darah dengan bekuan,
bau amis, meningkatByk bekuan, bau busuk,
Rubra Hari 1-3
dengan bergerak,pembalut penuh darah
meneteki dan peregangan
@ Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum serviks
memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pengikisan mucosa vagina dan
hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
ke ukuran sebelum hamil sampai 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada minggu ke empat. Pada awalnya introitus mengalami eritematosa dan
udematosa terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Tanda-tanda infeksi
(nyeri, merah, panas, bengkak atau rabas). Atau tepian insisi tidak saling mendekat
bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2-3 minggu. Hemoroid (varises
anus) sering terjadi. Gejala yang sering dialami adalah seperti rasa gatal, tidak Nyman
dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defecator. Ukuran hemoroid
biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir.
Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan
memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah
relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan
permukaan struktur panggul.
Sistem Endokrin
@ Hormon plasenta
Selama periode pascapartum terjadi perubahan hormone yang besar. Kadar estrogen
dan progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terndahnya
dicapai kira-kira 1 minggu pascapartum. Penuruna kadar estrogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstrasellular yang berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak menyusui kadar estrogen
mulai meniongkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi daripada
wanita yang menyusui pada pascapartum hari ke17 (bowes, 1991).
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui
berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya
berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follicle-stimulating hormone (FSH)
terbukti sama pada wanita yang menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium
tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes,
1991).
Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni da;lam 27 hari setelah
melahirkan, dengan waktu rata-rata 70-75 hari. Pada wanita menyusui, waktu rata-rata
terjadinya ovulasi sekitar 90 hari (Bowes, 1991). Diantara yang menyusui, 15%
mengalami menstruasi dalam 6 minggu dan 45% dalam 12 minggu. Diantara wanita
yang tidak menyusui, 40% mengalami menstruasi dalam 6 minggu, 65% dalam 12
minggu dan 90% dalam 24 minggu. Pada wanita menyusui, 80% siklus menstruasi
pertama tidak mengandung ovum (anovulatory). Pada wanita tidak menyusui, 50%
siklus pertama menstruasi tidak mengandung ovum (Scott dkk, 1990).
Sistem Urinarius
@ Komponen urin
Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada
ibu menyusui merupakan hal yang normal. BUN (Blood Urea Nitrogen) yang
meningkat selama pascapartum merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi.
Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinurea
ringan dan ( +1 ) selam satu atau dua hari setelah wanita melahirkan
@ Diuresis pascapartum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun di jaringa selama ia hamil, salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan
yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari
selama 2 3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresi pasca opartu, yang disebabkan
oleh penurunan kadar estrogen hilangnya, peningkatan tekanan vena pada tungkai
bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah merupakan mekansime lain tubuh
untuk megatasi kelebihan cairan
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses malahirkan yakni
sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemi
dan edema sering disertai dengan daerah daerah kecil hemoragik.kombinasi trauma
akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek
konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun selain itu rasa
nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan , laserasi vagina
atau episotomi juga menurunkan refleks bekemih pada masa pasca partum tahap
lanjut distensi berlebihan dapat mengakibatkan kandung kemih lebih peka terhadap
infeksi sehingga menganggu proses berkemih normal.
Sistem Pencernaan
@ Nafsu makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan.stelah benar- benar pulih dari efek
analgesia, anastesi dan keletihan kebanykan ibu merasakan sangat lapar.
@ Motilitas
Secara khas, penurunan motlitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir, kelebihan anastesi dan anlgesi bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal
@ Defekasi
BAB secara sponta bisa tertunda selama 2 3 hari setelah melahirkan. Ibu seringkali
sudah mengelukan nyeri saat defekasi karna nyeri yang dirasakannya di perineum
akibat episotomi.
Sistem Kardiovaskuler
@ Volume darah
Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun
sampai mencapai volume sebelum hamil, hipervolemia yang diakibatkan kehamilan
( peningkatan 40 % lebih dari volume tidak hamil dan menyebabkan kebanyakan
ibu bisa menoleransi kehilangan darah saat melahirkan, banyk ibu yang kehilangan
300 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal pervaginam atau sekitar dua kali
lipat pada saat operasi cesarea
@ Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat selama masa hamil,
stelah melahirkan keadaan ini meningkat lebih tinggi selama 30 60 menit karena
darah biasanya melintasi uteroplasenta tiba tiba kembali ke sirkulasi umum.
@ Tanda-tanda vital
Selama 24 jam pertama suhu dapat meningkat sampai 380 C sebagai akibat efek
dehidrasi. Setelah 24 jam wanita harus tidak demam. Denyut nadi tetap tinggi selam
jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak
diketahuinya pada minggu kedelapan dan kesepuluh denyut nadi kembali ke frekuens
sebelum hamil.pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan ,
tekanan darah sedikit berubah atau menetap, hipotensi ortostatik dapat timbul dalam
48 jam pertama akibat pembengkakan limpa yang terjadi.
@ Komponen darah
Selama 72 jam pertama volume plasma yang hilang lebih besar dari sel darah yang
hilang dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke-3 sampai hari ke-7
post partum . selama sepuluh sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir nilai leukosit
antara 20000 dan 25000 /ml3. . keadaan hiperkoagulasi yang bisa diiringi kerusakan
pembuluh darah dan immobilisasi dan mengakibatkan peningkatan resiko
tromboembolisme terutama setalah wanita melahirkan secar sesar.
@ Varises
Varises Bahkan varises vulva akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir
Sistem Neurologi
Sistem Muskuluskeletal
Adaptasi system musculoskeletal ibu yang terjadi slema masa hamil berlangsung
secara terbalik selama masa pasca partum adaptasi ini mencakup hal hal yang
membantu relaksasii dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran rahim .
Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di aeorola dan line nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir, kulit yang meregang pada payudara , abdomen, paha dan panggul mungkin
memudar tapi tidak hilang seluruhnya pada beberapa wanita spider nevi mentap,
rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada wanita biasanya menghilang tapi
rambut kasar menetap. Diaforesis ialah perubahan yang paling jelas pada system,
integument.
Sistem Kekebalan
Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk mencegah isoimunisasi
Rh ditetapkan.
Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan abdomennya menonjol dan
membuat wanita tersebut tampak masih seperti hamil diperlukan sekitar 6 minggu
untuk dinding abdomen kembali ke keadaan semula. Ada keadan tertentu seperti bayi
besar atau hamil kembar otot otot dinding abdomen memisah suatu keadaan yang
dinamai diatsasis rektiabdominis.
Payudara
@ Ibu menyusui
Sebelum laktasi dimulai payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan yakni
kolostrum dikeluarkan. Stelah laktasi payudara teraba hangat den keras ketika
disentuh rasa nyeri akan menetap selam asekitar 28 jam.
Payudara ibu tidak menyusui biasa teraba nodular pada hari ke 3 dan ke- 4 bisa
terjadi pembengkakan ( engorgement ). Distensi payudara terutama disebabkan oleh
kongesti vena dan limfatik bukan akibat penimbunan air susu. Pembengkanan dapat
hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 36 jam.
