Anda di halaman 1dari 76

Pengertian

Masa post partum (nifas) adalah masa sejak melahirkan sampai pulihnya alat-alat
reproduksi & anggota tubuh lainnya yg berlangsung sampai sekitar 40 hari (KBBI,
1990).

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu
kira-kira 6-8 minggu.

Pembagian masa nifas dalam 3 periode:

1.) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam Agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja dalan 40
hari.

2.) Peurperium intermedial : yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia eksterna


dan interna yang lamanya kurang lebih 6-8 minggu.

3.) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Periode pasca partum ialah masa enam minggu setelah bayi lahir sampai organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil . Periode ini kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan. Immediate post partum >
Berlangsung dlm 24 jam pertama, Early post partum>Berlangsung sampai minggu
pertama, Late post partum > Berlangsung sampai masa post partum berakhir

Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas , walaupun dianggap normal dimana
proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat
energi dan tingkat kenyamanan ,kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional ikut mementuk respon ibu
terhadap bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan
ibu , bayi dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuannya
tentang anatomi dan fisiologi ibu pada proses pemulihan , karakteristik fisik dan
prilaku bayi baru lahir dan respon keluarga terhadap kelahiran seorang anak.

PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA PERIODE PASCAPARTUM

Sistem Reproduksi

@ Uterus

Proses involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut


involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Sedangkan subinvolusi adalah penggagalan uterus untuk kembali pada
keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya
fragmen plasenta dan infeksi.
Pada akhir tahap ketiga persalinan besar uterus sama dengan sewaktu usia kehamilan
16 minggu yaitu 1000g. dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1
cm di atas umbilicus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm tiap 24 jam. Pada hari ke enam
pascapartum fundus normal berada di pertengahan umbilicus dan simfisis. Dan tidak
bisa dipalpasi pada abdomen dihari ke sembilan. Setelah 1 minggu melahirkan uterus
berada di dalam panggul sejati dan berinvolusi menjadi kira-kira 500 g dan 350 g dua
minggu setelah melahirkan. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone
ekstrogen dan progesterone menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.

Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uteri yang sangat
besar. Selama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Penting sekali untuk mempertahankan kontraksi
uterus pada masa ini, sehingga biasanya diberikan suntikan oksitosin segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan
bayinya di payudara karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.

Afterpains

Rasa nyeri menjadi lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu
teregang. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri karena
keduanya merangsang kontraksi uterus.

Tempat plasenta

Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ke 3 pasca partum, kecuali pada
bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam
minggu setelah melahirkan.

Lokia

Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir sering kali disebut lokia, mula-mula
berwarna merah kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Lokia rubra
pertama mengandung darah dan debrus desidua serta debris trofob;lastik. Aliran
menyembur menjadi merah muda atau coklat setelah 3-4 hari (lokia serosa). Lokia
serosa terdiri darah lama, serum, leukosit, dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah
bayi lahir warna cairan menjadi kuning sampai putih (lokia alba).lokia alba
mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, dan bakteri.lokia alba bisa
bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir.

Batas waktu
Pengeluaran tidak
Lochia sejak Pengeluaran normal
normal
melahirkan
Darah dengan bekuan,
bau amis, meningkatByk bekuan, bau busuk,
Rubra Hari 1-3
dengan bergerak,pembalut penuh darah
meneteki dan peregangan

Pink atau coklat dengan


Bau busuk, pembalut
Serosa Hari 4-9 konsistensi,
penuh darah
serosanguineus, bau amis.

Bau busuk, pembalut


penuh darah, lochea
serosa menetap, kembali
Alba Hari 10 Kuning putih, bau amis
ke pengeluaran pink atau
merah, pengeluaran lebih
dari 2-3 minggu.

@ Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum serviks
memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.

@ Vagina dan perineum

Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pengikisan mucosa vagina dan
hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
ke ukuran sebelum hamil sampai 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada minggu ke empat. Pada awalnya introitus mengalami eritematosa dan
udematosa terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Tanda-tanda infeksi
(nyeri, merah, panas, bengkak atau rabas). Atau tepian insisi tidak saling mendekat
bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2-3 minggu. Hemoroid (varises
anus) sering terjadi. Gejala yang sering dialami adalah seperti rasa gatal, tidak Nyman
dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defecator. Ukuran hemoroid
biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir.

@ Topangan otot panggul

Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan
memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah
relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan
permukaan struktur panggul.

Sistem Endokrin

@ Hormon plasenta
Selama periode pascapartum terjadi perubahan hormone yang besar. Kadar estrogen
dan progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terndahnya
dicapai kira-kira 1 minggu pascapartum. Penuruna kadar estrogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstrasellular yang berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak menyusui kadar estrogen
mulai meniongkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi daripada
wanita yang menyusui pada pascapartum hari ke17 (bowes, 1991).

@ Hormone hipofisis dan fungsi ovarium

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui
berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya
berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follicle-stimulating hormone (FSH)
terbukti sama pada wanita yang menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium
tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes,
1991).

Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni da;lam 27 hari setelah
melahirkan, dengan waktu rata-rata 70-75 hari. Pada wanita menyusui, waktu rata-rata
terjadinya ovulasi sekitar 90 hari (Bowes, 1991). Diantara yang menyusui, 15%
mengalami menstruasi dalam 6 minggu dan 45% dalam 12 minggu. Diantara wanita
yang tidak menyusui, 40% mengalami menstruasi dalam 6 minggu, 65% dalam 12
minggu dan 90% dalam 24 minggu. Pada wanita menyusui, 80% siklus menstruasi
pertama tidak mengandung ovum (anovulatory). Pada wanita tidak menyusui, 50%
siklus pertama menstruasi tidak mengandung ovum (Scott dkk, 1990).

Sistem Urinarius

@ Komponen urin

Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada
ibu menyusui merupakan hal yang normal. BUN (Blood Urea Nitrogen) yang
meningkat selama pascapartum merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi.
Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinurea
ringan dan ( +1 ) selam satu atau dua hari setelah wanita melahirkan

@ Diuresis pascapartum

Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun di jaringa selama ia hamil, salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan
yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari
selama 2 3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresi pasca opartu, yang disebabkan
oleh penurunan kadar estrogen hilangnya, peningkatan tekanan vena pada tungkai
bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah merupakan mekansime lain tubuh
untuk megatasi kelebihan cairan

@ Uretra dan kandung kemih

Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses malahirkan yakni
sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemi
dan edema sering disertai dengan daerah daerah kecil hemoragik.kombinasi trauma
akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek
konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun selain itu rasa
nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan , laserasi vagina
atau episotomi juga menurunkan refleks bekemih pada masa pasca partum tahap
lanjut distensi berlebihan dapat mengakibatkan kandung kemih lebih peka terhadap
infeksi sehingga menganggu proses berkemih normal.

Sistem Pencernaan

@ Nafsu makan

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan.stelah benar- benar pulih dari efek
analgesia, anastesi dan keletihan kebanykan ibu merasakan sangat lapar.

@ Motilitas

Secara khas, penurunan motlitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir, kelebihan anastesi dan anlgesi bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal

@ Defekasi

BAB secara sponta bisa tertunda selama 2 3 hari setelah melahirkan. Ibu seringkali
sudah mengelukan nyeri saat defekasi karna nyeri yang dirasakannya di perineum
akibat episotomi.

Sistem Kardiovaskuler

@ Volume darah

Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun
sampai mencapai volume sebelum hamil, hipervolemia yang diakibatkan kehamilan
( peningkatan 40 % lebih dari volume tidak hamil dan menyebabkan kebanyakan
ibu bisa menoleransi kehilangan darah saat melahirkan, banyk ibu yang kehilangan
300 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal pervaginam atau sekitar dua kali
lipat pada saat operasi cesarea

@ Curah jantung

Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat selama masa hamil,
stelah melahirkan keadaan ini meningkat lebih tinggi selama 30 60 menit karena
darah biasanya melintasi uteroplasenta tiba tiba kembali ke sirkulasi umum.

@ Tanda-tanda vital

Selama 24 jam pertama suhu dapat meningkat sampai 380 C sebagai akibat efek
dehidrasi. Setelah 24 jam wanita harus tidak demam. Denyut nadi tetap tinggi selam
jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak
diketahuinya pada minggu kedelapan dan kesepuluh denyut nadi kembali ke frekuens
sebelum hamil.pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan ,
tekanan darah sedikit berubah atau menetap, hipotensi ortostatik dapat timbul dalam
48 jam pertama akibat pembengkakan limpa yang terjadi.

@ Komponen darah

Selama 72 jam pertama volume plasma yang hilang lebih besar dari sel darah yang
hilang dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke-3 sampai hari ke-7
post partum . selama sepuluh sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir nilai leukosit
antara 20000 dan 25000 /ml3. . keadaan hiperkoagulasi yang bisa diiringi kerusakan
pembuluh darah dan immobilisasi dan mengakibatkan peningkatan resiko
tromboembolisme terutama setalah wanita melahirkan secar sesar.

@ Varises

Varises Bahkan varises vulva akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir

Sistem Neurologi

Perubahan neurologis selama puerperium merupakan adaptasi neurobiologis yang


terjdi saat wanita hamil dan disebabkan oleh trauma yang dialami wanita saat bersalin
dan melahirkan, rasa tidak Nyman neurologist yang diinduksi kehamilan akan
menghilang setalah wanita melahirkan.

Sistem Muskuluskeletal

Adaptasi system musculoskeletal ibu yang terjadi slema masa hamil berlangsung
secara terbalik selama masa pasca partum adaptasi ini mencakup hal hal yang
membantu relaksasii dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran rahim .

Sistem Integumen

Hiperpigmentasi di aeorola dan line nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir, kulit yang meregang pada payudara , abdomen, paha dan panggul mungkin
memudar tapi tidak hilang seluruhnya pada beberapa wanita spider nevi mentap,
rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada wanita biasanya menghilang tapi
rambut kasar menetap. Diaforesis ialah perubahan yang paling jelas pada system,
integument.

Sistem Kekebalan

Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk mencegah isoimunisasi
Rh ditetapkan.

Waktu sejak melahirkan Posisi fundus uteri

1-2 jam Pertengahan, antara pusat-simfisis


12 jam 1 cm bawah pusat

3 hari 3 cm bawah pusat (terus menurun 1


cm/hari)

9 hari Tidak teraba

5-6 minggu Tdk teraba, sdkt lbh besar drpd multipara

Abdomen

Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan abdomennya menonjol dan
membuat wanita tersebut tampak masih seperti hamil diperlukan sekitar 6 minggu
untuk dinding abdomen kembali ke keadaan semula. Ada keadan tertentu seperti bayi
besar atau hamil kembar otot otot dinding abdomen memisah suatu keadaan yang
dinamai diatsasis rektiabdominis.

Payudara

@ Ibu menyusui

Sebelum laktasi dimulai payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan yakni
kolostrum dikeluarkan. Stelah laktasi payudara teraba hangat den keras ketika
disentuh rasa nyeri akan menetap selam asekitar 28 jam.

@ Ibu tidak menyusui

Payudara ibu tidak menyusui biasa teraba nodular pada hari ke 3 dan ke- 4 bisa
terjadi pembengkakan ( engorgement ). Distensi payudara terutama disebabkan oleh
kongesti vena dan limfatik bukan akibat penimbunan air susu. Pembengkanan dapat
hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 36 jam.

PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA PASCAPARTUM

Perkenalan, ikatan dan kasih sayang dalam menjadi orangtua

Walaupun sudah banyak riset dilakukan untuk membuka tabir proses orangtua bisa
mengasihi dan menerima orangtuanya, para ahli masih tidak mengetahui apa motivasi
dan komitmen orangtua dan anak-anaknya selama bertahun-tahun dalam saling
mendukung dan merawat satu dan yang lain. Proses ini disebut attachment (kasih
sayang) atau bonding (ikatan),istilah yang sering tertukar pemakaiannya walaupun
sebenarnya memiliki definisi yang berbeda. Bonding, didefinisikan Brazelton (1978)
sebagai suatu ketertarikan mutual pertama antara individu, misalnya antara orang tua
dan anak saat pertama kali bertemu. Attachment terjadi pada periode kritis, pada
kelahiran atau adopsi. Hal ini menjelaskan suatu perasaan menyayangi atau loyalitas
yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurut stainton (1983), ikatan ialah pertukaran perasaan karna adanya ketertarikan,
respons, dan kepuasan dan intetensitasnya bisa berubah bila keadaan berubah seiring
dengan perjalanan waktu. Ikatan berkembnag dan dipertahankan oleh kedekatan dan
interaksi.Seperti halnya setiap proses perkembangan ikatan ditandai oleh adanya
periode kemajuan dan regresi dan bisa juga terhenti sementara atau permanent.

Komunikasi orang tua

Ikatan diperkuat dengan penggunaan respon sensual atau kemampuan oleh kedua
pasangan dalam melakukan interaksi orang tua-anak.Komunikasi antara orang tua
anak terdiri dari:

@ Sentuhan

Sentuhan atau indra peraba dipakai secara intensif oleh orang tua dan pengasuh lain
sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir. Begitu anak dekat dengan
ibunya, mereka memulai proses eksplorasi dengan ujung jarinya,salah satu daerah
tubuh yang paling sensitive. Ibu menepuk atau mengusap lembut bayi mereka
dipunggung setelah menyusuinya. Bayi menepuk nepuk dada ibunya sewaktu
meyusui.Ibu dan ayah ingin menyentuh,mengangkat dan memeluk bayi mereka.

@ Kontak mata

Kesenagan untuk melakukan kontak mata diperlakukan berulang-ulang. Beberapa ibu


berkata, begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan
bayinya (Klaus,kennel,1982). Orang tua mengahbiskan waktu yang lama untuk
membuat bayinya membuka mata dan melihat mereka. ketika bayi baru lahir mampu
secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan
mengguanakan lebih banyak waktu untuk saling memandang seringa kali dalam posisi
bertatapan.En face ialah suatu posisi dimana kedua wajah terpisah kira-kira 20 cm
pada bidang pandang yang sama.

@ Suara

Saling mendengar dan berespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting.
Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Saat suara yang
membuat mereka yakin bayinya dalam keadaan sehat terdengar, mereka mulai
melakukan tindakan utnuk menghibur.Sewaktu orang tua berbicara dengan suara
bernada tinggi, bayi menjadi tenag dan berpaling kearah mereka.

@ Aroma

Prilaku lain yang terjadi antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma/bau
masing-masing. Ibu berkomentar terhadap aroma bayi mereka ketika baru lahir dan
mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (porter,cernoch,perry,1983).
Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibu nya(stainton,1985).