Walaupun sudah banyak riset dilakukan untuk membuka tabir proses orangtua bisa
mengasihi dan menerima orangtuanya, para ahli masih tidak mengetahui apa motivasi
dan komitmen orangtua dan anak-anaknya selama bertahun-tahun dalam saling
mendukung dan merawat satu dan yang lain. Proses ini disebut attachment (kasih
sayang) atau bonding (ikatan),istilah yang sering tertukar pemakaiannya walaupun
sebenarnya memiliki definisi yang berbeda. Bonding, didefinisikan Brazelton (1978)
sebagai suatu ketertarikan mutual pertama antara individu, misalnya antara orang tua
dan anak saat pertama kali bertemu. Attachment terjadi pada periode kritis, pada
kelahiran atau adopsi. Hal ini menjelaskan suatu perasaan menyayangi atau loyalitas
yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurut stainton (1983), ikatan ialah pertukaran perasaan karna adanya ketertarikan,
respons, dan kepuasan dan intetensitasnya bisa berubah bila keadaan berubah seiring
dengan perjalanan waktu. Ikatan berkembnag dan dipertahankan oleh kedekatan dan
interaksi.Seperti halnya setiap proses perkembangan ikatan ditandai oleh adanya
periode kemajuan dan regresi dan bisa juga terhenti sementara atau permanent.
Ikatan diperkuat dengan penggunaan respon sensual atau kemampuan oleh kedua
pasangan dalam melakukan interaksi orang tua-anak.Komunikasi antara orang tua
anak terdiri dari:
@ Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba dipakai secara intensif oleh orang tua dan pengasuh lain
sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir. Begitu anak dekat dengan
ibunya, mereka memulai proses eksplorasi dengan ujung jarinya,salah satu daerah
tubuh yang paling sensitive. Ibu menepuk atau mengusap lembut bayi mereka
dipunggung setelah menyusuinya. Bayi menepuk nepuk dada ibunya sewaktu
meyusui.Ibu dan ayah ingin menyentuh,mengangkat dan memeluk bayi mereka.
@ Kontak mata
@ Suara
Saling mendengar dan berespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting.
Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Saat suara yang
membuat mereka yakin bayinya dalam keadaan sehat terdengar, mereka mulai
melakukan tindakan utnuk menghibur.Sewaktu orang tua berbicara dengan suara
bernada tinggi, bayi menjadi tenag dan berpaling kearah mereka.
@ Aroma
Prilaku lain yang terjadi antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma/bau
masing-masing. Ibu berkomentar terhadap aroma bayi mereka ketika baru lahir dan
mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (porter,cernoch,perry,1983).
Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibu nya(stainton,1985).
@ Entrainment
Bayi baru lahit bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa
(condon,sander,1974). Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdangsa mengikuti nada suara orang
tuannya.Hal in berarti bayi telah mengembangkan irama muncul akibat kebiasaan
jauh sebelum ia mampu berkomunikasi dengan kata-kata. Entariment terjadi saat anak
mulai berbicara.
@ Bioritme
Anak yang belum lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya,
misalnya pada denyut jantung. Setelah lahir, bayi yang menangis, dapat ditenagkan
dengan dipeluk dalam posisi sedemikian sehingga ia dapat mendengar denyut jantung
ibunya atau mendengar sura denyut jantung yang direkam. Salah satu tugas bayi ialah
membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberikan kasih saying dengan konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat
bayi mengembangkan prolaku yang responsive.
Penyesuaian maternal
@ Fase dependent
Dalam fase ini secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan
penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara
mandiri. Ia berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar
dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia
akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Rubbin (1961)
menjelaskan keadaan ini sebagai fase taking-hold yang berlangsung kira-kira 10 hari.
Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh tuntutan bayi yang bayakn sehimngga
dengan mudah timbul perasaan depresi. Dikatakan pada masa puerprium ini kadar
glukorkotikoid dalam sirkulasi dapat menjadi rendah atau terjadi hipotiroid subklinis.
Keadaan fisiologis ini dapt menjelaskan depresi pasca partum ringan( Baby blues ).
@ Fase interdependent
Pada fase ini perilaku interdependent muncul ibu dan keluarganya maju sebagai suatu
system dengan para anggota saling berinteraksi. Hubungan antar pasangan, walaupun
sudah berubah dengan adanya seorang anak, kembali menunjukkan karakteristik awal.
Fase interdependent ( letting go ) merupakan fase yang penuh stress bagi orang
tuanya. Kesenangean dan kebutuhan sering terbagi dalam amsa ini. Pria danm wanita
harus menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak,
mengatur rumah dan membina karier. Suatu upaya khusus harus dilakuakn untuk
memperkuat hubungan orang dewasa dengan orang dewasa sebagai dasar kesatuan
keluarga.
@ Penyesuaian Paternal
Memperkenalkan bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak atau lebih bisa
menjadi persoalan bagi orang tua.Orang tua perlu membagi perhatian mereka dengan
adil. Anak yang lebih tua harus menyusun posisi baru didalam hirarki keluarga. Anak
yang lebih tua harus tetap berada dalam posisi sebagai pemimpin. Anak berikutnya
dalam urutan tanggal lahir harus berada pada posisi yang lebih superior dari adiknya
yang baru. Kelakuan mundur keusia yang jauh lebih muda bisa terlihat pada beberapa
anak. Mereka bisa kembali ngompol, merengek-rengek dan tidak mau makan sendiri,
reaksi kecemburuan dapat muncul ketika suaka cita akan kehadiran bayi dirumah
mulai pudar.Penyesuaian awal anak yang lebih tua terhadap bayi baru lahir
membutuhkan waktu.Anak harus diperbolehkan berinteraksi atas kemauannya sendiri
dan jangan dipaksa.
Jumlah keterlibatan kakak dan nenek dalam merawat bayi baru lahir tergantung pada
banyak factor misalnya keinginan kakek-nenek untuk terlibat, kedekatan hubungan
kakek-dan nenek dan peran kakek dan nenek dalam konteks budaya dan etnik yang
bersangkutan (grosso,dkk:1981). Nenek dari ibu ialah model yang penting dalam
praktik perawatan bayi (rubin,1975). Ia bertindak sebagai sumber pengetahuan dan
sebagai individu pendukung. Sering kali nenek dan kakek mengatakan bahwa cucu
membantu mereka mengatasi rasa sepi dan kebosanan. Dukungan kakek dan nenek
dapat menjadi pengaruh yang menstabilkan keluarga yang sedang mengalami krisis
perkembangan seperti seperti kehamilan dan menjadi orang tua baru .Kakek dan
nenek ini dapat membantu anak-anak mereka mempelajari keterampilan menjadi
orangtua dan mempertahankan tradisi budaya.
Usia
Masalah dan kekhawatiran ibu yang terkait dengan kelompok ibu yang berusia 35
tahun semakin banyak muncul pada decade terakhir kali dimana pada usia ini para
ibu sudah mengalami keletihan dan lelah merawat bayi . dalam hal ini para ibu
sangat membutuhkan kegiatan yang dapat membnatu ibu untuk memperoleh kembali
kekuatan tonus dan tonus otot (seperti latihan senam prenatal dan pascapartum)
Jaringan social
Budaya
Kepercayaan dan praktek budaya menjadi determinan penting dalam prilaku orang
tua. Kedua hal tersebut mempengaruhi interaksi orang tua dengan bayi , demikian
juga dengan orang tua atau keluarga yang mengasuh bayi karna setiap orang memiliki
kepercayaan terhadap budaya berbeda beda.