@ Entrainment
Bayi baru lahit bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa
(condon,sander,1974). Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdangsa mengikuti nada suara orang
tuannya.Hal in berarti bayi telah mengembangkan irama muncul akibat kebiasaan
jauh sebelum ia mampu berkomunikasi dengan kata-kata. Entariment terjadi saat anak
mulai berbicara.

@ Bioritme

Anak yang belum lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya,
misalnya pada denyut jantung. Setelah lahir, bayi yang menangis, dapat ditenagkan
dengan dipeluk dalam posisi sedemikian sehingga ia dapat mendengar denyut jantung
ibunya atau mendengar sura denyut jantung yang direkam. Salah satu tugas bayi ialah
membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberikan kasih saying dengan konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat
bayi mengembangkan prolaku yang responsive.

Penyesuaian maternal, paternal, saudara kandung serta kakek-nenek.

Penyesuaian maternal

@ Fase dependent

Selama 1 sampai 2 hari pertama setelah melahirkan, ketergantunganm ibu menonjol.


Pada waktu ini ibu mengharapkan segala kebutuhanya dapat dipenuhi orang lain. Ibu
memindahkan energi psikologisnya kepada anaknya. Rubbin (1961) menetapkan
periode beberapa hari ini sebagai fase menerima,( Taking-in phase) suatu waktu
dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Fase dependen ialah suatu
waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orang tua sangat suka
mengkomunikasikannya. Pemusatan analisis dan sikap yang menerima pengalaman
ini membnatu orang tua untuk berpindah kefase berikutnya. Beberapa oaring tua dapat
menganggap petugas atau ibu yang lain sebagai pendengarnya. Kecemasakan dan
keasikan terhadap peran barunya sering mempersempint lapang persepsi ibu oleh
karena itu informasi yang diberikan pada waktu ini mengkin perlu diulang.

@ Fase dependent mandiri

Dalam fase ini secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan
penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara
mandiri. Ia berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar
dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia
akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Rubbin (1961)
menjelaskan keadaan ini sebagai fase taking-hold yang berlangsung kira-kira 10 hari.
Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh tuntutan bayi yang bayakn sehimngga
dengan mudah timbul perasaan depresi. Dikatakan pada masa puerprium ini kadar
glukorkotikoid dalam sirkulasi dapat menjadi rendah atau terjadi hipotiroid subklinis.
Keadaan fisiologis ini dapt menjelaskan depresi pasca partum ringan( Baby blues ).

@ Fase interdependent
Pada fase ini perilaku interdependent muncul ibu dan keluarganya maju sebagai suatu
system dengan para anggota saling berinteraksi. Hubungan antar pasangan, walaupun
sudah berubah dengan adanya seorang anak, kembali menunjukkan karakteristik awal.
Fase interdependent ( letting go ) merupakan fase yang penuh stress bagi orang
tuanya. Kesenangean dan kebutuhan sering terbagi dalam amsa ini. Pria danm wanita
harus menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak,
mengatur rumah dan membina karier. Suatu upaya khusus harus dilakuakn untuk
memperkuat hubungan orang dewasa dengan orang dewasa sebagai dasar kesatuan
keluarga.

@ Penyesuaian Paternal

Para ahli melukiskan bebagai karakteristik engrossment.beberapa respon sensual,


seperti sentuhan dan kontak mata. Keinginan ayah untuk menemukan hal-hal yang
unik maupun yang sama derngan dirinya merupakan karakteristik lain yang berkaitan
dengan kebutuhan ayah untuk merasakan bahwa bayi ini adalah miliknya. Respon
yang jelas ialah adanya daya tarik yang kuat dari bayi yang baru lahir.Menurut
Henderson dan bruse (1991) tentang pengalaman para ayah baru selama tiga minggu
pertama kehidupan bayi menyatakan bahwa para ayah baru menjalani tiga tahapa
proses yaitu Tahap pertama meliputi pengalaman prakonsepsi yakni akan seperti apa
rasanya ketika membawa pulang bayi kerumah . Tahap kedua meliputi Realitas yang
tidak menyenangkan menjadi ayah baru .Beberapa ayah mulai menyadari bahwa
harapan mereka sebelumnya tidak didasarkan pada kenyataan. Perasaan sedih dan
ragu sering sekali menyertai realitas. Tahap ketiga meliputi keputusan yang dilakukan
dengan sadar unutk mengontrol dan menjadi lebih aktif terlibat didalam kehidupan
bayi mereka.

@ Penyesuaian saudara kandung

Memperkenalkan bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak atau lebih bisa
menjadi persoalan bagi orang tua.Orang tua perlu membagi perhatian mereka dengan
adil. Anak yang lebih tua harus menyusun posisi baru didalam hirarki keluarga. Anak
yang lebih tua harus tetap berada dalam posisi sebagai pemimpin. Anak berikutnya
dalam urutan tanggal lahir harus berada pada posisi yang lebih superior dari adiknya
yang baru. Kelakuan mundur keusia yang jauh lebih muda bisa terlihat pada beberapa
anak. Mereka bisa kembali ngompol, merengek-rengek dan tidak mau makan sendiri,
reaksi kecemburuan dapat muncul ketika suaka cita akan kehadiran bayi dirumah
mulai pudar.Penyesuaian awal anak yang lebih tua terhadap bayi baru lahir
membutuhkan waktu.Anak harus diperbolehkan berinteraksi atas kemauannya sendiri
dan jangan dipaksa.

@ Penyesuaian kakek dan nenek

Jumlah keterlibatan kakak dan nenek dalam merawat bayi baru lahir tergantung pada
banyak factor misalnya keinginan kakek-nenek untuk terlibat, kedekatan hubungan
kakek-dan nenek dan peran kakek dan nenek dalam konteks budaya dan etnik yang
bersangkutan (grosso,dkk:1981). Nenek dari ibu ialah model yang penting dalam
praktik perawatan bayi (rubin,1975). Ia bertindak sebagai sumber pengetahuan dan
sebagai individu pendukung. Sering kali nenek dan kakek mengatakan bahwa cucu
membantu mereka mengatasi rasa sepi dan kebosanan. Dukungan kakek dan nenek
dapat menjadi pengaruh yang menstabilkan keluarga yang sedang mengalami krisis
perkembangan seperti seperti kehamilan dan menjadi orang tua baru .Kakek dan
nenek ini dapat membantu anak-anak mereka mempelajari keterampilan menjadi
orangtua dan mempertahankan tradisi budaya.

Faktor yang mempengaruhi respon orang tua

Usia

Masalah dan kekhawatiran ibu yang terkait dengan kelompok ibu yang berusia 35
tahun semakin banyak muncul pada decade terakhir kali dimana pada usia ini para
ibu sudah mengalami keletihan dan lelah merawat bayi . dalam hal ini para ibu
sangat membutuhkan kegiatan yang dapat membnatu ibu untuk memperoleh kembali
kekuatan tonus dan tonus otot (seperti latihan senam prenatal dan pascapartum)

Jaringan social

Primipara dan multipara memiliki kebutuhan yang berbeda.Multipara lebih realistis


terhadap terhapat keterbatasan fisik dan mudah beradaptasi terhadap peran dan
interaksi sosialnya. Sedangkan primipara membutuhkan dukungan dan tindak lanjut
yang mencakup rujukan kebadan bantuan dalam masyarakat. Jaringan social
meningkatkan potensi pertumbuhan anak dan mencegah kekeliruan dalam
memperlakukan anak.

Budaya

Kepercayaan dan praktek budaya menjadi determinan penting dalam prilaku orang
tua. Kedua hal tersebut mempengaruhi interaksi orang tua dengan bayi , demikian
juga dengan orang tua atau keluarga yang mengasuh bayi karna setiap orang memiliki
kepercayaan terhadap budaya berbeda beda.

Kondisi social ekonomi

Kondisi social ekonomi seringkali menjadi jalan untuk mendapatkan bantuan.


Keluarga yang mampu membayar pengeluaran tambahan dengan hadirnya bayi baru
ini pengeluaran tambahan dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hamper tidak
merasakan beban keuangan tetapi dilain pihak keluarga yang menemukan kalahiran
seorang bayi suatu beban financial dapat mengalami peningkatan stress dan stess ini
bisa mengganggu interaksi orang tua terhapat bayinya

Aspirasi personal

Bagi beberapa wanita, menjadi orang tua mengganggu kebebasan pribadi dan
kemajuan berkariernya kekecewaan yang timbul akibat tidak mencapai kenaikan
jabatan,kalo masalah ini tidak diselesaikan hal tersebut akan berdampak pada cara
mereka merawat dan mengasuh bayi dan bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya

1. A. PERAWATAN IBU DAN BAYI


2. PERAWATAN PERINEUM
1. Pengertian
Membersihkan dan merawat area genitalia bagian luar setelah melahirkan

1. Tujuan:

? Memberikan rasa nyaman

? Mengurangi resiko infeksi

? Menjaga kebersihan vulva dan perineum

? Memperlancar keluarnya lokhea (darah nifas)

1. c. Alat-alat yg digunakan

- Softex atau pembalut wanita yg bersiAir hangat atau cairan antiseptik


(betadine yang diencerkan, sublimat, detol yang diencerkan, sabun, dll).

- Tissue atau handuk kecil

- Celana dalam bersih

1. Cara Perawatan Perineum

Mencuci tangan
Memindahkan / mengangkat softex yang telah digunakan dari depan ke
belakang
Perhatikan warna, bau dan banyaknya cairan di softek, sesuai dengan keadaan
normal
Bersihkan perineum dengan menyiramnya dengan air hangat / antiseptik di
bagian atas vulva
Keringkan area perineum dengan tissue atau handuk kecil kering dari depan ke
belakang (pengusapan berulang ulang dihindari untuk mencegah
menyebarnya kuman dan menjaga kenyamanan)
Tempatkan softex mulai dari depan ke belakang (jangan sentuh permukaan
softex yang akan menyentuh ke perineum / genitalia) kemudian pasang celana.
Cuci tangan kembali dengan menggunakan sabun

II. SENAM NIFAS

1. Pengertian

Senam / gerakan yang dilakukan setelah melahirkan. Dilakukan segera setelah


melahirkan sampai 7 minggu dan dilakukan 2 kali dalam sehari

1. Tujuan

Memperbaiki sirkulasi darah


Memperbaiki postur tubuh
Memperbaiki tonus otot panggul
Memperbaiki regangan otot tungkai bawah
Memperbaiki regangan otot perut
Meningkatkan kesadaran untuk mlakukan relaksasi

otot panggul.

1. Cara Senam Nifas

Latihan Penguatan Otot Perut

Tahap 1: Pernafasan perut

1. Tidur terlentang dgn lutut ditekuk


2. 2. Tarik nafas dalam dari hidung, usahakan rongga dada tetap dan rongga
perut mengembang
3. 3. Keluarkan udara perlahan lahan dengan menggunakan otot otot perut.

Tahap 2: Kombinasi pernafasan perut dengan pengerutan panggul

1. Tidur terlentang dengan lutut ditekuk


2. Sambil menarik napas dalam kerutkan sekitar anus dengan pinggang
mendatar pada tempat tidur
3. Keluarkan udara perlahan lahan dorong dengan kekuatan perut dan bokong
4. Tahan 3-5 detik, lalu istirahat
5. Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali

Tahap 3: Menggapai lutut

1. Tidur terlentang dengan lutut ditekuk


2. Sambil menarik napas dalam tarik dagu ke arah dada
3. Ambil mengeluarkan udara, angkat kepala dan bahu perlahan lahan.
Regangkan tangan sampai menyentuh lutut. Tubuh boleh diangkat setinggi 15-
20 cm.
4. Perlahan lahan kepala dan bahu diturunkan seperti posisi semula
5. Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali.

Latihan Penguatan Pinggang

Tahap 1: Memutar kedua lutut

1. Tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk


2. Pertahankan bahu tetap lurus, telapak kaki tetap dan secara perlahan lahan
putar kedua lutut sehingga menyentuh sisi kanan tempat tidur
3. Pertahankan gerakan yang halus, putar kedua lutut kembali sampai
menyentuh sisi kanan tempat tidur
4. Kembali ke posisi semula dan istirahat
5. Lakukan latihan sebanyak 10 kali.

Tahap 2: Memutar satu kaki

1. Tidur terlentang dengan kedua lutut kiri ditekuk


2. Pertahankan bahu tetap datar, secara perlahan lahan putar lutut kiri sampai
menyentuh sisi kanan tempat tidur dan kembali ke posisi semula
3. Ganti posisi kaki, sentih sisi kiri tempat tidur dengan menggunakan lutut
sebelah kanan lalu kembali ke posisi semula dan istirahat
4. Lakukan latihan sebanyak 10 kali

Tahap 3: Memutar tungkai

1. Tidur terlentang dengan posisi lurus


2. Pertahankan bahu tetap datar, secara perlahan lahan tungkai kiri diangkat
dalam keadaan lurus dan putar sampai menyentuh sisi kanan tempat tidur, lalu
kembali ke posisi semula.
3. Ulangi gerakan kedua dengan menggunakan kaki kanan sehingga menyentuh
sisi kiri.
4. Lakukan latihan sebanyak 10 kali.

Istirahat dgn Posisi Telungkup

Tidur dengan posisi telungkup dengan kaki lurus, posisi ini dapat membantu
mengembalikan rahim dalam posisi normal dan dapat mencegah kekakuan pada
punggung dan bokong.

1. B. TEHNIK MENYUSUI
1. 1. Manfaat menyusui dengan benar:

Nutrisi bayi terpenuhi


Bayi mendapatkan imunitas yang cukup
Mencegah bengkak pada payudara
Mencegah nipple pecah pecah
Memperkuat tulang rahang bayi
Mengurangi penggunaan tenaga yang berlebihan pada bayi
Memberikan kenyamanan pada ibu dan bayi

1. Cara Menyusui dengan Benar

- Bibir bayi berbentuk huruf C. Otot pipi berkontraksi

- Lidah bayi ke depan memegang nipple dan areola

- Nipple dimasukkan saat lidah mendorong ke belakang dan membawa areola ke


mulut.

- Bag bibir menjepit areola dan menghisap susu ke bagian akhir tenggorokan

- Posisi Menghisap dengan Botol

Karet nipple botol masuk ke rahang atas sesuai pergerakan lidah. Lidah bergerak ke
depan melawan bibir untuk mengontrol aliran susu berlebih yang masuk ke esofagus.