Aspirasi personal
Bagi beberapa wanita, menjadi orang tua mengganggu kebebasan pribadi dan
kemajuan berkariernya kekecewaan yang timbul akibat tidak mencapai kenaikan
jabatan,kalo masalah ini tidak diselesaikan hal tersebut akan berdampak pada cara
mereka merawat dan mengasuh bayi dan bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya
1. Tujuan:
1. c. Alat-alat yg digunakan
Mencuci tangan
Memindahkan / mengangkat softex yang telah digunakan dari depan ke
belakang
Perhatikan warna, bau dan banyaknya cairan di softek, sesuai dengan keadaan
normal
Bersihkan perineum dengan menyiramnya dengan air hangat / antiseptik di
bagian atas vulva
Keringkan area perineum dengan tissue atau handuk kecil kering dari depan ke
belakang (pengusapan berulang ulang dihindari untuk mencegah
menyebarnya kuman dan menjaga kenyamanan)
Tempatkan softex mulai dari depan ke belakang (jangan sentuh permukaan
softex yang akan menyentuh ke perineum / genitalia) kemudian pasang celana.
Cuci tangan kembali dengan menggunakan sabun
1. Pengertian
1. Tujuan
otot panggul.
Tidur dengan posisi telungkup dengan kaki lurus, posisi ini dapat membantu
mengembalikan rahim dalam posisi normal dan dapat mencegah kekakuan pada
punggung dan bokong.
1. B. TEHNIK MENYUSUI
1. 1. Manfaat menyusui dengan benar:
- Bag bibir menjepit areola dan menghisap susu ke bagian akhir tenggorokan
Karet nipple botol masuk ke rahang atas sesuai pergerakan lidah. Lidah bergerak ke
depan melawan bibir untuk mengontrol aliran susu berlebih yang masuk ke esofagus.
- Kasa steril
- Handscoon
Cara pelaksanaan:
1. Ikat tali pusat dengan plastic disposable clamps atau benang kasa steril
2. Pengikatan dilakukan dengan kuat yang mana sebelumnya harus memakai
handscoon, ikatan pertama 5 cm dari dinding perut ikatan kedua 2 cm dari
pusat
3. Monitor ikatan tali pusat tiap 4 jam selama 48 jam
4. Rawat tali pusat dengan larutan aseptic antiseptic ( alkohol dan betadin )
5. Tutup tai pusat dengan kasa steril dan difiksasi dengan baik
6. Monitor balutan tali pusat, kulit sekitar umbilical diobservasi dari tanda
infeksi
Perawatan sehari-hari
- Kain kasa
- Kapas lidi
- Hanscoon
Cara pelaksanaan
o Langkah pertama yang dilakukan adalah memakai handscoon
o Basahi kapas lidi dengan betadin atau alkohol 70 % dan usapkan pada
tali pusat bayi
o Balut dengan kain kasa tanpa menggunakan plester.
o Popok tidak boleh menutupi tali pusat. Popok yang basah dan kotor
akan memperlambat pengeringan tali pusat dan mempermudah
timbulnya infeksi.
1. D. MEMANDIKAN BAYI
1. Celemek
2. Washlap 2 buah
3. Sabun
4. Shampo
5. Baby Oil
6. Bedak
7. Cottonbad
8. Baju
9. Baskom 2 buah : 1 untuk air hangat dan 1 untuk pakaian kotor
- Memakai celemek
- Bersihkan mata bayi dengan kapas basah, dari kantus ke luar, kemudian
bersihkan wajah, telinga, dan bagian leher.
- Bersihkan kembali dengan washlap, untuk bayi yang suster terlepas tali
pusatnya, dibilas di air hangat di dalam baskom.
- Letakkan bayi di handuk /selimut yang sudah ada baju dan popok bayi
- Selimuti bayi
1. E. PERAWATAN PAYUDARA
Tujuan :
Persiapan alat :
- kapas lembab
- handuk bersih
Cara kerja :
Pengurutan/masase payudara :
Persiapan alat :
- cuci tangan
- payudara kiri diurut dengan tangan kiri dan payudara kanan ( jika ibu
melakukan sendiri ).bila dilakukan oleh perawat payudara kiri diurut dengan tangan
kanan dan payudara kanan diurut dengan tangan kiri, dgn cara pengurutan dari tengah
berputar ke samping terus ke bawah, secara perlahan dan halus sambil mengobservasi
ibu dan pengeluaran ASI ( ada/tidak ) dilakukan 10 15 kali.
- Lakukan mandi dgn air hangat dgn menggunakan washlap ( satu washlap
dimasukkan dalam air hangat, peras ). Usap kedua payudara selanjutnya ganti dgn air
dingin ( satu washlap masukkan dlm air dingin, peras ).usap kedua payudara, lakukan
6-10 kali secara bergantian dan diakhiri dgn air dingin
- Payudara dikeringkan /lap dgn menggunakan handuk yang berada pada bagian
bawah payudara
- Handuk di daerah punggung dan bawah payudara dilipat dan alat lain
dibereskan
KONSEP KEPERAWATAN
1. A. PENGKAJIAN
Merujuk pada catatan riwayat keperawatan pada masa prenatal dan intrapartal.
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengkajian psikososial terhadap ibu, ayah
dan anggota keluarga
Perawat mendeteksi adanya penyimpangan dari kondisi yang normal
Dari masa prenatal, kaji masalah kesehatan selama kehamilan yang pernah
timbul, seperti: anemia, hipertensi dalam kehamilan dan diabetes.
Kaji proses persalinan, lama dan jenis persalinan, kondisi selaput dan cairan
ketuban, respon bayi terhadap persalinan, obat-obatan yang digunakan, respon
keluarga khususnya ayah pada persalinan dan kelahiran.
Dilakukan segera pada masa immediate postpartum, seperti: observasi tanda
vital, keseimbangan cairan, pencegahan kehilangan darah yang abnormal dan
eliminai urin.
? Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
? Keluhan Utama
? Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
? Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan sah atau
tidak, atau tidak direstui orang tua ?
? Riwayat Obstetri
- Riwayat Kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah, Urine,
keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi
keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh
- Riwayat Persalinan
Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin,
jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
Pernah mengalami demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat
aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara,
kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.
Apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat
lahir (langsung menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR
skor, Jenis kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan
bonding attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau
susu formula.
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan
anggota keluarga dimasa mendatang.
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut diderita sampai saat
ini atau kambuh berulang-ulang ?
? Riwayat Psikososial-Kultural
? Profil Keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah,
community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam
kegiatan masyarakat.
? Kebiasaan Sehari-Hari
1. a. Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan
ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi,
2. b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman
yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang
atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum).
3. c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka
episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,
rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet
4. d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah
5. e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.
6. f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.
? Seksual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus
atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan
melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai
hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy
membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara
memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi dan
emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman, ketawa, gestures, mannerism,
dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk
kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat
menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi
seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang
disebabkan penurunan libido.
? Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu
tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien
bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.
? Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-tugas
perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan
fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi,
perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan
minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payu
dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui,
memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara
memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek).
Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan perawatan saat
tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.
? Pemeriksaan Fisik
? Pemeriksaan laboratorium
- Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit
1. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan
dengan berakhirnya proses persalinan dan proses kehamilan.
2. Gangguan pola eliminasi buang air besar, berhubungan dengan rasa
nyeri pada perineum dan menurunnya peristaltik usus.
3. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan ruptur perineum.
4. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
perdarahan post partum.
5. Resiko tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan
luka perineum yang masih basah dan post partum.
6. Resiko gangguan pola istirahat/ tidur berhubungan dengan ketidak
nyamanan dan jadwal makan bayi.