1. C. TEKHNIK PERAWATAN TALI PUSAT


Setelah persalinan

Alat dan bahan

- Plastic disposable clamps atau benang kasa steril

- Aseptic antiseptic ( alkohol dan betadin )

- Kasa steril

- Handscoon

Cara pelaksanaan:

1. Ikat tali pusat dengan plastic disposable clamps atau benang kasa steril
2. Pengikatan dilakukan dengan kuat yang mana sebelumnya harus memakai
handscoon, ikatan pertama 5 cm dari dinding perut ikatan kedua 2 cm dari
pusat
3. Monitor ikatan tali pusat tiap 4 jam selama 48 jam
4. Rawat tali pusat dengan larutan aseptic antiseptic ( alkohol dan betadin )
5. Tutup tai pusat dengan kasa steril dan difiksasi dengan baik
6. Monitor balutan tali pusat, kulit sekitar umbilical diobservasi dari tanda
infeksi

Perawatan sehari-hari

Alat dan bahan

- Kain kasa

- Betadin atau alkohol 70 %

- Kapas lidi

- Hanscoon

Cara pelaksanaan
o Langkah pertama yang dilakukan adalah memakai handscoon
o Basahi kapas lidi dengan betadin atau alkohol 70 % dan usapkan pada
tali pusat bayi
o Balut dengan kain kasa tanpa menggunakan plester.
o Popok tidak boleh menutupi tali pusat. Popok yang basah dan kotor
akan memperlambat pengeringan tali pusat dan mempermudah
timbulnya infeksi.

1. D. MEMANDIKAN BAYI

Sebelum memandikan bayi, kita harus memperhatikan :


1. 1. Suhu bayi. Bayi dimandikan setelah dilahirkan pada saat suhu tubuhnya
sama dengan suhu ruangan: 36 C atau 36,5 C
2. 2. Memakai Handscoon, untuk bayi yang pertama kali dimandikan

Alat dan bahan :

1. Celemek
2. Washlap 2 buah
3. Sabun
4. Shampo
5. Baby Oil
6. Bedak
7. Cottonbad
8. Baju
9. Baskom 2 buah : 1 untuk air hangat dan 1 untuk pakaian kotor

Cara memandikan Bayi :

- Memakai celemek

- Memakai washlap yang sudah dicelupkan ke dalam air hangat

- Mengusap kepala bayi, membersihkan kotoran-kotoran di kepala bayi

- Memakai washlap yang lain yang diberi sampo

- Usap kepala bayi dengan sampo, bersihkan kemudian keringkan dengan


handuk

- Bersihkan mata bayi dengan kapas basah, dari kantus ke luar, kemudian
bersihkan wajah, telinga, dan bagian leher.

- Bersihkan dengan handuk kering

- Lepaskan pakaian bayi, letakkan pada baskom yang telah disediakan.


Lepaskan juga balutan tali pusat.

- Bersihkan seluruh badan bayi, pergelangan tangan, sela-sela jari, sela-sela


kaki, punggung (balikkan bayi)

- Bersihkan dengan sabun (memakai washlap yang untuk shampo tadi)

- Bersihkan kembali dengan washlap, untuk bayi yang suster terlepas tali
pusatnya, dibilas di air hangat di dalam baskom.

- Diseka dengan handuk halus.

- Letakkan bayi di handuk /selimut yang sudah ada baju dan popok bayi

- Memakaikan bedak/minyak talon


- Memakaikan popok dan baju

- Selimuti bayi

1. E. PERAWATAN PAYUDARA

Tujuan :

1. memperlancar sirkulasi/aliran darah


2. mencegah terjadinya bendungan ASI
3. memperlancar pengeluaran ASI

Perawatan payudara ibu post partum t.d.a :

Membersihkan puting susu

Persiapan alat :

- kapas lembab

- air dalam kom

- handuk bersih

Cara kerja :

1. Kapas direndam dalam air masak


2. putting susu dibersihkan dengan kapas
3. keringkan dgn handuk
4. lakukan sebelum dan sesudah menyusui
5. Untuk puting susu yg cekung dan datar dilakukan
6. Perawatan dgn tiga tahap :

- meregangkan putting susu

- memutar putting susu

- menarik putting susu

Pengurutan/masase payudara :

Persiapan alat :

minyak kelapa 10 cc dl tempatnya ( hindari penggunaan baby oil, minyak


kayu putih atau minyak tawon )
handuk besar 2 buah
washlap 2 buah
breast pump dan gelas atau botol susu
air dingin dan air hangat dlm Waskom
tuple hudge
Cara kerja :

- Jelaskan tujuan tindakan

- cuci tangan

- satu tangan diletakkan di punggung dan satu handuk diletakkan di bawah


payudara ibu atau daerah paha

- kedua telapak tangan diberi minyak

- payudara kiri diurut dengan tangan kiri dan payudara kanan ( jika ibu
melakukan sendiri ).bila dilakukan oleh perawat payudara kiri diurut dengan tangan
kanan dan payudara kanan diurut dengan tangan kiri, dgn cara pengurutan dari tengah
berputar ke samping terus ke bawah, secara perlahan dan halus sambil mengobservasi
ibu dan pengeluaran ASI ( ada/tidak ) dilakukan 10 15 kali.

- Tangan kiri menopang/menyangga payudara kiri . lakukan pengurutan dgn


bagian pinggir telapak tangan kanan mulai dari pangkal sampai aerola mammae.
Selanjutnya tangan kanan menopang/menyangga payudara kanan dan lakukan
pengurutan dgn bag.pinggiran telapak tangan kiri muali pangkal sampai aerola
mammae, dilakukan 10-15 kali.posisi sama, pengurutan menggunakan ruas jari
dilakukan 10-15 kali.

- Posisi sama, pengurutan menggunakan ruas jari dilakukan 10 15 kali

- Lakukan mandi dgn air hangat dgn menggunakan washlap ( satu washlap
dimasukkan dalam air hangat, peras ). Usap kedua payudara selanjutnya ganti dgn air
dingin ( satu washlap masukkan dlm air dingin, peras ).usap kedua payudara, lakukan
6-10 kali secara bergantian dan diakhiri dgn air dingin

- Payudara dikeringkan /lap dgn menggunakan handuk yang berada pada bagian
bawah payudara

- Handuk di daerah punggung dan bawah payudara dilipat dan alat lain
dibereskan

- Ibu pakai baju sendiri sendiri atau dibantu perawat

KONSEP KEPERAWATAN

1. A. PENGKAJIAN

Merujuk pada catatan riwayat keperawatan pada masa prenatal dan intrapartal.
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengkajian psikososial terhadap ibu, ayah
dan anggota keluarga
Perawat mendeteksi adanya penyimpangan dari kondisi yang normal
Dari masa prenatal, kaji masalah kesehatan selama kehamilan yang pernah
timbul, seperti: anemia, hipertensi dalam kehamilan dan diabetes.
Kaji proses persalinan, lama dan jenis persalinan, kondisi selaput dan cairan
ketuban, respon bayi terhadap persalinan, obat-obatan yang digunakan, respon
keluarga khususnya ayah pada persalinan dan kelahiran.
Dilakukan segera pada masa immediate postpartum, seperti: observasi tanda
vital, keseimbangan cairan, pencegahan kehilangan darah yang abnormal dan
eliminai urin.

? Biodata Klien

Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.

? Keluhan Utama

Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.

? Riwayat haid

Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.

? Riwayat Perkawinan

Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan sah atau
tidak, atau tidak direstui orang tua ?

? Riwayat Obstetri

- Riwayat Kehamilan

Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah, Urine,
keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi
keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh

- Riwayat Persalinan

1. 1. Riwayat Persalinan Lalu

Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin,
jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.

1. 2. Riwayat Nifas pada Persalinan Lalu

Pernah mengalami demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat
aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara,
kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.

1. 3. Riwayat Persalinan Saat Ini


Kapan mulai timbulnya his, pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama
persalinan, dengan episiotomi atau tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar
vagina, dilakukan anastesi atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta,
kelengkapan placenta, jumlah perdarahan.

1. 4. Riwayat New Born

Apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat
lahir (langsung menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR
skor, Jenis kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan
bonding attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau
susu formula.

? Riwayat KB dan Perencanaan Keluarga

Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan
anggota keluarga dimasa mendatang.

? Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut diderita sampai saat
ini atau kambuh berulang-ulang ?

? Riwayat Psikososial-Kultural

Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah


ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan suami,
hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan social dan
pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk memberikan perawatan kepada
klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru lahir, krisis
keluarga.
Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis.
Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif,
rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan
pada dirinya atau bayinya, sering cemas saat hamil, bayi rewel, perkawinan yang
tidak bahagia, suasana hati yang tidak bahagia, kehilangan kontrol, perasaan bersalah,
merenungkan tentang kematian, kesedihan yang berlebihan, kehilangan nafsu makan,
insomnia, sulit berkonsentrasi.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan budaya pada
perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila menyusui, pola
seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.

? Riwayat kesehatan Keluarga


Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic,
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh
keluarga.

? Profil Keluarga

Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah,
community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam
kegiatan masyarakat.

? Kebiasaan Sehari-Hari

1. a. Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan
ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi,
2. b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman
yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang
atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum).
3. c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka
episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,
rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet
4. d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah
5. e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.
6. f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.

? Seksual

Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus
atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan
melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai
hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy
membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara
memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi dan
emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman, ketawa, gestures, mannerism,
dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk
kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat
menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi
seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang
disebabkan penurunan libido.

? Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu
tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien
bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.

? Peran

Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-tugas
perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan
fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi,
perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan
minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payu
dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui,
memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara
memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek).
Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan perawatan saat
tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.

? Pemeriksaan Fisik

1. 1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.


2. 2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi
cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3. 3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
4. 4. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar
getah bening diketiak.
5. 5. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus
uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri,
perabaan distensi blas.
6. 6. Anogenital
Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin,
kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka
episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna,
jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10
hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7. 7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.

? Pemeriksaan laboratorium

- Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit

- Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

1. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan
dengan berakhirnya proses persalinan dan proses kehamilan.
2. Gangguan pola eliminasi buang air besar, berhubungan dengan rasa
nyeri pada perineum dan menurunnya peristaltik usus.
3. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan ruptur perineum.
4. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
perdarahan post partum.
5. Resiko tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan
luka perineum yang masih basah dan post partum.
6. Resiko gangguan pola istirahat/ tidur berhubungan dengan ketidak
nyamanan dan jadwal makan bayi.
7. Kurangnya pengetahuan ibu tentang tindak lanjut keperawatan post
partum (nifas) berhubungan dengan baru pertama kali melahirkan.

1. C. PERENCANAAN
1. Perubahan pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan
dengan berakhirnya proses kehamilan dan persalinan.

1) Tujuan: tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air kecil.

2) Kriteria : - Ibu tidak merasa nyeri pada saat buang air kecil.

- Pengeluaran urine 1000-1500 cc/ hari.

- Frekuensi miksi 4-5 kali/ hari.

- Expresi wajah tenang.

3) Rencana Tindakan:

a) Catat intake dan out put cairan.

b) Berikan rangsangan pada daerah atas symphisis dengan air dingin.

c) Katerisasi bila tidak miksi dalam 8 jam habis melahirkan.

4) Rasional:

a) Untuk mengetahui fungsi ginjal.

b) Rangsangan pada simphisis dengan air dingin dapat meningkatkan tonus otot
spincter dan buli-buli.

c) Bila 8 jam tidak miksi dapat menggangu involutio uteri.

1. Gangguan pola eliminasi buang air besar berhubungan dengan rasa nyeri pada
luka perineum dan dan menurunnya peristaltik usus.
1) Tujuan: tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air besar.

2) Kriteria : - Buang air besar lancar.

- Perut tidak tegang.

- Frekuensi 1-2 kali/ hari.

3) Rencana Tindakan:

a) kaji pola buang air besar.

b) Berikan makanan yang banyak mengandung serat.

c) Anjurkan pada ibu untuk banyak minum.

d) Berikan penyuluhan pada ibu untuk tidak takut buang air besar.

e) Kolaborasi pemberian obat laxantia

4) Rasional:

a) Untuk mengetahui pola bab klien.

b) Makanan yang berserat dapat merangsang peristaltik usus.

c) Dengan minum yang banyak akan membantu melunakkan faeces.

d) Rasa takut dapat mempengaruhi syaraf sympatis sehingga otot spincter menjadi
lemah.

e) Obat laxantia dapat merangsang peristaltik usus.

1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan ruptur perineum.

1) Tujuan: nyeri hilang.

2) Kriteria : - Ibu mengatakan nyeri kurang.

- Proses involutio normal.

- Expresi wajah tenang.

3). Rencana Tindakan:

a) kaji intensitas dan karakteristik dari nyeri.

b) berikan posisi yang menyenangkan.

c) ajarkan tehnik relaksasi.


d) kolaborasi pemberian analgesik.

e) berikan penjelasan mengenai timbulnya nyeri.

f) ajarkan tehnik destraksi.

4). Rasional:

a) Untuk mengetahui tingkat dan karakteristik nyeri, agar mempermudah


memberikan intervensi yang tepat.

b) Dengan posisi yang menyenangkan membuat klien merasa nyaman dan dapat
beradaptasi dengan nyeri.

c) Relaksasi dapat mengendorkan otot-otot sehinnga nyeri dapat berkurang.

d) Menjelaskan kepada ibu tentang nyeri agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri.

e) Untuk mengalihkan perhatian ibu agar tidak terfokus pada bayi.

f) Analgesik dapat menekan rangsangan nyeri sehingga nyeri tidak dipresepsikan.

1. Resiko kekurangan volume cairan berhungan dengan perdarahan post partum.

1) Tujuan: tidak terjadi perdarahan yang berlebihan.

2) Kriteria : - Proses involutio lancar.

- perdarahan tidak lebih dari 400 cc.

- pengeluaran lokhia lancar.

3) Rencana Tindakan:

a) Observasi perdarahan dan monitor pengeluaran lokhia.

b) Observasi kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri setiap hari.

c) Observasi tanda-tanda vital.

d) Observasi keadaan umum.

e) Beri pengetahuan pada ibu tentang ambulasi dini pada ibu nifas.

f) Ajarkan pada ibu untuk mengetahui tanda-tanda perdarahan yang berlebihan.

g) Monitor kadar haemoglobin.

4) Rasional:
a) Untuk mengetahui jumlah perdarahan.

b) Kontraksi uterus yang lemah dapat menyebabkan perdarahan.

c) Perubahan tanda vital indikasi adanya perdarahan.

d) Keadaan umum dapat menggambarkan adanya perdarahan.

e) Ambulasi secara dini dapat memperlancar proses involutio.

f) Kadar haemoglobin yang rendah indikasi terjadi perdarahan.

1. Resiko tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan luka
perineum yang masih basah dan post partum.

1) Tujuan: Tidak terjadi infeksi pada luka perineum dan jalan lahir.