7. Kurangnya pengetahuan ibu tentang tindak lanjut keperawatan post
partum (nifas) berhubungan dengan baru pertama kali melahirkan.
1. C. PERENCANAAN
1. Perubahan pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan
dengan berakhirnya proses kehamilan dan persalinan.
2) Kriteria : - Ibu tidak merasa nyeri pada saat buang air kecil.
3) Rencana Tindakan:
4) Rasional:
b) Rangsangan pada simphisis dengan air dingin dapat meningkatkan tonus otot
spincter dan buli-buli.
1. Gangguan pola eliminasi buang air besar berhubungan dengan rasa nyeri pada
luka perineum dan dan menurunnya peristaltik usus.
1) Tujuan: tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air besar.
3) Rencana Tindakan:
d) Berikan penyuluhan pada ibu untuk tidak takut buang air besar.
4) Rasional:
d) Rasa takut dapat mempengaruhi syaraf sympatis sehingga otot spincter menjadi
lemah.
4). Rasional:
b) Dengan posisi yang menyenangkan membuat klien merasa nyaman dan dapat
beradaptasi dengan nyeri.
d) Menjelaskan kepada ibu tentang nyeri agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri.
3) Rencana Tindakan:
e) Beri pengetahuan pada ibu tentang ambulasi dini pada ibu nifas.
4) Rasional:
a) Untuk mengetahui jumlah perdarahan.
1. Resiko tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan luka
perineum yang masih basah dan post partum.
1) Tujuan: Tidak terjadi infeksi pada luka perineum dan jalan lahir.
3) Rencana Tindakan:
b) Rawat luka perineum setiap hari dengan teknik septik dan aseptik
4) Rasional:
d) Keadaan lokhia yang tidak normal menandakan adanya infeksi jalan lahir.
- cukup
3) Rencana tindakan:
c) Beri penyuluhan kepada ibu agar memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada
waktunya.
d) Anjurkan kepada ibu agar menidurkan bayinya dalam dalam keadaan kenyang.
e) Bila asi kurang, berikan susu tambahan pengganti asi sebanyak 30 cc/ 3 jam
dengan sendok atau dok.
4) Rasional:
c) Dengan memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada waktunya bayi akan tenang.
b) Beri HE kepada ibu bahaya melakukan hubungan suami istri selama dalam
masa nifas.
c) Beri penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya pemeriksaan diri dan bayi
secara berkala di rumah sakit/ puskesmas.
4) Rasional:
b) Dengan melakukan hubungan suami istri selama masa nifas akan menyebabkan
perdarahan yang banyak/ berat.
c) Pemeriksaan diri dan bayi secara berkala dapat mengetahui tingkat kesehatan ibu
dan bayi.
1. D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. E. EVALUASI
1. Periode post partum dini.
- Tanda vital, keadaan luka episiotomi jika ada dan mencocokkan dengan
parameter yang diharapkan.
- Toleransi klien terhadap intake makanan, intake cairan dan keinginan klien
mengenali makanan dan cairan.
- Respon klien dengan suami terhadap adanya perubahan pola aktifitas seksual
serta perlunya menggunakan alat kontrasepsi untuk memberi rasa aman dan bagi ibu.
- Keluarga menyepakati penggunaan salah satu jenis kontrasepsi yang cocok bagi
ibu.
LAPORAN KASUS
1. a. Pengkajian
Pengumpulan Data
Identitas Klien
Nama : Ny.T
Umur : 39 tahun
Riwayat Kesehatan
- Post partum hari ke dua. TFU simfisis pusat, berat uterus 500 gram, terjadi
after pain pada saat ibu menyusui bayinya, kondisi payudara bengkak dan terjadinya
bendungan ASI.
Riwayat rupture tingkat 2, nyeri , gatal, dan merah pada daerah vagina. Klien riwayat
G11P8A3. Klien pernah mengalami peradangan panggul dan dispareunia
Pemeriksaan Fisik
TTV :
Validasi Data
Data Subyektif :
Klien mengatakan terjadi after pain pada saat ibu menyusui bayinya. Klien pernah
mengalami peradangan panggul dan dispareunia
Data Obyektif :
Post partum hari ke dua. TFU simfisis pusat, berat uterus 500 gram, kondisi
payudara bengkak dan terjadinya bendungan ASI.
Analisa data
DO : Kontraksi Uterus
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
DS :
Korteks cerebri
Nyeri di persepsikan
DS :
Konstipasi
DS : - Nyeri
DO :
- ASI/colostrum belum
ada
Bayi jarang menetek Penimbunan
- Payudara teraba keras / ASI
4. padat.
Penimbunan ASI
DS :
DO :
TD = 150/100 mmHg, S=
38,5oC, N= 72 x/menit.
Resiko terjadi infeksi
DS :
1. b. Diagnosa Keperawatan
Pengertian
Masa post partum (nifas) adalah masa sejak melahirkan sampai pulihnya alat-alat
reproduksi & anggota tubuh lainnya yg berlangsung sampai sekitar 40 hari (KBBI,
1990).
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu
kira-kira 6-8 minggu.
1.) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam Agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja dalan 40
hari.
3.) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Periode pasca partum ialah masa enam minggu setelah bayi lahir sampai organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil . Periode ini kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan. Immediate post partum >
Berlangsung dlm 24 jam pertama, Early post partum>Berlangsung sampai minggu
pertama, Late post partum > Berlangsung sampai masa post partum berakhir
Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas , walaupun dianggap normal dimana
proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat
energi dan tingkat kenyamanan ,kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional ikut mementuk respon ibu
terhadap bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan
ibu , bayi dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuannya
tentang anatomi dan fisiologi ibu pada proses pemulihan , karakteristik fisik dan
prilaku bayi baru lahir dan respon keluarga terhadap kelahiran seorang anak.
Sistem Reproduksi
@ Uterus
Proses involusi
Pada akhir tahap ketiga persalinan besar uterus sama dengan sewaktu usia kehamilan
16 minggu yaitu 1000g. dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1
cm di atas umbilicus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm tiap 24 jam. Pada hari ke enam
pascapartum fundus normal berada di pertengahan umbilicus dan simfisis. Dan tidak
bisa dipalpasi pada abdomen dihari ke sembilan. Setelah 1 minggu melahirkan uterus
berada di dalam panggul sejati dan berinvolusi menjadi kira-kira 500 g dan 350 g dua
minggu setelah melahirkan. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone
ekstrogen dan progesterone menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.
Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uteri yang sangat
besar. Selama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Penting sekali untuk mempertahankan kontraksi
uterus pada masa ini, sehingga biasanya diberikan suntikan oksitosin segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan
bayinya di payudara karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.
Afterpains
Rasa nyeri menjadi lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu
teregang. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri karena
keduanya merangsang kontraksi uterus.
Tempat plasenta
Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ke 3 pasca partum, kecuali pada
bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam
minggu setelah melahirkan.
Lokia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir sering kali disebut lokia, mula-mula
berwarna merah kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Lokia rubra
pertama mengandung darah dan debrus desidua serta debris trofob;lastik. Aliran
menyembur menjadi merah muda atau coklat setelah 3-4 hari (lokia serosa). Lokia
serosa terdiri darah lama, serum, leukosit, dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah
bayi lahir warna cairan menjadi kuning sampai putih (lokia alba).lokia alba
mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, dan bakteri.lokia alba bisa
bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir.
@ Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum serviks
memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pengikisan mucosa vagina dan
hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
ke ukuran sebelum hamil sampai 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada minggu ke empat. Pada awalnya introitus mengalami eritematosa dan
udematosa terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Tanda-tanda infeksi
(nyeri, merah, panas, bengkak atau rabas). Atau tepian insisi tidak saling mendekat
bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2-3 minggu. Hemoroid (varises
anus) sering terjadi. Gejala yang sering dialami adalah seperti rasa gatal, tidak Nyman
dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defecator. Ukuran hemoroid
biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir.
Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan
memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah
relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan
permukaan struktur panggul.
Sistem Endokrin
@ Hormon plasenta
Selama periode pascapartum terjadi perubahan hormone yang besar. Kadar estrogen
dan progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terndahnya
dicapai kira-kira 1 minggu pascapartum. Penuruna kadar estrogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstrasellular yang berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak menyusui kadar estrogen
mulai meniongkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi daripada
wanita yang menyusui pada pascapartum hari ke17 (bowes, 1991).
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui
berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya
berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follicle-stimulating hormone (FSH)
terbukti sama pada wanita yang menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium
tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes,
1991).
Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni da;lam 27 hari setelah
melahirkan, dengan waktu rata-rata 70-75 hari. Pada wanita menyusui, waktu rata-rata
terjadinya ovulasi sekitar 90 hari (Bowes, 1991). Diantara yang menyusui, 15%
mengalami menstruasi dalam 6 minggu dan 45% dalam 12 minggu. Diantara wanita
yang tidak menyusui, 40% mengalami menstruasi dalam 6 minggu, 65% dalam 12
minggu dan 90% dalam 24 minggu. Pada wanita menyusui, 80% siklus menstruasi
pertama tidak mengandung ovum (anovulatory). Pada wanita tidak menyusui, 50%
siklus pertama menstruasi tidak mengandung ovum (Scott dkk, 1990).
Sistem Urinarius
@ Komponen urin
Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada
ibu menyusui merupakan hal yang normal. BUN (Blood Urea Nitrogen) yang
meningkat selama pascapartum merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi.
Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinurea
ringan dan ( +1 ) selam satu atau dua hari setelah wanita melahirkan
@ Diuresis pascapartum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun di jaringa selama ia hamil, salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan
yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari
selama 2 3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresi pasca opartu, yang disebabkan
oleh penurunan kadar estrogen hilangnya, peningkatan tekanan vena pada tungkai
bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah merupakan mekansime lain tubuh
untuk megatasi kelebihan cairan
Sistem Pencernaan
@ Nafsu makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan.stelah benar- benar pulih dari efek
analgesia, anastesi dan keletihan kebanykan ibu merasakan sangat lapar.
@ Motilitas
Secara khas, penurunan motlitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir, kelebihan anastesi dan anlgesi bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal
@ Defekasi
BAB secara sponta bisa tertunda selama 2 3 hari setelah melahirkan. Ibu seringkali
sudah mengelukan nyeri saat defekasi karna nyeri yang dirasakannya di perineum
akibat episotomi.
Sistem Kardiovaskuler
@ Volume darah
Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun
sampai mencapai volume sebelum hamil, hipervolemia yang diakibatkan kehamilan
( peningkatan 40 % lebih dari volume tidak hamil dan menyebabkan kebanyakan
ibu bisa menoleransi kehilangan darah saat melahirkan, banyk ibu yang kehilangan
300 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal pervaginam atau sekitar dua kali
lipat pada saat operasi cesarea
@ Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat selama masa hamil,
stelah melahirkan keadaan ini meningkat lebih tinggi selama 30 60 menit karena
darah biasanya melintasi uteroplasenta tiba tiba kembali ke sirkulasi umum.
@ Tanda-tanda vital
Selama 24 jam pertama suhu dapat meningkat sampai 380 C sebagai akibat efek
dehidrasi. Setelah 24 jam wanita harus tidak demam. Denyut nadi tetap tinggi selam
jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak
diketahuinya pada minggu kedelapan dan kesepuluh denyut nadi kembali ke frekuens
sebelum hamil.pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan ,
tekanan darah sedikit berubah atau menetap, hipotensi ortostatik dapat timbul dalam
48 jam pertama akibat pembengkakan limpa yang terjadi.
@ Komponen darah
Selama 72 jam pertama volume plasma yang hilang lebih besar dari sel darah yang
hilang dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke-3 sampai hari ke-7
post partum . selama sepuluh sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir nilai leukosit
antara 20000 dan 25000 /ml3. . keadaan hiperkoagulasi yang bisa diiringi kerusakan
pembuluh darah dan immobilisasi dan mengakibatkan peningkatan resiko
tromboembolisme terutama setalah wanita melahirkan secar sesar.
@ Varises
Varises Bahkan varises vulva akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir
Sistem Neurologi
Sistem Muskuluskeletal
Adaptasi system musculoskeletal ibu yang terjadi slema masa hamil berlangsung
secara terbalik selama masa pasca partum adaptasi ini mencakup hal hal yang
membantu relaksasii dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran rahim .
Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di aeorola dan line nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir, kulit yang meregang pada payudara , abdomen, paha dan panggul mungkin
memudar tapi tidak hilang seluruhnya pada beberapa wanita spider nevi mentap,
rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada wanita biasanya menghilang tapi
rambut kasar menetap. Diaforesis ialah perubahan yang paling jelas pada system,
integument.
Sistem Kekebalan
Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk mencegah isoimunisasi
Rh ditetapkan.
Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan abdomennya menonjol dan
membuat wanita tersebut tampak masih seperti hamil diperlukan sekitar 6 minggu
untuk dinding abdomen kembali ke keadaan semula. Ada keadan tertentu seperti bayi
besar atau hamil kembar otot otot dinding abdomen memisah suatu keadaan yang
dinamai diatsasis rektiabdominis.
Payudara
@ Ibu menyusui
Sebelum laktasi dimulai payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan yakni
kolostrum dikeluarkan. Stelah laktasi payudara teraba hangat den keras ketika
disentuh rasa nyeri akan menetap selam asekitar 28 jam.
Payudara ibu tidak menyusui biasa teraba nodular pada hari ke 3 dan ke- 4 bisa
terjadi pembengkakan ( engorgement ). Distensi payudara terutama disebabkan oleh
kongesti vena dan limfatik bukan akibat penimbunan air susu. Pembengkanan dapat
hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 36 jam.
Walaupun sudah banyak riset dilakukan untuk membuka tabir proses orangtua bisa
mengasihi dan menerima orangtuanya, para ahli masih tidak mengetahui apa motivasi
dan komitmen orangtua dan anak-anaknya selama bertahun-tahun dalam saling
mendukung dan merawat satu dan yang lain. Proses ini disebut attachment (kasih
sayang) atau bonding (ikatan),istilah yang sering tertukar pemakaiannya walaupun
sebenarnya memiliki definisi yang berbeda. Bonding, didefinisikan Brazelton (1978)
sebagai suatu ketertarikan mutual pertama antara individu, misalnya antara orang tua
dan anak saat pertama kali bertemu. Attachment terjadi pada periode kritis, pada
kelahiran atau adopsi. Hal ini menjelaskan suatu perasaan menyayangi atau loyalitas
yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurut stainton (1983), ikatan ialah pertukaran perasaan karna adanya ketertarikan,
respons, dan kepuasan dan intetensitasnya bisa berubah bila keadaan berubah seiring
dengan perjalanan waktu. Ikatan berkembnag dan dipertahankan oleh kedekatan dan
interaksi.Seperti halnya setiap proses perkembangan ikatan ditandai oleh adanya
periode kemajuan dan regresi dan bisa juga terhenti sementara atau permanent.
Ikatan diperkuat dengan penggunaan respon sensual atau kemampuan oleh kedua
pasangan dalam melakukan interaksi orang tua-anak.Komunikasi antara orang tua
anak terdiri dari:
@ Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba dipakai secara intensif oleh orang tua dan pengasuh lain
sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir. Begitu anak dekat dengan
ibunya, mereka memulai proses eksplorasi dengan ujung jarinya,salah satu daerah
tubuh yang paling sensitive. Ibu menepuk atau mengusap lembut bayi mereka
dipunggung setelah menyusuinya. Bayi menepuk nepuk dada ibunya sewaktu
meyusui.Ibu dan ayah ingin menyentuh,mengangkat dan memeluk bayi mereka.
@ Kontak mata
@ Suara
Saling mendengar dan berespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting.
Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Saat suara yang
membuat mereka yakin bayinya dalam keadaan sehat terdengar, mereka mulai
melakukan tindakan utnuk menghibur.Sewaktu orang tua berbicara dengan suara
bernada tinggi, bayi menjadi tenag dan berpaling kearah mereka.
@ Aroma
Prilaku lain yang terjadi antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma/bau
masing-masing. Ibu berkomentar terhadap aroma bayi mereka ketika baru lahir dan
mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (porter,cernoch,perry,1983).
Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibu nya(stainton,1985).
@ Entrainment
Bayi baru lahit bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa
(condon,sander,1974). Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdangsa mengikuti nada suara orang
tuannya.Hal in berarti bayi telah mengembangkan irama muncul akibat kebiasaan
jauh sebelum ia mampu berkomunikasi dengan kata-kata. Entariment terjadi saat anak
mulai berbicara.
@ Bioritme
Anak yang belum lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya,
misalnya pada denyut jantung. Setelah lahir, bayi yang menangis, dapat ditenagkan
dengan dipeluk dalam posisi sedemikian sehingga ia dapat mendengar denyut jantung
ibunya atau mendengar sura denyut jantung yang direkam. Salah satu tugas bayi ialah
membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberikan kasih saying dengan konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat
bayi mengembangkan prolaku yang responsive.
Penyesuaian maternal
@ Fase dependent
Dalam fase ini secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan
penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara
mandiri. Ia berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar
dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia
akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Rubbin (1961)
menjelaskan keadaan ini sebagai fase taking-hold yang berlangsung kira-kira 10 hari.
Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh tuntutan bayi yang bayakn sehimngga
dengan mudah timbul perasaan depresi. Dikatakan pada masa puerprium ini kadar
glukorkotikoid dalam sirkulasi dapat menjadi rendah atau terjadi hipotiroid subklinis.
Keadaan fisiologis ini dapt menjelaskan depresi pasca partum ringan( Baby blues ).
@ Fase interdependent
Pada fase ini perilaku interdependent muncul ibu dan keluarganya maju sebagai suatu
system dengan para anggota saling berinteraksi. Hubungan antar pasangan, walaupun
sudah berubah dengan adanya seorang anak, kembali menunjukkan karakteristik awal.
Fase interdependent ( letting go ) merupakan fase yang penuh stress bagi orang
tuanya. Kesenangean dan kebutuhan sering terbagi dalam amsa ini. Pria danm wanita
harus menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak,
mengatur rumah dan membina karier. Suatu upaya khusus harus dilakuakn untuk
memperkuat hubungan orang dewasa dengan orang dewasa sebagai dasar kesatuan
keluarga.
@ Penyesuaian Paternal
Memperkenalkan bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak atau lebih bisa
menjadi persoalan bagi orang tua.Orang tua perlu membagi perhatian mereka dengan
adil. Anak yang lebih tua harus menyusun posisi baru didalam hirarki keluarga. Anak
yang lebih tua harus tetap berada dalam posisi sebagai pemimpin. Anak berikutnya
dalam urutan tanggal lahir harus berada pada posisi yang lebih superior dari adiknya
yang baru. Kelakuan mundur keusia yang jauh lebih muda bisa terlihat pada beberapa
anak. Mereka bisa kembali ngompol, merengek-rengek dan tidak mau makan sendiri,
reaksi kecemburuan dapat muncul ketika suaka cita akan kehadiran bayi dirumah
mulai pudar.Penyesuaian awal anak yang lebih tua terhadap bayi baru lahir
membutuhkan waktu.Anak harus diperbolehkan berinteraksi atas kemauannya sendiri
dan jangan dipaksa.
Jumlah keterlibatan kakak dan nenek dalam merawat bayi baru lahir tergantung pada
banyak factor misalnya keinginan kakek-nenek untuk terlibat, kedekatan hubungan
kakek-dan nenek dan peran kakek dan nenek dalam konteks budaya dan etnik yang
bersangkutan (grosso,dkk:1981). Nenek dari ibu ialah model yang penting dalam
praktik perawatan bayi (rubin,1975). Ia bertindak sebagai sumber pengetahuan dan
sebagai individu pendukung. Sering kali nenek dan kakek mengatakan bahwa cucu
membantu mereka mengatasi rasa sepi dan kebosanan. Dukungan kakek dan nenek
dapat menjadi pengaruh yang menstabilkan keluarga yang sedang mengalami krisis
perkembangan seperti seperti kehamilan dan menjadi orang tua baru .Kakek dan
nenek ini dapat membantu anak-anak mereka mempelajari keterampilan menjadi
orangtua dan mempertahankan tradisi budaya.
Usia
Masalah dan kekhawatiran ibu yang terkait dengan kelompok ibu yang berusia 35
tahun semakin banyak muncul pada decade terakhir kali dimana pada usia ini para
ibu sudah mengalami keletihan dan lelah merawat bayi . dalam hal ini para ibu
sangat membutuhkan kegiatan yang dapat membnatu ibu untuk memperoleh kembali
kekuatan tonus dan tonus otot (seperti latihan senam prenatal dan pascapartum)
Jaringan social
Budaya
Kepercayaan dan praktek budaya menjadi determinan penting dalam prilaku orang
tua. Kedua hal tersebut mempengaruhi interaksi orang tua dengan bayi , demikian
juga dengan orang tua atau keluarga yang mengasuh bayi karna setiap orang memiliki
kepercayaan terhadap budaya berbeda beda.
Aspirasi personal
Bagi beberapa wanita, menjadi orang tua mengganggu kebebasan pribadi dan
kemajuan berkariernya kekecewaan yang timbul akibat tidak mencapai kenaikan
jabatan,kalo masalah ini tidak diselesaikan hal tersebut akan berdampak pada cara
mereka merawat dan mengasuh bayi dan bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya
1. Tujuan:
1. c. Alat-alat yg digunakan
Mencuci tangan
Memindahkan / mengangkat softex yang telah digunakan dari depan ke
belakang
Perhatikan warna, bau dan banyaknya cairan di softek, sesuai dengan keadaan
normal
Bersihkan perineum dengan menyiramnya dengan air hangat / antiseptik di
bagian atas vulva
Keringkan area perineum dengan tissue atau handuk kecil kering dari depan ke
belakang (pengusapan berulang ulang dihindari untuk mencegah
menyebarnya kuman dan menjaga kenyamanan)
Tempatkan softex mulai dari depan ke belakang (jangan sentuh permukaan
softex yang akan menyentuh ke perineum / genitalia) kemudian pasang celana.