2) Kriteria : - Tanda-tanda infeksi tidak ada.

3) Rencana Tindakan:

a) Observasi tanda-tanda infeksi dan tanda vital.

b) Rawat luka perineum setiap hari dengan teknik septik dan aseptik

c) Anjurkan pada ibu untuk mengganti duk yang basah.

d) Observasi pengeluaran lokhia.

e) Kolaborasi pemberian antibiotik.

4) Rasional:

a) Untuk mendeteksi secara dini adanya infeksi.

b) Luka yang bersih dapat mencegah timbulnya infeksi.

c) Duk yang basah tempat berkembang biak mikroorganisme.

d) Keadaan lokhia yang tidak normal menandakan adanya infeksi jalan lahir.

e) Antibiotik dapat menghambat dan membunuh mikroorganisme.

1. Resiko gangguan pola istirahat/ tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan


dan jadwal makan bayi.

1) Tujuan: ibu dapat tidur/ kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.

2) Kriteria : - Tidur cukup (7-9 jam/hari).


- penampilan menunjukkan istirahat yang

- cukup

- ibu tidak merasa lelah.

3) Rencana tindakan:

a) bayinya. Kaji pola tidur klien.

b) Ciptakan lingkungan yang tenang.

c) Beri penyuluhan kepada ibu agar memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada
waktunya.

d) Anjurkan kepada ibu agar menidurkan bayinya dalam dalam keadaan kenyang.

e) Bila asi kurang, berikan susu tambahan pengganti asi sebanyak 30 cc/ 3 jam
dengan sendok atau dok.

f) Ajarkan ibu untuk mengenali kebiasaan

4) Rasional:

a) Untuk mengenali jumlah tidur klien.

b) Lingkungan yang tenang dapat mendukung untuk beristirahat.

c) Dengan memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada waktunya bayi akan tenang.

d) Bila bayi dalam keadaan kenyang, bayi akan tidur nyenyak.

e) Pemberian air susu sebanyak 30 cc dan diperkirakan dalam 3 jam lambung


sudah kosong.

f) Dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan bayi, ibu dapat mengatur waktu


istirahatnya.

1. Kurangnya pengetahuan ibu tentang tindak lanjut keperawatan post partum


aterm (nifas) berhubungan dengan baru pertama kali lahir.

1) Tujuan: pengetahuan ibu tentang perawatan lanjut bertambah.

2) Kriteria : - Pasien dapat menyebutkan saat yang tepat untuk melakukan


hubungan suami istri post partum.

- pasien dapat menyebutkan pentingnya

- pemeriksaan secara dini dan berkala di rumah sakit.


3) Rencana tindakan:

a) Kaji tingkat pengetahuan ibu.

b) Beri HE kepada ibu bahaya melakukan hubungan suami istri selama dalam
masa nifas.

c) Beri penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya pemeriksaan diri dan bayi
secara berkala di rumah sakit/ puskesmas.

4) Rasional:

a) Dapat mengambil tindakan selanjutnya.

b) Dengan melakukan hubungan suami istri selama masa nifas akan menyebabkan
perdarahan yang banyak/ berat.

c) Pemeriksaan diri dan bayi secara berkala dapat mengetahui tingkat kesehatan ibu
dan bayi.

1. D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan


kepada pasien. Kkegiatan ini meliputi pelaksanaan rencana pelayanan keperawatan
dan rencana pernyataan medis. Pada tahap perawat menerapkan pengetahuan dan
keterampilan berdasarkan ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu keperawatan lainnya
yang terkait secara terintegrasi. Pada waktu perawat memberi pelayanan keperawatan,
proses pengumpulan dan analisa data berjalan terus menerus, guna perubahan atau
penyesuaian tindakan keperawatan. Beberapa faktor dapat dapat mempengaruhi
pelaksanaan rencana pelayanan. Keperawatan antara lain sumber-sumber yang ada,
pekerjaan perawat serta lingkungan fisik untuk pelayanan keperawatan dilakukan.

Dalam pelaksanaan perawat melakukan fungsinya secara indefenden, defenden, dan


interdefenden. Fungsi indefenden yaitu perawat melakukan tindakan sendiri atas dasar
inisiatif sendiri. Fungsi defenden yaitu fungsi tambahan dilakukan untuk
menjalankan program dari tim kesehatan lain. Fungsi interdefenden yaitu perawat
melakukan fungsi kolaborasi dengan pelaksanaan fungsi bersama-sama dengan tim
kesehatan lainnya.

1. E. EVALUASI
1. Periode post partum dini.

- Tanda vital, keadaan luka episiotomi jika ada dan mencocokkan dengan
parameter yang diharapkan.

- Toleransi klien terhadap intake makanan, intake cairan dan keinginan klien
mengenali makanan dan cairan.

- Kemampuan klien untuk pengosongan kandung kemih secara teratur.


- Beri kesempatan kepada klien beristirahat yang cukup.

- Kemampuan klien untuk menggendong dan merawat bayinya.

1. Periode post partum lanjut.

- Tanda vital, berat badan, payudara, proses involutio, penyembuhan luka


episiotomi jika ada dengan parameter yang diharapkan.

- Kemampuan klien untuk merawat payudara, perawatan perineum.

- Kemampuan klien untuk menunjukkan kesanggupan dalam perawatan diri


sendiri dan perawatan bayinya.

1. Periode persiapan pulang ke rumah.

- Klien mendemostrasikan kemampuan merawat bayinya.

- Klien memperlihatkan keingintahuan tentang pentingnya perawatan lanjutan


bagi ibu serta bayinya.

- Kemampuan klien untuk menentukan waktu untuk konsultasi dengan dokter,


bidan/ perawat.

- Respon klien dengan suami terhadap adanya perubahan pola aktifitas seksual
serta perlunya menggunakan alat kontrasepsi untuk memberi rasa aman dan bagi ibu.

1. Periode 6 minggu (saat chek-up).

- Tanda vital, penurunan payudara, proses involutio dan penyembuhan luka


episiotomi dibandingkan parameter yang diharapkan.

- Kembalinya organ reproduksi seperti keadaan sebelum hamil.

- Kemampuan menunjukkan fungsi keluarga dengan baik dan adaptasi positif.

- Keluarga menyepakati penggunaan salah satu jenis kontrasepsi yang cocok bagi
ibu.

LAPORAN KASUS

1. a. Pengkajian

Pengumpulan Data

Identitas Klien

Nama : Ny.T

Umur : 39 tahun
Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Sekarang

- Post partum hari ke dua. TFU simfisis pusat, berat uterus 500 gram, terjadi
after pain pada saat ibu menyusui bayinya, kondisi payudara bengkak dan terjadinya
bendungan ASI.

Riwayat Kesehatan lalu :

Riwayat rupture tingkat 2, nyeri , gatal, dan merah pada daerah vagina. Klien riwayat
G11P8A3. Klien pernah mengalami peradangan panggul dan dispareunia

Pemeriksaan Fisik

TTV :

TD = 150/100 mmHg, S= 38,5oC, N= 72 x/menit.

Validasi Data

Data Subyektif :

Klien mengatakan terjadi after pain pada saat ibu menyusui bayinya. Klien pernah
mengalami peradangan panggul dan dispareunia

Data Obyektif :

Post partum hari ke dua. TFU simfisis pusat, berat uterus 500 gram, kondisi
payudara bengkak dan terjadinya bendungan ASI.

TD = 150/100 mmHg, S= 38,5oC, N= 72 x/menit.

Analisa data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Proses persalinan Nyeri

- Klien mengeluh nyeri


pada daerah abdomen
Terjadi proses involutio
- Klien mengeluh nyeri
bila berjalan/bergerak

DO : Kontraksi Uterus
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

- Ekspresi wajah meringis

- Klien nampak istirahatNyeri


ditempat tidur

- Kontraksi uterus baik

DS :

- Klien mengeluh nyeri


2 pada perineum Robekan jalan lahir Nyeri

- Klien mengeluh nyeri


bila bergerak / berjalan
Terputusnya kontinuitas jaringan
DO :

- Ekspresi wajah meringis
Jaringan melepaskan zat-at
- Nampak luka hectingbradikinin dan histamin
pada perineum

- Klien nampak istirahat di
tempat tidur. Merangsang syaraf perifer

Dihantarkan melalui spinal cord


menuju thalamus

Korteks cerebri

Nyeri di persepsikan
DS :

- Klien malas bergerak


Nyeri
- Klien belum BAB
selama 2 hari
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

3 DO : Takut bergerak / aktifitas kurang Konstipasi

- Peristalik usus kurang (3


4 x/menit)
Mobilisasi usus dan diafragma
- Klien lebih banyakmenurun
istirahat.

Faeces bertahan lama diusus besar


dan tidak bisa dikeluarkan

Konstipasi

DS : - Nyeri

DO :

Ibu malas menyusui bayinya

- ASI/colostrum belum
ada
Bayi jarang menetek Penimbunan
- Payudara teraba keras / ASI
4. padat.

- Kondisi payudaraKurangnya rangsangan pada


bengkak pituitary anterior prolaktin

Penimbunan ASI

DS :

- Nyeri pada perineum Proses persalinan


NO DATA ETIOLOGI MASALAH

DO :

- Lochia rubra. Perlukaan jalan lahir

- Nampak luka heacting


pada perineum
5. Merupakan media berkembang-Resiko in-feksi
- Tanda-tanda vital : biaknya kuman phatogen

TD = 150/100 mmHg, S=
38,5oC, N= 72 x/menit.
Resiko terjadi infeksi

DS :

- Ibu mengatakan kalau


bias ini kehamilan yang terakhir

- Klien tidak pernahKurangnya informasi tentang KB


menjadi akseptor KB

DO :
Ketidaktahuan tentang KB
- Umur 39 th G11P8A3

Kurang pe-
Kurang pengetahuan tentang KB ngetahuan
6 tentang KB

1. b. Diagnosa Keperawatan

- Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus

- Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan aki-bat ruptur perineum

- Gangguan eliminasi BAB konstipasi b/d pe-nurunan peristaltic usus

- Penimbunan ASI b/d kurangnya rangsangan pada priutary anterior prolaksin

- Resiko terjadi infeksi puorperalis b/d luka pada perineum


- Kurang pengetahuan ten-tang KB b/d kurang informasi tentang KB

Pengertian

Masa post partum (nifas) adalah masa sejak melahirkan sampai pulihnya alat-alat
reproduksi & anggota tubuh lainnya yg berlangsung sampai sekitar 40 hari (KBBI,
1990).

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu
kira-kira 6-8 minggu.

Pembagian masa nifas dalam 3 periode:

1.) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam Agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja dalan 40
hari.

2.) Peurperium intermedial : yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia eksterna


dan interna yang lamanya kurang lebih 6-8 minggu.

3.) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Periode pasca partum ialah masa enam minggu setelah bayi lahir sampai organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil . Periode ini kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan. Immediate post partum >
Berlangsung dlm 24 jam pertama, Early post partum>Berlangsung sampai minggu
pertama, Late post partum > Berlangsung sampai masa post partum berakhir

Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas , walaupun dianggap normal dimana
proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat
energi dan tingkat kenyamanan ,kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional ikut mementuk respon ibu
terhadap bayinya selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan
ibu , bayi dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuannya
tentang anatomi dan fisiologi ibu pada proses pemulihan , karakteristik fisik dan
prilaku bayi baru lahir dan respon keluarga terhadap kelahiran seorang anak.

PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA PERIODE PASCAPARTUM

Sistem Reproduksi

@ Uterus

Proses involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut


involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Sedangkan subinvolusi adalah penggagalan uterus untuk kembali pada
keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya
fragmen plasenta dan infeksi.

Pada akhir tahap ketiga persalinan besar uterus sama dengan sewaktu usia kehamilan
16 minggu yaitu 1000g. dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1
cm di atas umbilicus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm tiap 24 jam. Pada hari ke enam
pascapartum fundus normal berada di pertengahan umbilicus dan simfisis. Dan tidak
bisa dipalpasi pada abdomen dihari ke sembilan. Setelah 1 minggu melahirkan uterus
berada di dalam panggul sejati dan berinvolusi menjadi kira-kira 500 g dan 350 g dua
minggu setelah melahirkan. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone
ekstrogen dan progesterone menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.

Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uteri yang sangat
besar. Selama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Penting sekali untuk mempertahankan kontraksi
uterus pada masa ini, sehingga biasanya diberikan suntikan oksitosin segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan
bayinya di payudara karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.

Afterpains

Rasa nyeri menjadi lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu
teregang. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri karena
keduanya merangsang kontraksi uterus.

Tempat plasenta

Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ke 3 pasca partum, kecuali pada
bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam
minggu setelah melahirkan.

Lokia

Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir sering kali disebut lokia, mula-mula
berwarna merah kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Lokia rubra
pertama mengandung darah dan debrus desidua serta debris trofob;lastik. Aliran
menyembur menjadi merah muda atau coklat setelah 3-4 hari (lokia serosa). Lokia
serosa terdiri darah lama, serum, leukosit, dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah
bayi lahir warna cairan menjadi kuning sampai putih (lokia alba).lokia alba
mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, dan bakteri.lokia alba bisa
bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir.

Lochia Batas waktuPengeluaran normal Pengeluaran tidak


sejak
normal
melahirkan

Darah dengan bekuan,


bau amis, meningkatByk bekuan, bau busuk,
Rubra Hari 1-3
dengan bergerak,pembalut penuh darah
meneteki dan peregangan

Pink atau coklat dengan


Bau busuk, pembalut
Serosa Hari 4-9 konsistensi,
penuh darah
serosanguineus, bau amis.

Bau busuk, pembalut


penuh darah, lochea
serosa menetap, kembali
Alba Hari 10 Kuning putih, bau amis
ke pengeluaran pink atau
merah, pengeluaran lebih
dari 2-3 minggu.

@ Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum serviks
memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.

@ Vagina dan perineum

Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pengikisan mucosa vagina dan
hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
ke ukuran sebelum hamil sampai 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada minggu ke empat. Pada awalnya introitus mengalami eritematosa dan
udematosa terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Tanda-tanda infeksi
(nyeri, merah, panas, bengkak atau rabas). Atau tepian insisi tidak saling mendekat
bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2-3 minggu. Hemoroid (varises
anus) sering terjadi. Gejala yang sering dialami adalah seperti rasa gatal, tidak Nyman
dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defecator. Ukuran hemoroid
biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir.

@ Topangan otot panggul

Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan
memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah
relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan
permukaan struktur panggul.