Cuci tangan kembali dengan menggunakan sabun
1. Pengertian
1. Tujuan
otot panggul.
Tidur dengan posisi telungkup dengan kaki lurus, posisi ini dapat membantu
mengembalikan rahim dalam posisi normal dan dapat mencegah kekakuan pada
punggung dan bokong.
1. B. TEHNIK MENYUSUI
1. 1. Manfaat menyusui dengan benar:
- Bag bibir menjepit areola dan menghisap susu ke bagian akhir tenggorokan
Karet nipple botol masuk ke rahang atas sesuai pergerakan lidah. Lidah bergerak ke
depan melawan bibir untuk mengontrol aliran susu berlebih yang masuk ke esofagus.
- Kasa steril
- Handscoon
Cara pelaksanaan:
1. Ikat tali pusat dengan plastic disposable clamps atau benang kasa steril
2. Pengikatan dilakukan dengan kuat yang mana sebelumnya harus memakai
handscoon, ikatan pertama 5 cm dari dinding perut ikatan kedua 2 cm dari
pusat
3. Monitor ikatan tali pusat tiap 4 jam selama 48 jam
4. Rawat tali pusat dengan larutan aseptic antiseptic ( alkohol dan betadin )
5. Tutup tai pusat dengan kasa steril dan difiksasi dengan baik
6. Monitor balutan tali pusat, kulit sekitar umbilical diobservasi dari tanda
infeksi
Perawatan sehari-hari
- Kain kasa
- Kapas lidi
- Hanscoon
Cara pelaksanaan
o Langkah pertama yang dilakukan adalah memakai handscoon
o Basahi kapas lidi dengan betadin atau alkohol 70 % dan usapkan pada
tali pusat bayi
o Balut dengan kain kasa tanpa menggunakan plester.
o Popok tidak boleh menutupi tali pusat. Popok yang basah dan kotor
akan memperlambat pengeringan tali pusat dan mempermudah
timbulnya infeksi.
1. D. MEMANDIKAN BAYI
1. Celemek
2. Washlap 2 buah
3. Sabun
4. Shampo
5. Baby Oil
6. Bedak
7. Cottonbad
8. Baju
9. Baskom 2 buah : 1 untuk air hangat dan 1 untuk pakaian kotor
- Memakai celemek
- Bersihkan mata bayi dengan kapas basah, dari kantus ke luar, kemudian
bersihkan wajah, telinga, dan bagian leher.
- Bersihkan kembali dengan washlap, untuk bayi yang suster terlepas tali
pusatnya, dibilas di air hangat di dalam baskom.
- Letakkan bayi di handuk /selimut yang sudah ada baju dan popok bayi
- Selimuti bayi
1. E. PERAWATAN PAYUDARA
Tujuan :
Persiapan alat :
- kapas lembab
- handuk bersih
Cara kerja :
Pengurutan/masase payudara :
Persiapan alat :
- cuci tangan
- payudara kiri diurut dengan tangan kiri dan payudara kanan ( jika ibu
melakukan sendiri ).bila dilakukan oleh perawat payudara kiri diurut dengan tangan
kanan dan payudara kanan diurut dengan tangan kiri, dgn cara pengurutan dari tengah
berputar ke samping terus ke bawah, secara perlahan dan halus sambil mengobservasi
ibu dan pengeluaran ASI ( ada/tidak ) dilakukan 10 15 kali.
- Lakukan mandi dgn air hangat dgn menggunakan washlap ( satu washlap
dimasukkan dalam air hangat, peras ). Usap kedua payudara selanjutnya ganti dgn air
dingin ( satu washlap masukkan dlm air dingin, peras ).usap kedua payudara, lakukan
6-10 kali secara bergantian dan diakhiri dgn air dingin
- Payudara dikeringkan /lap dgn menggunakan handuk yang berada pada bagian
bawah payudara
- Handuk di daerah punggung dan bawah payudara dilipat dan alat lain
dibereskan
KONSEP KEPERAWATAN
1. A. PENGKAJIAN
Merujuk pada catatan riwayat keperawatan pada masa prenatal dan intrapartal.
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengkajian psikososial terhadap ibu, ayah
dan anggota keluarga
Perawat mendeteksi adanya penyimpangan dari kondisi yang normal
Dari masa prenatal, kaji masalah kesehatan selama kehamilan yang pernah
timbul, seperti: anemia, hipertensi dalam kehamilan dan diabetes.
Kaji proses persalinan, lama dan jenis persalinan, kondisi selaput dan cairan
ketuban, respon bayi terhadap persalinan, obat-obatan yang digunakan, respon
keluarga khususnya ayah pada persalinan dan kelahiran.
Dilakukan segera pada masa immediate postpartum, seperti: observasi tanda
vital, keseimbangan cairan, pencegahan kehilangan darah yang abnormal dan
eliminai urin.
? Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
? Keluhan Utama
? Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
? Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan sah atau
tidak, atau tidak direstui orang tua ?
? Riwayat Obstetri
- Riwayat Kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah, Urine,
keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi
keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh
- Riwayat Persalinan
Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin,
jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
Pernah mengalami demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat
aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara,
kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.
Apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat
lahir (langsung menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR
skor, Jenis kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan
bonding attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau
susu formula.
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan
anggota keluarga dimasa mendatang.
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut diderita sampai saat
ini atau kambuh berulang-ulang ?
? Riwayat Psikososial-Kultural
? Profil Keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah,
community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam
kegiatan masyarakat.
? Kebiasaan Sehari-Hari
1. a. Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan
ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi,
2. b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman
yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang
atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum).
3. c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka
episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,
rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet
4. d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah
5. e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.
6. f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.
? Seksual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus
atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan
melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai
hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy
membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara
memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi dan
emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman, ketawa, gestures, mannerism,
dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk
kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat
menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi
seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang
disebabkan penurunan libido.
? Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu
tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien
bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.
? Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-tugas
perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan
fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi,
perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan
minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payu
dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui,
memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara
memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek).
Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan perawatan saat
tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.
? Pemeriksaan Fisik
? Pemeriksaan laboratorium
- Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit
1. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan
dengan berakhirnya proses persalinan dan proses kehamilan.
2. Gangguan pola eliminasi buang air besar, berhubungan dengan rasa
nyeri pada perineum dan menurunnya peristaltik usus.
3. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan ruptur perineum.
4. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
perdarahan post partum.
5. Resiko tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan
luka perineum yang masih basah dan post partum.
6. Resiko gangguan pola istirahat/ tidur berhubungan dengan ketidak
nyamanan dan jadwal makan bayi.
7. Kurangnya pengetahuan ibu tentang tindak lanjut keperawatan post
partum (nifas) berhubungan dengan baru pertama kali melahirkan.
1. C. PERENCANAAN
1. Perubahan pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan
dengan berakhirnya proses kehamilan dan persalinan.
2) Kriteria : - Ibu tidak merasa nyeri pada saat buang air kecil.
3) Rencana Tindakan:
4) Rasional:
b) Rangsangan pada simphisis dengan air dingin dapat meningkatkan tonus otot
spincter dan buli-buli.
1. Gangguan pola eliminasi buang air besar berhubungan dengan rasa nyeri pada
luka perineum dan dan menurunnya peristaltik usus.
1) Tujuan: tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air besar.
3) Rencana Tindakan:
d) Berikan penyuluhan pada ibu untuk tidak takut buang air besar.