Sistem Endokrin
@ Hormon plasenta

Selama periode pascapartum terjadi perubahan hormone yang besar. Kadar estrogen
dan progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terndahnya
dicapai kira-kira 1 minggu pascapartum. Penuruna kadar estrogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstrasellular yang berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak menyusui kadar estrogen
mulai meniongkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi daripada
wanita yang menyusui pada pascapartum hari ke17 (bowes, 1991).

@ Hormone hipofisis dan fungsi ovarium

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui
berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya
berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follicle-stimulating hormone (FSH)
terbukti sama pada wanita yang menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium
tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes,
1991).

Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni da;lam 27 hari setelah
melahirkan, dengan waktu rata-rata 70-75 hari. Pada wanita menyusui, waktu rata-rata
terjadinya ovulasi sekitar 90 hari (Bowes, 1991). Diantara yang menyusui, 15%
mengalami menstruasi dalam 6 minggu dan 45% dalam 12 minggu. Diantara wanita
yang tidak menyusui, 40% mengalami menstruasi dalam 6 minggu, 65% dalam 12
minggu dan 90% dalam 24 minggu. Pada wanita menyusui, 80% siklus menstruasi
pertama tidak mengandung ovum (anovulatory). Pada wanita tidak menyusui, 50%
siklus pertama menstruasi tidak mengandung ovum (Scott dkk, 1990).

Sistem Urinarius

@ Komponen urin

Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada
ibu menyusui merupakan hal yang normal. BUN (Blood Urea Nitrogen) yang
meningkat selama pascapartum merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi.
Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinurea
ringan dan ( +1 ) selam satu atau dua hari setelah wanita melahirkan

@ Diuresis pascapartum

Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun di jaringa selama ia hamil, salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan
yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari
selama 2 3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresi pasca opartu, yang disebabkan
oleh penurunan kadar estrogen hilangnya, peningkatan tekanan vena pada tungkai
bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah merupakan mekansime lain tubuh
untuk megatasi kelebihan cairan

@ Uretra dan kandung kemih


Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses malahirkan yakni
sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemi
dan edema sering disertai dengan daerah daerah kecil hemoragik.kombinasi trauma
akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek
konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun selain itu rasa
nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan , laserasi vagina
atau episotomi juga menurunkan refleks bekemih pada masa pasca partum tahap
lanjut distensi berlebihan dapat mengakibatkan kandung kemih lebih peka terhadap
infeksi sehingga menganggu proses berkemih normal.

Sistem Pencernaan

@ Nafsu makan

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan.stelah benar- benar pulih dari efek
analgesia, anastesi dan keletihan kebanykan ibu merasakan sangat lapar.

@ Motilitas

Secara khas, penurunan motlitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir, kelebihan anastesi dan anlgesi bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal

@ Defekasi

BAB secara sponta bisa tertunda selama 2 3 hari setelah melahirkan. Ibu seringkali
sudah mengelukan nyeri saat defekasi karna nyeri yang dirasakannya di perineum
akibat episotomi.

Sistem Kardiovaskuler

@ Volume darah

Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun
sampai mencapai volume sebelum hamil, hipervolemia yang diakibatkan kehamilan
( peningkatan 40 % lebih dari volume tidak hamil dan menyebabkan kebanyakan
ibu bisa menoleransi kehilangan darah saat melahirkan, banyk ibu yang kehilangan
300 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal pervaginam atau sekitar dua kali
lipat pada saat operasi cesarea

@ Curah jantung

Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat selama masa hamil,
stelah melahirkan keadaan ini meningkat lebih tinggi selama 30 60 menit karena
darah biasanya melintasi uteroplasenta tiba tiba kembali ke sirkulasi umum.

@ Tanda-tanda vital

Selama 24 jam pertama suhu dapat meningkat sampai 380 C sebagai akibat efek
dehidrasi. Setelah 24 jam wanita harus tidak demam. Denyut nadi tetap tinggi selam
jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak
diketahuinya pada minggu kedelapan dan kesepuluh denyut nadi kembali ke frekuens
sebelum hamil.pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan ,
tekanan darah sedikit berubah atau menetap, hipotensi ortostatik dapat timbul dalam
48 jam pertama akibat pembengkakan limpa yang terjadi.

@ Komponen darah

Selama 72 jam pertama volume plasma yang hilang lebih besar dari sel darah yang
hilang dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke-3 sampai hari ke-7
post partum . selama sepuluh sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir nilai leukosit
antara 20000 dan 25000 /ml3. . keadaan hiperkoagulasi yang bisa diiringi kerusakan
pembuluh darah dan immobilisasi dan mengakibatkan peningkatan resiko
tromboembolisme terutama setalah wanita melahirkan secar sesar.

@ Varises

Varises Bahkan varises vulva akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir

Sistem Neurologi

Perubahan neurologis selama puerperium merupakan adaptasi neurobiologis yang


terjdi saat wanita hamil dan disebabkan oleh trauma yang dialami wanita saat bersalin
dan melahirkan, rasa tidak Nyman neurologist yang diinduksi kehamilan akan
menghilang setalah wanita melahirkan.

Sistem Muskuluskeletal

Adaptasi system musculoskeletal ibu yang terjadi slema masa hamil berlangsung
secara terbalik selama masa pasca partum adaptasi ini mencakup hal hal yang
membantu relaksasii dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran rahim .

Sistem Integumen

Hiperpigmentasi di aeorola dan line nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir, kulit yang meregang pada payudara , abdomen, paha dan panggul mungkin
memudar tapi tidak hilang seluruhnya pada beberapa wanita spider nevi mentap,
rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada wanita biasanya menghilang tapi
rambut kasar menetap. Diaforesis ialah perubahan yang paling jelas pada system,
integument.

Sistem Kekebalan

Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk mencegah isoimunisasi
Rh ditetapkan.

Waktu sejak melahirkan Posisi fundus uteri


1-2 jam Pertengahan, antara pusat-simfisis

12 jam 1 cm bawah pusat

3 hari 3 cm bawah pusat (terus menurun 1


cm/hari)

9 hari Tidak teraba

5-6 minggu Tdk teraba, sdkt lbh besar drpd multipara

Abdomen

Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan abdomennya menonjol dan
membuat wanita tersebut tampak masih seperti hamil diperlukan sekitar 6 minggu
untuk dinding abdomen kembali ke keadaan semula. Ada keadan tertentu seperti bayi
besar atau hamil kembar otot otot dinding abdomen memisah suatu keadaan yang
dinamai diatsasis rektiabdominis.

Payudara

@ Ibu menyusui

Sebelum laktasi dimulai payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan yakni
kolostrum dikeluarkan. Stelah laktasi payudara teraba hangat den keras ketika
disentuh rasa nyeri akan menetap selam asekitar 28 jam.

@ Ibu tidak menyusui

Payudara ibu tidak menyusui biasa teraba nodular pada hari ke 3 dan ke- 4 bisa
terjadi pembengkakan ( engorgement ). Distensi payudara terutama disebabkan oleh
kongesti vena dan limfatik bukan akibat penimbunan air susu. Pembengkanan dapat
hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 36 jam.

PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA PASCAPARTUM

Perkenalan, ikatan dan kasih sayang dalam menjadi orangtua

Walaupun sudah banyak riset dilakukan untuk membuka tabir proses orangtua bisa
mengasihi dan menerima orangtuanya, para ahli masih tidak mengetahui apa motivasi
dan komitmen orangtua dan anak-anaknya selama bertahun-tahun dalam saling
mendukung dan merawat satu dan yang lain. Proses ini disebut attachment (kasih
sayang) atau bonding (ikatan),istilah yang sering tertukar pemakaiannya walaupun
sebenarnya memiliki definisi yang berbeda. Bonding, didefinisikan Brazelton (1978)
sebagai suatu ketertarikan mutual pertama antara individu, misalnya antara orang tua
dan anak saat pertama kali bertemu. Attachment terjadi pada periode kritis, pada
kelahiran atau adopsi. Hal ini menjelaskan suatu perasaan menyayangi atau loyalitas
yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurut stainton (1983), ikatan ialah pertukaran perasaan karna adanya ketertarikan,
respons, dan kepuasan dan intetensitasnya bisa berubah bila keadaan berubah seiring
dengan perjalanan waktu. Ikatan berkembnag dan dipertahankan oleh kedekatan dan
interaksi.Seperti halnya setiap proses perkembangan ikatan ditandai oleh adanya
periode kemajuan dan regresi dan bisa juga terhenti sementara atau permanent.

Komunikasi orang tua

Ikatan diperkuat dengan penggunaan respon sensual atau kemampuan oleh kedua
pasangan dalam melakukan interaksi orang tua-anak.Komunikasi antara orang tua
anak terdiri dari:

@ Sentuhan

Sentuhan atau indra peraba dipakai secara intensif oleh orang tua dan pengasuh lain
sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir. Begitu anak dekat dengan
ibunya, mereka memulai proses eksplorasi dengan ujung jarinya,salah satu daerah
tubuh yang paling sensitive. Ibu menepuk atau mengusap lembut bayi mereka
dipunggung setelah menyusuinya. Bayi menepuk nepuk dada ibunya sewaktu
meyusui.Ibu dan ayah ingin menyentuh,mengangkat dan memeluk bayi mereka.

@ Kontak mata

Kesenagan untuk melakukan kontak mata diperlakukan berulang-ulang. Beberapa ibu


berkata, begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan
bayinya (Klaus,kennel,1982). Orang tua mengahbiskan waktu yang lama untuk
membuat bayinya membuka mata dan melihat mereka. ketika bayi baru lahir mampu
secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan
mengguanakan lebih banyak waktu untuk saling memandang seringa kali dalam posisi
bertatapan.En face ialah suatu posisi dimana kedua wajah terpisah kira-kira 20 cm
pada bidang pandang yang sama.

@ Suara

Saling mendengar dan berespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting.
Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Saat suara yang
membuat mereka yakin bayinya dalam keadaan sehat terdengar, mereka mulai
melakukan tindakan utnuk menghibur.Sewaktu orang tua berbicara dengan suara
bernada tinggi, bayi menjadi tenag dan berpaling kearah mereka.

@ Aroma

Prilaku lain yang terjadi antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma/bau
masing-masing. Ibu berkomentar terhadap aroma bayi mereka ketika baru lahir dan
mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (porter,cernoch,perry,1983).
Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibu nya(stainton,1985).

@ Entrainment
Bayi baru lahit bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa
(condon,sander,1974). Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdangsa mengikuti nada suara orang
tuannya.Hal in berarti bayi telah mengembangkan irama muncul akibat kebiasaan
jauh sebelum ia mampu berkomunikasi dengan kata-kata. Entariment terjadi saat anak
mulai berbicara.

@ Bioritme

Anak yang belum lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya,
misalnya pada denyut jantung. Setelah lahir, bayi yang menangis, dapat ditenagkan
dengan dipeluk dalam posisi sedemikian sehingga ia dapat mendengar denyut jantung
ibunya atau mendengar sura denyut jantung yang direkam. Salah satu tugas bayi ialah
membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberikan kasih saying dengan konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat
bayi mengembangkan prolaku yang responsive.

Penyesuaian maternal, paternal, saudara kandung serta kakek-nenek.

Penyesuaian maternal

@ Fase dependent

Selama 1 sampai 2 hari pertama setelah melahirkan, ketergantunganm ibu menonjol.


Pada waktu ini ibu mengharapkan segala kebutuhanya dapat dipenuhi orang lain. Ibu
memindahkan energi psikologisnya kepada anaknya. Rubbin (1961) menetapkan
periode beberapa hari ini sebagai fase menerima,( Taking-in phase) suatu waktu
dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Fase dependen ialah suatu
waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orang tua sangat suka
mengkomunikasikannya. Pemusatan analisis dan sikap yang menerima pengalaman
ini membnatu orang tua untuk berpindah kefase berikutnya. Beberapa oaring tua dapat
menganggap petugas atau ibu yang lain sebagai pendengarnya. Kecemasakan dan
keasikan terhadap peran barunya sering mempersempint lapang persepsi ibu oleh
karena itu informasi yang diberikan pada waktu ini mengkin perlu diulang.

@ Fase dependent mandiri

Dalam fase ini secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan
penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara
mandiri. Ia berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar
dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang ibu yang gesit, ia
akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara langsung. Rubbin (1961)
menjelaskan keadaan ini sebagai fase taking-hold yang berlangsung kira-kira 10 hari.
Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh tuntutan bayi yang bayakn sehimngga
dengan mudah timbul perasaan depresi. Dikatakan pada masa puerprium ini kadar
glukorkotikoid dalam sirkulasi dapat menjadi rendah atau terjadi hipotiroid subklinis.
Keadaan fisiologis ini dapt menjelaskan depresi pasca partum ringan( Baby blues ).

@ Fase interdependent
Pada fase ini perilaku interdependent muncul ibu dan keluarganya maju sebagai suatu
system dengan para anggota saling berinteraksi. Hubungan antar pasangan, walaupun
sudah berubah dengan adanya seorang anak, kembali menunjukkan karakteristik awal.
Fase interdependent ( letting go ) merupakan fase yang penuh stress bagi orang
tuanya. Kesenangean dan kebutuhan sering terbagi dalam amsa ini. Pria danm wanita
harus menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak,
mengatur rumah dan membina karier. Suatu upaya khusus harus dilakuakn untuk
memperkuat hubungan orang dewasa dengan orang dewasa sebagai dasar kesatuan
keluarga.

@ Penyesuaian Paternal

Para ahli melukiskan bebagai karakteristik engrossment.beberapa respon sensual,


seperti sentuhan dan kontak mata. Keinginan ayah untuk menemukan hal-hal yang
unik maupun yang sama derngan dirinya merupakan karakteristik lain yang berkaitan
dengan kebutuhan ayah untuk merasakan bahwa bayi ini adalah miliknya. Respon
yang jelas ialah adanya daya tarik yang kuat dari bayi yang baru lahir.Menurut
Henderson dan bruse (1991) tentang pengalaman para ayah baru selama tiga minggu
pertama kehidupan bayi menyatakan bahwa para ayah baru menjalani tiga tahapa
proses yaitu Tahap pertama meliputi pengalaman prakonsepsi yakni akan seperti apa
rasanya ketika membawa pulang bayi kerumah . Tahap kedua meliputi Realitas yang
tidak menyenangkan menjadi ayah baru .Beberapa ayah mulai menyadari bahwa
harapan mereka sebelumnya tidak didasarkan pada kenyataan. Perasaan sedih dan
ragu sering sekali menyertai realitas. Tahap ketiga meliputi keputusan yang dilakukan
dengan sadar unutk mengontrol dan menjadi lebih aktif terlibat didalam kehidupan
bayi mereka.