4) Rasional:
d) Rasa takut dapat mempengaruhi syaraf sympatis sehingga otot spincter menjadi
lemah.
4). Rasional:
b) Dengan posisi yang menyenangkan membuat klien merasa nyaman dan dapat
beradaptasi dengan nyeri.
d) Menjelaskan kepada ibu tentang nyeri agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri.
3) Rencana Tindakan:
e) Beri pengetahuan pada ibu tentang ambulasi dini pada ibu nifas.
4) Rasional:
a) Untuk mengetahui jumlah perdarahan.
1. Resiko tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan luka
perineum yang masih basah dan post partum.
1) Tujuan: Tidak terjadi infeksi pada luka perineum dan jalan lahir.
3) Rencana Tindakan:
b) Rawat luka perineum setiap hari dengan teknik septik dan aseptik
4) Rasional:
d) Keadaan lokhia yang tidak normal menandakan adanya infeksi jalan lahir.
- cukup
3) Rencana tindakan:
c) Beri penyuluhan kepada ibu agar memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada
waktunya.
d) Anjurkan kepada ibu agar menidurkan bayinya dalam dalam keadaan kenyang.
e) Bila asi kurang, berikan susu tambahan pengganti asi sebanyak 30 cc/ 3 jam
dengan sendok atau dok.
4) Rasional:
c) Dengan memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada waktunya bayi akan tenang.
b) Beri HE kepada ibu bahaya melakukan hubungan suami istri selama dalam
masa nifas.
c) Beri penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya pemeriksaan diri dan bayi
secara berkala di rumah sakit/ puskesmas.
4) Rasional:
b) Dengan melakukan hubungan suami istri selama masa nifas akan menyebabkan
perdarahan yang banyak/ berat.
c) Pemeriksaan diri dan bayi secara berkala dapat mengetahui tingkat kesehatan ibu
dan bayi.
1. D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. E. EVALUASI
1. Periode post partum dini.
- Tanda vital, keadaan luka episiotomi jika ada dan mencocokkan dengan
parameter yang diharapkan.
- Toleransi klien terhadap intake makanan, intake cairan dan keinginan klien
mengenali makanan dan cairan.
- Respon klien dengan suami terhadap adanya perubahan pola aktifitas seksual
serta perlunya menggunakan alat kontrasepsi untuk memberi rasa aman dan bagi ibu.
- Keluarga menyepakati penggunaan salah satu jenis kontrasepsi yang cocok bagi
ibu.
LAPORAN KASUS
1. a. Pengkajian
Pengumpulan Data
Identitas Klien
Nama : Ny.T
Umur : 39 tahun
Riwayat Kesehatan
- Post partum hari ke dua. TFU simfisis pusat, berat uterus 500 gram, terjadi
after pain pada saat ibu menyusui bayinya, kondisi payudara bengkak dan terjadinya
bendungan ASI.
Riwayat rupture tingkat 2, nyeri , gatal, dan merah pada daerah vagina. Klien riwayat
G11P8A3. Klien pernah mengalami peradangan panggul dan dispareunia
Pemeriksaan Fisik
TTV :
Validasi Data
Data Subyektif :
Klien mengatakan terjadi after pain pada saat ibu menyusui bayinya. Klien pernah
mengalami peradangan panggul dan dispareunia
Data Obyektif :
Post partum hari ke dua. TFU simfisis pusat, berat uterus 500 gram, kondisi
payudara bengkak dan terjadinya bendungan ASI.
Analisa data
DO : Kontraksi Uterus
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
DS :
Korteks cerebri
Nyeri di persepsikan
DS :
Konstipasi
DS : - Nyeri
DO :
- ASI/colostrum belum
ada
Bayi jarang menetek Penimbunan
- Payudara teraba keras / ASI
4. padat.
Penimbunan ASI
DS :
DO :
TD = 150/100 mmHg, S=
38,5oC, N= 72 x/menit.
Resiko terjadi infeksi
DS :
1. b. Diagnosa Keperawatan
http://www.masbied.com/2011/03/14/asuhan-post-natal-care-nifas/
BAB I
PENDAHULUAN
Ibu-ibu yang selesai melahirkan (post partum) juga memerlukan kesehatan yang
optimal. Post partum adalah waktu penyembuhan, waktu perubahan, waktu kembali
pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian penambahan keluarga baru (persis,
1995:188). Sedangkan menurut Barbara (2005), masa post partum adalah periode 6
minggu setelah kelahiran, dimulai akhir persalinan dan berakhir dengan kembalinya
organ-organ reproduksi kekeadaan sebelum hamil.
Perawatan umum terhadap pasien post natal care dilaksanakan berdasarkan upaya
untuk mempertahankan higiene, kenyamanan pasien, mencegah infeksi dan
meringankan kelainan berkisar 5-7 hari setelah persalinan normal. Aktivitas pasien
post partum pun sangat mendukung untuk kepulihan pasien, seperti yang kita ketahui
pasien post partum harus melakukan mobilisasi 2 jam post partum. Mobilisasi bisa
dilakukan dari posisi pasien yang telentang menjadi miring kiri bergantian miring
kekanan. Kemudian dari posisi tidur ke duduk, posisi duduk ke berdiri, dan anjurkan
pasien untuk berjalan-jalan. Jika terdapat komplikasi, intervensinya mungkin
diperlakukan dalam satu atau dua hari lebih lama.
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
http://asuhan-keperawatan-maternitas.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-
post-partum.html
II. PERIODE
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
2.
3.
1 cm di atas pusat
Turun 1 cm/hari
Lembut Terjadi
Berkurang
- Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak
hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal
dengan ovulasi.
- Perineum
Episiotomi
Penyembuhan dalam 2 minggu.
Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rektal
b. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena
peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement
akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang
tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
c. Sistem Endokrin
- Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72
jam post partum normal setelah siklus menstruasi.
- Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada
pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post
partum terjadi bradikardi.
- Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 500 cc, sesaria : 600 800 cc.
- Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
- Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
e. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali
setelah 3 minggu post partum.
f. Sistem Gastrointestinal
- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
- Nafsu makan kembali normal.
- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria
- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti
2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
i. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j. Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.
ASUHAN KEPERAWATAN
POST PARTUM FISIOLOGIS
I. PENGKAJIAN
A. Pemeriksaan Fisik
1. Monitor Keadaan Umum Ibu
- Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit
- 24 jam I : tiap 4 jam
- Setelah 24 jam : tiap 8 jam
2. Monitor Tanda-tanda Vital
3. Payudara
Produksi kolustrum 48 jam pertama.
4. Uterus
Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.
5. Insisi SC
Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan warna.
6. Kandung Kemih dan Output Urine
Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri.
7. Bowel
Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.
8. Lochea
Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.
9. Perineum
Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema, discharge dan
approximation. Kemerahan menandakan infeksi.
10. Ekstremitas
Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.
11. Diagnostik
Jumlah darah lengkap, urinalisis.
B. Perubahan Psikologis
1. Peran Ibu meliputi:
Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu, konflik
peran.
2. Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.
3. Perubahan Psikologis
a. Perubahan peran, sebagai orang tua.
b. Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.
c. Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari III
dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang mempengaruhi
emosi ibu.
4. Faktor-faktor Risiko
a. Duerdistensi uterus
b. Persalinan yang lama
c. Episiotomi/laserasi
d. Ruptur membran prematur
e. Kala II persalinan
f. Plasenta tertahan
g. Breast feeding