@ Penyesuaian saudara kandung

Memperkenalkan bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak atau lebih bisa
menjadi persoalan bagi orang tua.Orang tua perlu membagi perhatian mereka dengan
adil. Anak yang lebih tua harus menyusun posisi baru didalam hirarki keluarga. Anak
yang lebih tua harus tetap berada dalam posisi sebagai pemimpin. Anak berikutnya
dalam urutan tanggal lahir harus berada pada posisi yang lebih superior dari adiknya
yang baru. Kelakuan mundur keusia yang jauh lebih muda bisa terlihat pada beberapa
anak. Mereka bisa kembali ngompol, merengek-rengek dan tidak mau makan sendiri,
reaksi kecemburuan dapat muncul ketika suaka cita akan kehadiran bayi dirumah
mulai pudar.Penyesuaian awal anak yang lebih tua terhadap bayi baru lahir
membutuhkan waktu.Anak harus diperbolehkan berinteraksi atas kemauannya sendiri
dan jangan dipaksa.

@ Penyesuaian kakek dan nenek

Jumlah keterlibatan kakak dan nenek dalam merawat bayi baru lahir tergantung pada
banyak factor misalnya keinginan kakek-nenek untuk terlibat, kedekatan hubungan
kakek-dan nenek dan peran kakek dan nenek dalam konteks budaya dan etnik yang
bersangkutan (grosso,dkk:1981). Nenek dari ibu ialah model yang penting dalam
praktik perawatan bayi (rubin,1975). Ia bertindak sebagai sumber pengetahuan dan
sebagai individu pendukung. Sering kali nenek dan kakek mengatakan bahwa cucu
membantu mereka mengatasi rasa sepi dan kebosanan. Dukungan kakek dan nenek
dapat menjadi pengaruh yang menstabilkan keluarga yang sedang mengalami krisis
perkembangan seperti seperti kehamilan dan menjadi orang tua baru .Kakek dan
nenek ini dapat membantu anak-anak mereka mempelajari keterampilan menjadi
orangtua dan mempertahankan tradisi budaya.

Faktor yang mempengaruhi respon orang tua

Usia

Masalah dan kekhawatiran ibu yang terkait dengan kelompok ibu yang berusia 35
tahun semakin banyak muncul pada decade terakhir kali dimana pada usia ini para
ibu sudah mengalami keletihan dan lelah merawat bayi . dalam hal ini para ibu
sangat membutuhkan kegiatan yang dapat membnatu ibu untuk memperoleh kembali
kekuatan tonus dan tonus otot (seperti latihan senam prenatal dan pascapartum)

Jaringan social

Primipara dan multipara memiliki kebutuhan yang berbeda.Multipara lebih realistis


terhadap terhapat keterbatasan fisik dan mudah beradaptasi terhadap peran dan
interaksi sosialnya. Sedangkan primipara membutuhkan dukungan dan tindak lanjut
yang mencakup rujukan kebadan bantuan dalam masyarakat. Jaringan social
meningkatkan potensi pertumbuhan anak dan mencegah kekeliruan dalam
memperlakukan anak.

Budaya

Kepercayaan dan praktek budaya menjadi determinan penting dalam prilaku orang
tua. Kedua hal tersebut mempengaruhi interaksi orang tua dengan bayi , demikian
juga dengan orang tua atau keluarga yang mengasuh bayi karna setiap orang memiliki
kepercayaan terhadap budaya berbeda beda.

Kondisi social ekonomi

Kondisi social ekonomi seringkali menjadi jalan untuk mendapatkan bantuan.


Keluarga yang mampu membayar pengeluaran tambahan dengan hadirnya bayi baru
ini pengeluaran tambahan dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hamper tidak
merasakan beban keuangan tetapi dilain pihak keluarga yang menemukan kalahiran
seorang bayi suatu beban financial dapat mengalami peningkatan stress dan stess ini
bisa mengganggu interaksi orang tua terhapat bayinya

Aspirasi personal

Bagi beberapa wanita, menjadi orang tua mengganggu kebebasan pribadi dan
kemajuan berkariernya kekecewaan yang timbul akibat tidak mencapai kenaikan
jabatan,kalo masalah ini tidak diselesaikan hal tersebut akan berdampak pada cara
mereka merawat dan mengasuh bayi dan bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya

1. A. PERAWATAN IBU DAN BAYI


2. PERAWATAN PERINEUM
1. Pengertian
Membersihkan dan merawat area genitalia bagian luar setelah melahirkan

1. Tujuan:

? Memberikan rasa nyaman

? Mengurangi resiko infeksi

? Menjaga kebersihan vulva dan perineum

? Memperlancar keluarnya lokhea (darah nifas)

1. c. Alat-alat yg digunakan

- Softex atau pembalut wanita yg bersiAir hangat atau cairan antiseptik


(betadine yang diencerkan, sublimat, detol yang diencerkan, sabun, dll).

- Tissue atau handuk kecil

- Celana dalam bersih

1. Cara Perawatan Perineum

Mencuci tangan
Memindahkan / mengangkat softex yang telah digunakan dari depan ke
belakang
Perhatikan warna, bau dan banyaknya cairan di softek, sesuai dengan keadaan
normal
Bersihkan perineum dengan menyiramnya dengan air hangat / antiseptik di
bagian atas vulva
Keringkan area perineum dengan tissue atau handuk kecil kering dari depan ke
belakang (pengusapan berulang ulang dihindari untuk mencegah
menyebarnya kuman dan menjaga kenyamanan)
Tempatkan softex mulai dari depan ke belakang (jangan sentuh permukaan
softex yang akan menyentuh ke perineum / genitalia) kemudian pasang celana.
Cuci tangan kembali dengan menggunakan sabun

II. SENAM NIFAS

1. Pengertian

Senam / gerakan yang dilakukan setelah melahirkan. Dilakukan segera setelah


melahirkan sampai 7 minggu dan dilakukan 2 kali dalam sehari

1. Tujuan

Memperbaiki sirkulasi darah


Memperbaiki postur tubuh
Memperbaiki tonus otot panggul
Memperbaiki regangan otot tungkai bawah
Memperbaiki regangan otot perut
Meningkatkan kesadaran untuk mlakukan relaksasi

otot panggul.

1. Cara Senam Nifas

Latihan Penguatan Otot Perut

Tahap 1: Pernafasan perut

1. Tidur terlentang dgn lutut ditekuk


2. 2. Tarik nafas dalam dari hidung, usahakan rongga dada tetap dan rongga
perut mengembang
3. 3. Keluarkan udara perlahan lahan dengan menggunakan otot otot perut.

Tahap 2: Kombinasi pernafasan perut dengan pengerutan panggul

1. Tidur terlentang dengan lutut ditekuk


2. Sambil menarik napas dalam kerutkan sekitar anus dengan pinggang
mendatar pada tempat tidur
3. Keluarkan udara perlahan lahan dorong dengan kekuatan perut dan bokong
4. Tahan 3-5 detik, lalu istirahat
5. Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali

Tahap 3: Menggapai lutut

1. Tidur terlentang dengan lutut ditekuk


2. Sambil menarik napas dalam tarik dagu ke arah dada
3. Ambil mengeluarkan udara, angkat kepala dan bahu perlahan lahan.
Regangkan tangan sampai menyentuh lutut. Tubuh boleh diangkat setinggi 15-
20 cm.
4. Perlahan lahan kepala dan bahu diturunkan seperti posisi semula
5. Lakukan latihan ini sebanyak 10 kali.

Latihan Penguatan Pinggang

Tahap 1: Memutar kedua lutut

1. Tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk


2. Pertahankan bahu tetap lurus, telapak kaki tetap dan secara perlahan lahan
putar kedua lutut sehingga menyentuh sisi kanan tempat tidur
3. Pertahankan gerakan yang halus, putar kedua lutut kembali sampai
menyentuh sisi kanan tempat tidur
4. Kembali ke posisi semula dan istirahat
5. Lakukan latihan sebanyak 10 kali.

Tahap 2: Memutar satu kaki

1. Tidur terlentang dengan kedua lutut kiri ditekuk


2. Pertahankan bahu tetap datar, secara perlahan lahan putar lutut kiri sampai
menyentuh sisi kanan tempat tidur dan kembali ke posisi semula
3. Ganti posisi kaki, sentih sisi kiri tempat tidur dengan menggunakan lutut
sebelah kanan lalu kembali ke posisi semula dan istirahat
4. Lakukan latihan sebanyak 10 kali

Tahap 3: Memutar tungkai

1. Tidur terlentang dengan posisi lurus


2. Pertahankan bahu tetap datar, secara perlahan lahan tungkai kiri diangkat
dalam keadaan lurus dan putar sampai menyentuh sisi kanan tempat tidur, lalu
kembali ke posisi semula.
3. Ulangi gerakan kedua dengan menggunakan kaki kanan sehingga menyentuh
sisi kiri.
4. Lakukan latihan sebanyak 10 kali.

Istirahat dgn Posisi Telungkup

Tidur dengan posisi telungkup dengan kaki lurus, posisi ini dapat membantu
mengembalikan rahim dalam posisi normal dan dapat mencegah kekakuan pada
punggung dan bokong.

1. B. TEHNIK MENYUSUI
1. 1. Manfaat menyusui dengan benar:

Nutrisi bayi terpenuhi


Bayi mendapatkan imunitas yang cukup
Mencegah bengkak pada payudara
Mencegah nipple pecah pecah
Memperkuat tulang rahang bayi
Mengurangi penggunaan tenaga yang berlebihan pada bayi
Memberikan kenyamanan pada ibu dan bayi

1. Cara Menyusui dengan Benar

- Bibir bayi berbentuk huruf C. Otot pipi berkontraksi

- Lidah bayi ke depan memegang nipple dan areola

- Nipple dimasukkan saat lidah mendorong ke belakang dan membawa areola ke


mulut.

- Bag bibir menjepit areola dan menghisap susu ke bagian akhir tenggorokan

- Posisi Menghisap dengan Botol

Karet nipple botol masuk ke rahang atas sesuai pergerakan lidah. Lidah bergerak ke
depan melawan bibir untuk mengontrol aliran susu berlebih yang masuk ke esofagus.

1. C. TEKHNIK PERAWATAN TALI PUSAT


Setelah persalinan

Alat dan bahan

- Plastic disposable clamps atau benang kasa steril

- Aseptic antiseptic ( alkohol dan betadin )

- Kasa steril

- Handscoon

Cara pelaksanaan:

1. Ikat tali pusat dengan plastic disposable clamps atau benang kasa steril
2. Pengikatan dilakukan dengan kuat yang mana sebelumnya harus memakai
handscoon, ikatan pertama 5 cm dari dinding perut ikatan kedua 2 cm dari
pusat
3. Monitor ikatan tali pusat tiap 4 jam selama 48 jam
4. Rawat tali pusat dengan larutan aseptic antiseptic ( alkohol dan betadin )
5. Tutup tai pusat dengan kasa steril dan difiksasi dengan baik
6. Monitor balutan tali pusat, kulit sekitar umbilical diobservasi dari tanda
infeksi

Perawatan sehari-hari

Alat dan bahan

- Kain kasa

- Betadin atau alkohol 70 %

- Kapas lidi

- Hanscoon

Cara pelaksanaan
o Langkah pertama yang dilakukan adalah memakai handscoon
o Basahi kapas lidi dengan betadin atau alkohol 70 % dan usapkan pada
tali pusat bayi
o Balut dengan kain kasa tanpa menggunakan plester.
o Popok tidak boleh menutupi tali pusat. Popok yang basah dan kotor
akan memperlambat pengeringan tali pusat dan mempermudah
timbulnya infeksi.

1. D. MEMANDIKAN BAYI

Sebelum memandikan bayi, kita harus memperhatikan :


1. 1. Suhu bayi. Bayi dimandikan setelah dilahirkan pada saat suhu tubuhnya
sama dengan suhu ruangan: 36 C atau 36,5 C
2. 2. Memakai Handscoon, untuk bayi yang pertama kali dimandikan

Alat dan bahan :

1. Celemek
2. Washlap 2 buah
3. Sabun
4. Shampo
5. Baby Oil
6. Bedak
7. Cottonbad
8. Baju
9. Baskom 2 buah : 1 untuk air hangat dan 1 untuk pakaian kotor

Cara memandikan Bayi :

- Memakai celemek

- Memakai washlap yang sudah dicelupkan ke dalam air hangat

- Mengusap kepala bayi, membersihkan kotoran-kotoran di kepala bayi

- Memakai washlap yang lain yang diberi sampo

- Usap kepala bayi dengan sampo, bersihkan kemudian keringkan dengan


handuk

- Bersihkan mata bayi dengan kapas basah, dari kantus ke luar, kemudian
bersihkan wajah, telinga, dan bagian leher.

- Bersihkan dengan handuk kering

- Lepaskan pakaian bayi, letakkan pada baskom yang telah disediakan.


Lepaskan juga balutan tali pusat.

- Bersihkan seluruh badan bayi, pergelangan tangan, sela-sela jari, sela-sela


kaki, punggung (balikkan bayi)

- Bersihkan dengan sabun (memakai washlap yang untuk shampo tadi)

- Bersihkan kembali dengan washlap, untuk bayi yang suster terlepas tali
pusatnya, dibilas di air hangat di dalam baskom.

- Diseka dengan handuk halus.

- Letakkan bayi di handuk /selimut yang sudah ada baju dan popok bayi

- Memakaikan bedak/minyak talon


- Memakaikan popok dan baju

- Selimuti bayi

1. E. PERAWATAN PAYUDARA

Tujuan :

1. memperlancar sirkulasi/aliran darah


2. mencegah terjadinya bendungan ASI
3. memperlancar pengeluaran ASI

Perawatan payudara ibu post partum t.d.a :

Membersihkan puting susu

Persiapan alat :

- kapas lembab

- air dalam kom

- handuk bersih

Cara kerja :

1. Kapas direndam dalam air masak


2. putting susu dibersihkan dengan kapas
3. keringkan dgn handuk
4. lakukan sebelum dan sesudah menyusui
5. Untuk puting susu yg cekung dan datar dilakukan
6. Perawatan dgn tiga tahap :

- meregangkan putting susu

- memutar putting susu

- menarik putting susu

Pengurutan/masase payudara :

Persiapan alat :

minyak kelapa 10 cc dl tempatnya ( hindari penggunaan baby oil, minyak


kayu putih atau minyak tawon )
handuk besar 2 buah
washlap 2 buah
breast pump dan gelas atau botol susu
air dingin dan air hangat dlm Waskom
tuple hudge
Cara kerja :

- Jelaskan tujuan tindakan

- cuci tangan

- satu tangan diletakkan di punggung dan satu handuk diletakkan di bawah


payudara ibu atau daerah paha

- kedua telapak tangan diberi minyak

- payudara kiri diurut dengan tangan kiri dan payudara kanan ( jika ibu
melakukan sendiri ).bila dilakukan oleh perawat payudara kiri diurut dengan tangan
kanan dan payudara kanan diurut dengan tangan kiri, dgn cara pengurutan dari tengah
berputar ke samping terus ke bawah, secara perlahan dan halus sambil mengobservasi
ibu dan pengeluaran ASI ( ada/tidak ) dilakukan 10 15 kali.

- Tangan kiri menopang/menyangga payudara kiri . lakukan pengurutan dgn


bagian pinggir telapak tangan kanan mulai dari pangkal sampai aerola mammae.
Selanjutnya tangan kanan menopang/menyangga payudara kanan dan lakukan
pengurutan dgn bag.pinggiran telapak tangan kiri muali pangkal sampai aerola
mammae, dilakukan 10-15 kali.posisi sama, pengurutan menggunakan ruas jari
dilakukan 10-15 kali.

- Posisi sama, pengurutan menggunakan ruas jari dilakukan 10 15 kali

- Lakukan mandi dgn air hangat dgn menggunakan washlap ( satu washlap
dimasukkan dalam air hangat, peras ). Usap kedua payudara selanjutnya ganti dgn air
dingin ( satu washlap masukkan dlm air dingin, peras ).usap kedua payudara, lakukan
6-10 kali secara bergantian dan diakhiri dgn air dingin

- Payudara dikeringkan /lap dgn menggunakan handuk yang berada pada bagian
bawah payudara

- Handuk di daerah punggung dan bawah payudara dilipat dan alat lain
dibereskan

- Ibu pakai baju sendiri sendiri atau dibantu perawat

KONSEP KEPERAWATAN

1. A. PENGKAJIAN

Merujuk pada catatan riwayat keperawatan pada masa prenatal dan intrapartal.
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengkajian psikososial terhadap ibu, ayah
dan anggota keluarga
Perawat mendeteksi adanya penyimpangan dari kondisi yang normal
Dari masa prenatal, kaji masalah kesehatan selama kehamilan yang pernah
timbul, seperti: anemia, hipertensi dalam kehamilan dan diabetes.
Kaji proses persalinan, lama dan jenis persalinan, kondisi selaput dan cairan
ketuban, respon bayi terhadap persalinan, obat-obatan yang digunakan, respon
keluarga khususnya ayah pada persalinan dan kelahiran.
Dilakukan segera pada masa immediate postpartum, seperti: observasi tanda
vital, keseimbangan cairan, pencegahan kehilangan darah yang abnormal dan
eliminai urin.

? Biodata Klien

Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.

? Keluhan Utama

Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.

? Riwayat haid

Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.

? Riwayat Perkawinan

Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan sah atau
tidak, atau tidak direstui orang tua ?

? Riwayat Obstetri

- Riwayat Kehamilan

Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah, Urine,
keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi
keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh

- Riwayat Persalinan

1. 1. Riwayat Persalinan Lalu

Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin,
jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.

1. 2. Riwayat Nifas pada Persalinan Lalu

Pernah mengalami demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat
aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara,
kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.

1. 3. Riwayat Persalinan Saat Ini


Kapan mulai timbulnya his, pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama
persalinan, dengan episiotomi atau tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar
vagina, dilakukan anastesi atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta,
kelengkapan placenta, jumlah perdarahan.

1. 4. Riwayat New Born

Apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat
lahir (langsung menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR
skor, Jenis kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan
bonding attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau
susu formula.

? Riwayat KB dan Perencanaan Keluarga

Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan
anggota keluarga dimasa mendatang.

? Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut diderita sampai saat
ini atau kambuh berulang-ulang ?

? Riwayat Psikososial-Kultural

Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah


ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan suami,
hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan social dan
pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk memberikan perawatan kepada
klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru lahir, krisis
keluarga.
Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis.
Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif,
rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan
pada dirinya atau bayinya, sering cemas saat hamil, bayi rewel, perkawinan yang
tidak bahagia, suasana hati yang tidak bahagia, kehilangan kontrol, perasaan bersalah,
merenungkan tentang kematian, kesedihan yang berlebihan, kehilangan nafsu makan,
insomnia, sulit berkonsentrasi.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan budaya pada
perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila menyusui, pola
seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.

? Riwayat kesehatan Keluarga


Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic,
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh
keluarga.

? Profil Keluarga

Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah,
community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam
kegiatan masyarakat.

? Kebiasaan Sehari-Hari

1. a. Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan
ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi,
2. b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman
yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang
atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum).
3. c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka
episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,
rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet
4. d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah
5. e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.
6. f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.

? Seksual

Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus
atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan
melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai
hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy
membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara
memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi dan
emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman, ketawa, gestures, mannerism,
dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk
kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat
menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi
seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang
disebabkan penurunan libido.

? Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu
tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien
bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.

? Peran

Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-tugas
perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan
fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi,
perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan
minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payu
dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui,
memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara
memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek).
Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan perawatan saat
tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.

? Pemeriksaan Fisik

1. 1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.


2. 2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi
cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3. 3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
4. 4. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar
getah bening diketiak.
5. 5. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus
uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri,
perabaan distensi blas.
6. 6. Anogenital
Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin,
kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka
episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna,
jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10
hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7. 7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.

? Pemeriksaan laboratorium

- Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit

- Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

1. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan
dengan berakhirnya proses persalinan dan proses kehamilan.
2. Gangguan pola eliminasi buang air besar, berhubungan dengan rasa
nyeri pada perineum dan menurunnya peristaltik usus.
3. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan ruptur perineum.
4. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
perdarahan post partum.
5. Resiko tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan
luka perineum yang masih basah dan post partum.
6. Resiko gangguan pola istirahat/ tidur berhubungan dengan ketidak
nyamanan dan jadwal makan bayi.
7. Kurangnya pengetahuan ibu tentang tindak lanjut keperawatan post
partum (nifas) berhubungan dengan baru pertama kali melahirkan.

1. C. PERENCANAAN
1. Perubahan pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan
dengan berakhirnya proses kehamilan dan persalinan.

1) Tujuan: tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air kecil.

2) Kriteria : - Ibu tidak merasa nyeri pada saat buang air kecil.

- Pengeluaran urine 1000-1500 cc/ hari.

- Frekuensi miksi 4-5 kali/ hari.

- Expresi wajah tenang.

3) Rencana Tindakan:

a) Catat intake dan out put cairan.

b) Berikan rangsangan pada daerah atas symphisis dengan air dingin.

c) Katerisasi bila tidak miksi dalam 8 jam habis melahirkan.

4) Rasional:

a) Untuk mengetahui fungsi ginjal.

b) Rangsangan pada simphisis dengan air dingin dapat meningkatkan tonus otot
spincter dan buli-buli.

c) Bila 8 jam tidak miksi dapat menggangu involutio uteri.

1. Gangguan pola eliminasi buang air besar berhubungan dengan rasa nyeri pada
luka perineum dan dan menurunnya peristaltik usus.
1) Tujuan: tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air besar.

2) Kriteria : - Buang air besar lancar.

- Perut tidak tegang.

- Frekuensi 1-2 kali/ hari.

3) Rencana Tindakan:

a) kaji pola buang air besar.

b) Berikan makanan yang banyak mengandung serat.

c) Anjurkan pada ibu untuk banyak minum.

d) Berikan penyuluhan pada ibu untuk tidak takut buang air besar.

e) Kolaborasi pemberian obat laxantia

4) Rasional:

a) Untuk mengetahui pola bab klien.

b) Makanan yang berserat dapat merangsang peristaltik usus.

c) Dengan minum yang banyak akan membantu melunakkan faeces.

d) Rasa takut dapat mempengaruhi syaraf sympatis sehingga otot spincter menjadi
lemah.

e) Obat laxantia dapat merangsang peristaltik usus.

1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus dan ruptur perineum.

1) Tujuan: nyeri hilang.

2) Kriteria : - Ibu mengatakan nyeri kurang.

- Proses involutio normal.

- Expresi wajah tenang.

3). Rencana Tindakan:

a) kaji intensitas dan karakteristik dari nyeri.

b) berikan posisi yang menyenangkan.

c) ajarkan tehnik relaksasi.


d) kolaborasi pemberian analgesik.

e) berikan penjelasan mengenai timbulnya nyeri.

f) ajarkan tehnik destraksi.

4). Rasional:

a) Untuk mengetahui tingkat dan karakteristik nyeri, agar mempermudah


memberikan intervensi yang tepat.

b) Dengan posisi yang menyenangkan membuat klien merasa nyaman dan dapat
beradaptasi dengan nyeri.

c) Relaksasi dapat mengendorkan otot-otot sehinnga nyeri dapat berkurang.

d) Menjelaskan kepada ibu tentang nyeri agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri.

e) Untuk mengalihkan perhatian ibu agar tidak terfokus pada bayi.

f) Analgesik dapat menekan rangsangan nyeri sehingga nyeri tidak dipresepsikan.

1. Resiko kekurangan volume cairan berhungan dengan perdarahan post partum.

1) Tujuan: tidak terjadi perdarahan yang berlebihan.

2) Kriteria : - Proses involutio lancar.

- perdarahan tidak lebih dari 400 cc.

- pengeluaran lokhia lancar.

3) Rencana Tindakan:

a) Observasi perdarahan dan monitor pengeluaran lokhia.

b) Observasi kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri setiap hari.

c) Observasi tanda-tanda vital.

d) Observasi keadaan umum.

e) Beri pengetahuan pada ibu tentang ambulasi dini pada ibu nifas.

f) Ajarkan pada ibu untuk mengetahui tanda-tanda perdarahan yang berlebihan.

g) Monitor kadar haemoglobin.

4) Rasional:
a) Untuk mengetahui jumlah perdarahan.

b) Kontraksi uterus yang lemah dapat menyebabkan perdarahan.

c) Perubahan tanda vital indikasi adanya perdarahan.

d) Keadaan umum dapat menggambarkan adanya perdarahan.

e) Ambulasi secara dini dapat memperlancar proses involutio.

f) Kadar haemoglobin yang rendah indikasi terjadi perdarahan.

1. Resiko tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan luka
perineum yang masih basah dan post partum.

1) Tujuan: Tidak terjadi infeksi pada luka perineum dan jalan lahir.

2) Kriteria : - Tanda-tanda infeksi tidak ada.

3) Rencana Tindakan:

a) Observasi tanda-tanda infeksi dan tanda vital.

b) Rawat luka perineum setiap hari dengan teknik septik dan aseptik

c) Anjurkan pada ibu untuk mengganti duk yang basah.

d) Observasi pengeluaran lokhia.

e) Kolaborasi pemberian antibiotik.

4) Rasional:

a) Untuk mendeteksi secara dini adanya infeksi.

b) Luka yang bersih dapat mencegah timbulnya infeksi.

c) Duk yang basah tempat berkembang biak mikroorganisme.

d) Keadaan lokhia yang tidak normal menandakan adanya infeksi jalan lahir.

e) Antibiotik dapat menghambat dan membunuh mikroorganisme.

1. Resiko gangguan pola istirahat/ tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan


dan jadwal makan bayi.

1) Tujuan: ibu dapat tidur/ kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.

2) Kriteria : - Tidur cukup (7-9 jam/hari).


- penampilan menunjukkan istirahat yang

- cukup

- ibu tidak merasa lelah.

3) Rencana tindakan:

a) bayinya. Kaji pola tidur klien.

b) Ciptakan lingkungan yang tenang.

c) Beri penyuluhan kepada ibu agar memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada
waktunya.

d) Anjurkan kepada ibu agar menidurkan bayinya dalam dalam keadaan kenyang.

e) Bila asi kurang, berikan susu tambahan pengganti asi sebanyak 30 cc/ 3 jam
dengan sendok atau dok.

f) Ajarkan ibu untuk mengenali kebiasaan

4) Rasional:

a) Untuk mengenali jumlah tidur klien.

b) Lingkungan yang tenang dapat mendukung untuk beristirahat.

c) Dengan memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada waktunya bayi akan tenang.

d) Bila bayi dalam keadaan kenyang, bayi akan tidur nyenyak.

e) Pemberian air susu sebanyak 30 cc dan diperkirakan dalam 3 jam lambung


sudah kosong.

f) Dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan bayi, ibu dapat mengatur waktu


istirahatnya.

1. Kurangnya pengetahuan ibu tentang tindak lanjut keperawatan post partum


aterm (nifas) berhubungan dengan baru pertama kali lahir.

1) Tujuan: pengetahuan ibu tentang perawatan lanjut bertambah.

2) Kriteria : - Pasien dapat menyebutkan saat yang tepat untuk melakukan


hubungan suami istri post partum.

- pasien dapat menyebutkan pentingnya

- pemeriksaan secara dini dan berkala di rumah sakit.


3) Rencana tindakan:

a) Kaji tingkat pengetahuan ibu.

b) Beri HE kepada ibu bahaya melakukan hubungan suami istri selama dalam
masa nifas.

c) Beri penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya pemeriksaan diri dan bayi
secara berkala di rumah sakit/ puskesmas.

4) Rasional:

a) Dapat mengambil tindakan selanjutnya.

b) Dengan melakukan hubungan suami istri selama masa nifas akan menyebabkan
perdarahan yang banyak/ berat.

c) Pemeriksaan diri dan bayi secara berkala dapat mengetahui tingkat kesehatan ibu
dan bayi.

1. D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan


kepada pasien. Kkegiatan ini meliputi pelaksanaan rencana pelayanan keperawatan
dan rencana pernyataan medis. Pada tahap perawat menerapkan pengetahuan dan
keterampilan berdasarkan ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu keperawatan lainnya
yang terkait secara terintegrasi. Pada waktu perawat memberi pelayanan keperawatan,
proses pengumpulan dan analisa data berjalan terus menerus, guna perubahan atau
penyesuaian tindakan keperawatan. Beberapa faktor dapat dapat mempengaruhi
pelaksanaan rencana pelayanan. Keperawatan antara lain sumber-sumber yang ada,
pekerjaan perawat serta lingkungan fisik untuk pelayanan keperawatan dilakukan.

Dalam pelaksanaan perawat melakukan fungsinya secara indefenden, defenden, dan


interdefenden. Fungsi indefenden yaitu perawat melakukan tindakan sendiri atas dasar
inisiatif sendiri. Fungsi defenden yaitu fungsi tambahan dilakukan untuk
menjalankan program dari tim kesehatan lain. Fungsi interdefenden yaitu perawat
melakukan fungsi kolaborasi dengan pelaksanaan fungsi bersama-sama dengan tim
kesehatan lainnya.

1. E. EVALUASI
1. Periode post partum dini.

- Tanda vital, keadaan luka episiotomi jika ada dan mencocokkan dengan
parameter yang diharapkan.

- Toleransi klien terhadap intake makanan, intake cairan dan keinginan klien
mengenali makanan dan cairan.

- Kemampuan klien untuk pengosongan kandung kemih secara teratur.


- Beri kesempatan kepada klien beristirahat yang cukup.

- Kemampuan klien untuk menggendong dan merawat bayinya.

1. Periode post partum lanjut.

- Tanda vital, berat badan, payudara, proses involutio, penyembuhan luka


episiotomi jika ada dengan parameter yang diharapkan.

- Kemampuan klien untuk merawat payudara, perawatan perineum.

- Kemampuan klien untuk menunjukkan kesanggupan dalam perawatan diri


sendiri dan perawatan bayinya.

1. Periode persiapan pulang ke rumah.

- Klien mendemostrasikan kemampuan merawat bayinya.

- Klien memperlihatkan keingintahuan tentang pentingnya perawatan lanjutan


bagi ibu serta bayinya.

- Kemampuan klien untuk menentukan waktu untuk konsultasi dengan dokter,


bidan/ perawat.

- Respon klien dengan suami terhadap adanya perubahan pola aktifitas seksual
serta perlunya menggunakan alat kontrasepsi untuk memberi rasa aman dan bagi ibu.

1. Periode 6 minggu (saat chek-up).

- Tanda vital, penurunan payudara, proses involutio dan penyembuhan luka


episiotomi dibandingkan parameter yang diharapkan.

- Kembalinya organ reproduksi seperti keadaan sebelum hamil.

- Kemampuan menunjukkan fungsi keluarga dengan baik dan adaptasi positif.

- Keluarga menyepakati penggunaan salah satu jenis kontrasepsi yang cocok bagi
ibu.

LAPORAN KASUS

1. a. Pengkajian

Pengumpulan Data

Identitas Klien

Nama : Ny.T

Umur : 39 tahun
Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Sekarang

- Post partum hari ke dua. TFU simfisis pusat, berat uterus 500 gram, terjadi
after pain pada saat ibu menyusui bayinya, kondisi payudara bengkak dan terjadinya
bendungan ASI.

Riwayat Kesehatan lalu :

Riwayat rupture tingkat 2, nyeri , gatal, dan merah pada daerah vagina. Klien riwayat
G11P8A3. Klien pernah mengalami peradangan panggul dan dispareunia

Pemeriksaan Fisik

TTV :

TD = 150/100 mmHg, S= 38,5oC, N= 72 x/menit.

Validasi Data

Data Subyektif :

Klien mengatakan terjadi after pain pada saat ibu menyusui bayinya. Klien pernah
mengalami peradangan panggul dan dispareunia

Data Obyektif :

Post partum hari ke dua. TFU simfisis pusat, berat uterus 500 gram, kondisi
payudara bengkak dan terjadinya bendungan ASI.

TD = 150/100 mmHg, S= 38,5oC, N= 72 x/menit.

Analisa data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Proses persalinan Nyeri

- Klien mengeluh nyeri


pada daerah abdomen
Terjadi proses involutio
- Klien mengeluh nyeri
bila berjalan/bergerak

DO : Kontraksi Uterus
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

- Ekspresi wajah meringis

- Klien nampak istirahatNyeri


ditempat tidur

- Kontraksi uterus baik

DS :

- Klien mengeluh nyeri


2 pada perineum Robekan jalan lahir Nyeri

- Klien mengeluh nyeri


bila bergerak / berjalan
Terputusnya kontinuitas jaringan
DO :

- Ekspresi wajah meringis
Jaringan melepaskan zat-at
- Nampak luka hectingbradikinin dan histamin
pada perineum

- Klien nampak istirahat di
tempat tidur. Merangsang syaraf perifer

Dihantarkan melalui spinal cord


menuju thalamus

Korteks cerebri

Nyeri di persepsikan
DS :

- Klien malas bergerak


Nyeri
- Klien belum BAB
selama 2 hari
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

3 DO : Takut bergerak / aktifitas kurang Konstipasi

- Peristalik usus kurang (3


4 x/menit)
Mobilisasi usus dan diafragma
- Klien lebih banyakmenurun
istirahat.

Faeces bertahan lama diusus besar


dan tidak bisa dikeluarkan

Konstipasi

DS : - Nyeri

DO :

Ibu malas menyusui bayinya

- ASI/colostrum belum
ada
Bayi jarang menetek Penimbunan
- Payudara teraba keras / ASI
4. padat.

- Kondisi payudaraKurangnya rangsangan pada


bengkak pituitary anterior prolaktin

Penimbunan ASI

DS :

- Nyeri pada perineum Proses persalinan


NO DATA ETIOLOGI MASALAH

DO :

- Lochia rubra. Perlukaan jalan lahir

- Nampak luka heacting


pada perineum
5. Merupakan media berkembang-Resiko in-feksi
- Tanda-tanda vital : biaknya kuman phatogen

TD = 150/100 mmHg, S=
38,5oC, N= 72 x/menit.
Resiko terjadi infeksi

DS :

- Ibu mengatakan kalau


bias ini kehamilan yang terakhir

- Klien tidak pernahKurangnya informasi tentang KB


menjadi akseptor KB

DO :
Ketidaktahuan tentang KB
- Umur 39 th G11P8A3

Kurang pe-
Kurang pengetahuan tentang KB ngetahuan
6 tentang KB

1. b. Diagnosa Keperawatan

- Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus

- Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan aki-bat ruptur perineum

- Gangguan eliminasi BAB konstipasi b/d pe-nurunan peristaltic usus

- Penimbunan ASI b/d kurangnya rangsangan pada priutary anterior prolaksin

- Resiko terjadi infeksi puorperalis b/d luka pada perineum


- Kurang pengetahuan ten-tang KB b/d kurang informasi tentang KB

http://www.masbied.com/2011/03/14/asuhan-post-natal-care-nifas/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Berdasarkan undang undang Republik Indonesia No 23 tahun 1992 tentang


kesehatan menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masayarakat diadakan berbagai upaya kesehatan. Upaya kesehatan tersebut
mencangkup upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan dari penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dan
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat yang didukung oleh sumber
daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan (depkes RI, 2008).

Ibu-ibu yang selesai melahirkan (post partum) juga memerlukan kesehatan yang
optimal. Post partum adalah waktu penyembuhan, waktu perubahan, waktu kembali
pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian penambahan keluarga baru (persis,
1995:188). Sedangkan menurut Barbara (2005), masa post partum adalah periode 6
minggu setelah kelahiran, dimulai akhir persalinan dan berakhir dengan kembalinya
organ-organ reproduksi kekeadaan sebelum hamil.

Pengalaman bersalin bagi banyak wanita menjadi kenangan yang samar-samar


teringat. Dalam menjalani persalinan terdapat banyak hal yang terjadi, banyak hal
yang mencengangkan dan semuanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat.

Perawatan umum terhadap pasien post natal care dilaksanakan berdasarkan upaya
untuk mempertahankan higiene, kenyamanan pasien, mencegah infeksi dan
meringankan kelainan berkisar 5-7 hari setelah persalinan normal. Aktivitas pasien
post partum pun sangat mendukung untuk kepulihan pasien, seperti yang kita ketahui
pasien post partum harus melakukan mobilisasi 2 jam post partum. Mobilisasi bisa
dilakukan dari posisi pasien yang telentang menjadi miring kiri bergantian miring
kekanan. Kemudian dari posisi tidur ke duduk, posisi duduk ke berdiri, dan anjurkan
pasien untuk berjalan-jalan. Jika terdapat komplikasi, intervensinya mungkin
diperlakukan dalam satu atau dua hari lebih lama.

Berdasarkan hasil observasi mahasiswa selama melakukan preklinik dibangsal


kebidanan, didapatkan ibu-ibu yang selesai melakukan proses persalinan banyak yang
tidak mengetahui tentang perawatan selama post partum, misalnya saja tentang
perawatan perinium, nutrisi post partum, aktivitas post partum dll. Banyak dari pasien
post partum yang takut untuk banyak bergerak karena merasa sakit, pasien post
partum cenderung terus berada ditempat tidur. Oleh sebab itu intervensi cepat dan
efektif perlu diberikan untuk mencegah timbulnya masalah lebih serius. Berdasarkan
hal diatas maka judul asuhan keperawatan pada Ny.S dengan post partum dibangsal
kebidanan RSUD Lubuk Basung.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, menerapkan asuhan keperawatan post


partum

2. Tujuan khusus

- Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian perawatan post partum

- Agar mahasiswa dapat mengetahui tujuan perawatan post partum

- Agar mahasiswa mengetahui perubahan pada post partum

- Agar mahasiswa mengetahui perawatan post partum

- Agar mahasiawa mengetahui depresi post partum

http://asuhan-keperawatan-maternitas.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-
post-partum.html

Askep Maternitas, Jiwa, Anak, Medikal Bedah dll


Selasa, 04 Januari 2011
Asuhan Keperawatan Post Partum Fisiologis
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM FISIOLOGIS
I. DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS
Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum 6 minggu.hamil, masa
nifas berlangsung selama
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)

II. PERIODE
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

III. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan
bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

IV. TANDA DAN GEJALA


1. Perubahan Fisik
a. Sistem Reproduksi
Uterus
Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.
No Waktu TFU Konsistensi After pain Kontraksi
1.

2.

3.

4. Segera setelah lahir


1 jam setelah lahir
12 jam setelah lahir
setelah 2 hari Pertengahan simpisis dan umbilikus
Umbilikus

1 cm di atas pusat

Turun 1 cm/hari
Lembut Terjadi

Berkurang

Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.


- Lochea
Komposisi
Jaringan endometrial, darah dan limfe.
Tahap
a. Rubra (merah) : 1-3 hari.
b. Serosa (pink kecoklatan)
c. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.
Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
- Siklus Menstruasi
Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui
akan kembali ke siklus normal.
- Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-
3 atau lebih.
Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak
terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
- Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur
internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.

- Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak
hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal
dengan ovulasi.
- Perineum
Episiotomi
Penyembuhan dalam 2 minggu.
Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rektal
b. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena
peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement
akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang
tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
c. Sistem Endokrin
- Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72
jam post partum normal setelah siklus menstruasi.
- Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada
pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post
partum terjadi bradikardi.
- Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 500 cc, sesaria : 600 800 cc.

- Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
- Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
e. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali
setelah 3 minggu post partum.
f. Sistem Gastrointestinal
- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
- Nafsu makan kembali normal.
- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria
- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti
2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
i. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j. Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.
ASUHAN KEPERAWATAN
POST PARTUM FISIOLOGIS

I. PENGKAJIAN
A. Pemeriksaan Fisik
1. Monitor Keadaan Umum Ibu
- Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit
- 24 jam I : tiap 4 jam
- Setelah 24 jam : tiap 8 jam
2. Monitor Tanda-tanda Vital
3. Payudara
Produksi kolustrum 48 jam pertama.
4. Uterus
Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.
5. Insisi SC
Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan warna.
6. Kandung Kemih dan Output Urine
Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri.
7. Bowel
Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.
8. Lochea
Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.
9. Perineum
Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema, discharge dan
approximation. Kemerahan menandakan infeksi.
10. Ekstremitas
Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.
11. Diagnostik
Jumlah darah lengkap, urinalisis.

B. Perubahan Psikologis
1. Peran Ibu meliputi:
Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu, konflik
peran.
2. Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.
3. Perubahan Psikologis
a. Perubahan peran, sebagai orang tua.
b. Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.
c. Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari III
dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang mempengaruhi
emosi ibu.
4. Faktor-faktor Risiko
a. Duerdistensi uterus
b. Persalinan yang lama
c. Episiotomi/laserasi
d. Ruptur membran prematur
e. Kala II persalinan
f. Plasenta tertahan
g. Breast feeding

II. PEMERIKSAAN KEPERAWATAN


1. Gangguan integritas jaringan b.d. episiotomi, laserasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. episiotomi.
3. Resiko tinggi infeksi b.d. gangguan integritas kulit.
4. Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamanan fisik, kebutuhan minum anak.
5. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan
kebutuhan untuk menyusui.
6. Resiko tinggi konstipasi b.d. ketidaknyamanan perineal dan peristaltik yang lemah.
7. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine: retensi urine b.d. edema pemeal, trauma
perineal.
8. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d. kehilangan darah,
penurunan intake oral.
9. Cemas b.d. kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi/ibu, kondisi bayi/ibu.
10. Resiko tinggi perubahan ikatan/peran b.d. konflik tentang bayinya.

III. RENCANA KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d. episiotomi, laserasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang.
KH :
- Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4.
- Klien tampak rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal:
C, N 60-100 x/menit, R 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg.Suhu 36-37
Intervensi
- Tentukan adanya lokasi dan sifat serta skala nyeri.
- Inspeksi perbaikan perineum, dan episiotomi.
- Perhatikan adanya tanda REEDA.
- Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi (teknik napas panjang dan dalam,
mengalihkan perhatian).
- Monitor tanda-tanda vital.

2. Gangguan Integritas Jaringan b.d. Episiotomi, Laserasi


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, integritas jaringan
meningkat.
Kriteria Hasil :
- Luka episiotomi menunjukkan tanda penyembuhan sesuai proses (tahap-tahap
penyembuhan luka)
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi / tanda REEDA (-)
- Nyeri dapat ditoleransi.
Intervensi
- Monitor episiotomi akan kemerahan, edema, memar, hematoma, keutuhan
(sambungan dan pendarahan).
- Berikan kompres es, untuk menurunkan edema.
- Berikan penghangat (rendam pantat) 3-4 x/hari, setelah 24 jam untuk meningkatkan
vaskularisasi.
- Lakukan perawatan episiotomi setiap hari.
- Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan dan terutama daerah genetalia.
3. Resiko tinggi infeksi b.d gangguan integritas kulit
Tujuan: Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil:
- Luka bebas dari infeksi
- Tidak timbul tanda-tanda infeksi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
- Kaji riwayat prenatal dan intranatal
- Kaji tanda-tanda vital
- Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus
- Catat jumlah, warna, bau, dan konsistensi lochea
- Inspeksi sisi perbaikan episiotomi
- Monitor input dan output cairan
- Monitor tanda-tanda vital

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah lengkap
Hb, Ht, Leukosit, trombosit.
Urine lengkap
DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes, E. Marilyn, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2, 2001, EGC,


Jakarta.
2. FKUI, Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Cetakan 1, 2002, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.
3. FKUI, Ilmu Kebidanan, Edisi 3, 1999, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.
4. FKUI, Obstetri Fisiologi, 1993, E. Leman: Bandung.
5. Persis Mary Hamilton, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, 1995, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai